Dokumen - Tips - Laporan Kasus Bphdoc
Dokumen - Tips - Laporan Kasus Bphdoc
I. IDENTITAS
Nama : Tn. R
Umur : 79 tahun
Pekerjaan : swasta
Masuk RS : 01 – 12 – 2009
keluhan buang air kecil tidak lancar, yang diikuti dengan rasa nyeri jika ingin
Sejak 2 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh buang air kecil
tidak lancar, pancaran air kencing pendek dari biasanya, aliran kencing terputus-
putus dan pasien harus mengedan saat ingin buang air kecil. Pasien juga mengeluh
Pasien mengeluh merasa tidak puas setelah buang air kecil karena masih merasa
ada sisa urin sehabis kencing. Bahkan pasien juga mengeluh sering bangun pada
malam hari untuk buang air kecil ± 5 kali setiap malam dalam 2 bulan terakhir,
1
Pada saat buang air kecil alirannya tidak pernah berhenti tiba-tiba dan tidak
disertai rasa sakit yang hebat pada ujung penis, batang penis dan di daerah pinggang.
Jika buang air kecil tidak pernah bercabang dan tidak mengeluarkan batu saat
kencing.
pernah mengeluarkan darah pada saat buang air kecil dan pasien menyangkal
Ayu dan sudah pasang selang kencing 3x dan jika selang dilepas pasien mengaku
2
IPSS (International prostat sympthom score)
1. Merasa masih terdapat sisa urin setelah kencing (4)
2. Harus kencing lagi padahal setengah jam yang lalu baru kencing (4)
3. Harus berhenti pada saat kencing dan segera mulai lagi berkali-kali (4)
4. Tidak dapat menahan keinginan untuk kencing (3)
5. Merasakan pencaran urin lemah (4)
6. Harus mengejan dalam memulai kencing (4)
7. 1 bulan terakhir berapa kali terbangun dari tidur malam hanya
untuk kencing (5)
8. Dengan keluhan seperti in bagaimana Anda menikmati hidup (6)
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 20 x/mnt
A. STATUS UMUM
- Kulit : warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, tugor
cukup
3
- Telinga : simetris, serumen kanan kiri (+), tidak ada kelainan bentuk
Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan Thorax
Jantung
Paru
4
Palpasi : simetris, vokal fremitus kanan=kiri, ketinggalan gerak
tidak ada .
Pemeriksaan Abdomen
Status Lokalis
Pemeriksaan Extremitas :
Reflek :
B. STATUS LOKALIS
Regio Abdominal
ada.
5
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Regio Anal.
Rectal toucher : Tonus sfingter ani cukup, ampula rekti tidak kolaps, mukosa
6
IV. RESUME
Anamnesa :
Pasien laki-laki
Umur 79 tahun
Dua bulan buang air kecil tidak lancar, pancaran lemah, mengedan, aliran
terputus-putus, dan tidak puas setelah buang air kecil (masih ada sisa setelah
kencing).
Sering bangun pada malam hari untuk buang air kecil ± 5 kali setiap malam
Buang air kecil tidak pernah bercabang dan tidak mengeluarkan batu.
Tidak pernah mengeluarkan darah saat buang air kecil dan tidak merasakan
Pemeriksaan Fisik
7
Status generalis : Dalam batas normal
Status lokalis :
R. Abdominal
Perkusi : Timpani
R. Genitalia Eksterna.
Regio Anal.
Rectal toucher : Tonus sfingter ani cukup, ampula rekti tidak kolaps, mukosa
8
V. DIAGNOSIS
Karsinoma prostat
Tumor buli-buli.
Laboratorium :
Darah lengkap: Hb, leukosit, LED, eritrosit, hitung jenis leukosit, ureum,
kreatinin.
Urine: Sedimen urine, Biakan urine.
PA post operasi
Radiologi :
USG
Cystogram
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Analgetik
Antibiotik.
Kateter
9
2. Operatif : Prostatectomy.
IX. PROGNOSIS.
Dubia ad Bonam.
10
LAMPIRAN
Pembedahan
Penyelesaian masalah pasien hiperplasia prostat jangka panjang yang paling
baik saat ini adalah pembedahan, karena pemberian obat-obatan atau terapi non
invasif lainnya membutuhkan jangka waktu yang sangat lama untuk melihat hasil
terapi.
Pembedahan ini dapat dikerjakan dengan cara operasi terbuka, reseksi prostat
transuretra (TURP), atau insisi prostat transuretra (TUIP atau BNI). Pembedahan
direkomendasikan pada pasien-pasien BPH yang:
1. tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa
2. mengalami retensi urin
3. infeksi saluran kemih berulang
4. hematuria
5. gagal ginjal
6. timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi saluran
kemih bagian bawah
A. Pembedahan Terbuka
Beberapa macam teknik operasi terbuka adalah metode dari Millin yaitu
melakukan enukleasi kelenjar prostate melalui pendekatan retropubik infrafesika,
Freyer melalui pendekatan suprapubik transvesika, atau transperineal. Prostatektomi
terbuka adalah tindakan yang paling tua yang masih banyak dikerjakan saat ini,
paling invasif, dan paling efisien sebagai terapi BPH. Prostatektomi terbuka dapat
dilalui melalui pendekatan suprapubik transvesikal (Freyer) atau retropubik
infravesikal (Millin). Prostatektomi terbuka dianjurkan untuk prostat yang sagat
besar (>100 gram).
Penyulit dapat terjadi setelah prostatektomi terbuka adalah: inkontinensia urin
(3%), impotensia (5-10%), ejakulasi retrograde (60-80%), dan kontraktur leher buli-
11
buli (3-5%). Dibandingkan dengan TURP dan BNI, penyulit yang terjadi berupa
striktura uretra dan ejakulasi retrograd lebih banyak dijumpai pada prostatektomi
terbuka. Perbaikan gejala klinis sebanyak 85-100%, dan angka mortalitas sebanyak
2%.
B. Pembedahan Endourologi
Saat ini tindakan TURP merupakan operasi paling banyak dikerjakan di
seluruh dunia. Oprerasi ini lebih disenangi karena tidak diperlukan insisi pada kulit
perut, massa mondok lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak banyak berbeda
dengan tindakan operasi terbuka. Pembedahan endourologi transuretra dapat
dilakukan dengan memakai tenaga elektrik TURP (Transurethral Resection of the
Prostate) atau dengan memakai energi Laser. Operasi terhadap prostat berupa reseksi
(TURP), insisi (TUIP), atau evaporasi.
12
diharapkan dapat mengurangi penyerapan air ke sirkulasi sitemik. Penggunaan cairan
non ionik lain selain H2O yaitu glisin dapat mengurangi resiko hiponatremia pada
TURP, tetapi karena harganya cukup mahal beberapa klinik urologi di Indonesia
lebih memilih pemakaian aquades sebagai cairan irigasi.
Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia,
atau retensi urin oleh karena bekuan darah. Komplikasi pasca bedah dini antara lain
perdarahan, infeksi lokal ataupun sistemik sedangkan komplikasi pasca bedah lanjut
Pada hiperplasi prostat yang tidak begitu besar, tanpa ada pembesaran lobus
medius dan pada pasien yang umurnya masih muda hanya dilakukan insisi kelenjar
prostat atau TUIP atau insisi leher buli-buli atau BNI (bladder neck incision).
3. Elektrovaporisasi prostat
Cara elektrovaporisasi prostat adalah sama dengan TURP, hanya saja teknik
ini memakai roller ball yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup kuat,
sehingga mampu membuat vaporisasi kelenjar prostat. Teknik ini cukup aman, tidak
banyak menimbulkan perdarahan pada saat operasi, dan massa mondok di rumah
sakit lebih singkat. Namun teknik ini hanya diperuntukkan pada prostat yang tidak
terlalu besar (<50 gram) dan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama.
13
4. Pembedahan dengan laser (Laser Prostectomy)
Energi laser mulai dipakai sebagai terapi BPH sejak tahun 1986, yang dari
melalui bare fibre, right angle fibre, atau interstitial fibre. Kelenjar prostat pada suhu
60-65 derajat celcius akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang lebih dari 100 0C
mengalami vaporasi.
lebih cepat dan dengan hasil yang kurang lebih sama. Sayangnya terapi ini
banyak menimbulkan disuria pasca bedah yang dapat berlangsung sampai 2 bulan,
tidak langsung dapat miksi spontan setelah operasi dan peak flow rate lebih rendah
dengan pesat akhir-akhir ini. Penelitian klinis memakai Nd:YAG menunjukan hasil
yang hampir sama dengan cara desobstruksi TURP, terutama dalam perbaikan skor
miksi dan pancaran urine. Meskipun demikian efek lebih lanjut dari laser masih
belum diketahui dengan pasti. Tehnik ini dianjurkan pada pasien yang memakai
terapi antikoagulan dalam jangka waktu lama atau tidak mungkin dilakukan tindakan
14