Anda di halaman 1dari 5

Teknik Horizontal

Menyikat gigi dengan teknik horizontal merupakan gerakan menyikat gigi ke depan
ke belakang dari permukaan bukal dan lingual (Ginanjar, 2006). Letak bulu sikat tegak lurus
pada permukaan labial, bukal, palatinal, lingual, dan oklusal dikenal sebagai scrub
brush. Caranya mudah dilakukan dan sesuai dengan bentuk anatomi permukaan kunyah
(Ginanjar, 2006). Abrasi yang disebabkan oleh penyikatan gigi dengan arah horizontal dan
dengan penekanan berlebih adalah bentuk yang paling sering ditemukan .

Gambar 1. Menyikat dengan teknik horizontal


b. Teknik vertical
Menyikat gigi dengan metode teknik vertical merupakan cara yang mudah dilakukan,
sehingga orang-orang yang belum diberi pendidikan bisa menyikat gigi dengan teknik ini
(Nio, B.K., 1987). Arah gerakan menyikat gigi ke atas ke bawah dalam keadaan rahang atas
dan bawah tertutup. Gerakan ini untuk permukaan gigi yang menghadap ke bukal/labial,
sedangkan untuk permukaan gigi yang menghadap lingual/palatal, gerakan menyikat gigi ke
atas ke bawah dalam keadaan mulut terbuka. Cara ini terdapat kekurangan yaitu bila
menyikat gigi tidak benar dapat menimbulkan resesi gusi sehingga akar gigi terlihat
(Ginanjar, 2006).

c.

Teknik Roll
Menyikat gigi dengan teknik roll merupakan gerakan sederhana, paling dianjurkan,
efisien, dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi,
jauh dari permukaan oklusal. Ujung bulu sikat mengarah ke apex. Gerakan perlahan-lahan
melalui permukaan gigi sehingga permukaan bagian belakang kepala sikat bergerak dalam
lengkungan. Waktu bulu sikat melalui mahkota gigi, kedudukannya hampir tegak terhadap
permukaan email. Ulangi gerakan ini sampai 12 kali sehingga tidak ada yang terlewat. Cara
ini dapat menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa makanan di daerah
interproksimal (Ginanjar, 2006). Menyikat gigi dengan roll teknik untuk membersihkan
kuman yang menempel pada gigi. Teknik roll adalah menggerakan sikat seperti berputar
(Rubianto, 2006).

Gambar 3. Menyikat gigi dengan teknik roll


d. Teknik Charters
Teknik menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan bulu sikat menekan pada gigi
dengan arah bulu sikat menghadap permukaan kunyah/oklusal gigi. Arahkan 45 pada daerah
leher gigi. Tekan pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal 10 kali
pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan terlebih dulu untuk membersihkan
daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada
pasien yang memakai orthodontic cekat/kawat gigi dan pada pasien dengan gigi tiruan yang
permanen (Donna Pratiwi, 2009)
e.

Teknik Bass
Teknik penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah leher gingival dan untuk
ini, ujung sikat dipegang sedemikian rupa sehingga bulu sikat terletak 45 terhadap sumbu
gigi geligi. Ujung bulu sikat mengarah ke leher gingival. Sikat kemudian ditekan
kearah gingiva dan digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat
masuk ke daerah leher gingival dan juga terdorong masuk diantara gigi geligi. Teknik ini
dapat menimbulkan rasa sakit bila jaringan terinflamasi dan sensitive. Bila gingival dalam
keadaan sehat, teknik bass merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik ini
merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan plak (Depkes, 1991).

f.

Teknik Stillman
Teknik ini mengaplikasikan dengan menekan bulu sikat dari arah gusi ke gigi secara
berulang-ulang. Setelah sampai di permukaan kunyah, bulu sikat digerakkan memutar. Bulu
sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi sambil membentuk sudut 45 dengan sumbu
tegak gigi seperti pada metode bass (Donna Pratiwi, 2009).

g. Teknik Fones / Teknik Sirkuler


Metode gerakkan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan pada posisi menggigit
atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan mengenai seluruh permukaan gigi atas dan
bawah (Donna Pratiwi, 2009).
h. Teknik Fisiologis
Teknik ini digunakan sikat gigi dengan bulu-bulu sikat yang lunak. Metode ini
didasarkan pada anggapan bahwa penyikatan gigi menyerupai jalannya makanan, yaitu dari
mahkota kearah gusi. Letak bulu sikat tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan tangkai
sikat gigi dipegang horizontal (Be Kie Nio., 1987).
i.

Teknik Kombinasi

Teknik ini menggabungkan teknik menyikat gigi horizontal (kirikanan), vertical (atas-bawah) dan sirkular (memutar), (Rini, 2007). Setelah itu dilakukan
penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya, terutama bagian atas lidah. Gerakan pada
lidah tidak ditentukan, namun umumnya adalah dari pangkal belakanglidah sampai ujung
lidah (Donna Pratiwi, 2009).

Tooth mousse adalah suatu krim berbahan dasar air berisi recaldent CPP-ACP (Casein
Phosphopeptide-Amorphous Calsium). Jika CPP-ACP diaplikasikan di rongga mulut maka akan
mengikat biofilms, plak, bakteri, hidroxyapatit, dan jaringan lunak melokalisir bioavailable Ca dan
Phospat. Saliva akan meningkatkan efektifitas dari CPP-ACP dan rasanya akan membantu
menstimulasi aliran saliva. Semakin lama CPP-ACP dan saliva berkontak di dalam mulut maka
hasilnya semakin efektif.
D. Indikasi
Untuk anak usia SD ( gigi campuran) pada elemen gigi yang sehat saja. Berbeda dengan Topical
Aplikasi pada Minimum Intervention elemen gigi yang diolesi dengan tooth mousse tidak harus sehat
semua.

E.

Kontra Indikasi

Tidak diperbolehkan pada pasien yang alergi protein, misal susu.

Minimum Intervensi

A. Pengertian
Minimum intervention merupakan suatu upaya pencegahan karies (gigi berlubang) pada elemen
gigi yang bebas karies (gigi berlubang) dengan menggunakan tooth mousse, yang diperuntukan
untuk anak usia SD (gigi campuran yang terdiri dari gigi susu dan permanen).
Tooth mousse adalah suatu krim berbahan dasar air berisi recaldent CPP-ACP (Casein
Phosphopeptide-Amorphous Calsium). Jika CPP-ACP diaplikasikan di rongga mulut maka akan
mengikat biofilms, plak, bakteri, hidroxyapatit, dan jaringan lunak melokalisir bioavailable Ca dan
Phospat. Saliva akan meningkatkan efektifitas dari CPP-ACP dan rasanya akan membantu
menstimulasi aliran saliva. Semakin lama CPP-ACP dan saliva berkontak di dalam mulut maka
hasilnya semakin efektif.

B.

Empat Prinsip Minimum Intervensi

1.) Mengendalikan penyakit melalui pengurangan flora Kariogenik.


2.) Remineralisasi awal lesi.
3.) Melaksanakan prosedur intervensi tindakan bedah seminimal mungkin hanya bila diperlukan.
4.) Memperbaiki dan bukan mengganti tumpatan yang rusak.

C. Fungsi Minimum Intervensi


Fungsi Minimum intervention antara lain:
1.) Mencegah karies (gigi berlubang)
2.) Melindungi gigi secara optimal
3.) Membantu meneteralisir perubahan asam dari bakteri acidogenic dalam plak.
4.) Menetralisir perubahan asam dari sumber asam lain baik internal maupun eksternal.

D. Indikasi
Untuk anak usia SD ( gigi campuran) pada elemen gigi yang sehat saja. Berbeda dengan Topical
Aplikasi pada Minimum Intervention elemen gigi yang diolesi dengan tooth mousse tidak harus sehat
semua.

E.

Kontra Indikasi

Tidak diperbolehkan pada pasien yang alergi protein, misal susu.

F.

Alat dan Bahan

Alat :

1.) Alat Oral Diagnostic (Kaca mulut, sonde, exsavator, pinset)


2.) Tounge holder
3.) Sikat gigi
Bahan :
1.) Catton roll
2.) Catton Pellet
3.) Tooth mousse

4.) Discloting Solution


5.) Pasta gigi

G. Cara Aplikasi Minimun Intervensi


1. Ambil skor plak pada gigi pasien, setelah diolesi discloting solution.
2. Bimbing pasien untuk menggosok gigi.
3. Ambil skor plak lagi untuk memastikan bahwa gigi benar-benar sudah terbebas dari plak.
4. Minta pasien untuk menggosok gigi kembali apabila masih terdapat warna disclosing solution
pada gigi pasien.
5. Setelah gigi bersih, gigi yang akan di minimum intervention diisolasi dan dikeringkan.
6. Olesi gigi dengan tooth mousse menggunakan catton pellet, biarkan didalam mulut selama 3
menit dan jangan meludah semakin lama tooth mousse dan saliva berkontak didalam mulut hasilnya
semakin efektif.
7. Setelah itu pasien diminta untuk berkumur, guna menghilangkan sisa-sisa tooth mousse dari
permukaan gigi.
8. Nasehati pada pasien jangan makan atau minum selama 30 menit setelah aplikasi tooth mousse.

Anda mungkin juga menyukai