Disusun oleh :
Faisal Firdaus Awwaludin (20010259)
Ismi siti hanafiatul kamalah (20010254)
Oktavia lestari (20010247)
Silmi Khoerun nisa (20010234)
Wanda Novia Christiana (20010292)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar belakang...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah......................................................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Definisi kematangan karir......................................................................................................6
B. Teori perkembangan dari Ginzerg.............................................................................................7
C. Tahapan perkembangan karir.....................................................................................................7
D. Penyesuaian diri dengan pekerjaan............................................................................................9
E. Penilaian pekerjaan terhadap penyesuaian...............................................................................10
F. Ciri-ciri individu dengan kematangan karir.............................................................................11
G. Bahaya karir.........................................................................................................................11
H. Stabilitas Pilihan Pekerjaan..................................................................................................12
I. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Stabilitas Pekerjaan......................................................13
J. Penyesuaian Diri Dengan Pekerjaan........................................................................................13
K. Pengangguran......................................................................................................................14
BAB III
.....................................................................................................................................................16
KESIMPULAN
.............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyesuaian pertama yang dianggap pokok adalah memilih bidang yang cocok
dengan bakat, minat dan faktor psikologis. Banyak kasus dalam memilih bidang kerja
yang tidak cocok dengan bakat dan minat (suara hati kecil) tetapi dipilih karena besarnya
pengaruh sosial yang ada, justru akan menimbulkan ketidakpuasan terhadap hasil
karyanya, tidak merasa mencintai tugasnya dan akhirnya prestasi kerjanya menurun
sangat drastis. Sehubungan dengan itu, maka beberapa orang dewasa telah menentukan
pilihannya jauh – jauh hari sebelum mereka bekerja sehingga jauh – jauh hari pula
mereka melatih diri sesuai dengan prasyarat yang diperlukan untuj jenis tugas yang
mereka anggap cocok dengan minat dan bakatnya. Sebaliknya, masih banyak juga orang
dewasa muda yang bingung tentang apa yang akan mereka kerjakan dalam hidupnya
setelah selesai dari pendidikan tinggi SLTA, akademi bahkan yang tamat dari perguruan
tinggi.
Situasi yang lebih memperburuk adalah mereka sering menjumpai kenyataan dalam
hidup bahwa apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka inginkan untuk dilakukan
ternyata tidak tersedia di masyarakat, kantor dan bidang kerja lainnya. Bisa juga terjadi
karena mereka memang tidak mempunyai cukup bekal ilmu dan keterampilan serta
pengalaman yang sesuai dengan persyaratan pekerjaan yang ditawarkan, padahal sekolah
atau kursus yang diikutinya sesuai dengan bidang pekerjaan yang ditawarkan.
Banyak orang dewasa muda yang tidak atau kurang memiliki ketrampilan untuk
pekerjaan tertentu serta tidak sesuai pula dengan ketrampilan dan pengetahuan yang
dimiliki. Masa ini disebut “masa berharap bekerja (job hopping)” yang biasa terjadi pada
waktu orang dewasa berusia 20an – 30an. Memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan
minat dan bakatnya dapat dilihat dari beberapa faktor umum seperti apakah dirinya
menyukai jenis pekerjaan yang dipilihnya, mampu menyelesaikan tugas-tugas tertentu
dengan baik, dan keharusan membayar uang atau tanggung jawab lainnya. Orang dewasa
muda yang mempunyai tanggung jawab untuk menanggung beban keluarga sering lebih
cepat dalam menentukan bidang pekerjaan yang diminati dibandingkan dengan orang
dewasa muda yang tidak mempunyai tanggungan keluarga.
Penyesuaian kedua yang dianggap penting bagi orang dewasa muda adalah pilihan
jurusan harus dilakukan dengan mantap. Cara ini tidak selalu dapat dilakukan baik oleh
pria maupun wanita untuk berpindah pekerjaan. Bagaimanapun juga kalau perubahan
jenis pekerjaan sebagai karier dilakukan pada saat seseorang menjelang akhir usia 30-an
maka tindakan ini dianggap terlambat.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kematangan karir?
2. Bagaimana tahapan dari kematangan karir?
3. Apa kematangan karir menurut teori Ginzerg?
4. Apa saja ciri-ciri individu yang matang terhadap karirnya?
5. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir?
1.3 Tujuan
1. Memahami apa itu kematangan karir
2. Mengetahui apa saja tahapan dalam kematangan karir
3. Memahami teori kematangan karir menurut teori Ginzerg
4. Mengetahui ciri-ciri individu yang karirnya matang
5. Mengetahui apa saja factor-faktor kematangan karir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi kematangan karir
1. Konsep kematangan karir
Konsep kematangan karir (career maryrity) berawal dari perkembangan teori
perilaku karir yang dikemukakan oleh Super (Dhillon & Kaur dalam Mubiana, 2010).
Pickworth (dalam Mubiana, 2010) mendefinisikan kemtangan karir sebagai kesiapan
individu untuk menghadapi tugas – tugas perkembangan yang harus dihadapinya
karena perkembangan biologis dan social serta harapan masyarakat terhadap individu
yang telah mencapai tahap perkembangannya. Levinso, Ohler, Caswell dan Kiewra
(dalam Aquila, 2012) menyebutkan kematangan karir adalah kesadaran atas
kemampuan membuat pilihan karir yang sesuai dengan diri individu yang meliputi
kesadaran akan hal – hal yang diperlukan dalam membuat keputusan karir serta
pilihan karir yang relistis dan konsisten sepanjang waktu. Menurut Super (dalam
Coertse dan Schepers, 2004) kematangan karir adalah istilah normative yang merujuk
pada sejauh mana remaja memiliki kematangan karir jika mereka dapat membuat
keputusan karir ternatif dan telah memiliki pengetahuan mengenai alternatif –
alternatif Pendidikan dan pekerjaan.
2. Perkembangan karir
Crites (dalam Coertse & Schepers, 2004) menyebutkan bahwa
kematangan karir akan meningkat sepanjang waktu dan tahap paling penting dalam
perkembangan karir adalah fase pembentukan (establishment phase) pada usia 16
- 25 tahun. Super (dalam Coertse & Schepers, 2004) mengemukakan lima tugas -
tugas perkembangan karir dimana setiap individu akan melalui kelima tahap berikut:
3. Kematangan karir
Super (Ilfiandra, 1997;53) mendefinisikan kematangan karir sebagai bentuk
kongruensi antara perilaku vokasional individual dengan perilaku vokasional yang
diharapkan pada usianya. Sedangkan Dillanrd (1985:32) memberikan pendapat
mengenai indikasi kematangan karir, bahwa sikap individu dalam pembuatan
keputusan karir ditampilkan oleh tingkat konsistensi pilihan karir dalam satu periode
tertentu.
Dalam Supraptono (1994:21), Westbrook menjelaskan bahwa kontruk
kematangan karir mencakup berbagai dimensi perilaku baik dalam aspek afektif
maupun aspek kognitif. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa variable – variable seperti
kemampuan memecahkan masalah, perencanaan, kepemilikan informasi pekerjaan,
pemahaman diri, dan kemampuan menetapkan tujuan, pada dasarnya akan mencakup
pengetahuan dan kemampuan dalam domain kognitif dari kematangan karir.
Sedangkan variable lain seperti keterlibatan, orientasi, kemandirian, minat, ketepatan
konsepsi, pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam domain afektif dari dimensi
kematangan karir.
B. Teori perkembangan dari Ginzerg
Menurut pandangan Eli Ginzerg bahwa individu melalui 3 fase pemilihan karier yaitu
fantasi, tentative dan realistik. Dulu ketika kita ditanya ingin menjadi apa jika dewasa
nanti, anak kecil mungkin akan menjawab “ingin jadi dokter, pahlawan, guru, bintang
film” dan masih banyak lagi. Pada masa anak-anak, masa depan tampaknya memiliki
kesempatan yang tidak terbatas. Ginzerg berpendapat bahwa sampai usia ± 11 tahun, anak
masih berada pada fase fantasi dari pemilihan karier. Mulai usia 11-17 tahun remaja
berada dalam fase tentative dalam pemilihan karier, sebuah transisi dari fase fantasi pada
masa anak-anak menuju pengambilan keputusan yang realistic pada masa dewasa muda.
Perubahan cara berpikir dari yang subjektif menjadi pemilihan karier yang lebih
realistic terjadi sekitar usia 17-18 tahun. Periode dari 17-18 tahun menuju awal 20-an
disebut sebagai fase realistik dari pemilihan karier. Pada fase ini individu mengeksplorasi
lebih luas karier yang ada, kemudian memfokuskan diri pada karier tertentu dan akhirnya
memilih pekerjaan tertentu dalam karier tersebut (seperti ahli bedah tulang dan
sebagainya).
G. Bahaya karir
Selama tahun-tahun awal masa dewasa maka ada dua hal penting yang merupakan
resiko bagi penyesuaian diri dan sosial yaitu ketidakpuasan kerja dan pengangguran.
Disamping mempengaruhi prestasi kerja ketidakpuasan dengan pekerjaan mempunyai
banyak konsekuensi jangka panjang yang serius. Pertama, motivasi menjadi menurun
sampai titik terendah dimana pekerjaan hanya dipandang sebagai kebiasaan saja, bekerja
selalu dibawah rata-rata kemampuannya. Konsekuensi jangka panjang kedua dari
ketidakpuasan kerja adalah bahwa pekerja mengungkapkan keluhannya dan memperoleh
reputasi sebagai pengeluh dan sumber kegaduhan suatu reputasi yang dibawa dari satu
pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Konsekuensi yang ketiga adalah bahwa akan timbul sikap
terhadap kerja dan orang-orang yang mempunyai wewenang. Banyak sikap bermusuhan
yang agresif yang membuat pekerja “tukang mengeluh” berasal dari ketidakpuasan
habitual yang mereka perolehdari pekerjaannya.
Bahaya pekerjaan yang kedua dan kurang bersifat umum adalah pengangguran yang
tingkatnya bergantung pada tiga kondisi berikut pertama, apabilapengangguran itu atas
dasar sukarela maka efeknya akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang yang
menganggur karena terpaksa. Contohnya, seorang dewasa yang berhenti bekerja dengan
tujuan memperoleh pekerjaan baru yang lebih baik maka efeknya lebih kecil ketimbang
orang yang menganggur karena dipecat. Kedua, lamanya waktu menganggur menentukan
tinggi rendahnya tingkat efek psikologisnya.
Penyesuaian pertama yang dianggap pokok adalah memilih bidang yang cocok
dengan bakat, minat, dan faktor psikologis lainnya secara hakiki sulit dipungkiri agar
kesehatan mental dan fisiknya sebagai orang dewasa dapat terjaga. Karena banyaknya
kasus dalam memilih bidang kerja yang tidak cocok dengan bakat dan minat (suara hati
kecil) tetapi dipilih karena besarnya pengaruh sosial yang ada, justru menimbulkan
ketidakpuasan terhadap hasil karyanya, tidak merasa mencintai tugasnya dan akhirnya
prestasi kerja menurun.
Beberapa orang dewasa telah menentukan pilihannya daru jauh-jauh hari pula mereka
melatih diri sesuai persyaratan yang diperlukan untuk jenis tugas yang dianggap cocok
dengan minat dan bakatnya. Sebaliknya, masih banyak orang dewasa yang bingung
tentang apa yang mereka kerjakan dalam hidupnya setelah selesai pendidikan SLTA,
akademik, bahkan tamat perguruan tinggi. Situasi yang memperburuk adalah mereka
sering menjumpai kenyataan dalam hidup, bahwa apa yang mereka pikirkan dan apa yang
mereka inginkan untuk dilakukan tidak tersedia di masyarakat kantor dan bidang lainnya.
Bisa jadi situasi suram itu terjadi karena mereka memang tidak mempunyai cukup
bekal ilmu dan keterampilan serta pengalaman yang sesuai dengan persyaratan pekerjaan
yang ditawarkan. Dengan demikian adanya asumsi bahwa pemilihan bidang kerja, jurusan
yang sesuai dengan minat dan bakat atau jurusan yang kurikulumnya berisi kebutuhan
yang diperlukan untuk bekerja, menjadi semakin sulit ditemukan oleh setiap tingkat
generasi berikutnya. Situasi ini juga semakin mempersulit penyesuaian bakat dan minat.
Menurut Hurlock (2003) faktor yang menyulitkan pilihan pekerjaan antara lain:
a) Jumlah dan jenis pekerjaan yang berbeda yang akan dipilihnya terus bertambah
b) Pendidikan dan pelatihan yang dimiliki tidak memenuhi syarat.
c) Tugas-tugas yang kurang jaminan keamanannya.
d) Kemampuan seseorang untuk lalai karena pengalaman dan pelatihan yang pernah
diperolehnya sangat minim. (Hurlock, 2003: 279-230)
e) Pendidikan dan pelatihan yang diperolehnya tidak memenuhi syarat yang diperlukan
untuk memegang pekerjaan yang masih lowong.
KESIMPULAN
Jatmika, D., & Linda, L. (2017). Gambaran kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir.
Psibernetika, 8(2).
Lestari, I. (2017). Meningkatkan kematangan karir remaja melalui bimbingan karir berbasis
life skills. Jurnal Konseling GUSJIGANG, 3(1).
Putri, S. A. P. (2012). Karir dan pekerjaan di masa dewasa awal dan madya. Majalah Ilmiah
Informatika, 3(3). 193-212
Hurlock, E. (2003). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan). Jakarta: Erlangga.
Santrock, J. (2011). Life Span Development. Jakarta: Erlangga