Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA MANUK DALAM


PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DESA (Studi Pada Pengelolaan
Perpustakaan Desa Manuk Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo Sesuai
Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa)

ANGGRE FRANDYANATA
NIM : 17221600

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PONOROGO

2020/2021

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehadiran perpustakaan desa bagi masyarakat sudah tidak perlu diragukan


lagi akan manfaatnya. Perpustakaan desa menjadi konten lokal yang berfungsi
sebagai fasilitator dalam pendampingan membaca untuk usaha desa (Pawit M.
Yusup, 2017). Hadirnya perpustakaan desa di targetkan untuk solusi
kebutuhan pendidikan sepanjang hayat yang memperhatikan jaminan negara
terhadap hak pendidikan masyarakat dari segi nonformal (Iskandar, 2020).

Pada hakekatnya perpustakaan desa memiliki fungsi yang luas, antara lain
fungsi penyimpanan, fungsi pendidikan, fungsi kultural dan rekreasi, selain itu
juga berfungsi sebagai penunjang pendidikan melalui penyediaan referensi
dan layanan bacaan. Jika diartikan secara lebih luas, perpustakaan desa
berperan sebagai agen pembangunan, perubahan serta agen pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan perpustakaan desa saat ini didukung oleh Kementrian


Dalam Negeri seperti yang dikatakan oleh bapak Hadi Prabowo selaku
Sekretaris Jenderal Kemendagri bahwa “Tentunya Kemendagri sangat
mendorong inovasi dan fasilitasi di dalam pengembangan perpustakaan, baik
dari aspek kelembagaan organisasi maupun kaitanya penyiapan sarana dan
prasarana pepustakaan” (Kompas, 2020). Tidak hanya sampai disitu Mendagri
juga berkomitmen memantau pengembangan serta kebijakan anggaran
pemerintah untuk perluasan akses-akses perpustakaan ataupun ruang baca
untuk publik sampai ke tingkat desa.

Sesungguhnya perpustakaan desa memiliki potensi yang sangat besar


dalam menunjang pembangunan masyarakat. selain sebagai media baca dan
rekreasi juga mampu memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang saat ini mulai terbawa arus Industri 4.0 dimana teknologi

1
menjadi kebutuhan pokok. Akan tetapi pada kenyataanya fungsi perpustakaan
desa belum berjalan sesuai dengan bagaimana yang diharapkan, hal tersebut
terjadi karena terdapat kendala, baik internal maupun eksternal, kondisi
internal antara lain berkaitan dengan keterbatasan tenaga yang terampil,
koleksi, sarana dan prasarana, dan anggaran. Sedangkan kondisi eksternal
antara lain rendahnya minat baca masyarakat, akses perpustakaan dan
perhatian masyarakat yang relatif rendah (Awalludin et al., 2017). Dengan
demikian maka sudah seharusnya pemerintah desa mengoptimalkan kebijakan
dalam program pengembangan dan pengelolaan perpustakaan desa supaya
menjadi pranata sosial yang memperbaiki sistem sosial dilingkungan
masyarakat (Putri & G, 2020).

Pengesahan Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan


maupun Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang pelaksanaan
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 belum secara rinci mengatur
Pemerintah Desa dalam pengelolaan perpustakaan. Peraturan Kepala
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Tentang Standart Nasional
Pengelolaan Perpustakaan Desa baru memberikan pokok-pokok peraturan
tentang pengelolaan perpustakaan desa secara jelas.

Dalam rangka menjalankan kewajibanya berkaitan dengan pengembangan


perpustakaan desa, pemerintah desa memiliki wewenang untuk :

1. Menetapkan kebijakan dalam pembinaan dan pengembangan perpustakaan


desa
2. Mengatur, mengawasi, dan mengevaluasi penyelenggaraan dan
pengelolaan perpustakaan desa sesuai dengan ketentuan wilayah desa
masing-masing
3. Mengalihmediakan naskah-naskah yang kuno yang dimiliki oleh
masyarakat maupun pemerintah desa untuk dilestarikan dan
didayagunakan sebagai referensi.

2
Sementara itu berdasarkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standart Nasional
Pengelolaan Perpustakaan Desa, maka pemerintah desa dalam melaksanakan
kewajibanya adalah sebagai berikut :

1. Mengatur dan Merencanakan pengelolaan perpustakaan desa berdasarkan


karakteristik, fungsi dan tujuan perpustakaan secara berkesinambungan
2. Melaksanakan pengembangan perpustakaan desa secara mandiri dan
efisien
3. Mengawasi secara penuh perkembangan perpustakaan desa untuk menilai
efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas perpustakaan desa
4. Melaporkan semua kegiatan ke dalam laporan pemerintah desa sebagai
bahan evaluasi sesuai dengan indikator kerja
5. Menyusun penyelenggaraan dan penganggaran secara berkesinambungan
guna pemanfaatan koleksi perpustakaan, pelayanan dan tenaga
perpustakaan.

Dari uraian diatas, diperlukanya optimalisasi dan formulasi dalam


penerapan kebijakan supaya program pengembangan perpustakaan desa dapat
berjalan memenuhi pembangunan dan kesejahteraan desa. Akan tetapi
hambatan-hambatan dalam proses penyelenggaran tentunya pasti ada, dalam
penelitian (Utari Putri Sunaryo, 2019) menyatakan bahwa hambatan dalam
proses penyelenggaraan pemerintahan meliputi : (1) Rendahnya tingkat
pendidikan masyarakat. (2) Kurangnya sarana dan prasarana, pada kasus ini
adalah kurangnya sarana dan prasarana perpustakaan yang dihadirkan oleh
pemerintah desa. Sedangkan menurut (Asnawi, 2015) terkait kendala
pemerintah desa dalam pengembangan perpustakaan adalah : (1) Keberadaan
perpustakaan yang belum dikenal luas. (2) Kondisi perpustakaan yang serba
terbatas. (3) Pengelolaan perpustakaan yang belum optimal. (4) Akses
informasi yang relatif sulit. (5) Cara memanfaatkan kegunaanya yang belum
efektif. (6) Pembinaan perpustakaan desa yang belum diselenggarakan dengan
baik.

3
Jika dilihat dari pendapat para peneliti diatas maka dapat disimpulkan
bahwa penyelenggaraan pemerintahan bukanlah urusan yang mudah, apalagi
terkait pembangunan yang membutuhkan sinergi dari berbagai pihak, pun
dalam kebijakan pengelolaan perpustakaan desa maka implementasinya harus
dilakukan secara konsisten supaya anggaran yang telah dikucurkan untuk
pengembangan perpustakaan desa tepat sasaran (Alam, 2015).

Bertitik tolak latar permasalahan diatas maka perlunya mengkaji lebih


dalam terkait implementasi kebijakan pemerintah desa dalam pengelolaan
perpustakaan desa sesuai dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standart Nasional
Pengelolaan Perpustakaan Desa. Pada fokus penelitian kali ini peneliti
mengambil obyek di Desa Manuk Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo
karena di desa tersebut memiliki perpustakaan desa yang telah berdiri sejak
tahun 2017. Perpustakaan desa manuk adalah salah satu dari sekian
perpustakaan desa yang berdiri di Kabupaten Ponorogo dan menjadi salah satu
perpustakaan berbasis inklusi sosial. Dalam pengembanganya perpustakaan
desa manuk termasuk dikategorikan sebagai perpustakaan maju, akan tetapi
berdasarkan observasi oleh peneliti masih banyak permasalahan -
permasalahan yang muncul seperti kurangnya sarana dan prasarana,
keterbatasan tenaga pengelola perpustakaan, rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya membaca. Hasil observasi yang dihasilkan peneliti
menyatakan bahwa pengunjung perpustakaan desa manuk rata- rata berjumlah
15-20 orang dalam setiap bulanya, melihat latar permasalahan tersebut
penelitian ini menarik untuk diteliti guna mengetahui bagaimana implementasi
kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah desa sesuai dengan Peraturan
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017
Tentang Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa.

Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan penulis maka judul skripsi
ini adalah “Implementasi Kebijakan Pemerintah Desa Manuk Dalam
Pengelolaan Perpustakaan Desa (Studi Pada Pengelolaan Perpustakaan

4
Desa Manuk Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo Sesuai Standart
Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan penulis maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi kebijakan
Pemerintah Desa Manuk dalam pengelolaan perpustakaan desa sesuai dengan
Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2017 Tentang Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan yang telah


diterapkan oleh pemerintah desa Manuk dalam pengelolaan Perpustakaan
Desa sesuai dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standart Nasional Pengelolaan
Perpustakaan Desa.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi penunjang pembelajaran dan
referensi serta sumbangsih dalam ilmu pengetahuan, terutama kajian
pengembangan sarana dan fasilitas desa, juga diharapkan mampu
memberikan pengetahuan tentang implementasi kebijakan pemerintah desa
dalam pengembangan dan pengelolaan fasilitas desa

2. Secara Praktis

5
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
serta dapat membuat masyarakat ikut aktif berpartisipasi dalam rangka
pembangunan nasional, khususnya didalam peningkatan kualitas hidup
melalui pentingnya literasi bacaan, dan bagi penulis penelitian ini
diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran tentang penulisan
karya tulis ilmiah/skripsi yang sistematis dan maksimal.

E. Penegasan Istilah
1. Implementasi
Implementasi adalah penerapan dari suatu kebijakan yang telah dijadikan
acuan dasar dalam melakukan segala sesuatu. Implementasi juga bisa
dikatakan sebagai wujud pelaksanaan dalam melakukan kegiatan
2. Kebijakan
Kebijakan adalah pedoman dan acuan dasar bagi seseorang atau organisasi
dalam melaksanakan kegiatan perencanaan jangka menengah dan jangka
panjang.
3. Pemerintah Desa
Pemerintah Desa adalah organisasi penyelenggaraan pemerintahan yang
berada di tingkatan terendah dalam sistem pemerintahan nasional.
Pemerintah desa dikepalai oleh seorang kepala desa dan mempunyai
wewenang untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan pemerintahan di
tingkat desa
4. Pengelolaan Perpustakaan Desa
Pengelolaan perpustakaan desa merupakan upaya pengelolaan fasilitas
desa, dalam ruang lingkup perpustakaan desa maka pengelolaan tersebut
adalah upaya untuk melestarikan dan mendayagunakan segala sarana dan
prasarana perpustakaan desa agar perpustakaan desa berfungsi sescara
maksimal
5. Perpustakaan Desa

6
Perpustakaan desa adalah lembaga pelayanan masyarakat yang berada di
wilayah pedesaan dan bertujuan untuk pelayanan informasi, pengetahuan,
serta rekreasi kepada masyarakat desa dengan harapan mampu
meningkatkan aspek kebutuhan sosial masyarakat agar mampu bersaing di
era 4.0
6. Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa
Adalah peraturan yang dikeluarkan Kepala Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia dan merupakan kebijakan pedoman dasar tentang
standart pengembangan perpustakaan desa yang wajib di gunakan oleh
pemerintah desa

F. Landasan Teori
1. Definisi Konsep Implementasi Kebijakan
a. Pengertian Implementasi

Secara definisi konsep implementasi menurut Grinde dalam kutipan (Akib,


2010) menyatakan bahwa implementasi adalah suatu proses yang umum
dalam tindakan administratif dan dapat diteliti pada tingkat program tertentu.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konsep
implementasi merupakan pelaksanaan dan penerapan dalam melakukan suatu
tindakan tentang hal-hal yang disepakati bersama. Proses implementasi
pelaksanaanya akan dimulai ketika tujuan dan sasaran telah ditetapkan serta
program kegiatan telah tersusun meliputi kesiapan pendanaan, penyaluran
sasaran kegiatan supaya tercapai sasaran kegiatan. Deskripsi sederhana
tentang konsep implementasi telah dibahas oleh Lane dalam kutipan (Akib,
2010) bahwa implementasi sebagai konsep terapan yang terbagi menjadi dua
bagian yaitu implementasi adalah persamaan fungsi output dan outcome.
Berdasarkan pendeskripsian diatas maka implementasi merupakan fungsi
fungsi yang terdiri dari tujuan dan maksud, hasil dari sebuah produk dan hasil
dari suatu akibat perbuatan. Selanjutnya implementasi sesuai dengan yang

7
dikemukakan oleh Sabatier dalam kutipan (Akib, 2010) berpendapat bahwa
konsep implementasi merupakan suatu fungsi dari kebijakan, formator,
inisiator, implementator dan waktu. Penekanan kedua fungsi dalam konsep
implementasi adalah ditujukan kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil
yang sudah dilaksanakan dan dicapai oleh implementor dalam kurun waktu
tertentu.

b. Pengertian Kebijakan

Istilah kebijakan secara definisi berasal dari bahasa inggris yakni “Policy”
tetapi banyak orang berpendapat bahwa istilah kebijakan merupakan
senantiasa disamakan dengan istilah kebijaksanaan, padahal apabila di cermati
secara tata bahasa, istilah kebijaksanaan berasal dari kata “Wisdom”

Peneliti memiliki pandangan bahwa istilah kebijakan berbeda arti dengan


istilah kebijaksanaan, hal ini atas dasar bahwa pengertian kebijaksanaan
memerlukan pertimbangan yang lebih lanjut, sedangkan kebijakan adalah
peraturan dan masuk dalam konteks politik.

Menurut Hogwood dan Gunn dalam kutipan (Handoyo, 2012) menyatakan


bahwa 10 penggunaan istilah kebijakan, yaitu sebagai label untuk sebuah
bidang aktivitas, sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang
diharapkan, sebagai proposal spesifik, sebagai program, sebagai ooutput dan
outcome, sebagai teori atau model, dan sebagai sebuah proses. Makna modern
dari gagasan kebijakan dalam bahasa inggirs adalah sebagai seperangkat aksi
atau rencana yang mengandung tujuan politik.

Kebijakan melibatkan tindakan-tindakan dan merujuk kepada serangkaian


tindakan yang memiliki tujuan serta memiliki outcomes dimasa depan,
kebijakan juga menunjuk kepada serangkaian tindakan dan proses yang
melibatkan hubungan organisasional. Kebijakan juga melibatkan peran dari
para agen kebijakan.

8
Anderson dalam (Handoyo, 2012) memahami kebijakan sebagai
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh aktor atau sejumlah aktor berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi. Pendapat lain yang memperkuat definisi
kebijakan telah di kemukakan oleh Frederich yang menyatakan bahwa
kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah kepada tujuan yang
disusulkan oleh sekelompok orang atau pemerintah dalam ruang lingkup
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan seraya mencari
peluang untuk mencapai tujuan atau sasaran sesuai dengan apa yang
diinginkan (Handoyo, 2012).

c. Konsep Implementasi Kebijakan

Implementasi atau implementation, sebagaimana yang telah ditulis dalam


kamus Webster and Roger dipahami sebagai to carry out, accomplish, fulfill,
complete,product. Implemenasi merupakan tahapan atau proses kebijakan
segera setelah penetapan undang-undang (Handoyo, 2012). Sebagaimana yang
telah dinyatakan oleh Ripley dan Franklin dalam Kutipan Winarno bahwa
implementasi kebijakan adalah apa yang terjadi setelah undang-undang
ditetapakan yang memberikan suatu otoritas program, kebijakan serta
keuntungan atau jenis capaian yang nyata (Handoyo, 2012). Sedangkan
menurut Warwick sebagaimana yang telah dikutip oleh (Handoyo, 2012)
menyebutkan bahwa implementasi kebijakan sebagai suatu transkasi sumber
daya, untuk menjalankan program, implementator harus berhubungan dengan
tugas-tugas, lingkungan serta kelompok terkait.

Van Meter dan van Horn dalam (Handoyo, 2012) memahami


implementasi kebijakan sebagai tindakan oleh kelompok orang atau organisasi
pemerintahan yang mengarah kepada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
dalam keputusan kebijakan sebelumnya. Tindakan tersebut mencangkup
usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan

9
operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan
usaha-usaha untuk mencapai perubahan yang telah ditetapkan oleh kebijakan.

2. Pemerintah Desa
a. Pengertian Pemerintah Desa

Pengertian pemerintah desa menurut (Hasjimzoem, 2014) adalah sistem


penyelenggaraan urusan pemerintahan terendah dalam suatu negara. Sesuai di
dalam UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, maka pemerintahan
desa adalah sebagai berikut :

“Suatu wilayah yang ditempati oleh sekelompok penduduk sebagai suatu


kesatuan masyarakat yang didalamnya terdapat hukum dan organisasi
pemerintahan terendah langsung dibawah camat dan berhak mengatur dan
menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara
Republik Indonesia”

Sedangkan menurut UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan


Daerah, desa adalah :

“Kesatuan wilayah hukum yang didiami oleh masyarakat dan mempunyai


kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan kepentingan
masyarakat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang secara resmi
diakui oleh sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berada di wilayah
daerah Kabupaten”

Selanjutnya Pemerintah Desa menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah Pasal 1 Angka (12) desa sebagai :

“Suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas kewenangan


untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan berdasarkan asal-usul dan
istiadat setempat yang diakui oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia”

10
Selain itu Pemerintahan Desa menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa terutama pada pasal 1 angka (6)
adalah :

“Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh desa dan badan permusyawaratan


desa dalam mengurus dan mengatur kepentingan sekelompok masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang dihormati dan
diakui oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Dalam penjabaran pengertian pemerintah desa diatas maka diperkuat


dengan pendapat Didik Sukriono dalam (Hasjimzoem, 2014) dalam bukunya
yang berjudul “Pembaharuan Hukum Pemerintahan Desa” yang didalamnya
menyebutkan bahwa secara yuridis dan politis konsep pemerintahan desa
adalah, desa yang diakui, yakni didalamnya terdapat hukum adat yang disebut
dengan nama-nama setempat dan desa dibentuk, yakni desa yang diakui oleh
pemerintah berdasarkan Undang-undang. Dalam artianya desa disebut sebagai
suatu daerah yang mempunyai kesatuan hukum dimana bertempat tinggalnya
suatu mkasyarakat yang memiliki kekuasaan dan mempunyai kewenangan
untuk menjalankan pemerintahanya.

b. Kewenangan Pemerintah Desa

Kewenangan pemerintah desa adalah suatu tugas dan fungsi pemerintahan


supaya mampu mengoptimalkan segala bentuk sumber daya yang ada pada
ruang lingkup wilayah desa. Kewenangan pemerintah desa menurut
(Salahudin, 2015) dalam bukunya yang berjudul “ Kewenangan Desa Dan
Regulasi Desa” menyatakan bahwa kewenangan pemerintah desa adalah suatu
kumpulan elemen-elemen penting sebagai hak yang dimiliki oleh sebuah desa
untuk dapat mengatur dan menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri.
Menurut Salahudin kewenangan pemerintah desa juga tidak semata hanya
memperhatikan kekuasaan yang dimiliki oleh pemerintah desa akan tetapi juga

11
membahas tentang subyek-subyek yang menjalankan dan yang menerima
kebijakan dan bagaimana kebijakan itu akan berpengaruh kepada penerima
kebijakan.

Dalam penyelenggaraanya kewenangan pemerintah desa mempunyai tugas


dan fungsi yang telah diatur dalam regulasi Undang-undang No. 6 Tahun 2014
Tentang Desa bahwa yang dimaksud adalah kepala desa atau yang disebut
dengan nama lain yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut dengan
nama lain, adapun kewenangan pokok pemerintah desa yakni memegang
kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa, menetapkan anggaran
pembiayaan desa, membina dan memberdayakan masyarakatnya

Menurut Salahudin dalam kelompoknya kewenangan pemerintah desa


meliputi :

1) Kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintah desa


2) Kewenangan di bidang pelaksanaan pembangunan desa
3) Kewenangan di bidang pembinaan masyarakat desa
4) Kewenangan di bidang pemberdayaan masyarakat desa

c. Kewenangan Pemerintah Desa Dalam Pembangunan

Menurut (Lasoma, 2015) kewenangan pemerintah desa dalam


pembangunan merupakan sebuah tanggung jawab dan tujuan pemerintah desa.
Didalam Permendesa Nomor 01 Tahun 2015 telah menegaskan tentang
kewenangan desa berdasarkan asal-usul dan kewenangan berskala lokal yang
mengatur urusan rumah tangganya sendiri, didalam penegasan tersebut
merupakan sebuah peluang bagi desa untuk menentukan nasibnya sendiri
dalam merencanakan dan melakukan evaluasi pembangunan yang ada di desa.
Konsep kewenangan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia , 1995)
mendefiniskan sebagai kekuasaan untuk membuat keputusan , memerintah
serta mengatur segala tanggung jawab kepada pihak lain. Jika konsep

12
kewenangan diartikan kedalam ruang lingkup pemerintahan desa maka
kewenangan adalah sebuah tanggung jawab pemerintah desa sebagai
penyelenggara pemerintahan guna melaksanakan pembangunan. Menurut S.P
Siagian dan Bintaro Tjokroamidjo dalam kutipan (Ulumiyah et al., 2013)
pembangunan adalah sebuah usaha atau suatu rangkaian pertumbuhan serta
gerakan perubahan yang dilakukan oleh suatu Negara, dan pemerintah menuju
kearah lebih baik dalam rangka pembinaan yang dilakukan secara berkala dan
terus menerus. Kewenangan pemerintah desa dalam pembangunan
mencangkup seluruh tanggung jawab pemerintah desa dalam proses
membangun desa kearah yang lebih baik, dalam konsepnya maka pemerintah
desa sebagai :

1. Pengatur Kebijakan
2. Perencana Kebijakan
3. Pelaksana Kebijakan
4. Pengevaluasi Kebijakan
5. Pembinaan dan Pemberdayaan

3. Perpustakaan Desa
a. Pengertian Perpustakaan Desa

Perpustakaan desa menurut (Darmono & Si, 2016) adalah suatu jenis
perpustakaan umum yang keberadaanya di desa atau kelurahan dan berperan
sebagai ujung tombak pembangunan serta layanan perpustakaan yang sangat
dekat keberadaanya dengan kehiduupan masyarakat desa. Secara legalitas
perpustakaan desa memiliki dasar hukum dalam proses pelaksanaanya, yaitu
melalui Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor
3 Tahun 2001 yang secara definisi mengartikan perpustakaan desa sebagai
salah satu perpustakaan masyarakat yang berfungsi sebagai sarana untuk
meningkatkan dan mendukung kegiatan pendidikan masyarakat pedesaan, dan
merupakan bagian integral dari kewenangan pemerintah desa dalam

13
pembangunan desa. Hal tersebut di dasari dengan adanya kebijakan
pemerintah desa dalam merencanakan dan mengimplementasikan segala
bentuk kebijakanya yang ditujukan guna pembangunan kualitas masyarakat
yang dalam konsep perpustakaan desa maka kebijakanya merupakan suatu
kewajiban dan wewenang. Perpustakaan desa sesuai dengan Keputusan
Menteri Dalam Negeri dan Otonomi daerah maka perpustakaan desa adalah
pusat media informasi dan pengetahuan bagi masyarakat.

Dari pengertian perpustakaan desa sesuai pembahasan diatas maka ada


empat kata kunci tentang pengertian perpustakaan desa yaitu :

1. Perpustakaan desa adalah perpustakaan berbasis masyarakat


2. Perpustakaan desa adalah sarana dan media pengetahuan masyarakat
3. Perpustakaan desa adalah sarana peningkatan dan pendukung penidikan
masyarakat
4. Perpustakaan desa adalah bagian dari pembangunan desa yang secara
mendasar merupakan suatu kewenangan dan kebijakan pemerintah desa
dalam mewujudkan pembangunan.

Jika dilihat dari penjelasan kata kunci diatas maka perpustakaan desa
adalah sebuah perpustakaan yang dikembangkan dan didirikan berdasarkan
inisiatif yang diprakarsai oleh pemerintah desa, yang digunakan masyarakat
sebagai media baca dan pengetahuan untuk mendukung kegiatan
pembelajaran dan pendidikan informal di lingkungan desa, dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari program pembangunan desa. Dengan
demikian maka perpustakaan desa merupakan suatu simpul dari pembangunan
masyarakat desa melalui penyediaan bahan-bahan bacaan yang sesuai dengan
kebutuhan dan karakter masayarakat yang ada di desa.

b. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Desa

14
Menurut (Widayanto, 2020) keberadaan perpustakaan desa pada dasarnya
adalah mempunyai tujuan untuk melayani masyarakat yang ada di desa. tujuan
tersebut merupakan suatu peran yang penting bagi masyarakat desa untuk
meningkatkan pengetahuanya. sesuai dengan Standart Nasional Indonesia,
Tujuan dan fungsi perpustakaan desa adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan jumlah koleksi perpustakaan dan menunjang kebutuhan


pengetahuan masyarakat
2. Memberikan layanan perpustakaan kepada masyarakat
3. Perpustakaan desa sebagai tempat untuk membina dan meningkatkan
minat baca masyarakat
4. Perpustakaan desa sebagai pusat informasi pengetahuan, kegiatan rekreasi
masyarakat
5. Perpustakaan desa sebagai tempat untuk pemberdayaan dan pembangunan
masyarakat

Adapun fungsi perpustakaan desa atau kelurahan menurut (Ampera, T.,


Sobarna, C., dan Lyra, 2015) adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan, mengorganisasikan serta mendayagunakan segala bahan


perpustakaan lainya yang ditujukan kepada masyarakat
2. Mensosialisasikan manfaat jasa perpustakaan desa
3. Mendekatkan bahan perpustakaan dan buku kepada masyarakat
4. Sebagai sarana tempat pengembangan minat, dan mencari bakat serta
kemampuan masyarakat menuju madani
5. Sebagai tempat rekreasi masyarakat

Sedangkan tujuan perpustakaan desa adalah :

1. Menunjang proses kegiatan pendidikan bagi masyarakat


2. Menyediakan sarana dan prasarana terkait pengetahuan, informasi terkait
kebutuhan masyarakat dalam bidangnya masing-masing

15
3. Menggalakan minat baca masyarakat dengan mengajak masyarakat
memanfaatkan waktu luang untuk membaca
4. Menyimpan dan mendayagunakan segala naskah-naskah kuno yang
bersejarah serta mampu menambah bahan informasi pembangunan,
pemberdayaan dan wawasan
5. Mendidik masyarakat supaya memelihara dan memanfaatkan potensi yang
ada
6. Meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakat desa

Supaya perpustakaan desa memenuhi fungsinya maka ada beberapa faktor


yang dipenuhi (Widayanto, 2020), pemenuhan tersebut meliputi :

1. Pemenuhan jumlah koleksi


Perpustakaan desa setidaknya memiliki 1000 judul
2. Keberagaman jenis koleksi perpustakaan desa
Perpustakaan desa memiliki jenis-jenis koleksi dimulai dari koleksi anak,
remaja, dewasa, buku pengetahuan, buku komik, buku agama dll
3. Pengolahan bahan perpustakaan
Pengelolaan bahan perpustakaan meliputi pencatatan dalam buku induk,
klarifikasi dan deskripsi
4. Lokasi perpustakaan desa
Lokasi perpustakaan setidaknya berada di tempat yang setrategis yang
dapat dijangkau oleh masyarakat
5. Sarana perpustakaan desa
Setiap perpustakaan desa mempunyai sarana dan prasarana yang berfungsi
sebagai penunjang, yaitu sarana pelayanan, penyimpanan koleksi dan
layanan digital serta layanan yang mampu mengakses katalog

c. Pengelolaan Perpustakaan Desa

16
Pengelolaan perpustakaan desa adalah suatu kegiatan yang merujuk pada
pendayagunaan segala fasilitas perpustakaan desa meliputi Pengembangan,
pelayanan, dan pengolahan. Menurut theresia dalam kutipan (Darmono & Si,
2016) pengelolaan perpustakaan desa ada tiga faktor yang harus diperhatikan,
faktor tersebut adalah :

1. Faktor tempat

Tempat adalah hal yang sangat penting. Menurut theresia maka tempat adalah
sebuah tempat yang menentukan masalah akses jauh dan susahnya
mendapatkan bahan bacaan menjadi suatu sebab pengelolaan perpustakaan
desa karena masyarakat akan tidak tertarik jika tempat lokasi perpustakaan
sulit diakses

2. Faktor koleksi dan pengelola

Masyarakat saat ini membutuhkan pelayanan yang optimal dan beragam.


Maka jumlah koleksi dan pengelola juga optimal guna mampu menunjang
standart pengelolaan perpustakaan desa

3. Efektifitas kegiatan Pengelolaan Perpustakaan desa

Keefektifan kegiatan pengelolaan perpustakaan desa menjadi salah satu faktor


yang diperhatikan dalam pengelolaan perpustakaan desa

Dalam pengelolaan perpustakaan desa menurut (Darmono & Si, 2016) ada
dua standart yang dikeluarkan oleh Badan Standart Nasional (BSN) yaitu SNI
7596:2010 dan oleh Perpustakaan Nasional SNP 005:2011 tentang
perpustakaan desa yang didalamnya mengatur dan menjelaskan pengelolaan
perpustakaan desa sebagai suatu proses pendayagunakan dan pengadaan
koleksi bacaan kepada masyarakat meliputi pengadministrasian,
pengembangan perpustakaan, dan pelayanan

d. Tugas Perpustakaan Desa

17
Tugas perpustakaan desa adalah suatu bahasan yang umum terkait fungsi
dan tujuan perpustakaan desa. Menurut (Sari & Rohmiyati, 2019) tugas
perpustakaan desa adalah sebagai penyedia informasi yang memenuhi
kebutuhan masyarakat, hal tersebut sejalan dengan pendapat Suwarno dalam
(Sari & Rohmiyati, 2019) yang menjelaskan secara umum bahwa tugas
perpustakaan desa adalah sebagai sumber informasi, penelitian dan
pembelajaran bagi masyarakat desa. Adapaun secara garis besar maka peneliti
menguraikan tentang tugas perpustakaan desa antara lain terbagi menjadi
beberapa peran antara lain sebagai berikut :

1. Tugas menghimpun segala informasi

Tugas ini merupakan kegiatan mengumpulkan, menyeleksi serta mencari


segala informasi terkait segala kebutuhan masyarakat.

2. Tugas mengelola segala sarana dan prasarana peprustakaan supaya


berfungsi secara maksimal

Tugas ini merupakan proses pelaksanaan supaya perpustakaan desa memiliki


nilai-nilai yang berarti dalam menunjang kebutuhan masyarakat, dalam
artianya tugas ini meliputi pengolahan, penyusunan, pemeliharaan dan
perawatan sarana dan prasarana dan melestarikan dokumen-dokumen
bersejarah

3. Tugas memberdayakan dan pelayanan

Tugas perpustakaan desa adalah memberikan pengetahuan bagi masyarakat


sehingga keberadaanya sebagai tempat pemberdayaan masyarakat serta
melayani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan literasi maupun
pengetahuan baru.

e. Kebijakan Pemerintah Desa Dalam Pengelolaan Perpustakaan Desa

18
Kebijakan pemerintah desa dalam pengelolaan perpustakaan desa mengacu
kepada tugas dan wewenang pemerintah desa secara mendasar bahwa
pemeritah desa memiliki tanggung jawab penuh dalam membina dan
membangun segala fasilitas masyarakat secara keseluruhan dalam rangka
pembangunan desa. Dasar tersebut diperkuat dengan pendapat (Innesa
Desfiani, Suwondo, 2005) yang menyatakan bahwa kebijakan pemerintah desa
adalah kewenangan dan hak yang dimiliki desa untuk mengatur secara penuh
urusan rumah tangganya, hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor Tahun
2004 yang secara tegas menjelaskan bahwa desa merupakan kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki wewenang untuk mengatur urusan rumah
tangganya sendiri. Dengan demikian segala urusan mencangkup pembangunan
adalah tanggung jawab penuh pemerintah desa, dalam konteksnya maka
perpustakaan desa menurut (Darmono & Si, 2016) adalah salah satu bagian
dari pembangunan desa. Demikian maka kebijakan pemerintah desa dalam
pengelolaan perpustakaan desa adalah suatu keterkaitan yang tidak bisa lepas
karena keberadaan perpustakaan desa sendiri menjadi suatu posisi yang
strategis. Kebijakan pemerintah desa dalam pengelolaanya mengacu kepada
peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah pusat atau dengan
kebijakanya sendiri. Dalam konteks pembahasan teori kali ini kebijakan
pemerintah desa dalam pengelolaanya sesuai dengan Peraturan Kepala
Perpustakaan Nasional Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standart Nasional
Pengelolaan Perpustakaan Desa

f. Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa

Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan adalah peraturan yang


dikeluarkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang
secara rinci dan detail menjelaskan tentang standart pengelolaan perpustakaan
desa atau kelurahan. Hal tersebut terwujud melalui terbitan Peraturan Kepala
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang

19
Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa Atau Kelurahan,
didalamnnya menjelaskan bahwasanya dalam pengelolaan perpustakaan desa
maka pemerintah desa wajib berpedoman kepada Peraturan Kepala
Perpustakaan Nasional Republik Indonesi Nomor 6 Tahun 2017 Tentang
Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa dalam melaksanakan
pengelolaan dan pengembangan. Dalam kajiannya peraturan tersebut adalah :

1. Proses Perencanaan

Proses perencanaan adalah suatu proses penetapan terhadap tujuan keberadaan


perpustakaan desa yang harus di kerjakan dan direalisasikan. Didalam proses
perencanaan maka perencanaan tersebut meliputi perencanaan berdasarkan
karakteristik, fungsi dan tujuan perpustakaan yang dilakukan secara
berkesinambungan serta penyusunan kegiatan kerja tahunan dan kinerja
bulanan

2. Proses Pelaksanaan

Proses pelaksanaan merupakan suatu proses pemantapan tindakan dari sebuah


perencanaan yang sudah disusun, dalam konteksnya maka implementasinya
dilakukan setelah tahap perencanaan sudah siap. Didalam proses
pelaksanaanya maka kebijakan pemerintah desa meliputi melaksanakan
kegiatan pengelolaan perpustakaan desa secara efektif, efisien dan akuntabel
serta mempunyai prosedur yang baku.

3. Proses Pengawasan

Proses pengawasan adalah proses dalam menetapkan dan mengawasi kinerja


dan pengambilan tindakan yang mampu mendukung suatu pencapaian hasil
yang diharapkan sesuai dengan kinerja tersebut. Dalam proses pengawasan
meliputi supervisi, evaluasi dan pelaporan, supervisi tersebut dilakukan oleh
pengelola perpustakaan kepada pemerintah desa dan pemerintah desa
melaporkan kepada hirarki yang lebih tinggi guna menilai efektivitas, efisiensi
dan akuntabilitas

20
4. Proses Pelaporan

Proses pelaporan adalah proses pencapaian yang dihasilkan dalam


perkembangan perpustakaan desa yang dilaporkan secara hirarki dari
pengelola kepada pemerintah desa dan seterusnya,dalam prosesnya maka
pelaporan meliputi pelaporan bahan evaluasi sesuai dengan indikator kerja

5. Penganggaran Penyelenggaraan Perpustakaan Desa

Proses Pengannggaran penyelenggaraan perpustakaan desa adalah proses


dalam menganggarkan dana guna kepentingan kemajuan perpustakaan desa
meliputi penganggaran sarana dan prasaran dan pelatihan serta penganggaran
dana guna menambah koleksi bahan - bahan perpustakaan, dalam prosesnya
maka Pemerintah desa melalui pengelola perpustakaan adalah menyusun dan
merencanakan anggaran yang akan dikucurkan guna mengembangkan
perpustakaan secara berkesinambungan, pemanfaatan anggaran tersebut
ditujukan untuk pemanfaatan koleksi, pelayanan dan pengelolaan. Anggaran
perpustakan desa didapat melalui berbagai sumber yaitu APBD dan APBDes
atau sumber yang lain.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang akan


dirumuskan berdasarkan karakteristik yang dapat diamati, adapun dalam
penelitian ini maka definisi operasional yang dijabarkan adalah :

1. Implementasi Kebijakan Pemerintah Desa Manuk Dalam Pengelolaan


Perpustakaan Desa

Kebijakan tersebut adalah :

a. Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia


Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standart Nasional Pengelolaan
Perpustakaan Desa

21
2. Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2017 Tentang Standart Nasional Penglolaan Perpustakaan Desa

Didalamnya menjelaskan mengenai kebijakan pengelolaan perpustakaan


desa meliputi :

b. Proses Perencanaan
c. Proses Pelaksanaan
d. Proses Pengawasan
e. Proses Pelaporan
f. Proses Penganggaran Perpustakaan Desa

H. Metode Penelitian

Metode penelitian secara definisi berasal dari kata yunani yaitu


Methodologia yang berarti teknik atau prosedur dalam penelitian. Metodologi
sendiri merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh. Sedangkan
metode penelitian secara umum adalah menunjuk kepada teknik yang
digunakan dalam penelitian. Menurut (Raco, 2010) metode penelitian adalah
keseimbangan teknik yang digunakan sebagai alur penelitian. Adapun dalam
penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif yaitu mendeskripsikan lewat kata-kata. Menurut (Raco, 2010)
metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan secara
mendalam mengenai suatu fenomena yang dapat di diteliti secara mendalam
dan di deskripsikan dengan kata-kata yang bertujuan untuk mengungkapkan
suatu gejala dengan melakukan tahapan-tahapan alur penelitian seperti yang
akan di jelaskan dalam penelitian berikut ini :

a. Jenis Penelitian

22
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
yakni penelitian yang mengarah pada pemberian data secara sistematis dan
akurat dengan kondisi lapangan, penelitian ini ditunjukan untuk memahami
suatu fenomena-fenomena dari sudut pandang partisipan. Adapun dalam
penelitian ini menggambarkan tentang bagaimana implementasi kebijakan
pemerintah desa manuk dalam pengelolaan perpustakaan desa dengan
mengacu kepada stamdart nasional pengelolaan perpustakaan desa sesuai
dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2017 Tentang Standart Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa.
Sehingga dalam penelitian ini maka diperlukanya terjun secara langsung untuk
melihat dan memahami fenomena yang terjadi di lapangan terkait dengan
permasalahan tersebut.

b. Informan Penelitian

Informan penelitian merupakan suatu subyek yang keberadaanya melekat


dengan obyek penelitian karena berfungsi sebagai narasumber dalam
penelitian, dalam penelitian ini informan penelitian sebanyak 3 orang yaitu :

1. Pelaksana Tim Pendamping Inovasi Desa sekaligus sebagai Kepala


Pengelola Perpustakaan Desa Manuk
2. Kepala Desa Manuk selaku penanggung jawab pengelolaan perpustakaan
desa
3. Sekretaris Desa Manuk selaku sebagai pendamping kepala desa dan
pembantu dalam urusan administrasi pemerintaha desa Manuk

c. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Manuk Kecamatan Siman Kabupaten


Ponorogo, dalam pemilihan lokasi ini peneliti memiliki alasan karena di Desa
Manuk terdapat Perpustakaan Desa yang bernama Perpustakaan Desa Manuk

23
dan perpustakaan tersebut adalah satu-satunya perpustakaan yang ada di
Kecamatan Siman, serta peneliti ingin mengkaji secara mendalam bahgaimana
implementasi kebijakan yang diterapkan pemerintah desa manuk sesuai
dengan standart nasional pengelolaan perpustakaan desa

d. Jenis dan Sumber Data

Sumber data merupakan subjek tentang darimana suatu data tersebut


berasal dan diperoleh. Sumber data juga merupakan asal muasal perolehan
data oleh peneliti yang didapat dilapangan, adapun jenis sumber data dalam
penelitian ini maka sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah suatu data atau keterangan yang diperoleh secara langsung
oleh peneliti selama di lapangan . dengan adanya data primer maka peneliti
mendapatkan informasi yang akurat karena melihta secara langsung kondisi
lapangan terkait fenomena permasalahan. Dalam data primer penelitian ini
maka peneliti melakukan interaksi langsung kepada pemberi kebijakan dan
pengelola perpustakaan desa Manuk

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari
laporan, dokumen, arsip, majalah dan buku yang semuanya bersifat
dokumentasi selain itu juga diperoleh melalui publikasi pemerintah dan
undang-undang yang berkaitan dengan penelitian

e. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi

24
Observasi merupakan pendekatan langsung dengan melakukan pengamatan
terhadap obyek penelitian dilapangan secara langsung dan sangat dekat tanpa
ada perantara antara peneliti dan obyek penelitian, adapun dalam penelitian ini
observasi langsung dilakukan oleh peneliti dengan melihat kondisi
perpustakaan desa dan keadaan pemerintahan desa melalui praktek kegiatan
mata kuliah praktikum di lokasi penelitian yang bertempat di Desa Manuk.
Selama observasi peneliti mengamati secara penuh keadaan perpustakaan desa
manuk, sarana dan prasarana perpustakaan serta kondisi pemerintahan desa
manuk

2. Wawancara

Wawancara adalah melakukan pengumpulan data dengan berinteraksi tanya


jawab secara langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada informan atau
perantara yang memungkinkan untuk dapat digali terkait persoalan-persoalan
yang berhubungan dengan penelitian. Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah smartphone yang berfungsi untuk merekam segala jawaban dari
informan

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan mengumpulkan data sekunder


baik berupa file ataupun dokumen-dokumen lainya seperti Buku, Dokumen
Pemerintah. Dalam penelitian ini dokumentasi sangatlah diperlukan

f. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data adalah suatu proses atau sebuah upaya pengolahan
data menjadi sebuah informasi yang baru agar karakteristik data menjadi lebih
sistematis dan mudah dimengerti (Ismayani, 2019). pada pendekatan kualitatif
maka menurut Ismayani teknik analisa data perlu dilakukan pengkajian secara
sistematik, mendalam dan bermakna sebagaimana yang telah ditegaskan oleh
burgess berikut ini “Dalam Teknik Penelitian Kualitatif” semua investigator

25
atau peneliti memfokuskan diri terhadap permasalahan yang dikaji, dengan
dipandu dengan kerangka konseptual atau teoritis. Pada hakekatnya teknik
analisa data adalah pemberitahuan kepada pembaca tentang apa yang hendak
dilakukan terhadap data yang sedang dikumpulkan, guna memudahkan
peneliti dalam memberi penjelasan . adapun tahapan-tahapan analisis data
adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data yang dilakukan dengan
memilih hal-hal yang urgent dan pokok serta fokus terhadap tema dan
polanya. Data diperoleh dari wawancara, observasi dan catatan mengenai
kondisi lapangan keadaan pemerintah desa, perpustakaan desa dan sarana
prasarana yang menunjang segala bentuk pengelolaan perpustakaan desa .
kemudian data tersebut akan dipilah-pilah untuk mengetahui tingkat relevansi
dan kaitanya dengan penelitian yang sedang diteliti. Selain itu data akan
disederhanakan , diklasifikasi sesuai dengan jenisnya dan selanjutnya peneliti
membuat abstraksi atau sebuah ringkasan kecil sebagai kata dasar yang
menjadi sebuah uraian singkat

2. Penyajian Data

Pada tahap ini peneliti mengembangkan deskripsi informasi yang telah


tersusun guna menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Pada penelitian
kualitatif maka penyajian data diuraikan dalam bentuk deskripsi singkat,
bagan serta hubungan antarkategori dan hal-hal sejenisnya. Dengan adanya
penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan
merencanakan tahapan selanjutnya sesuai dengan apa yang sudah dipahami.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data yang digunakan adalah teks naratif.
Pada tahap ini peneliti akan menguraikan dan mendeskripsikan tentang
bagaimana implementasi kebijakan pemerintah desa manuk dalam
pengelolaan perpustakaan desa sesuai dengan standart nasional pengelolaan
perpustakaan desa.

26
3. Penarikan Kesimpulan

Pada tahap ini data yang sudah diperoleh, dikategorikan, dicari temanya
kemudian ditarik kesimpulanya. Pada tahap awal penarikan kesimpulan yang
di uraikan masih bersifat sementara dan bisa berubah apabila ditemukan bukti-
bukti yang kuat ketika bukti tersebut mampu mendukung pada tahap
pengumpulan data selanjutnya, akan tetapi jika kesimpulan yang sudah
diuraikan tersebut didukung dengan bukti yang valid dan konsisten maka
peneliti bisa melanjutkan mengumpulkan data sehingga kesimpulan akan
menjadi kredibel. Dengan adanya penarikan kesimpulan tersebut maka hasil
dari sebuah penelitian akan terjawab dan diketahui. Pada penelitian ini akan
diketahui hasil data yang sudah diperoleh yaitu data tentang implementasi
kebijakan pemerintah desa manuk dalam pengelolaan perpustakaan desa
dengan mengacu kepada standart nasional pengelolaan perpustakaan desa.

I. Kerangka Berpikir Konseptual

Gambar 1.
Konsep Kerangka Berpikir

Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik


Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Standart
Nasional Pengelolaan Perpustakaan Desa

Implementasi Kebijakan Pemerintah Desa Manuk Mengacu


Kepada Peraturan Standart Nasional Pengelolaan
Perpustakaan Desa

1. Proses Perencanaan
2. Proses Pelaksanaan
3. Proses Pengawasan
4. Proses Pelaporan
5. Proses Penganggaran Perpustakaan

27
DAFTAR PUSTAKA

Akib, H. (2010). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN: Apa, Mengapa, dan


Bagaimana. Jurnal Administrasi Publik, 1(1), 1–11.

Alam, S. (2015). Membangun Perpustakaan Desa Menjadi Peletak Dasar Lahirnya


Budaya Baca Masyarakat Di Pedesaan. Jupiter, 14(2), 78–82.
http://journal.unhas.ac.id/index.php/jupiter/article/viewFile/40/38

Ampera, T., Sobarna, C., dan Lyra, H. M. (2015). Penguatan Peprustakaan “Bale
Calakan Pajajaran” Jaya Loka Lestari Desa Jayapura, Kecamatan
Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya. Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Untuk
Masyarkat, 4(2), 108–112.

Asnawi. (2015). Perpustakaan Desa Sebagai Sumber Layanan Informasi Utama.


E-Journal Perpusnas, 22(3), 40–46.

Awalludin, A., Ati, S., Studi, P., Perpustakaan, S.-I., Budaya, F. I., Diponegoro,
U., Soedarto, J. P., & Tembalang, K. U. (2017). Analisis Pegelolaan
Perpustakaan Ujungnegoro Kabupaten Batang. Jurnal Ilmu Perpustakaan,
6(3), 621–630.

Darmono, D., & Si, M. (2016). Manajemen Pelayanan Perpustakaan Desa.

Handoyo, E. (2012). Kebijakan Publik.

Hasjimzoem, Y. (2014). Dinamika hukum pemerintahan desa. Fiat Justisia Jurnal


Ilmu Hukum, 8(3), 463–476.

Innesa Desfiani, Suwondo, I. W. (2005). Pelaksanaan Kewenangan Desa Dalam


Rangka MewujudkaN Otonomi Desa (Studi Pada Desa Sumber, Kecamatan
Kradenan, Kabupaten Blora). 1(6), 1239–1246.

Iskandar, A. S. (2020). Capacity Building Melalui Bimbingan Pengembangan


Perpustakaan. Jurnal Ilmu Perpustakaan, 2(1), 38–44.

Ismayani, A. (2019). METODOLOGI PENELITIAN. In Metodologi Penelitian

28
(p. 76). Syiah Kuala University Press. https://books.google.co.id/books?id=-
1rVDwAAQBAJ

Lasoma, M. D. (2015). Kewenangan Pemerintah Desa Dalam Bidang


Kemasyarakatan Di Desa Bolangitang Dua Kabupaten Bolaang Mongondow
Utara. Politico : Jurnal Ilmu Politik, 2(6), 1109.

Pawit M. Yusup, D. (2017). Desa Tani, Penduduk Miskin, Lumbung Padi, Dan
Layanan Implementatif Perpustakaan Desa Di Kecamatan Pamarican
Kabupaten Ciamis. Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 13(2), 191–
204.

Putri, R. P., & G, R. I. P. (2020). Transformasi Perpustakaan Desa Bandung Kidul


Sebagai Sarana Mengatasi Kesenjangan Akses Informasi. Jurnal Ilmu
Perpustakaan, 8(2), 178–188.

Raco, R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif, Jenis, Karakteristik dan


Keunggulanya.

Salahudin, M. (2015). Kewenangan Desa Dan Regulasi Desa (M. Y. Imambang


(ed.); Cetakan Pe). Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan
Transmigrasi Republik Indonesia.

Sari, D. P., & Rohmiyati, Y. (2019). Peran Pembinaan Perpustakaan Pada


Eksistensi Perpustakaan Desa di Kecamatan Kunduran Kabupaten Blora.
Jurnal Ilmu Perpustakaan, 6(3), 471–480.

Ulumiyah, I., Juli, A., Gani, A., & Mindarti, L. I. (2013). Peran Pemerintah Desa
Dalam Memberdayakan Masyarakat Desa (Studi pada Desa Sumberpasir
Kecamatan Pakis Kabupaten Malang). Jurnal Administrasi Publik, 1(5),
890–899.

Utari Putri Sunaryo. (2019). Peran Pemerintah Desa Dalam Mendorong


Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pembangunan. Jurnal Politico, 8(2).

Widayanto, M. T. (2020). Optimalisasi Perpustakaan Desa Untuk Meningkatkan.

29
Jurnal Pengabdian Barelang, 2(1), 32–39.

30

Anda mungkin juga menyukai