Anda di halaman 1dari 8

Peran Pustakawan dalam Pengembangan dan Promosi Pustaka Layanan Referensi

di DISARPUS Kota Bandung

Rizki Ismail Hidayat,*, Sukaesihb, Yunus Winoto c

abc
Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Abstrak
Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kota Bandung adalah lembaga teknis bertugas sebagai pengembangan
masyarakat gemar membaca melalui pemberdayaan perpustakaan. Penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai bagaimana peran para pustakawan perpustakaan umum di DISARPUS Kota Bandung dalam
mengembangkan koleksi layanan referensi dan juga mempromosikan layanan referensi agar koleksi pustakanya
bisa banyak digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi dan menambah wawasan. Metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan metode kualitatif dengan cara obsevasi dan
wawancara. Fokus penelitian kualitatif ini adalah kepada peran pustakawan atau petugas layanan referensi yang
ada di DISARPUS Kota Bandung untuk mengembangkan dan juga mempromosikan koleksi pustaka layanan
referensi perpustakaan umum DISARPUS Kota Bandung agar para masyarakat bisa lebih tertarik untuk
menggunakannya dalam memenuhi kebutuhan informasi. Bahan pustaka di layanan referensi perpustakaan umum
DISARPUS Kota Bandung masih terbilang sangat minim. Cara pengembangan koleksi referensi yang dilakukan
oleh DISARPUS Kota Bandung adalah melakukan laporan setiap tahunnya kepada jabatan tertinnggi di DISARPUS
Kota Bandung untuk menambah lagi koleksi bahan pustaka layanan referensi. Kegiatan promosi pustaka referensi
pun sudah sangat baik dilakukanmeskipun masih terkendala SDM dan anggaran yang didapatkan. Layanan
referensi di DISARPUS Kota Bandung terbilang sudah sangat baik pengelolaannya menurut penjelasan dari
pustakawan utama DISARPUS Kota Bandung. Itu bisa dilihat dari pengunjung layanan referensi yang setiap hari
ada dan pastinya menggunakan koleksi referensi dalam memenuhi informasi mereka. Pihak pustakawan layanan
referensi di DISARPUS Kota Bandung juga menjamin semua informasi yang dibutuhkan pengguna layanan
referensi akan terpenuhi secara baik.

Abstract
The Bandung City Archives and Libraries Office (Disarpus) is a technical institution tasked with developing the
reading community through library empowerment. The author is interested in knowing more about the role of
public library librarians at DISARPUS Bandung City in developing reference service collections and also
promoting reference services so that their library collections can be widely used by the public to obtain
information and add insight. The research method used by researchers is to use qualitative methods by means of
obsevation and interviews. The focus of this qualitative research is the role of librarians or reference service
officers in DISARPUS Bandung City to develop and also promote the library collection of public library reference
services disarpus Bandung City so that the public can be more interested in using it in meeting information needs.
Library materials in the public library reference service of DISARPUS Bandung City are still quite minimal. The
way to develop reference collections carried out by DISARPUS Bandung City is to report annually to the most
important positions in DISARPUS Bandung City to add more collections of reference service library materials.
Reference library promotion activities have also been very well carried out, although they are still constrained by
human resources and the budget obtained. Reference services at DISARPUS Bandung City are considered very
good management according to an explanation from the main librarian of DISARPUS Bandung City. It can be seen
from the visitors of the reference service that exists every day and certainly uses the reference collection in
fulfilling their information. The librarian of reference services at DISARPUS Bandung City also guarantees that all
information needed by reference service users will be fulfilled properly.
PENDAHULUAN
Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kota Bandung adalah sebuah lembaga teknis dimana mengemban
tugas dan fungsi sebagai pengembangan dan pembudayaan dalam meningkatkan sikap gemar membaca melalui
pemberdayaan perpustakaan. Disarpus Kota Bandung merupakan satu lingkup dalam institutisi Dinas Arsip dan
Perpustakaan wilayah III Jawa Barat yang meliputi lima kota/kabupaten di Bandung Raya (Kota Bandung, Kota
Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sumedang) (Nurhayati & Supriatin, 2021).
Dikutip dari halaman sejarah dibangunnya, Disarpus Kota Bandung telah mengalama beberapa kali berganti nama
diawali dengan nama Lembaga Perpustakaan. Kemudian pada tahun 1990 berubah lagi namanya menjadi UPTD
Perpustakaan Umum pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) Kotamadya DT. II Bandung. Selanjutnya pada
tahun 1994 menjadi Unit Pelaksana Daerah (UPD) Perpustakaan Umum, yang langsung bertanggung jawab kepada
Walikota dan secara administrasi berada di bawah koordinasi Sekretaris Daerah. Selanjutnya pada tahun 1999 UPD
(Unit Pelaksana Daerah) Perpustakaan Umum berubah menjadi Kantor Perpustakaan Umum Kota Bandung. Pada
tahun 2007 kembali berubah menjadi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Bandung. Kemudian pada tahun
2017 berubah nama menjadi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bandung. Dan sejak 1 Januari 2022 sesuai
dengan perubahan SOTK, pada akhirnya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bandung berubah nama menjadi
Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung (Wijaya et al., 2022).
Dilihat dari jenisnya, Disarpus Kota Bandung merupakan tergolong ke dalam kategori perpustakaan
umum. Perpustakaan umum sendiri memiliki definisi perpustakaan yang ditujukan kepada masyarakat luas untuk
digunakan sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa harus membedakan umur, jenis kelamin, suku, ras,
agama, dan status sosial-ekonomi (UUNo. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, 2007). jenis koleksi yang perlu
disediakan perpustakaan umum harus dapat mencakup seluruh kebutuhan informasi pemustaka, seperti: 1.
Perpustakaan memiliki jenis koleksi untuk anak, koleksi untuk remaja, dewasa, koleksi referensi untukanak,
koleksi referensi untuk remaja/ dewasa, koleksi khusus, surat kabar, majalah, dan koleksi noncetak; 2. Jenis koleksi
perpustakaanmengakomodasikan semua kebutuhanmasyarakat, termasuk kebutuhanpenyandang cacat; 3.
Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan lokal dan koleksi muatanlokal; 4. Koleksi perpustakaan terdiri dari
berbagai disiplin ilmu sesuai kebutuhan masyarakat; 5. Komposisi dan jumlah masing-masing jenis koleksi
disesuaikan dengankebutuhan masyarakat dan kebijakan pembangunan daerah (Oktavianto & Suliyati, 2019).
Di atas disebutkan bahwa, disarpus Kota Bandung menyediakan fasilitas yang sangat lengkap salah satunya
layanan referensi. Biasanya, layanan referensi ini dimanfaatkan oleh para dosen atau peneliti yang sedang
membutuhkan banyak informasi yang bisa digunakan untuk membantu pekerjaan mereka. Selain itu layanan
referensi juga sering digunakan oleh mahasiswa yang sedang mencari informasi demi menyelesaikan tugas kuliah
mereka. Pengertian kata referensi sendiri berdasarkan apa yang ada pada Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri
yaitu sumber, acuan, rujukan ataupun petunjuk. Istilah referensi sendiri merupakan rujukan dari istilah yang
berbahasa inggris yaitu berbunyi to refer yang memiliki makna menunjukkan. Pada ranah keilmuan Perpustakaan
dan Sains Informasi sendiri, referensi adalah istilah yang memiliki arti yaitu memberi rujukan kepada sebuah
bahan pustaka yang dipercaya bisa memberikan informasi dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
pemustaka atau pengunjung perpustakaan (Nugrahini, 2013). Tempat yang biasanya diperuntukkan menyimpan
khusus koleksi referensi saja disebut dengan ruang referensi, biasanya akan diberikan ciri khusus pada ruang
tersebut ataupun buku referensinya dengan huruf “R” ataupun bertuliskan Ref yang merupakan akronim dari kata
Referensi. Bahan pustaka atau buku referensi ialah sebuah bahan bacaan yang bisa memberikan keterangan
mengenai suatu topik, memberikan sebuah nama seseorang, memberikan makna dari sebuah istilah, serta
menjelaskan riwayat dari seseorang yang terkenal (Nugrahini, 2013). Oleh karena itu, buku referensi tidak
diperuntukkan dibaca keseluruhan isinya oleh pemustaka, namun pemustaka bisa menggunakan buku
referensidengan membaca bagian tertentu saja sesuai kebutuhan informasi pemustaka tersebut.
Definisi dari layanan referensi layanan rujukan ini sendiri sebetulnya sudah banyak diberikan oleh
beberapa ahli perpustakaan. Seperti menurut Louis Shores, layanan rujukan atau layanan referensi merupakan
sebagian dari layanan yang ada di perpustakaan yang memang tugasnya untuk menginterpretasikan semua koleksi
bahan pustaka yang ada di perpustakaan agar bisa memenuhi kepentingan informasi pemakainya (Kalsum, 2016).
Sedangkan, jika menurut American Library Association (ALA), layanan referensi adalah layanan yang terdapat di
perpustakaan dan dengan secara langsung berhadapan dengan pemustaka untuk memberikan kepentingan
informasi yang dibutuhkan pemustaka tersebut dan juga memberikan instruksi untuk penggunaan sumber
perpustakaan dalam memenuhi kepentingan riset dan studi (Kalsum, 2016). Untuk mengetahui secara detailnya,
layanan referensi ialah kegiatan yang dilakukan di perpustakaan dengan melayani pemustaka untuk membantunya
dalam menemukan koleksi referensi yang dibutuhkannya; kegiatan melayani para pemakai perpustakaan untuk
menemukan referensi informasi yang dicari dengan menggunakan cara : 1. Memahami pertanyaan yang diajukan
oleh pemustaka dan kemudian menjawab dengan menggunakan koleksi referensi yang ada diperpustakaan sendiri
maupun koleksi yang ada diluar perpustakaan. 2. Memberikan bimbingan untuk menemukan koleksi referensi
yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai. 3. Memberikan penyuluhan kepada
para pemustaka mengenai cara-cara memanfaatkan setiap bahan pustaka koleksi referensi untuk memenuhi
kebutuhan informasi para pemustaka tersebut dengan baik (Kalsum, 2016).
Dengan begitu banyaknya definisi mengenai layanan referensi ataupun layanan rujukan ini, tentunya akan
sangat mudah mengetahui apa tujuan sebenarnya diadakannya layanan referensi ini di dalam perpustakaan.
Adapun beberapa tujuan diadakannya layanan referensi atau layanan rujukan di perpustakaan yaitu : 1. Pemustaka
bisa saja mendapatkan ataupun menemukan informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat; 2. Pemustaka bisa
dengan mudah mencari bahan informasi yang diperlukan secara luas; 3. Memungkinkan para pemustaka untuk
memanfaatkan semua bahan pustaka atau koleksi rujukan dengan lebih tepat guna.
Dengan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa tugas dari kegiatan layanan referensi ini adalah
sebenarnya pada semua jenis perpustakaan adalah sama, yaitu melayani dengan cara yang sangat baik dan berusaha
secepat mungkin kepada para pemakai perpustakaan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung seperti
memberikan pembinaan serta pengembangan bahan pustaka layanan rujukan atau layanan referensi. Selain adanya
tujuan untuk berusaha memberikan pelayanan yang cepat, baik, serta efisien kepada setiap pemustakanya, referensi
juga memiliki fungsinya tersendiri supaya bisa berjalan dengan baik. Dengan adanya layanan referensi yang
disediakan di DISARPUS Kota Bandung serta mengetahui apa itu referensi, layanan referensi, serta tujuan
diadakannya layanan referensi pada perpustakaan, membuat penulis tertarik untuk menetahui lebih lanjut
mengenai bagaimana peran par pustakawan perpustakaan umum di DISARPUS Kota Bandung dalam
mengembangkan koleksi layanan referensi dan juga mempromosikan layanan referensi agar koleksi pustakanya
bisa banyak digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi dan menambah wawasan.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah menggunakan metode kualitatif. Fokus penelitian
kualitatif ini adalah kepada peran pustakawan atau petugas layanan referensi yang ada di DISARPUS Kota Bandung
untuk mengembangkan dan juga mempromosikan koleksi pustaka layanan referensi perpustakaan umum
DISARPUS Kota Bandung agar para masyarakat bisa lebih tertarik untuk menggunakannya dalam memenuhi
kebutuhan informasi. Menurut Sukmadinata (2005), Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang baik secara perorangan maupun kelompok (Fauzan & Ati, 2018).
Pengambilan data kualitatif yang dipakai termasuk dari penelitian deskriptif, dimana peneliti bertujuan
untuk menganalisis dan memahami aktivitas serta peran pustakawan perpustakaan umum DISARPUS Kota
Bandung saat mengembangkan bahan pustaka di layanan referensi DISARPUS Kota Bandung sampai memberikan
penyuluhan kepada masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka layanan referensi DISARPUS Kota Bandung
agar kebutuhan informasi bisa terpenuhi dengan baik. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana seluk beluk di
dalam dapur layanan referensi perpustakaan umum DISARPUS Kota Bandung mulai dari potensi pustakawan atau
petugas referensi hingga cara promosi layanan referensi bersama koleksinya, peneliti memberikan pertanyaan
wawancara dan kuesioner dengan detail berupa pertanyaan tentang apa potensi dan syarat yang harus dimiliki
apabila ingin menjadi seorang pustakawan atau petugas referensi di perpustakan umum DISARPUS Kota Bandung,
Apa saja dan bagaimana seorang petugas referensi atau pustakawan melakukan kegiatan pengembangan koleksi
pustaka di layanan referensi, Bagaimana cara pustakawan atau petugas referensi melakukan promosi layanan
referensi kepada masyarakat umu, dan juga apa saja kendala yang bisa saja menghambat pustakawan referensi
dalam mengerjakan tugas mengembangkan pustaka referensi dan mempromosikannya kepada masyarakat umum.
Menurut Sugiyono (2005) “Penelitian deskriptif kualitatif merupakan suatu metode yang dipakai untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian namun tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang
lebih luas,” (Fauzan & Ati, 2018).
Dalam penelitian yang dilakukan untuk mengambil sampel data, metode kualitatif yang dilakukan adalah
menggunakan metode observasi. Peneliti berkunjung langsung dan mendatangi ruangan layanan referenis yang ada
pada perpustakaan umum di DISARPUS Kota Bandung dengan mengamati setiap sudut ruangan dan juga
mengamati para petugas referensi bekerja agar peneliti bisa memenuhi kebutuhan informasi. Menurut informasi
yang diambil dari jurnal Hasyim Hasanah, Metode Observasi merupakan salah satu kegiatan ilmiah empiris yang
mendasarkan semua fakta yang ada di lapangan maupun teks, melalui pengalaman panca indra tanpa menggunakan
manipulasi apapun (Sukardi, 2021).
Selain menggunakan metode observasi, peneliti juga berkesempatan menggunakan metode wawancara
sebagai pengambilan data penelitian. Pustakawan utama berhasil diwawancarai untuk memberikan pengalamannya
dalam memenuhi kebutuhan informasi tentang bagaimana pustakwan referensi mengembangkan pustaka dan
mempromosikan layanan referensi. Peneliti dalam melakukan kegiatan wawancara menggunakan Teknik
wawancara terbuka. Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu memberikan pertanyaan secara lebih mendalam
agar berharap mendapatkan data atau informasi faktual dan kredibel dari narasumber. Wawancara yang dilakukan
peneliti adalah secara langsung bertemu tatap muka di sebuah ruangan, dengan memberikan beberapa pertanyaan
dan langsung dijawab berupa pesan teks oleh narasumber. Sugiyono (2009) yang terlampir pada artikel (Fauzan &
Ati, 2018), mengemukakan bahwa, wawancara terbuka yaitu peneliti secara langsung bertanya kepada narasumber
yang telah dipilih dengan anggapan bahwa narasumber tersebut berkompeten dan mampu meberikan gambaran
informasi untuk menjawab permaslahan penelitian.
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa semua kegiatan dan peran psutakawan referensi
perpustakaan umum di DISARPUS Kota Bandung dalam mengembangkan dan mempromosikan sertap bahan
pustaka di layanan referensi di DISARPUS Kota Bandung. Menurut Arikunto (2005) yang terlampir pada (Fauzan
& Ati, 2018), objek penelitian adalah variabel penelitian dimana hal itu merupakan inti dari suatu problematika
penelitian. Sedangkan subjek dalam penelitian ini adalah warga kecamatan Cileungsi yang menggunakan aplikasi
iPusnas untuk mendapatkan dan memenhi kebutuhan informasi. Moeloeng (2010) dalam (Fauzan & Ati, 2018),
menjelaskan bahwa subjek yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai informan, yang artinya orang pada
latar penelitian bisa dimanfaatkan untuk memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi latar penelitian.
Jenis data yang dipakai untuk sumber penelitian mengenai analisis penggunaan aplikasi iPusnas oleh warga
kecamatan Cileungsi adalah data kualitatif. Dimana pengertian data kualitatif ini adalah data yang tersaji berupa
bentuk kata verbal dan tidak dituangkan dalam bentuk angka (Fauzan & Ati, 2018).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Layanan referensi adalah salah layanan yang ada di perpustakaan yang memang tugasnya untuk
menginterpretasikan semua koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan agar bisa memenuhi kepentingan
informasi pemakainya (Kalsum, 2016). Menurut Bapak Tata Takwana, selaku pustakawan utama di perpustakaan
umum DISAPRPUS Kota Bandung, layanan referensi itu sangat penting untuk ada di perpustakaan, karena bisa
memberikan banyak informasi yang bisa membantu para dosen dan peneliti untuk kegiatan yang mereka lakukan
sehingga bisa terarah dengan baik sehingga penelitiannya berjalan lancar. Fungsi-fungsi dari referensi atau rujukan
yang harus diperhatikan agar bisa berjalan dengan baik dan memberikan manfaat bagi para pengguna layanan
referensi yang diungkapkan bapak Tata Takwana antara lain adalah 1) Fungsi informasi. Petugas referensi harus
bisa memberikan jawaban terhadap semua pertanyaan singkat maupun penelusuran informasi yang luas serta
mendetail sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka; 2) Fungsi bimbingan. Menawarkan
bimbingan kepada pengunjung perpustakaan agar bisa menemukan bahan pustaka yang dibutuhkan, misalnya
melalui katalog perpustakaan, buku-buku referensi, serta bahan pustaka lainnya dan memberitahu setisp tahapan
bagaimana cara menggunakannya untuk menemukan informasi yang dibutuhkan; 3) Fugsi pengarahan dan
instruksi. Petugas memperkenalkan kapada pengunjung perpustakaan tentang bagaimana menggunakan
perpustakaan secara umum, penggunaan sumber-sumber bibliografi dengan baik dengan maksud untuk mendorong
dan meningkatkan penggunaan perpustakaan. Pengarahan ini dapat dilakukan secara formal maupun informal.
Secara formal biasanya melalui program instruksi yang telah dipersiapkan serta disusun dengan cermat dan matang
yang disesuikan dengan kebutuhan. Biasanya dilakukan oleh perpustakaan perguruan tinggi yaitu melalui
pengenalan kehidupan kampus atau orientasi kepada mahasiswa baru. Sedangkan untuk informal dilakukan
terhadap pengunjung yang datang meminta penjelasan; 4) Fungsi supervisi. Petugas referensi bisa mengamati
pengunjung, entah dari mengamati mengenai hal kebutuhan informasi yang diperlukan ataupun latar belakang
sosial dan tingkat pendidikan agar dapat menjawab pertanyaan dengan tepat; 5) Fungsi bibliografis. Petugas
referensi wajib untuk secara teratur menyusun daftar bacaan atau bibliografi untuk keperluan penelitian maupun
mengenal bahan bacaan yang baik dan menarik (Kalsum, 2016).
Dengan fungsi-fungsi dari referensi diatas, terus disinggung mengenai petugas referensi. Tentunya petugas
referensi ataupun pustakawan yang bertugas di layanan referensi adalah orang yang mengatur bahan pustaka di
layanan rujukan ini, sehingga pemustaka bisa dengan mudah melakukan penelitiannya ataupun mendapatkan
informasi yang dibutuhkannya. Selain itu, peran petugas atau pustakawan referensi ini sangat penting agar bisa
mempromosikan ataupun mengajak para masyarakat agar tertarik untuk menggunakan layanan referensi apabila
sedang membutuhkan informasi yang akurat. Dengan tugasnya yang selalu berhubungan dengan masyarakat,
pustakawan atau petugas referensi ini disebut juga sebagai penghubung antara bahan pustaka referensi dengan
pemustaka. Oleh sebab hal tersebut, petugas referensi dituntut untuk selalu siap menjawab dan memberi petunjuk
kepada pemakai, bagaimana memberi jawaban dan keterangan secara cepat, tepat dan efisien.
Untuk dapat mencapai tujuan dan berfungsi, layanan referensi di perpustakaan umum DISARPUS Kota
Bandung harus memiliki petugas layanan referensi yang cakap, dengan syarat seperti bersikap terbuka dan selalu
siap memberikan bantuan kepada para pemakai/pengunjung perpustakaan; bersikap ramah dan berkebiasaan tekun,
cermat dan telaten; mampu memberikan bimbingan/petunjuk praktis kepada para pemakai dalam upaya memilik
dan menggunakan koleksi referensi yang dikehendaki sesuai dengan bidang pengetahuan masing-masing. Berikut
beberapa syarat petugas atau pustakawan yang ditugaskan di layanan referensi. 1) Memiliki ilmu pengetahuan yang
luas 2) Memiliki daya imajinasi yang luas 3) Terampil dalam menjalankan tugasnya 4) Siap melayani dan menolong
serta ; 5) Mengetahui jenis-jenis koleksi referensi dan penggunaannya masingmasing 6) Mengetahui bahan pustaka
yang menjadi koleksi perpustakaannya 7) Pandai menempatkan persoalan dan pertanyaan pembaca dengan cepat
dan tepat 8) Bersikap ramah serta memahami koleksi perpustakaan 9) Menguasai teknik-teknik bimbingan.
Sumber informasi pada layanan referensi perpustakaan pada umumnya bisa terbagi menjadi 3 kelompok.
Untuk kelompok pertama yaitu ada sumber primer, dimana pada sumber ini contoh bahan pustakanya adalah
monograf, disertasi, manuskrip, laporan hasil seminar/lokakarya dan sebagainya. Kelompok kedua adalah sumber
sekunder, dimana bahan pustaka di sumber sekunder ini adalah ensiklopedia, kamus, handbook, direktori, buku
tahunan , biografi , abstrak, bibliografi, indeks, sumber geografi. Kelompok sumber informasireferensi ketiga ialah
sumber tersier yang bahan pustakanya terdiri dari bahan terapan dari sumber primer yang berbentuk buku teks.
Dari ketiga sumber diatas yang berperan banyak dalam pelayanan referensi pada perpustakaan umum di
DISARPUS Kota Bandung seperti yang disampaikan pustakawan utamanya, yaitu Bapak Tata Takwana adalah
sumber sekunder. Sumber sekunder dapat dikatagorikan kedalam 2 jenis. 1) Sumber langsung, jenis sumber
informasi yang langsung memberikan informasi kepada pemakai. Yang termasuk sumber langsung adalah a)
Ensiklopedia. Ensiklopedia adalah bahan rujukan yang menyajikan informasi secara mendasar namun lengkap
mengenai berbagai masalah dalam berbagai bidang atau cabang ilmu pengetahuan. Disusun berdasarkan urutan
abjad yang berisi ringkasan topik topik atau istilah tentang fakta atau peristiwa. Pada umumnya fungsi ensiklopedia
menjawab pertanyaan apa, bagaimana , dimana, dan mengapa. Ensiklopedia terbagi dua, ensiklopedia umum dan
ensiklopedia khusus. Ensiklopedia umum merupakan sekumpulan informasi dari berbagai subjek ilmu pengetahuan
yang disusun secara sistematis dan alfabetis (ensiklopedia britanica, ensiklopedia nasional Indonesia, dll).
Ensiklopedia khusus merupakan kumpulan informasi yang cakupannya hanya dibidang ilmu pengetahuan tertentu
yang disusun secara alfabetis (ensiklopedia biologi, ensiklopedia ekonomi, ensiklopedia geografi dll). Bahan pustaka
yang termasuk sumber informasi langsung berikutnya adalah b) Kamus. Kamus adalah daftar alfabetis kata-kata
yang disertai dengan arti, lafal, contoh penggunaannya dalam kalimat, dan keterangan lain yang berkaitan dengan
kata tadi (Yusuf & Suhendar, 2005). Kamus biasanya dipergunakan di dalam mencari: arti suatu kata (definisi) ,
ejaan, ucapan, penggunaan kata, sinonim, antonim, homonim, singkatan dan akronim, kata-kata baru, dialek dan
penggunaan terminologi asing. Bahan pustaka berikutnya yang termasuk sumber informasi langsung adalah c)
Direktori. Direktori sering disebut juga dengan buku alamat sebab di dalamnya antara lain memuat alamat-alamat
seseorang atau badan (Yusuf & Suhendar, 2005). Buku ini berisi petunjuk bagaimana cara mudah untuk
menemukan alamat-alamat seseorang, nomor telepon, dan keterangan lain tentang seseorang atau badan yang
didaftarnya. Adapun bahan pustaka lainnya yang termasuk pada sumber langsung adalah almanak, biografi, peta,
terbitan pemerintah, buku tahunan, dan buku pegangan yang berisi keterangan tentang suatu bidang (berbagai
bidang tertentu), disajikan dalam bentuk yang padat dan praktis (Qolyubi, 2007).
Sumber sekunder berikutnya yang terdapat pada perpustakaan umum DISARPUS Kota Bandung adalah 2)
Sumber tidak langsung. Pada sumber tidak langsung ini, beberapa contoh koleksi bahan pustaka referensinya
adalah (a) Bibliografi, yaitu suatu daftar terbitan, baik dalam bentuk buku maupun berkala, bahkan dapat pula
dalam bentuk bahan-bahan khusus. Dalam bibliografi hanya menunjukan bahan pustaka yang memuat informasi
mengenai subjek tersebut. (b) Indeks, adalah daftar yang disusun secara alfabetis tentang kata atau istilah penting
yang terdapat dalam buku cetakan ataupun artikel yang memberikan informasi mengenai halaman tempat kata,
istilah atau artikel itu ditemukan. (c) Abstrak merupakan sari karangan dari suatu artikel, laporan atau terbitan
lainnya disertai gambaran bibliografis untuk memungkinkan artikel tersebut dapat diikuti. (d) Katalog Memuat
informasi tentang keadaan suatu buku atau artikel yang dikupas dari segi fisiknya. Katalog ini dapat dianggap wakil
dari suatu buku yang didalamnya terdapat: Judul buku, nama pengarang, tahun terbit, jumlah halaman, subjek
buku, ilustrasi, nama pengarang tambahan. Untuk bahan pustaka referensi pada layanan referensi di perpustakaan
umum DISARPUS Kota Bandung tidak dapat dipinjam. Sehinggapara pemustaka apabila ingin menggunakan
informasi dari layanan referensi harus datang langsung dan menggunakan bukunya di tempat.
Bahan pustaka di layanan referensi perpustakaan umum DISARRPUS Kota Bandung masih terbilang
sangat minim. Hal itu langsung dikatakan oleh bapak Tata Takwana selaku pustakawan utama. Mulai dari jenis
almanak, bibliografi, hingga direktori, masih harus diperbanyak dan diperkembangkan lagi keberadaan pustakanya
di layanan referensi perpustakaan umum DISARPUS Kota Bandung. Minimnya bahan pustaka layanan referensi,
bisa diketahui dari jumlah total keseluruhan bahan pustaka yang ada di perpustakaan umum DISARPUS Kota
Bandung. Beliau memberikan keterenagan bahwa bahan pustaka keseluruhan di DISARPUS Kota Bandung hanya
berjumlah sekitar 38.000 bahan pustaka saja. Beliau juga menjelaskan bahwa pada umumnya, seharusnya
perpustakaan di DISARPUS Kota Bandung bahan pustakanya bisa mencapai lebih dari 40.000 bahan pustaka,
karena telah terikat sebagai perpustakaan pemerintahan. Sehingga pustakawan di DISARPUS Kota Bandung harus
lebih bekerja ekstra untuk bisa menambah koleksi pustaka salah satunya koleksi layanan referensi untuk
perpustakaan umum DISARPUS Kota Bandung.
Dalam menambah dan mengembangkan bahan pustaka di layanan referensi perpustakaan umum
DISARPUS Kota Bandung, pustakana atau petugas referensi melakukan laporan setiap tahunnya kepada jabatan
tertinnggi di DISARPUS Kota Bandung untuk menambah lagi koleksi bahan pustaka layanan referensi. Selain itu,
pustakawan referensi juga mengadakan pembinaan dengan institusi atau lembaga lainnya baik lembaga pemerintah
maupun non pemerintah, dan menyampaikan bahwa apabila pihak lembaga tersebut yang memiliki koleksi
referensi yang sudah tidak terpakai namun masi sangat layak digunakan, bisa diberikan untuk menambah koleksi
layanan referensi di perpustakaan umum DISARPUS Kota Bandung. Lalu pustakawan referensi menyeleksi
kembali, mana bahan pustaka yang masih bagus dan layak digunakan, mana yang masih diperbaiki, dan juga yang
sudah sangat tidak layak untuk digunakan. Dengan cara tersebut, koleksi layanan referensi bisa bertambah dan
berkembang dari bahan pustaka yang diberikan oleh lembaga lain.
Cara promosi bahan pustaka layanan referensi yang dijelaskan oleh bapak Tata Takwana adalah dengan
menjelaskan kepada masyarakat, bahwa DISARPUS Kota Bandung memiliki layanan referensi. Penjelasan tersebut
disampaikan melalui brosur-brosur yang disebarkan oleh divisi hubungan masyarakat DISARPUS Kota Bandung
kepada masyarakat sekitar Bandung. Selain brosur, promosi layanan referensi juga dilakukan melalui media-media
sosial yang dimiliki oleh DISARPUS Kota Bandung seperti Instagram, facebook, dan twitter. Penjelasan mengenai
promosi layanan refrensi pada media tersebut adalah menyebutkan bahwa koleksi layanan referensi di DISARPUS
Kota Bandung senantiasa siap digunakan untuk para pemustaka yang ingin menggunakannya kapan saja, dan
diharapkan secara langsung datang ke DISARPUS Kota Bandung. Pihak pustakawan referensi juga menjamin
bahwa semua informasi yang dibutuhkan pengguna layanan referensi pasti akan terpenuhi secara baik dan dibantu
selalu oleh pustakawan yang ada untuk lebih efisien dalam menemukan informasi yang diperlukan.
Untuk kendala yang menghambat dalam melakukan pengembangan koleksi dan promosi bahan pustaka
layanan referensi kepada masyarakat yang dijelaskan bapak Tata Takwana adalah DISARPUS Kota Bandung masih
memiliki kendala pada jumlah SDM dan juga anggaran yang didapatkan untuk kegiatan tersebut. Kurangnya SDM
karena tidak semua orang bisa masuk dengan mudah untuk menjadi pustakawan yang kompeten dan memiliki skill
yang mumpuni. Untuk anggaran sendiri, sangat menghambat pengembangan koleksi karen buku-buku referensi
tergolong sangat mahal, sehingga DISARPUS Kota Bandung masih mengharapkan lembaga lain untuk mau
minyimpan buku referensi untuk dikelola di layanan referensi DISARPUS Kota Bandung.

SIMPULAN
Layanan referensi di DISARPUS Kota Bandung terbilang sudah sangat baik pengelolaannya menurut
penjelasan dari pustakawan utama DISARPUS Kota Bandung. Itu bisa dilihat dari pengunjung layanan referensi
yang setiap hari ada dan pastinya menggunakan koleksi referensi dalam memenuhi informasi mereka. Bahan
pustaka referensi yang ada di layanan referensi DISARPUS Kota Bandung jug sudah baik, namun masih terbilang
sedikit. Pengembangan koleksi yang dilakukan oleh pustakawan referensi di DISARPUS Kota Bandung adalah
melakukan laporan setiap tahunnya kepada jabatan tertinnggi di DISARPUS Kota Bandung untuk menambah lagi
koleksi bahan pustaka layanan referensi. Selain itu, pustakawan referensi juga mengadakan pembinaan dengan
institusi atau lembaga lainnya baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah, dan menyampaikan bahwa
apabila pihak lembaga tersebut yang memiliki koleksi referensi yang sudah tidak terpakai namun masi sangat layak
digunakan, bisa diberikan untuk menambah koleksi layanan referensi di perpustakaan umum DISARPUS Kota
Bandung. Lalu pustakawan referensi menyeleksi kembali, mana bahan pustaka yang masih bagus dan layak
digunakan, mana yang masih diperbaiki, dan juga yang sudah sangat tidak layak untuk digunakan. Dengan cara
tersebut, koleksi layanan referensi bisa bertambah dan berkembang dari bahan pustaka yang diberikan oleh
lembaga lain.
Kegiatan promosi pustaka referensi pun sudah sangat baik dilakukanmeskipun masih terkendala SDM
yang mumpuni, seperti brosur-brosur yang disebarkan oleh divisi hubungan masyarakat DISARPUS Kota Bandung
kepada masyarakat sekitar Bandung. Selain brosur, promosi layanan referensi juga dilakukan melalui media-media
sosial yang dimiliki oleh DISARPUS Kota Bandung seperti Instagram, facebook, dan twitter. Penjelasan mengenai
promosi layanan refrensi pada media tersebut adalah menyebutkan bahwa koleksi layanan referensi di DISARPUS
Kota Bandung senantiasa siap digunakan untuk para pemustaka yang ingin menggunakannya kapan saja, dan
diharapkan secara langsung datang ke DISARPUS Kota Bandung. Pihak pustakawan referensi juga menjamin
bahwa semua informasi yang dibutuhkan pengguna layanan referensi pasti akan terpenuhi secara baik dan dibantu
selalu oleh pustakawan yang ada untuk lebih efisien dalam menemukan informasi yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, & Ati, S. (2018). ANALISIS PEMANFAATAN APLIKASI iPUSNAS BERBASIS ANDROID DI

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. Jurnal Ilmu Perpustakaan, 7(4), 11–20.


Kalsum, U. (2016). Referensi sebagai layanan, referensi sebagai tempat: Sebuah tinjauan terhadap layanan referensi

di perpustakaan perguruan tinggi. Jurnal Iqra’, 10(01).

Nugrahini, N. (2013). LAYANAN REFERENSI 2014. 13.

Nurhayati, M., & Supriatin, T. (2021). Penggunaan E-Pustaka Pada Masa Pandemi Covid-19. 1st International

Conference on Library and Information Sciences 2021. http://pustaka.setjen.pertanian.go.id/semi

narperpustakaan/downloads/Paper/P19.p df

Oktavianto, B., & Suliyati, T. (2019). Ketersediaan Koleksi Bagi Kebutuhan Informasi Pemustaka di Dinas

Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Pekalongan. Jurnal Ilmu Perpustakaan, 6(4), 401–410.

Qolyubi, S. (2007). Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan Dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan Dan

Informasi, Fakultas Adab. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sukardi. (2021). Analisa Minat Membaca Antara E-Book Dengan Buku Cetak Mengunakan Metode Observasi Pada

Politeknik Tri Mitra Karya Mandiri. Politeknik Tri Mitra Karya Mandiri.

Wijaya, D. P., Murti, L. D., & Rachman, M. R. (2022). Recall dan Precision pada Online Public Access Catalog

(OPAC) Dinas Arsip dan Perpustakaan Kota Bandung. VISI PUSTAKA: Buletin Jaringan Informasi Antar

Perpustakaan, 24(1), 81–91. https://doi.org/10.37014/visipustaka.v24i1.2915

Yusuf, P., & Suhendar, Y. (2005). Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai