Anda di halaman 1dari 43

+

PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
GIGI DAN MULUT
MELITA SYLVYANA, drg., SpBM
SMF BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
RSUP Dr.HASAN SADIKIN, BANDUNG
+
Tujuan Pembelajaran

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Mampu melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan gigi dan
mulut

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


1. Menjelaskan konsep penatalaksanaan kegawatdaruratan gigi
dan mulut
2. Menjelaskan prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan
3. Menjelaskan jenis kegawatdaruratan gigi dan mulut
4. Melakukan penanganan kegawatdaruratan gigi dan mulut
+
Pokok Bahasan

1. Konsep Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Gigi dan


Mulut
A. Pengertian Gawat Darurat
B. Tujuan Penanganan Gawat Darurat

2. Prinsip Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

3. Jenis Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut

4. Cara Penanganan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut


+ Konsep Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan
Gigi dan Mulut
+
Pengertian Gawat Darurat

 Gawat : Suatu keadaan yang mengancam jiwa

 Darurat : suatu keadaan yang sifatnya memerlukan


penanganan yang segera

 Gawat Darurat : keadaan klinis pasien yang membutuhkan


tindakan medis segera, guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU No. 44 tahun 2009)
+
Tujuan Penanganan Gawat Darurat

1) Mencegah kematian dan kecacatan permanen

2) Merujuk pasien gawat darurat melalui sistem rujukan


untuk memperoleh penanganan yang lebih memadai

3) Menanggulangi korban bencana


+
Triase

 Konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan tujuan


untuk mengkategori Prioritas Kegawatdaruratan Medis dan
Penyakitnya

 Seleksi Pasien berdasarkan:


1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat meninggal dalam hitungan jam
3. Trauma ringan
4. Sudah meninggal
+
Prinsip Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan
+
Prinsip Penatalaksanaan
Kegawatdaruratan
 Survei Primer
1. Kesadaran : GCS (Glasglow Coma Scale)
2. Jalan Nafas
3. Pernafasan
4. Sirkulasi
Bantuan Hidup Dasar
 Survei Sekunder
Periksa kepala, leher, dada, abdomen, pelvis, anggota gerak, dan
punggung belakang; menggunakan DCAP-BTLS:
D = deformitas
C = contusions – kontusio / krepitasi
A = abrasi
P = penetrasi / gerakan paradoks
B = burns – luka bakar
T = tenderness – nyeri
L = laserasi
S = swelling – bengkak

 Stabilisasi Pasien : menjamin kelancaran jalan nafas, pemulihan


sistem respirasi dan sirkulasi, menghentikan sumber
perdarahan , menggantikan cairan tubuh yang hilang dan
mengatasi rasa nyeri dan gelisah.
+
Jenis Kegawatdaruratan
Gigi dan Mulut
+
Nyeri Dentofasial Akut

 Pulpitis Irreversible

 Gangren Pulpa / Gangren Radiks

 Periodontitis

 Gingivitis

 Abses Periapikal

 Kelainan TMJ
+
Infeksi Oromaksilofasial

 Gejala dan Tanda:


 Pembengkakan pada daerah
oromaksilofasial
 Rasa sakit / nyeri akut
 Demam (+/-)
 Lemah (+/-)
 Riwayat sakit gigi sebelumnya (+/-), trauma
(+/-), gigitan serangga / binatang (+/-)
 Sulit buka mulut
 Sulit menelan
 Sulit bernafas
Jenis Infeksi Oromaksilofasial

Karakteristik Edema Selulitis Abses


Durasi 0–3 hari 1–5 hari 4–10 hari
Sakit, pinggiran Ringan, difus Difus Terlokalisir
Ukuran Variasi Besar Lebih kecil
Warna Normal Merah Bercahaya pada
pusat
Konsistensi Seperti Jelly Seperti papan Lunak di tengah
Progresi Meningkat Meningkat Menurun
Pus Tidak ada Tidak ada Ada
Bakteri Aerob Campuran Anaerob
Keparahan Rendah Paling parah Sedang
+
Perdarahan Oromaksilofasial

 Penyebab Perdarahan:
1. Luka paska pembedahan
2. Luka akibat trauma maksilofasial
3. Perdarahan spontan karena kelainan sistemik

 Macam Luka:
1. Kontusio
2. Abrasi
3. Laserasi
4. Punctum
5. Avulsi
6. Gigitan
+
Trauma Dentoalveolar dan
Maksilofasial
 Penyebab :
 Kecelakaan lalu lintas
 Perkelahian
 Jatuh
 Kekerasan rumah tangga
 Olah raga

 Gejala dan tanda


 Perdarahan
 Bengkak
 Rasa sakit hebat
 Deformitas wajah
 Gangguan oklusi
+ Cara Penanganan
Kegawatdaruratan
Gigi dan Mulut
+
Penatalaksanaan Nyeri Dentofasial
Akut
 Prinsip 1 : Tentukan etiologi dari penyakit

 Prinsip 2: Evaluasi status kondisi umum pasien


 Prinsip 3: Penatalaksanaan nyeri akut
1. Pemberian analgesik dan anti inflamasi yang
adekuat dengan rasional
2. Menghilangkan penyebab/etiologi infeksi
 Prinsip 4: Lakukan pemeriksaan penunjang
 Prinsip 5: Tentukan apakah pasien dapat dirawat atau
harus dirujuk ke spesialis bedah mulut /lgigi lainnya
+
Penatalaksanaan Infeksi
Oromaksilofasial
 KRITERIA MEMERLUKAN DIRUJUK KE RUMAH SAKIT

1. Kesulitan bernafas

2. Kesulitan menelan

3. Dehidrasi

4. Trismus sedang – berat (pembukaan mulut kurang dari 20 mm)

5. Pembengkakan meluas melewati tulang alveolar

6. Peningkatan temperatur tubuh (> 37,50C )

7. Tubuh lemas sekali dan tampak toksis

8. Pasien dengan kompromis medis


Prinsip 1 : Tentukan tingkat keparahan infeksi
Prinsip 2: Evaluasi status pertahanan
tubuh/imunologis pasien
Prinsip 3: Tentukan apakah pasien dapat dirawat atau
harus dirujuk ke spesialis bedah mulut.
Prinsip 4: Penatalaksanaan infeksi
1. Pemberian AB dan analgesik yang adekuat
dengan rasional
2. Insisi drainase
3. Menghilangkan penyebab/etiologi infeksi
Prinsip 5: Support kondisi sistemik pasien
Prinsip 6: Evaluasi dan monitoring kondisi pasien
secara berkala
+
Penatalaksanaan Perdarahan

 Prinsip 1 : Tentukan causa dari perdarahan dan sumber perdarahan .


Tampon / kasa tekan untuk menghentikan perdarahan.

 Prinsip 2: Evaluasi status kondisi umum pasien (baik / memerlukan

 Prinsip 3: Tentukan apakah pasien memerlukan pemeriksaan


laboratoris penunjang

 Prinsip 4: Penatalaksanaan perdarahan


1. Pemberian ATS / TT bila diperlukan
2. Lakukan debridment dan penutupan luka bila diperlukan

 Prinsip 5: Pemberian Antibiotik, analgesik dan obat penghenti


perdarahan bila diperlukan.

 Prinsip 6: Evaluasi dan monitoring kondisi pasien secara berkala


+
Penatalaksanaan Trauma
Dentoalveolar dan Maksilofasial
 Prinsip 1 : Tentukan tingkat keparahan trauma
 Prinsip 2: Evaluasi status / kondisi umum pasien
 Prinsip 3: Tentukan apakah pasien dapat dirawat atau harus
dirujuk ke spesialis bedah mulut.
 Prinsip 4: Penatalaksanaan trauma oromaksilofasial
1. Evaluasi dan immobilasi kemungkinan cedera servikal
2. Evaluasi adanya kemungkinan trauma kepala
3. Penutupan luka sobek
4. Fiksasi / imobilisasi sementara fraktur
 Prinsip 5: Support kondisi sistemik pasien
+
PELATIHAN PENJAHITAN
+
Tahapan Pelatihan Penjahitan

 Tindakan Aseptik dan antiseptik

 Irigasi dan debridement loka

 Nekrotomi

 Penjahitan single interrupted

 Penjahitan angka delapan


+
TERIMA KASIH
BEBERAPA MATERIAL YANG DIPERLUKAN
DALAM PENJAHITAN

1. Jarum Melengkung ( bengkok ).


Adalah bentuk jarum yang
A. Bentuk: paling sering digunakan te-
rutama pada penjahitan
dangan ruangan yang sempit.
Lurus Terdiri atas :
Digunakan bila 1/4 lingkaran
manipulasi penjahitan 3/8 lingkaran
dapat dilalakukan secara 5/8 lingkaran
langsung.
Misalnya: pada,
penjahitan interdental.
Cutting (Penampang Reverse Cutting (Penampang
segitiga terbalik).
Segitiga). Adalah juga penampang jarum
Jarum ini mempunyai sudut-
yang paling banyak digunakan
sudut penampang yang
didalam mulut setelah
tajam, sehingga pada
penampang bulat.
jaringan lunak jarang
digunakan. Digunakan pada
penjahitan kulit, sub
kuutikular dan jaringan
fibrous yang sulit
ditembus.
2. Benang
Pada dasarnya terdapat dua jenis benang,
yaitu :

A. Benang yang dapat diserap


(Resorbable).Digunakan untuk jaringan yang
letaknya didalam, seperti:otot, Facia, dan
pembuluh darah.

Plain Cut Chromic Gut


Terbuat dari lapisan sub Direndam, dalam cairan
mukosa usus ternak. garam asam kromet,
Terserap seluruhnya setelah memperpanjang lama
70 hari dan,kekuatan resorbsinya.
renggangnya akan hilang Terserap seluruhnya
setelah,7-10 hari. setelah 90 hari dan
kekuatan renggannya
akan hilanng setelah
10 - 14 hari.
Plain Cut Chromic Gut

Kekurangan kedua benang diatas


yaitu : akan rusak bila di
keringkan schingga harus dikemas
dalam keadaan basah dan karena
bahannya kaku akan mengalami
sedikit kesulitan dalam pembuatan
simpulnya, serta akan menyebabkan
reaksi terhadap jaringan.
Benang yang dapat diserap (Resorbable).

Vicryl ( Dexon ( Polyglycolic


Polyglaktin 910 ) Acid )
Adalah merupakan Diserap seluruhnya
bahan sintetis, setelah hari ke 120
yang akan terserap dan, kekuatan
seluruhnya setelah renggangnya sampai 28
60 - 90 hari dan hari.
kekuatan renggannya Reaksi yang
akan bertahan ditimbulkan terhadap
sampai 2 atau 3 jaringan sangat
minggu sedikit dan merupakan
benang teresorbsi
yang paling kuat.
BENANG TIDAK DAPAT DISERAP
(NON RESORBABLE)

Silk ( Sutera )
Untuk didalam mulut digunakan ukuran 3-0 sampai 6-
0,berwarna hitam dan putih. Digunakan untuk
penutupan luka atau sayatan pada kulit, membrane
mukosa., tendon dan fasia. Lebih kuat dan tahan
lama

Benang,sintetis: Nylon, Polyester


Dacron dan polypropilen.
Kurang reaktif dibanding, sutera dan dengan
ukuran sama akan mempunyai kekuatan yang lebih
baik.
MACAM-MACAM SIMPUL
JAHITAN
MACAM-MACAM JAHITAN

Macam-macam jahitan terdiri atas:


1. Jahitan terputus (interupted suture)
2. Jahitan bersambung(continous Suture)
3. Jahitan matras (matrass suture): Vertikal &
horizontal
4. Jahitan modifikasi: tension suture, blunket
suture (continous lock suture), button suture,
subcuticular suture.
5. Jahitan angka delapan
1.Jahitan Terputus
(Interupted Suture).

Adalah suatu tehnik penjahitan yang paling sering


digunakan untuk menutup luka pada daerah muka, luka
yang dalam serta pada penjahitan setelah pembedahan
yang dilakukan di dalam mulut, seperti penutupan
flap setelah pencabutan gigi yang impaksi, eksisi
frenulum labial dan pada penjahitan bedah lainnya.
Keuntungannya :
Tehnik penjahitan ini adalah kuat dan tiap jahitan
bebas sehingga bila salah satu jahitan terlepas
tidak akan mempengaruhi jahitan lainnya. Selain itu
dengan tehnik ini
kita. dapat membuat bermacam-macam jarak antara
tiap, jahitan dengan luka.
1.Jahitan Terputus
(Interupted Suture).
JAHITAN ANGKA DELAPAN

Digunakan pada penjahitan luka bekas


pencabutan gigi untuk memberikan
perlindungan pada daerah operasi.
KOMPLIKASI

Komplikasi pada penjahitan kebanyakan


adalah dikarenakan kesalahan operator,
yang dapat berupa:
• Penggunaan jarum yg terlalu besar pada jaringan lunak &
tipis
• Ukuran dan jenis benang yg tidak sesuai indikasi
• Melakukan tegangan yang berlebihan pada suatu jaringan
sehingga mengakibatkan ruptur atau robeknya jaringan
• Jarak tiap-tiap jahitan terlalu jauh, sehingga penutupan
luka tidak sempurna
• Pembuatan simpul yang longgar, sehingga jahitan dapat
terlepas sebelum waktunya
• Terlambatnya pembukaan jahitan, sehingga dapat
menimbulkan infeksi.
KESIMPULAN

Penyembuhan luka yang sempurna sebagai


tujuan dilakukannya penjahitan akan
tercapai dengan penggunaan bahan dan
tehnik jahitan yang disesuaikan dengan
indikasinya. Penjahitan dimaksudkan
untuk merapatkan kedua tepi luka, tetapi
jika dilakukan dengan tegangan yang
berlebih, tepi-tepi luka tumpang tindih
dan akan mengalami iskemi.
+
ANALGESIK
+

Anda mungkin juga menyukai