Anda di halaman 1dari 32

Abstrak

Karir merupakan perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian aktifitas dan
mencakup seluruh aktifitas kehidupan yang diwujudkan oleh adanya inner personal
pada setiap individu.Pada hakekatnya karir adalah serangkaian proses yang terjadi
selama perjalanan hidup individu, sejak ia lahir sampai meninggal dunia. Tidak
adanya perencanaan karir sejak dini, telah membuat siswa kehilangan uang dan
waktu. Hal ini juga bisa membawa dampak psikologis yang berat bagi siswa. Tidak
sedikit SMA yang mendasarkan kesuksesan pada berapa banyak lulusannya masuk
perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi negeri. Tetapi pertanyaannya :”Berapa
banyak dari lulusan itu yang meraih gelar atau apakah pekerjaan mereka sesuai
dengan gelarnya? Berapa banyak lulusan SMA yang benar-benar memiliki rencana
karir untuk kesuksesan hidupnya? Sudahkah siswa dibekali kecakapan yang
dibutuhkan untuk sukses dalam pilihan mereka selanjutnya?. Statistik menyimpulkan
bahwa kebanyakan sekolah gagal dalam ini. Ini merupakan dampak dari kurang
optimalnya layanan bimbingan karir yang diberikan di sekolah.Oleh karena itu aspek
yang terkait dengan focus kajian ini adalah apa yang dimaksud dengan pilihan karir?
Bagaimana menentukan pilihan karir yang tepat, khususnya bagi siswa kelas XI IPS 4
SMAN 27 Bandung tahun ajaran 2019-2020? Jenis layanan apa yang dapat
membantu siswa menetukan pilihan karirnya? Tujuan dari pemberian layanan
bimbingan karir terkait pilihan karir siswa adalah agar siswa mampu memiliki pilihan
karir yang tepat, selanjutnya membuat rencana karir dengan peluang sukses yang
tinggi.Teknik yang digunakan dalam mengatasi masalah ini yaitu dengan
mempergunakan tes MBTI. Hasil tes MBTI ini di harapkan siswa dapat menentukan
jurusan di kelanjutan studinya.Hasil konseling karir dapat dibatasi dalam term-term
tertentu yang diterima selama proses interaksi konselor klien, tujuan awal konseling
adalah perkembangan klien dalam proses dengan menimbang tujuan akhir yaitu untuk
mewujudkan aktualisasi diri sehingga klien dapat memutuskan pilihan karir yang
sesuai dengan diri sehingga klien dapat memutuskan pilihan karir yang sesuai dengan
diri dan pengalaman serta informasi dunia kerja yang dimilikinya.

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan kekuatan kepada manusia
untuk melakukan berbagai aktivitas, segala puji bagi-Nya yang telah memberikan
kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul “Upaya guru bimbingan dan konselingmeningkatkan
rasa percaya diri remaja siswa kelas XI IPS 4 SMAN 27 Bandung tahun ajaran 2019-
2020 terhadap pilihan karirnya dengan mempergunakan hasil analisis tes MBTI”.
Dalam makalah ini kami selaku penulis mencoba untuk mengkaji fenomena kasus
masalah pilihan karir yang dialami seorang siswa SMAN 27 Bandung khususnya
siswa kelas XI IPS 4 serta upaya bimbingan yang diberikan untuk membantu
mengatasi masalah pilihan karir tersebut.
Dalam laporan ini dipaparkan mengenai landasan teori yang dijadikan dasar
dalam menulis laporan, diantaranya tentang konsep dasar remaja, pilihan karir, dan
metode konseling client centered , serta tes MBTI.
Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi kami
sebagai penulis dan pada umumnya bagi para pembaca. Kami berharap pembaca
dapat memberikan kritik dan saran terhadap isi dan penyajian makalah ini yang
sifatnya membangun dan dapat menjadi masukan bagi kami agar lebih baik

Bandung, Oktober 2019


Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................5
B. Rumusan Masalah..........................................................................9
C. Tujuan............................................................................................9
D. Manfaat …………………………………………………………. 9
BAB II PILIHAN KARIR REMAJA
A. Konsep Dasar Remaja ................................................................ 10
B. Pilihan Karir
1. Definisi Karir dan Bimbingan Karir ………………………. 13
2. Karakteristik Karir .............................................................. 15
3. Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Karir ............................ 15
4. Implementasi di Sekolah............................................................16
C. Pendekatan Client Centered
1. Model Konseling Karir Client Centered....................................17
BAB III BAGAIMANA AKU SETELAH LULUS SMA?
A. Identifikasi Masalah......................................................................20
B. Aku Harus Bagaimana Setelah Lulus SMA?................................20
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN.................................................................................25
B. SARAN…………………………………………………………… 26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................27

LAMPIRAN
Pedoman Wawancara 29

3
DAFTAR GAMBAR

Infografis 1 : Kegalauan Milenial Di Dunia 6


Infografis 2 : Tingkat Pengangguran Terbuka 2018-2019 7
Infografis 3 : Ekspektasi Karir Remaja Seiring Waktu 8
Infografis 4 : Alasan siswa Memilih Kuliah 21
Infografis 5 : Kegalauan Sebelum Memilih Kuliah 22

4
UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN RASA
PERCAYA DIRI REMAJA SISWA KELAS XI IPS 4 SMAN 27 BANDUNG TAHUN
AJARAN 2019-2020 TERHADAP PILIHAN KARIRNYA DENGAN
MEMPERGUNAKAN HASIL ANALISIS TES MBTI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Karir merupakan perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian
aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang diwujudkan oleh adanya inner
personal pada setiap individu. Pada hakekatnya karir adalah serangkaian proses yang
terjadi selama perjalanan hidup individu, sejak ia lahir sampai meninggal dunia.
Sering kita dengar kata-kata yang terlontar dari mulut anak SMA zaman
sekarang, bahwa setelah mereka lulus SMA, ada yang ingin kuliah, ingin bekerja,
bahkan tidak jarang sebagian dari mereka ada yang ingin langsung menikah dan
berkeluarga. Tetapi apakah mereka memang sudah siap untuk menempuh pendidikan
tinggi atau menjalani karir seumur hidup mereka? Ada yang sudah, tapi masih banyak
yang harus dibantu, khususnya oleh guru pembimbing (konselor) dalam menentukan
pilihan karir yang tepat. Kegalauan yang dialami remaja Indonesia juga dialami oleh
remaja di seluruh dunia seperti yang terlihat di infografis berikut.

Infografis 1: Kegalauan Milenial di Dunia

5
Menurut sebuah laporan, angka pengangguran lulusan SMA terus meningkat
dari tahun ke tahun. Tercatat sedikitnya 2,5 juta lulusan SMA pada tahun 2005
mengganggur karena tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan. Tetapi untuk
bekerja pun mereka tidak memiliki keterampilan, mengingat kurikulum SMA
memang diarahkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi (Nilandari, 2006:12).
Sebagai ilustrasi bisa terlihat pada infografis berikut, pada infografis ini ditampilkan
jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2018-2019.

Infografis 2 : Tingkat Pengangguran Terbuka 2018-2019

6
Tidak adanya perencanaan karir sejak dini, telah membuat siswa kehilangan
uang dan waktu. Hal ini juga bisa membawa dampak psikologis yang berat bagi
siswa. Tidak sedikit SMA yang mendasarkan kesuksesan pada berapa banyak
lulusannya yang masuk perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi negeri. Tetapi
pertanyaannya tetap sama: “Berapa banyak dari lulusan itu yang meraih gelar atau
apakah pekerjaan mereka sesuai dengan gelarnya? Berapa banyak lulusan SMA yang
benar-benar telah memiliki rencana karir untuk sukses dalam kehidupan? Sudahkan
mereka dibekali kecakapan yang dibutuhkan untuk sukses dalam pilihan mereka
selanjutnya?”. Statistik menyimpulkan bahwa kebanyakan sekolah gagal dalam hal
ini. Ini merupakan dampak dari kurang optimalnya layanan bimbingan karir yang
diberikan di sekolah. Kegalauan dalam memilih karir ini terjadi juga di semua kelas
bimbingan penulis khususnya kelas XI IPS 4 SMAN 27 Bandung tahun ajaran 2019-
2020, umumnya siswa belum bisa menjawab pertanyaan akan kemana setelah lulus
SMA, kalaupun sudah menentukan akan kuliah tapi belum bisa menentukan jurusan
apa yang akan dipilihnya.
Untuk itu diperlukan usaha yang keras dari semua komponen sekolah,
terutama konselor sebagai pemberi layanan bimbingan karir, agar mampu
memastikan setiap siswa memiliki pilihan karir yang tepat, selanjutnya membuat
rencana karir dengan peluang sukses yang tinggi. Untuk lebih memudahkan siswa
dalam memilih karir penulis menggunakan tes MBTI yaitu tes yang menggambarkan
tipe kepribadian seseorang, guru bimbingan dan konseling mengarahkan siswa untuk

7
memilih jurusan sesuai dengan tipe kepribadiannya. Sebagai ilustrasi minat karir
remaja bisa di lihat di infografis berikut :

Infografis 3: Ekspektasi Karir Remaja Seiring Waktu

8
9
B. Rumusan Masalah
Aspek yang terkait dengan fokus kajian ini antara lain:
1. Apa yang dimaksud dengan pilihan karir?
2. Bagaimana menentukan pilihan karir yang tepat, khususnya bagi siswa kelas
XI IPS 4 SMAN 27 tahun ajaran 2019-2020 Bandung?
3. Jenis tes layanan seperti apa yang dapat membantu siswa kelas XI IPS 4
SMAN 27 Bandung tahun ajaran 2019-2020 menentukan pilihan karirnya?

C. Tujuan
Tujuan dari pemberian layanan bimbingan karir terkait dengan pilihan karir
siswa adalah seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang, yaitu agar siswa
mampu memiliki pilihan karir yang tepat, selanjutnya membuat rencana karir dengan
peluang sukses yang tinggi.
D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar dapat digunakan sebagai
bahan pengajaran di bidang pendidikan maupun di bidang penelitian-penelitian
lainnya.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PILIHAN KARIR REMAJA

A. Konsep Dasar Remaja


Istilah remaja merupakan padanan dari istilah adolescence yang berasal dari
kata Latin adolescere yang berarti bertumbuh atau tumbuh menjadi matang (Hurlock,
1994: 206). Dengan demikian, kita dapat menyebut remaja sebagai seseorang yang
mengalami pertumbuhan, atau berkembang menjadi dewasa. Pada saat ini, istilah
“remaja” digunakan untuk menyebutkan suatu periode yang terletak di antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa. Periode ini pada umumnya merujuk pada remaja usia
belasan tahun, walaupun secara tepat kapan mulai dan akhir dari masa remaja ini
tidak dapat ditentukan secara pasti.
Secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi
dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-
kurangnya dalam masalah hak. Mengenai umur masa remaja, para psikolog tidak
bersepakat. Namun yang umum digunakan adalah pendapat Luella Cole, yaitu 13 –
15 tahun (masa remaja awal); 15 – 18 tahun (masa remaja pertengahan); 18 – 21
tahun (masa remaja akhir).
Ciri masa remaja menurut psikologi modern :
1. Masa remaja sebagai periode yang penting. Perkembangan fisik dan mental yang
penting bagi perkembangan selanjutnya serta sangat cepat dan tentu memerlukan
penyesuaian sehingga terbentuk sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang
anak tapi juga belum dewasa. Jika ia berperilaku seperti anak-anak ia akan
ditegur dan diajari bertindak sesuai usianya, namun jika ia berperilaku seperti
orang dewasa seringkali dikritik.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan. Tingkat perubahan sikap dan perilaku
selama masa remaja seiring dengan perubahan fisiknya. Perubahan yang terjadi
antara lain :

11
a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan
fisik dan psikologis yang terjadi.
b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social
padanya sehingga timbul masalah baru. Remaja akan tetap merasa
bermasalah sampai ia mampu menyelesaikannya sendiri.
c. Perubahan nilai akibat perubahan minat dan perilaku
d. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
Mereka menginginkan kebebasan tapi takut bertanggungjawab.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah masa remaja sering jadi masalah
yang sulit diatasi, karena :
a. Sepanjang masa anak-anak, masalahnya sebagian besar diselesaikan oleh
orang tua, guru dan lain-lain sehingga mereka tidak berpengalaman.
b. Remaja merasa dirinya mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya
sendiri (menolak bantuan orang tua, walau sebenarnya ia membutuhkannya).
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Bagi remaja penyesuaian diri
dengan standar kelompok sangat penting, tapi lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri, tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-
teman dalam segala hal. Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat. Secara keseluruhan
apakah ia akan berhasil atau akan gagal. Dalam usaha mencari identitas diri ini,
remaja melakukan proses imitasi (meniru) dan identifikasi (dorongan untuk
menjadi sama dengan idolanya).
6. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang
kehidupan dengan kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya dan sekitarnya
sebagaimana yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya, terutama dalam cita-
cita, sehingga ia menjadi terlalu idealis dan berlebihan. Semakin tidak realistik
cita-citanya semakin ia mudah kecewa. Remaja akan sakit hati dan kecewa bila
orang lain mengecewakannya atau bila ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkannya sendiri.

12
7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Menjelang akhir masa remaja,
biasanya mereka mulai berusaha meninggalkan stereotip belasan tahun, dan
memberikan kesan bahwa mereka sudah dewasa. Berpakaian seperti orang
dewasa, merokok, berperilaku seperti orang dewasa dan seterusnya, mereka
menganggap perilaku ini memberikan citra bahwa mereka telah dewasa.
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan
sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku secara dewasa. Tugas perkembangan fase remaja ini amat
berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal.
Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam
melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Agar dapat memenuhi dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan itu dengan baik, diperlukan kemampuan
kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan
kognitifnya.
Setiap individu tumbuh dan berkembang selama perjalanan kehidupannya
melalui beberapa periode atau fase perkembangan. Setiap fase perkembangan
mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan dengan baik
oleh setiap individu. Sebab, kegagalan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan
pada fase tertentu berakibat tidak baik pada kehidupan fase berikutnya. Sebaliknya,
keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan pada fase tertentu akan
memperlancar pelaksanaan tugas perkembangan pada fase berikutnya.
Menurut Havighurst (Hurlock, 1994: 209), ada sejumlah tugas perkembangan
yang harus diselesaikan dengan baik oleh remaja, yaitu sebagai berikut :
1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif
4. Mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya
5. Mencapai jaminan kebebasan ekonomi
6. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan
7. Persiapan untuk memasuki kehidupan berkeluarga

13
8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk
kompetensi kewarganegaraan
9. Mencapai dan mengharapkan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab
10. Memperoleh suatu himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman
tingkah laku.
Tugas perkembangan remaja harus dapat diselesaikan dengan baik, karena
akan berimplikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Seperti dalam proses
pemberian layanan bantuan kepada siswa/ remaja untuk memilih lapangan pekerjaan
yang sesuai dengan minat dan keinginannya, sesuai dengan sistem kemasyarakatan
yang dianutnya, dan membantu siswa mendapatkan pendidikan yang bermanfaat
untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan. Semua ini hendaknya dilakukan oleh
semua komponen sekolah terutama guru pembimbing atau konselor sekolah.
Pada aspek ke-enam tugas perkembangan yaitu memilih dan mempersiapkan
lapangan pekerjaan atau menentukan pilihan karir yang tepat, hakikat dari tugas
perkembangan tersebut adalah siswa mampu memilih pekerjaan yang memerlukan
kemampuan serta mempersiapkan pekerjaan. Dasar biologis dari dalam pencapaian
fase ini adalah ukuran dan kekuatan badan pada sekitar usia 18 tahun sudah cukup
kuat dan tangkas untuk memiliki dan menyiapkan diri memperoleh lapangan
pekerjaan. Adapun dasar psikologis pencapaian fase ini adalah dari hasil penelitian
mengenai minat di kalangan remaja, ternyata pada kaum remaja usia 16 – 19 tahun,
minat utamanya tertuju kepada pemilihan dan mempersipakan lapangan pekerjaan.
Sebenarnya, prestasi siswa di sekolah, tentang apa yang dicita-citakannya, kemana
akan melanjtkan pendidikannya, secara samar-samar dapat menjadi gambaran tentang
lapangan pekerjaan yang diminatinya. (Ali, 2008: 63).

B. Pilihan Karir
1. Definisi Karir dan Bimbingan Karir
Karir merupakan perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian
aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang diwujudkan oleh adanya inner
personal pada setiap individu. Pada hakekatnya karir adalah serangkaian proses yang
terjadi selama perjalanan hidup individu, sejak ia lahir sampai meninggal dunia.

14
Karir berbeda dengan pekerjaan, hal ini karena pekerjaan tidak serta merta
merupakan karir. Kata pekerjaan lebih menunjuk pada setiap pekerjaan yang
menghasilkan barang atau jasa (Isaacson, 1985); sedangkan kata karir lebih menunjuk
pada pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup, yang
meresapi seluruh alam pikiran seseorang, serta mewarnai seluruh gaya hidupnya
(Winkel, 1991). Maka dari itu pemilihan karir lebih memerlukan persiapan dan
perencanaan yang matang dari pada pemilihan pekerjaan yang sifatnya sementara
waktu.
Mengingat betapa pentingnya karir dalam kehidupan manusia, maka sejak
dini siswa perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih
cerah dengan cara memberikan bimbingan karir agar mereka dapat merencanakan
karir masa depan mereka.
Bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan dan pendekatan
terhadap individu (siswa/remaja) agar individu yang bersangkutan dapat mengenal
dirinya, dan mengenal dunia kerja, merencanakan masa depannya, dengan bentuk
kehidupan yang diharapkannya, untuk menentukan pilihannya, dan mengambil suatu
keputusan bahwa keputusannya tersebut adalah yang paling tepat; sesuai dengan
keadaan dirinya dihubungkan dengan persyaratan-persyaratan dan tuntutan
pekerjaan/karir yang dipilihnya.
Pilihan karir adalah serangkaian cara yang dilakukan individu untuk
mewujudkan diri bermakna melalui serangkaian aktivitas dan mencakup seluruh
aspek kehidupan yang diwujudkan oleh adanya inner personal pada setiap individu.
Pilihan karir kerap disertai rasa gelisah, dan rasa takut apabila terjadi pilihan
yang salah dalam pengambilan keputusan karir. Selama proses perkembangan karir
pada saat-saat tertentu harus diambil suatu keputusan yang penting, yang berarti
memilih dari beberapa alternatif yang terbuka. Pilihan yang salah membawa
konsekuensi yang berat. Rasa gelisah ini dapat betambah jika kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat tidak begitu stabil, sehingga individu merasa sulit
memperkirakan akibat positif atau negatif dari pilihannya.

15
2. Karakteristik Karir
Dari definisi karir yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diuraikan
beberapa karakteristik karir yaitu sebagai berikut:
a. Menitikberatkan kepada perencanaan kehidupan
b. Di dalamnya terdapat penerimaan kesatuan dan gambaran diri serta
peranannya
c. Karir merupakan suatu proses, bukan merupakan suatu peristiwa
d. Dimulai dengan pengetahuan tentang diri
3. Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Karir
Eksplorasi, pengambilan keputusan, perencanaan, dan perkembangan identitas
memegang peran yang penting dalam pilihan karir remaja (Santrock, 2003). Dengan
demikian, dalam pilihan karir akan berhubungan dengan perkembangan identitas
remaja, keputusan mengenai karir dan perencanaan karir secara positif berhubungan
dengan identitas diri, namun secara negatif berhubungan dengan status identitas
moratorium dan identitas diffusion (Wallas- Broscious, Seacifa, & Osipoew, 1994
dalam Santrock, 2003). Remaja yang lebih jauh terlibat dalam proses pembentukan
identitas lebih sanggup mengartikulasikan pilihan karir mereka dan menentukan
langkah berikutnya untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang
mereka.
Identitas diri berhubungan dengan faktor yang berasal dari dalam diri individu
(internal) seperti kemampuan intelejensi, bakat, minat, sikap, kepribadian, nilai, hobi,
prestasi, keterampilan yang dimiliki, pengetahuan tentang dunia kerja, kemampuan
dan keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah, masalah dan keterbatasan pribadi.
Faktor-faktor yang telah disebutkan tadi berpengaruh terhadap pembentukan arah
pilihan karir seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung.
Faktor sosial yang berpengaruh terhadap pilihan karir individu, terdiri dari
kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer diwarnai oleh bentuk-
bentuk hubungan yang bersifat pribadi dan akrab dan terjadi secara terus-menerus.
Keluarga merupakan bentuk kelompok primer yang memilki kemantapan dan
kompak. Keluarga meruapakn lingkungan yang memberikan pengalaman sosial yang
pertama pada anak, keluarga secara sadar memberikan nasihat kepada anggotanya

16
tentang suatu pilihan karir tertentu. Peranan pekerjaan, jabatan, atau karir telah
dipelajari oleh anak melalui orang tua, atau anggota keluarga yang lain di rumah.
Orang tua di rumah telah memberikan informasi baik secara langsung maupun tidak
langsung tentang pekerjaan, jabatan, atau karir tertentu yang ada dalam dunia kerja.
Kelompok sekunder adalah kelompok yang di dasarkan atas kepentingan
tertentu yang mewarnai aktivitas, gerak-gerik kelompok. Kelompok sekunder
memiliki pengaruh dalam menentukan arah minat jabatan anak. Kelompok sekunder
yang berpengaruh terhadap pilihan jabatan, diantaranya adalah keadaan teman-teman
sebaya, sifat dan sikap teman sebaya, tujuan dan nilai-nilai dari kelompok teman
sebaya.
4. Implementasi di Sekolah
Bimbingan karir merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan
individu sebagai bagian integral dari pogram pendidikan. Bimbingan karir terkait
dengan perkembangan kemampuan kognitif, afektif, maupun keterampilan individu
dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami proses pengambilan
keputusan, maupun perolehan pengetahuan dalam keterampilan yang akan membantu
dirinya memasuki sistem kehidupan sosial budaya yang terus menerus berubah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir merupakan
upaya bantuan yang diberikan oleh konselor terhadap individu/siswa agar dapat
mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerjanya, mengembangkan masa
depannya yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang diharapkannya. Lebih lanjut,
dengan layanan bimbingan karir individu/siswa mampu menentukan dan mengambil
keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna.
Agar Bimbingan Karir di sekolah dapat berfungsi dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka beberapa pandangan tentang
prinsip-prinsip bimbingan perlu hendaknya diperhatikan oleh para pembimbing
dalam penyusunan program pelaksanaan layanan Bimbingan Karir di sekolah.

17
Secara umum prinsip-prinsip bimbingan karir di sekolah diantaranya:
a. Seluruh siswa hendaknya mendapat kesempatan yang sama untuk
mengembangkan dirinya dalam pencapaian karirnya secara tepat.
b. Setiap siswa hendaknya memahami bahwa karir itu adalah sebagai suatu jalan
hidup, dan pendidikan adalah persiapan untuk hidup.
c. Siswa hendaknya dibantu dalam mengembangkan pemahaman yang cukup
memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadi
dan perencanaan pendidikan karir.
d. Siswa perlu diberikan pemahaman tentang di mana dan mengapa mereka berada
dalam suatu alur pendidikannya.
e. Siswa secara keseluruhan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman
tentang hubungan antara pendidikannya dengan karirnya.
f. Siswa pada setiap tahap program pendidikannya hendaknya memiliki
pengalaman yang berorientasi pada karir secara berarti dan realistik.
g. Setiap siswa hendaknya memilih kesempatan untuk menguji konsep, berbagai
peranan dan keterampilannya guna mengembangkan nilai-nilai dan norma-norma
yang memiliki aplikasi bagi karir di masa depannya.
h. Program Bimbingan Karir hendaknya memilki tujuan untuk merangsang
perkembangan pendidikan siswa.
i. Program Bimbingan Karir sekolah hendaknya diintegrasikan secara fungsional
dengan program bimbingan dan konseling pada khususnya.
Program Bimbingan Karir di sekolah hendaknya berpusat di kelas, dengan
koordinasi oleh pembimbing, disertai partisipasi orang tua dan kontribusi masyarakat.

C. Rasa Percaya Diri


Rasa Percaya diri atau kepercayaan diri adalah suatu sikap atau keyakinan atas
kemampuan diri sendiri, sehingga dalam melakukan tindakan tidak terlalu sering
merasa cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan,
dan memiliki tanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang dilakukan.
D. Tes MBTI (Myers-BriggsType Indicator)

18
Tes MBTI atau tes kepribadian adalah salah satu tes yang dirancang
untukmengetahui gambaran umum kepribadian, kekuatan, dan preferensi seseorang.
Tes MBTI dirancang dan dikembangkan berdasarkan teori kepribadian Carl Jung,
oleh psikolog bernama Isabel Myers dan ibunya Katherine Briggs pada tahun 1940-
an.

E. PENDEKATAN CLIENT CENTERED


1. Model Konseling Karir Client-Centered
a. Diagnosis
Ada dua permasalahan yang perlu didiagnosis dalam pembuatan
keputusan karir, yaitu:
1) Immaturity (ketidakmatangan): kekurangan informasi atau pengalaman
kerja
2) Maladjustment (ketidaksesuaian): penolakan atau distorsi.
Ketidaksesuaian ini dikategorikan sebagai berikut:
a) Kekurangan informasi/pengalaman dengan dunia kerja,
b) Kekurangan informasi/pengalaman dengan diri,
c) Informasi/pengalaman dengan diri dan dunia kerja,
d) Penolakan/distorsi informasi/pengalaman dengan dunia kerja dan
atau diri.
b. Proses
Proses dalam konseling terpusat pada klien menurut Patterson (1964)
dan di hubungkan dengan teori Rogers:
1) Tahap pertama: terdapat suatu sikap segan dalam mengkomunikasikan
diri klien sendiri. Komunikasi hanya berkisar sekitar pada lingkungan
eksternal saja.
2) Tahap kedua: ekspresi berlangsung secara mengalir dalam rangka
menganggapi namun tidak bedasarkan pada diri, melainkan masalah
datang dari lingkungan luar yang datang kedalam diri klien. Pengalaman
terbatas hanya pada struktur masa lalu.

19
3) Tahap ketiga: perasaan yang besifat lepas/ rileks namun hanya sedikit
perhatian pada isi pembicaraan yang berlangsung, namun hubungan ini
tidak begitu dalam.
4) Tahap keempat: perasaan adalah ikatan dalam diri individu. Kesulitan
masih ada dalam diri individu dalam mengekspesikannya.
5) Tahap kelima: perasaan di ekspresikan secara bebas dalam tahap ini.
6) Tahap keenam: diri sebagai objek menghilang. Ketidaksesuaian antara
pengalaman dan kesadaran perasaan yang hidup sebagai hal yang
hilang. Dalam tahap ini tidak terdapat masalah yang datang dari dalam
ataupun dari luar, klien melihat dirinya secara subjektif.
7) Tahap ketujuh: diri klien menjadi subjek yang lebih sederhana dan
mencerminkan kesadaran dan pengalamannya.

c. Hasil
Hasil konseling karir client-centered dapat dibatasi dalam term-term
tertentu yang diterima selama proses interaksi konselor klien. Patterson
(1974) bersama Grummon menyatakan bahwa tujuan awal konseling atau
psikoterapi dari client-centered adalah perkembangan klien dalam proses
dengan menimbang tujuan akhir yaitu untuk mewujudkan aktualisasi diri
sehingga klien dapat memutuskan pilihan karir yang sesuai dengan diri dan
pengalaman serta informasi dunia kerja yang dimilikinya.

20
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
AKU HARUS BAGAIMANA SETELAH LULUS SMA?

A. Identifikasi Masalah
Masalah yang dihadapi siswa adalah bingung dalam menentukan pilihan karir
setelah lulus SMA. Di satu sisi konseli ingin melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi,
karena konseli tahu bahwa sebenarnya dia punya potensi dan konseli tergolong siswa
yang cerdas di sekolahnya. Tetapi di sisi lain karena keterbatasan biaya, maka konseli
harus bekerja. Tetapi yang konseli tahu pekerjaan bagi para lulusan SMA adalah
menjadi karyawan pabrik. Apalagi tempat tinggal konseli dekat dengan kawasan
industri (pabrik). Menjadi karyawan pabrik pun kadang agak sulit, karena harus
melewati serangkaian tes, yang belum tentu lulus. Jika lulus maka diterima oleh
perusahaan sebagai karyawan kontrak, kurang lebih 1 tahun. Tetapi jika tidak lulus,
maka sudah pasti menganggur yang harus menjadi pilihan, walaupun itu sangat
terpaksa.

B. Aku Harus Bagaimana Setelah Lulus SMA?

Berikut salah satu contoh permasalahan yang dihadapi oleh siswa yang
ternyata dialami oleh hampir seluruh siswa.
1. Identitas Konseli
Nama : YS
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 17 Tahun
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 21 September 2004
Alamat : Bandung
Agama : Islam
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Sopir

21
Ibu : Ibu rumah tangga

2. Deskripsi Masalah
a) Gejala Masalah yang Nampak
Konseli terlihat kebingungan, hal ini disebabkan karena adanya
kecemasan dalam menghadapi masa depan kehidupannya khususnya
tentang masalah pengambilan keputusan karir yang harus diambil setelah
lulus SMA, karena dengan keterbatasan ekonomi keluarga, melanjutkan
ke perguruan tinggi hanya sebatas harapan dan keinginan padahal, konseli
merupakan siswa yang cukup cerdas di sekolah. Dengan keterbatasan
tersebut, konseli berpikir bahwa jenjang karir setelah lulus SMA hanyalah
sebatas menjadi karyawan pabrik saja, sedangkan ia tidak menginginkan
hal tersebut. Hal yang di harapkan konseli adalah kehidupan yang lebih
baik dengan adanya peningkatan secara financial yang tentunya di dapat
dengan menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi, misalnya dengan
kuliah di perguruan tinggi.
Infografis 4 : Alasan Siswa Memilih Kuliah

b) Faktor Penyebab
Faktor penyebab dari masalah yang dihadapi adalah keadaan ekonomi
keluarga konseli yang memiliki keterbatasan dalam membiayai konseli
untuk kuliah.

22
Infografis 5 : Kegalauan Sebelum Memilih Kuliah

3. Analisis Kasus
a) Kekuatan
Konseli merupakan siswa yang cukup cerdas di sekolahnya dan
konseli memiliki keinginan yang besar untuk melanjutkan kuliah di
perguruan tinggi.
b) Kelemahan
Biaya kuliah merupakan hal penting untuk dipikirkan ketika seseorang
masuk perguruan tinggi, mengingat mahalnya biaya pendidikan di
perguruan tinggi sehingga diperlukan pihak yang mampu membiayainya.
Adapun pihak yang diharapkan pada umumnya adalah keluarga. Tetapi
karena keterbatasan ekonomi, keluarga kurang mendukung keinginan
konseli untuk kuliah dan menginginkan konseli bekerja.

c) Peluang
Dengan kecerdasan yang dimiliki konseli, maka dapat di usahakan
pengajuan beasiswa atau bekerja sambil kuliah atau berusaha bisnis kecil-
kecilan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi bagi konseli.
d) Tantangan

23
Konseli dapat melanjutkan kuliah jika beasiswa yang diajukan bisa
konseli peroleh. Tetapi apakah beasiswa dapat mencukupi kebutuhan
konseli selama kuliah? Dan apakah beasiswa itu dapat membiayai konseli
selama kuliah? Kemungkinan, konseli harus kuliah sambil bekerja. Namun,
mampukah konseli membagi waktunya? Kemudian, jika konseli harus
bekerja, apakah konseli mampu menghadapi berbagai tantangan dunia kerja
yang belum pernah dia alami sebelumnya?
4. Alternatif Bantuan yang Diberikan
a. Diagnosis
Permasalahan yang dihadapi oleh konseli setelah dilakukan diagnosis
mencakup dua aspek yaitu:
1) Immaturity (ketidakmatangan): kekurangan informasi tentang diri dan
dunia kerja.
2) Maladjustment (ketidaksesuaian): penolakan terhadap pilihan karir
setelah lulus SMA jika konseli harus bekerja di pabrik.
b. Proses
1) Tahap pertama: Awalnya, konseli merasa segan untuk menceritakan
permasalahannya kepada konselor.
2) Tahap kedua: Konseli mulai bertanya kepada konselor seputar karir,
karena konseli berfikir bahwa dirinya memerlukan masukan dan
bantuan dari konselor.
3) Tahap ketiga: Konseli menyampaikan keinginannya untuk
membicarakan persoalannya kepada konselor seputar karir.
4) Tahap keempat: Konseli masih sulit dalam menceritakan
permasalahannya.
5) Tahap kelima: Konseli mulai menceritakan masalahnya secara
gamblang, bahwa yang terjadi pada dirinya adalah kesulitan dalam
merencanakan karir karena adanya kesenjangan antara bakat dan
potensinya dengan keadaan ekonomi keluarganya.
6) Tahap keenam: Konseli mencoba menetapkan pilihan karir untuk
merencanakan masa depannya.

24
7) Tahap ketujuh: Konseli sudah bisa mengambil keputusan tentang
perencanaan karirnya.

Pemberian layanan informasi seputar pilihan karir yang akan diambil oleh
konseli, yaitu dengan memberikan gambaran mengenai berbagai
konsekuensi yang mungkin dapat ditemui oleh konseli, apabila konseli
memilih untuk melanjutkan kuliah atau bekerja di pabrik, atau usaha bisnis
kecil-kecilan.
Memberikan pemahaman kepada konseli agar konseli mampu memahami
diri mencakup kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, kesesuaian minat
dengan pilihan karir, dan kesesuaian antara bakat dengan pilihan karir yang
mungkin diambil.
c. Hasil
Dengan pemberian informasi yang telah diberikan diharapkan konseli dapat
memahami mengenai diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya,
konseli dapat memahami konsekuensi mungkin terjadi, dan konseli mampu
membuat perencanaan karir dengan mempertimbangkan kemampuan diri
dan pilihan karir yang telah dipahaminya.

25
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Dalam
perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang
diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap
mandiri dan dewasa. Memang banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda
keremajaan, namun seringkali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik
dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang.
Dalam setiap periode kehidupan, ada tugas-tugar perkembangan yang harus
dipenuhi oleh setiap individu, termasuk masa remaja. Dalam melaksanakan tugas-
tugas perkembangannya, adakalanya individu mengalami hambatan atau gangguan
yang akan menghambat tugas perkembangan pada tahap selanjutnya. Adapun salah
satu masalah yang sering dialami oleh remaja adalah kesulitan dalam memilih karir
yang akan ditempuh selama hidupnya.
Karir merupakan perwujudan diri yang bermakna melalui serangkaian
aktivitas dan mencakup seluruh aspek kehidupan yang diwujudkan oleh adanya inner
personal pada setiap individu. Pada hakekatnya karir adalah serangkaian proses yang
terjadi selama perjalanan hidup individu, sejak ia lahir sampai meninggal dunia
sehingga harus direncanakan dengan matang.
Dengan bantuan tes MBTI siswa mengetahui tipe kepribadiannya dan
diberikan rekomendasi karir yang sesuai dengan tipe kepribadiannya sehingga siswa
merasa lebih percaya diri terhadap pilihan karirnya.
Tujuan awal dari konseling client-centered adalah perkembangan konseli
dalam proses dengan menimbang tujuan akhir yaitu untuk mewujudkan aktualisasi
diri sehingga konseli dapat memutuskan pilihan karir yang sesuai dengan diri dan
pengalaman serta informasi dunia kerja yang dimilikinya.
Client centered memandang bahwa kesulitan yang dialami individu dalam
menentukan pilihan karir disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang diri,

26
kurangnya pemahaman tentang dunia kerja serta penolakan terhadap dunia kerja atau
penolakan terhadap diri sehingga pendekatan client centered berusaha untuk
memberikan pemahaman kepada konseli baik mengenai diri maupun dunia kerja
sehingga konseli tidak akan kesulitan dalam menentukan pilihan karirnya.

B. Saran
Mengingat pentingnya karir dalam kehidupan seseorang, maka kami
menyarankan kepada konselor sekolah untuk lebih meningkatkan pemberian
bimbingan karir kepada para siswanya karena berdasarkan pengamatan kami, selama
ini pemberian bimbingan karir lebih difokuskan kepada siswa kelas 3 padahal pada
kenyataannya bimbingan karir bagi siswa kelas 1 dan 2 pun tidak kalah pentingnya.
Hal ini dilakukan agar para siswa mempunyai persiapan lebih dini dalam menentukan
pilihan karirnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad dkk. 2008. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik).


Jakarta: Bumi Aksara.
Hurlock, Elizabeth B. 1994. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Langlier, Judi dkk. 2003. Kamu Pasti Bisa Sukses. Bandung: MLC.
Santrock, Jhon W. 2003. Adolecence Perkemangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Sudarmi, Iim. 2006. Buku Panduan Pengembangan Diri dan Bimbingan Konseling.
Bandung: Pustaka Bani Quraisyi.
Sukardi, Dewa Ketut. 1984. Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Balai
Pustaka.
WS Winkel. 1991. Bimbingan dan konseling di Institusi pendidikan. Jakarta : PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Google. 2021. Infografis Kegalauan Remaja

28
LAMPIRAN

29
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MENGUNGKAP
MASALAH KARIR

Nama Konseli : YS

1. Dalam hal pemilihan karir, kelebihan apa yang anda rasakan yang ada dalam
diri?
2. Dalam hal pemilihan karir, kelemahan apa yang anda rasakan yang ada dalam
diri?
3. Apa usaha anda untuk mengatasi kelemahan tersebut?
4. Anda berminat pada jenis pekerjaan seperti apa?
5. Bakat apa yang anda miliki?
6. Tujuan atau rencana karir Anda dalam bidang apa?
7. Kesempatan atau lowongan kerja apa saja yang tersedia di sekitar Anda?
8. Langkah-langkah apakah yang akan Anda tempuh dalam mempersiapkan karir?

30
DESKRIPSI HASIL WAWANCARA

1. Dalam pemilihan karir, kelebihan saya adalah saya mempunyai sikap tekun, dan
prestasi akademik saya yang lumayan bagus.
2. Kekurangan yang saya rasakan adalah kondisi ekonomi keluarga yang terbatas
sehingga saya merasa kebingungan, jika saya melanjutkan kuliah bagaimana
dengan biayanya, karena jujur saja, ada rasa ketakutan jika saya melanjutkan
kuliah, ketika kuliah sedang berjalan saya harus berhenti karena terhambat
dengan masalah biaya.
3. Usaha yang akan saya lakukan terkait dengan permasalah tersebut adalah
mungkin setelah selesai sekolah, saya akan mencoba untuk bekerja terlebih
dahulu untuk mengumpulkan biaya kuliah. Tetapi justru yang menjadi masalah
adalah apakah saya bekerja dahulu setelah lulus sekolah atau langsung
melanjutkan kuliah.
4. Minat terhadap jenis pekerjaan jika hanya berbekal ijazah SMA mungkin hanya
sekedar bekerja di Pabrik Garmen, kebetulan lingkungan dekat rumah adalah
industri Garmen . Tetapi saya merasa tidak memiliki keterampilan apa-apa untuk
bekerja di Pabrik. Jika saya memiliki kesempatan untuk melanjutkan kuliah saya
berminat untuk kuliah di bidang pendidikan, karena saya berminat untuk menjadi
guru.
5. Bakat saya adalah pandai berhitung, nilai matematika saya selalu bagus. Saya,
mudah dalam menghafal pelajaran.
6. Rencana karir saya, disesuaikan dengan minat saya yaitu ingin menjadi guru, ya
berarti di bidang pendidikan.
7. Kesempatan bekerja yang tersedia disekitar saya, seperti yang saya katakan tadi
adalah bekerja di Industri Garmen.

31
8. Saya mungkin akan bekerja dulu, lalu melajutkan kuliah. Jadi mungkin saya akan
ikut tes untuk masuk pabrik itu. Baru setelah saya rasa uangnya cukup untuk
kuliah saya akan kuliah dan mengikuti SBMPTN.

32

Anda mungkin juga menyukai