Kata Pengantar
Puji syukur hanya kepada Allah swt. Sang Pemberi maunah,
rahmah, ‘inayah dan segala nikmat-Nya, sehingga tulisan ini dapat
terselesaikan.
Shalawat dan salam terhaturkan kepada Nabi Muhammad saw.,
penerang gelapnya jiwa-jiwa yang haus akan tuntunan beliau
menuju kebenaran hakiki, iman dan Islam.
Ilmu shorof memiliki peran penting dalam fungsinya sebagai
salah satu dari beberapa ilmu gramatika Arab, mengingat bahasa
Arab sarat akan makna ― terkait dengan konteksnya ― satu kata bisa
berarti lebih dari sepuluh pemahaman. Sehingga tidak bisa
dipungkiri lagi bahwa ilmu shorof memiliki pengaruh besar dalam
pencapaian pemahaman literatur-literatur Arab.
Dari latar belakang inilah, sengaja terjemahan al-Qowaid as-
Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah ini muncul sebagai salah satu bentuk
upaya untuk bersama-sama mencapai pemahaman dan penguasaan
ilmu shorof. Karena dengan adanya tulisan ini, aktualisasi transfer
keilmuan dirasa menjadi lebih mudah untuk dilakukan, baik kepada
khalayak santri Ngalah pada umumnya dan siswa kelas 5 Ibtidaiyah
Madrasah Diniyah Darut Taqwa khususnya (karena kitab ini adalah
buku pegangan yang digunakan untuk materi Shorof kelas 5).
Terjemahan ini ― atau lebih pasnya saduran ― merupakan hasil
dari pemahaman yang didapat selama proses belajar mengajar,
sehingga bisa dikatakan ini merupakan buah hasil diskusi dengan
teman-teman kelas 5 Madrasah Diniyah Darut Taqwa. Dan tidak lain
tulisan singkat ini ditujukan untuk memudahkan para pemula dalam
memahami gramatika Arab, terutama Shorof yang memang dikenal
cukup sulit untuk dipahami dan dikuasai dalam waktu singkat.
Namun, kami berharap agar tulisan ini hanya digunakan sebagai
muqobalah saja, bukan untuk dijadikan rujukan utama. Karena
bagaimanapun membaca sumber asli lebih menarik dan memberikan
atsar yang cukup besar dibandingkan membaca terjemahnya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada rekan-rekan yang
telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil. Juga
kepada teman-teman siswa kelas 5 Madrasah Diniyah Darut Taqwa,
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | ii
Sengonagung, 07 Agustus 2 01 3
01 Syawal 1434
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN
َََ
Bentuk-bentuk Madhi yang Difathah „Ain Fi‟ilnya ................. 1
Macam-macam Bina‟.......................................................................... 2
BAB 1
PENDAHULUAN
Shorof dalam tinjauan etimologi (bahasa) berarti “berubah”.
Sedangkan secara terminologi (istilah), shorof berarti perpindahan
satu bentuk ke bentuk yang lain karena ada makna tertentu yang
dikehendaki, karena tanpa melalui proses perpindahan ini makna
tersebut tidak dapat dicapai.
يرضب
ِ .
Macam-macam Bina’1
Jika ditinjau dari ada tidaknya huruf illat, hamzah, atau tasydid
di dalam kalimat fi‟il, maka fi‟il terbagi menjadi 2, yaitu Fi’il Shohih
dan Fi’il Mu’tal. Dan selanjutnya kedua bentuk fi‟il tersebut terbagi
menjadi beberapa bentuk kata (bina’) sebagai berikut:
1. Fi’il Shohih )(نط ص, yaitu kalimat fi‟il yang didalamnya tidak
terdapat huruf „illat (ي،و،)ا. Fi‟il Shohih terbagi menjadi 3 macam
bina‟:
a. Bina’ Salim )(ـالم, yaitu fi‟il shohih yang didalamnya tidak
terdapat huruf hamzah ataupun tasydid.
Contoh: يرضب َ ُ َ َ َ
ِ - رضب، ينَص- َص، ي خص- فخص
b. Bina’ Mudho’af )(مياعف, yaitu fi‟il shohih yang didalamnya
terdapat tasydid.
ّ َ َ ّ ُ َ
Contoh: ي و- عو، ييػ- مػ، ي ِ ّؽ- فؽ
َ
1
Sumber kitab Syadz al-„Urf fi Fan as-Shorf. Sub bab ini merupakan tambahan, dari
sumber asli tidak didapati pembahasan tentang hal ini. Karena bahasan ini dianggap
penting maka sengaja bahasan ini dimasukkan.
3 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
َ - قؽأ
3) Mahmuz Lami ()مىييز الر. Contoh: يقؽأ َ
2. Fi’il Mu’tal ) (م خ, yaitu kalimat fi‟il yang didalamnya terdapat
„illat ( ي، و،) ا. Fi’il Mu’tal terbagi menjadi 4:
a. Bina’ Misal )(مراّل, yaitu fi‟il mu‟tal yang fa‟ fi‟ilnya berupa
huruf „illat. Terbagi menjadi 2 macam:
َ
1) Misal Wawi ()مراّل واوي. Contoh: ي ِ ػ- وعػ
2) Misal Ya’i () مراّل يايئ. Contoh: ييَس
َ
ِ - يَس
b. Bina’ Ajwaf )(أسيؼ, yaitu fi‟il mu‟tal yang „ain fi‟ilnya berupa
huruf „illat. Terbagi menjadi 2 macam:
ُ َ
1) Ajwaf Wawi ()أسيؼ واوي. Contoh: يق ْيّل- قاّل
ْ َ
2) Ajwaf Ya’i ()أسيؼ يايئ. Contoh: يف
ِ - ـار
c. Bina’ Naqish ( ) اقمyaitu fi‟il mu‟tal yang lam fi‟ilnya berupa
huruf „illat. Bina’ Naqish, terbagi menjadi 2 macam:
ُ - غؾى
1) Naqish Wawi () اقم واوي. Contoh: يغؾو َ
BAB 2
FI’IL TSULATSI MUJARROD
Fi’il Tsulatsi Mujarrod adalah fi‟il yang huruf asalnya berjumlah
tiga huruf yang tidak mengalami penambahan. Sedangkan bab atau
bagian dari Fi’il Tsulasti Mujarrod ada 6, sebagai berikut:
َُُْ َََ
1. -
Beberapa bina’ yang tidak masuk pada wazan ini adalah
sebagai berikut:
a. Bina’ Misal (baik Misal Wawi maupun Misal Ya’i)
b. Bina’ Lafif (baik Lafif Mafruq maupun Lafif Maqrun)
c. Bina’ Ajwaf Ya’i
d. Bina’ Naqis Ya’i
e. Bina’ Mahmuz ‘Aini
f. Bina’ Mahmuz Lami
Sedangkan bina’ yang masuk pada wazan ini adalah sebagai
berikut:
ُ
a. Bina’ Ajwaf Wawi. Contoh: يق ْيّل- قاّل
ُ - غؾى
b. Bina’ Naqis Wawi. Contoh: يغؾو َ
ُ ُّع َ َ
c. Bina’ Mudho’af Muta’addi. Contoh: ييػ- مػ
ُ
d. Bina’ Salim. Contoh: ينَص- َص
َ
d. Fi‟il yang lam fi‟ilnya berupa huruf ya‟ dan „ain fi‟ilnya tidak
berupa huruf Halqi. Contoh: يؽر
َ
ِ - رَم
e. Fi‟il yang berupa bina’ Mudho’af Lazim. Contoh: ي ِ ُّعؽ- فؽ
َ
َُُْ ََُ
5. -
Fi‟il yang mengikuti wazan ini banyak menunjukkan arti sifat
ُ
atau watak, atau sifat yang dinisbatkan pada fa‟il. Contoh: كؽم
ْ
( ة َ ٌؽBakar itu mulia)
Dengan demikian, wazan ini hanya berbentuk lazim. Karena
tidak mungkin fi‟il yang menunjukkan arti sifat akan
membutuhkan maf’ul bih.
Fi‟il-fi‟il yang tidak termasuk dalam wazan ini adalah sebagai
berikut:
ََُ
a. Fi‟il yang „ain fi‟ilnya berupa huruf ya‟, kecuali lafadz و
(baik keadaannya).
ُ َ
b. Fi‟il yang lam fi‟ilnya berupa huruf ya‟, kecuali lafadz َ ن
(berakal).
ُ َْ َ َ
6. ِ - ِ ف
Dalam wazan ini terdapat fi‟il yang berbentuk Muta’addi dan
Lazim. Namun, kebanyakan adalah yang berupa fi‟il Lazim.
ُ
َ ضفَ َْ
Contoh fi‟il Muta’addi pada wazan ini: ِفب ب ِ
َْ َ
Contoh fi‟il Lazim pada wazan ini: يَرِ ُق- َوذِ َق، ن ِ ُم- ِ َم
Menurut para ahli bahasa Arab, bina’ Mudo’af, bina’ Ajwaf
Wawi, bina’ Naqis Wawi, bina’ Lafif Maqrun dan bina’ Mahmuz tidak
terdapat dalam wazan ini.
Untuk mempermudah menghafal wazan-wazan Fi’il Tsulatsi
Mujarrod di atas, berikut ini adalah nadhom dari semua bab Fi’il
Tsulatsi Mujarrod berikut contohnya.
َ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ُّع َ ٍّم ََ َْ ْ َ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ٍّم
ان
ِ كَس خ ٍص ىم ىم كَسح ان ِ خط خ َس
ٍ خص ىم خص ك
َ َ َ َم ْي ُز ْو ُػه َكن ُ ُ ْ َ َو
ُ ُ ْػَص َو َن
ػَص
َ َ َ ْ َ ْ ُ َ ٍّم
خػص ىم ِمّن
ْ ََ َ َ َ َ ُ َُُْْ ُ ََْ َََ ْ ْ َ َُْ
رض ُبِ ميزو ػه كرضب و ِ و ػؽ ِمّن
ٍ خص كف
ْ ََ ُ ُْ َْ َُ ََْ َََ ْ َْ َْ
زو ػه ك ػخَ َص َو َ ػخَ ُص مي و خػص خ ٍص ِمّن
7 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
َ ْ َ ُ ُ َُ ََْ َ َ ْ َْ ُ ْ َ
َم ْي ُز ْو ػه ك َ ػ ِ َم َو َ ػ ُم ِ و ػؽ خ ٍص ِمّن ف كف
َْ ُ َ َ ُ ُُْْ َ ُُ ََْ ََُ ْ َ ُّع َ ٍّم
ػف َّن ُف ُّن ميزو ػه كط و ىػم ىم ِمّن
ُ ب َو َ ْف
ب َ طفَ َ ُ ُْ َْ ُ ََْ َ َ ْ ْ َ ُ ْ َ
ِ ِ ميزو ػه ك ِ َس ِمّن ف ِ وٍ كَس ك
َ
7. Jika fi‟il menunjukkan arti ( ل ْينwarna), maka bentuk masdarnya
ٌََْ ٌ ْ َ ٌ ْ َ ٌ َْ
َ ع، ن َؽة،أ َؽة
kebanyakan mengikuti wazan ث , seperti: رضة
ُْ
warna. Seperti: أ َؽة
ََْ ْ َ
7 دع َيى Sima’i
َْ ْ
8 ِف ِذك ِؽى Sima’i
َُْ َسْ ُ
9 ر Sima’i
ٌ َ ْ َ ٌ ََ ٌ َْ َ
10 ن ان، كنأن Sima’i (tidak ada contoh lain selain 2
contoh ini)
ٌ َ ْ
11 ِف ن ٌ حِرْمَان، ٌنِسْيَان Sima’i
ٌ َ ْ ُ ٌ ُْ
12 ن َؽان Sima’i
13 ٌََ
بٌ َ ٌَ َو، ً َس Jika berupa fi‟il lazim, maka
َ
hukumnya qiyasi. Seperti: ف َؽح
Jika berupa fi‟il muta‟addi, maka
َ
hukumnya sima’i. Seperti: ٌَ ب
ً
14 ٌؼِعَّل ِرىا Sima’i
ٌَُ ً ُ
15 وػى Sima’i dan hanya ada pada fi‟il mu’tal
ً ُ ً َ
lam. Seperti: وػى، وػى
ٌ َ ٌ َ
16 َ اّل َن ح Sima’i
ٌ َ ٌ َ
17 ِف ك ِؼب Sima’i
ٌَ َ ٌَ
18 فِث َ ِ قث Sima’i
ٌَ َ ٌَ
19 َ الث َس َىالث Qiyasi jika berupa fi‟il yang
َ ُ َ
didhommah „ain fi‟ilnya. Seperti: كشع
َ َ َ
- كشاعث
Selainnya maka hukumnya sima’i.
َ َ
Seperti: فٍّن- ٍَا ث
ٌَ َ ٌ َ َ
20 َث تَث غ Sima’i
َ َْ َ ْ َ
21 ُا ُا و Sima’i
ٌَ ٌَ َ ٌَ َ
22 فِ َ الث ارة ِم، ِِتارة Qiyasi, untuk arti pekerjaan atau
kekuasaan
ٌَ ُ ٌ ُ
23 َ الث د َ ةَث Sima’i
ٌ ٌ ٌ
24 فِ َ اّل ِةَاؽ، ِ َ اد Qiyasi untuk kata yang menunjukkan
arti lari, membangkang. Dan untuk
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | 12
ٌ َ ٌ ُ
43 ُ ْي ِ َث ع ُه ْي ِن َث Sima’i
Sifat Musyabihat
Sifat Musyabihat ( ) اله ث امللتىثadalah kata yang dibentuk dari fi‟il
lazim yang digunakan untuk menisbatkan sifat kepada ( م ْين ْيؼyang
ُ َ
disifati)2. Sifat musyabihat menunjukkan suatu keadaan atau situasi
ْ ْ َ َ ٌَْ
yang telah berjalan sejak dulu sampai saat ini. Contoh: ف ُّن ال َيس ِه ز ػ ض.
Namun, jika menunjukkan suatu peristiwa atau kejadian atau
perbuatan, maka sighotnya adalah berupa isim fa‟il. Contoh: اـ ٌّن
َ
ِ ض
َ َ َ َ َْ
أم ٍؿ أ ْو غ ًػا أ ْو اان.
Wazan-wazan sifat musyabihat hukumnya sima’i, jika berbentuk
fi‟il tsulatsi dan tidak menunjukkan arti cacat, warna dan rasa
senang. Namun sebaliknya, jika menunjukkan arti cacat, warna dan
2 Dalam pandangan Ibn Malik, Sifat Musyabihat adalah isim sifat yang fa‟ilnya sesuai
untuk dijerkan (Muhammad ibn Abdillah ibn Malik al-Andalusi, Alfiyah ibn Malik,
[Surabaya: Maktabah Nun, tt.], h. 45).
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | 14
Penulisan Hamzah
1. Jika hamzah terletak di depan kata maka ditulis dengan alif.
ْ َ ٌ ُ ٌّم
Contoh: أم، أب،اا ٌّن
2. Jika hamzah terletak di tengah kata dan berupa sukun, maka
hamzah ditulis dengan menyesuaikan dengan harakat
sebelumnya (fathah dengan alif, dhommah
ْ dengan wawu, dan
ٌ ْ
kasroh dengan ya‟). Contoh: ِذاب، ل م،مأع ْيذ
ٌ ُْ ٌ ُ َ
3. Jika hamzah berada di tengah kata dan berharokat, maka hamzah
َ َ َُ ََ َ
ditulis dengan menyesuaikan harakatnya. Contoh: ـئِ َم، ل م،ـأّل
4. Jika hamzah berharokat fathah dan terletak setelah dhommah
atau kasroh, maka hamzah ditulis dengan menyesuaikan harokat
sebelumnya (dhommah dengan wawu, dan kasroh dengan ya‟).
ٌ َ ٌ َ ُ
Contoh: ِذااب،ـ اّل
5. Jika hamzah berada di akhir kata dan terletak sesudah sukun,
ُ ْ َْ
maka hanya ditulis hamzah saja. Contoh: س ْؾ ٌا، ةَػ ٌا،در ٌا
6. Jika hamzah berada di akhir kata, maka hamzah ditulis dengan
َ َ َ ََ
menyesuaikan harokat sebelumnya. Contoh: َ ِ فخ، ٌَ ُؽ،نلأ
7. Jika hamzah bertemu dengan huruf ta‟ ta’nits dan berada setelah
huruf shohih yang berharokat sukun, maka hamzah ditulis
ٌَ ْ َ
dengan alif. Contoh: نلأة
Jika hamzah bertemu dengan huruf ta‟ ta’nits dan berada setelah
huruf mu’tal (wawu, alif, ya‟) maka diperinci sebagai berikut:
a. Jika huruf mu’tal berupa ya‟, maka hamzah ditulis dengan ya‟.
ٌ َْ
Contoh: ة َ ِؽ ئػث
b. Jika huruf mu’tal berupa alif atau wawu, maka hanya ditulis
ٌ ُ ٌ
hamzah saja. Contoh: م ُؽ ْو َاة،ااة
َ قِ َؽ
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | 16
BAB 3
FI’IL RUBA’I MUJARROD3
ُ ْ َُ ََ ْ َ
Bab ini hanya berupa satu wazan yaitu ِ . Berdasarkan
hasil istiqro’4
para ahli, bab ini hanya memiliki satu wazan saja. Hal
ini disebabkan karena banyaknya huruf yang terdapat dalam fi‟il
Ruba’i Mujarrod sehingga berat untuk ditashrif layaknya fi‟il Tsulatsi
Mujarrod (seperti memfathah dan mengkasroh ain fi‟ilnya, dan
seterusnya). Sehingga para ahli hanya menetapkan harokat fathah
(pada bentuk madhinya) karena fathah adalah harokat yang paling
ringan (untuk dibaca).
ً َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ َ
Contoh mauzun fi‟il Ruba’i Mujarrod الظ... دض َؽسث- يُػض ِؽج- دض َؽج
3 Fi’il Ruba’i Mujarrod adalah fi‟il yang huruf asalnya berjumlah empat huruf yang
tidak mengalami penambahan huruf.
4 Dalam konteks ini, istiqro’ adalah penggalian hukum berdasarkan contoh-contoh
atau kenyataan yang ada di masyarakat Arab, yang selanjutnya dari contoh-contoh
atau kenyataan tersebut ditarik sebuah kesimpulan umum yang dapat digunakan
sebagai landasan hukum secara general. Dalam pemahaman yang lebih simpel,
istiqro’ adalah pengambilan sebuah kesimpulan dengan model deduksi, yaitu
pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada contoh-contoh, yang mana dengan
kesimpulan tersebut dapat digunakan untuk menta’mim (menjeneralisir) contoh
lainnya.
5 Mulhaq adalah kalimat yang disamakan dengan mulhaq bih.
6 Mulhaq Bih adalah kalimat yang disamai oleh mulhaq.
17 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
dengan idghom dan i’lal, tidak boleh terjadi pada Mulhaq atau Mulhaq
Bih.
Proses ilhaq7 secara mutlak bisa terjadi pada isim atau fi‟il.
1. Contoh ilhaq yang terjadi pada fi‟il seperti ditambahkannya huruf
ََ ْ َ َ ْ َ
lam pada lafadz كيuntuk menyamakan dengan lafadz دض َؽج8
2. Contoh ilhaq yang terjadi pada isim seperti ditambahkannya huruf
ََ َ َْ َ
dal pada lafadz ق ْؽددuntuk menyamakan dengan lafadz س َؽ 9
7 Ilhaq adalah menjadikan suatu kata sama dengan kata yang lain, baik dengan
menambahkan satu huruf atau lebih dengan tujuan agar kata yang disamakan
(mulhaq) bisa beramal layaknya kata yang disamai (mulhaq bih) dalam semua bentuk
tashrifnya.
8 Lafadz disebut dengan mulhaq dan lafadz disebut dengan mulhaq bih.
9 Lafadz yang diilhaqkan pada lafadz , menjadi sama dengan lafadz ,
sehingga jika lafadz ditashghir menjadi maka lafadz jika ditashghir
menjadi .
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | 18
BAB 4
FI’IL TSULATSI MAZID10
10Fi’il Tsulatsi Mazid adalah fi‟il yang huruf asalnya berjumlah tiga huruf yang
mengalami penambahan huruf, sehingga bisa menjadi Tsulatsi Mazid Ruba‟i,
Tsulatsi Mazid Khumasi, Tsulatsi Mazid Sudasi.
19 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
11 Faidah ini tidak hanya menjadikan kalimat fi‟il yang lazim menjadi muta‟addi,
akan tetapi juga menjadikan kalimat fi‟il yang asalnya muta‟addi pada satu maf‟ul
bih menjadi muta‟addi pada dua maf‟ul bih.
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | 20
ًََ َُ ُ َُ ََ َ
2. اع ث م- ا ِع- فاع
َْ
Wazan ini hanya berfaidah ِػيَث , namun kebanyakan
menunjukkan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang
َْْ ْ َ َْ ََ َ ُ
( الذ
ِ )ملار ث ا ا. Contoh:
ً َ ًََ َُ ُ َُ ََ َ
قِخاال- مقاح ث- ِ قاح- ( قاحmembunuh, saling membunuh)
َ ٌ ََ َ
( قاح َز ْػ ْي ًؽاZaid dan Amar saling membunuh)
رضاةًاَ ِ - ار َ ًث
َ ُم َي- ي ُ َيار ُب- ار َب
َ ( َىmemukul, saling memukul)
ِ
َ ٌ
ار َب َز ْػ ْي ًؽا َ ( َىZaid dan Amar saling memukul)
Beberapa ulama juga menambahkan bentuk masdar ketiga
ً َْ ََ َ َ َ َىbentuk
pada wazan ini, yaitu ِ االsehingga contoh قاحdan ارب
ً َْ ْ . Terkadang juga
masdarnya yang ketiga adalah ِ خاالdan ى َاةًاِ
َْ
wazan ini menunjukkan faidah ِػيَث yang hanya dilakukan oleh
َ تج ال ِّم ُ ْ َ َ (Aku menyiksa pencuri)
satu orang, seperti: م
ً ْ ُ ُْ َ َْ
3. ِ َ اال- ِ - َ أ
ً ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ
Contoh ِك َؽاما- ي ُ ِؽم- ( أ َؽمmemuliakan) asalnya adalah ك ُؽم
yang kemudian ditambahkan hamzah qotho’ sehingga menjadi
ْ َ
أ َؽ َم.
Wazan ini tidak hanya berupa fi‟il muta’addi (meskipun faidah
َ ْ َ ْ َ ْ َ
ini yang paling banyak) seperti ًَ أـق، أع َؽج،( أ َؽمmemuliakan,
mengeluarkan, menjatuhkan), akan tetapi juga berupa fi‟il lazim
ْ ْ ْ
ً َ دة- يُػة ُؽ- ( أدة َ َؽmundur).
seperti ارا ِ ِ
Sedangkan faidah-faidah dari wazan ini adalah sebagai
berikut:
َْ ًْ ُ ْ ْ َ
1) ِػيَث . Contoh: ( أع َؽسج َز ػاAku mengeluarkan Zaid)
ْ َ ُ ْ ٍال ْ َ
َ ض
ش َؽ ِّم
2) ( ن ُ ْو َرةmenjadi). Contoh: ( أEndapan menjadi batu)
َْ
َ ك. Contoh: الؽس
3) ْثة َ ُُ َ َ ْ( أَلLelaki itu memiliki banyak air susu)
21 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
َ َُْ
4) ( ض ن ْي ثmenunjukkan arti masa, waktu).
ُ ْ َ َ ْ
َ ( أضهػPadi sudah waktunya panen)
Contoh: الؾرع
َ
5) ( ِ َزالثmenghilangkan).
ْ ْ ُ ْ ْ
Contoh: َ ِ َ( أق َؽدت اَلAku menghilangkan kudis onta)
َ ْ
6) ( ُوسػانmenemukan, mendapati).
ً ُ َْْ
Contoh: ( أ ج َز ػاAku menemukan sifat pelit pada diri Zaid)
ْ َْ
7) ( ِؽ وmenempatkan sesuatu pada suatu keadaan).
ْ ْ ُ ْ َ (Aku menjual onta)
Contoh: َ ِ َأا ج اَل
َ ٍَ م
Wazan ini juga berfungsi untuk menunjukkan arti اوعث
َ ُ
ََ َ َ َاع ْػح ُ ُه َ خَت
(akibat) wazan فاع. Seperti contoh اع َػ َ َ ( ةAku
menjauhkannya, maka menjadi jauhlah dia).
َ َ ُّع
Wazan ini juga berfungsi untuk menunjukkan arti ح ف
(memaksakan suatu keadaan atau perbuatan). Seperti contoh
ٌ َ َ ََ
َز ْػ ( ِتاوZaid pura-pura bodoh). Terdapat perbedaan antara
َ ُّع َ ََ ََ َ َ ُّع
ف حyang terdapat pada wazan اع dengan ح فyang
ََََ ْ ُ َ َ ِّم
terdapat pada wazan . Seperti pada lafadz اليخط م, disini fa‟il
ْ ْ
berkeinginan agar sifat احل م ِ (bijaksana) ada pada dirinya.
َ َُ ْ
Sebaliknya, pada lafadz اليخشا ِو, fa‟il hanya menampakkan sifat
ْْ
( اْلَىbodoh) dari dirinya, dan sama sekali tidak ingin memiliki
sifat itu.
ً َ َ َ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُّع
2. - خ-
Faidah-faidah dari wazan ini adalah sebagai berikut:
َ َ ٍَ ُمdari wazan َ َ َ seperti اج
َ سَ الؾ ُ ْ َ َ
ت ُّع
1) Menunjukkan arti اوعث كَس
َ َ َ َ( َ خAku memecah kaca, maka kaca itu pun pecah). Dengan
َس
demikian, yang dimaksud dengan اوعث
َ َ ٍَ ُمadalah pelaku (fa‟il)
perbuatan menerima dampak (akibat) dari pelaku perbuatan
yang lain.12
َ َ ُّع
2) Menunjukkan arti ف ( حmemaksakan suatu hal/keadaan),
ٌَْ ََََ
seperti ( م ز ػZaid belajar).
3) Menunjukkan arti bahwa fa‟il (pelaku) menjadikan maf‟ul
(obyek) dari asalnya fi‟il.
12
Dalam konteks contoh , fa‟il pada lafadz adalah
dhomir atau (fa’il 1) dan fa‟il dalam lafadz berdhomir (fail 2) yang
ً َ ُُْ ََ ً ْ ُ ْ َ ََ
Contoh: ( حأع ج َز ػا أي اَِّتؼحه أعاAku menjadikan Zaid sebagai
saudara).
4) Menunjukkan arti bahwa fa‟il menjauhi asalnya fi‟il.
َ ُ ُْ ٌ ْ َ َ َ ٌْ َ َ ََ
Contoh: ( ىشػ َز ػ أي سا ب َز ػ الىش ْيدZaid menjauhi tidur)
5) Menunjukkan arti asalnya fi‟il tercapai setelah beberapa
dilakukan kali.
َ ُ َ ْ ًَ ُ َََ ٌ ْ َ َ َََ َ ََ
Contoh: ( ِت َؽع ال أي ِب َز ػ ال س ْؽعث َا ػ س ْؽع ٍثZaid menenggak
susu)
َ
6) Menunjukkan arti ( ٌَ بmencari).
َ َ ُ َْ َ َ َ ٌ َََ َ
Contoh: ب أن ي َ ْين ك ِت ْ ًا ٌ ُب َز ْػ أي ( حZaid ingin menjadi
besar)
ً ْ ُ َْ َ ْ
3. اِفخِ َ اال- ِ َ خ- َ َاِ خ
Faidah-faidah wazan ini adalah sebagai berikut:
َ
َ ٍَ مdari wazan ُ َََ َ ْ ُ ََْ
1) Menunjukkan arti اوعث , seperti: ِج ا ِ ة
ْ َ
( فاسخَ َي َعAku mengumpulkan unta, maka unta itu pun
terkumpul)
َ ِّم ٌ ْ
2) ( اَِّتاذmengambil, memegang), seperti: ( اِعخَ َ َ َز ْػZaid
mengambil roti)
ََ َُ
3) Menambah ( متالغثpenyangatan) makna.
ََ َ
ْ َ ٌ َ َ ْ
Contoh: ب
ِ ال ف ب َز ْػ أي ةال ( اِك ِفZaid bekerja)
َََ ٌ َ َ َ ٌْ َ َ َْ
4) Berarti seperti wazan , contoh: ( اِسخؼب َز ػ أي سؼب ز ػZaid
menarik)
ََ ََ َ ََ َ َْ
5) Berarti seperti wazan اع, contoh: ( اِعخه َم ةي ع َّتان َمsaling
bermusuhan)
ً ْ ُ ََْ َ َْ
4. ِا ِ َ اال- ِ ن- َ ان
Faidah-faidah wazan ini adalah sebagai berikut:
ْ َ ْ َْ ُ ْ َ َ
َ َ ٍَ ُمwazan َ َ َ , seperti: فان َق ٍَ َع
1) اوعث ( ٍ ج احلتaku memotong tali,
maka tali itu terputus)
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | 24
َ ُ
َ ٍَ مwazan َََ ََ َْ َ ُ َْ َ
2) اوعث , seperti: ( عػاُه فان ػّلAku memindahkannya,
maka dia menjadi pindah)
َ َ ٍَ ُمwazan َ َ ْ أ, akan tetapi jumlahnya sedikit,
3) اوعث
ْ َ َ ٌ
Contoh: أز َع َز َز ْػ ْي ًؽا فا َؾ َع َز
ْ (Zaid mengagetkan Amar, maka
Umar pun kaget)
Dari sini dapat dipahami bahwa wazan ini hanya berupa fi‟il
lazim, dan juga wazan ini hanya digunakan untuk perbuatan
yang dapat diindera (perbuatan yang pengaruhnya dapat dilihat,
diraba, dicium).
Contoh:
ََْ َ ََُُْ
- ( ع يخه فان َمAku mengajarinya, maka dia menjadi tahu), atau
َْ َ ُُْ َ
- ( ق َهػحه فانق َه َػAku menujunya, maka tertujulah dia), dan lain
sebagainya.
ََْ َ َ َْ
Kedua contoh ini tidak benar, karena اِن َمdan اِنقهػtidak
dapat diindera
Dengan demikian, muthowa’ah adalah tercapainya suatu
dampak dari suatu (perbuatan) ketika fi‟il muta‟addi dikaitkan
dengan sesuatu yang lain yang mengharuskan bentuk fi‟il lazim.
Namun, konsekuensi dari muthowa’ah fi‟il lazim hanya terdapat
pada fi‟il yang muta‟addi pada satu maf‟ul. Sedangkan fi‟il yang
muta‟addi pada dua maf‟ul ketika dimuthowa’ahkan, maka fi‟il
tersebut akan menjadi muta‟addi pada satu fi‟il. Seperti:
َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ًَُ ًَْ ُ ْ َ َ
حِ اْل ُ َتث كفيت ز ػا ستث فا
(Aku memakaikan Zaid dengan jubah, maka dia pun memakai jubah itu)
ً َ ْ َ َ ْ ُّع
5. اِف ِ ال- َ - َ اِف
ََ َُ
Wazan ini hanya digunakan untuk menunjukkan arti متالغث
ً أ َؽ ْ ََْ َْ
(penyangatan) seperti ارا ِ ِا- ي ُّعؽ- ( ِاأ َؽsangat merah), dan hanya
dikhususkan pada fi‟il yang menunjukkan arti warna dan cacat
ً ا ْعي َر- َ ْ َي ُّعر- ( ا ْع َي َرbuta sebelah mata). Pengarang kitab at-
seperti ارا ِ ِ ِ
Tashil dan beberapa ulama lainnya membatasi penggunaan
wazan ini hanya untuk cacat yang dapat diindera.
25 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
َ َ َ ْ
Huruf wawu pada اِعل ْيكبdiganti dengan ya‟ pada bentuk
َ ْ ْ
masdarnya, sehingga menjadi اِع ِليلاةًاhal ini disebabkan karena
ً َْ ْ
mengikuti wazan اِف ِ االdan huruf yang sesuai dengan harokat
kasroh adalah ya‟.
ََ َُ
Wazan ini hanya berupa fi‟il lazim yang memiliki faidah متالغث
(penyangatan) seperti dalam contoh berikut ini:
ُ َ ْ َ َْ َ ْ
ب ا ْرض ( اِعليكbumi sangat [banyak] rumputnya)
ً َ ْ ْ َ َ ْ ُّع
3. اِف ِ ْ ال- َ اّل- ا َ اّل
Huruf ziyadah yang ada pada wazan ini adalah hamzah
washol di awal wazan, alif yang terdapat di antara „ain dan lam
fi‟il, dan huruf yang sejenis dengan lam fi‟il. Contoh mauzun dari
ً َْأْ ْ َ َ َ ْ َ ُّع
wazan ini ارا ِ ِ ا- يار- اِأار. Bentuk masdar dari wazan ini
ditakhfif (diringankan) karena alif terletak di antara dua huruf
yang sama. Pada contoh masdar اِحْمِيْرَِارًاhuruf ro‟ pertama dan ro‟
kedua dipisah oleh huruf alif, berbeda dengan bentuk madhi dan
mudhori‟nya, dua huruf ro‟ bertemu secara langsung tanpa ada
pemisah, sehingga kedua ro‟ ini diidghomkan. Sedangkan
digantinya huruf alif dengan ya‟ (pada bentuk madhi dan
mudhori‟nya) adalah disebabkan karena alif terletak sesudah
harokat kasroh.
ََ َُ
Wazan ini juga hanya berupa fi‟il lazim dan berfaidah متالغث
ََ َُ َ َْ
(penyangatan), namun متالغثdalam wazan ا اّلlebih banyak
ََْ
(baca: sangat) daripada wazan ِا. Dan juga wazan ini hanya
ْ
dikhususkan untuk kata yang mengandung arti ( أل َيانwarna) dan
ُ
( ُ ْيبcacat). Sebagaimana dalam contoh berikut ini:
ََْ
ي ُّع- ار
اِحْمِيْرَِارًا- ار َْ
َ [( اأsangat] merah)
- yang berarti warna ِ
ْ ْ
َي ُّع- ار
ً اعي َؽ- ار َْ ْ
َ [( اع َيsangat] buta sebelah
- yang berarti cacat ارا ِ ِ ِ
mata)
27 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
ً ْ ُ َْ َ ْ
4. اِف ِ َياال- َ ِّميّل- اِ َ َيّل
Huruf tambahan pada wazan ini adalah hamzah washol pada
awal wazan, wawu yang ditasydid yang terletak di antara „ain
ََْ َ ْ
dan lam fi‟il. Sebagaimana wazan ِاdan ِا َ اّل, wazan ini juga
berupa fi‟il lazim karena selalu menunjukkan arti jalan yang cepat,
َ َ ْ
dan wazan ini menunjukkan arti watak. Contoh wazan ini - ِاس َيد
ً ْ ُ ََْ
ِاس ِ َيادا- جي ِّميد.
ََْ
2. Qiyas masdar wazan أ. Jika berupa fi‟il yang „ain fi‟ilnya
ً َْ ََْ
berupa huruf shohih, maka mengikuti wazan ِ اال, seperti - أ
ً َْ
ِ اال. Dan jika berupa fi‟il yang „ain fi‟ilnya berupa huruf ‘illat,
maka tetap mengikuti wazan ini akan tetapi harokat „ain fi‟il
dipindah ke fa‟ fi‟il, kemudian huruf alif kedua dibuang dan
ٌَ َ َ َ
diganti dengan ta‟ sebagaimana dalam lafadz ِقامث- أقام. Namun,
terkadang huruf ta‟ pada lafadz قامثdibuang sebagaimana dalam
َ َ
َ َ ُ َ
contoh ِ قام اله ة.
ََََ ً َ ُّع َ ً َ َ ُّع َ َََ
3. Qiyas masdar wazan adalah seperti ِتي- ِتي.
ََ َْ ْ ً ْ
4. Qiyas masdar wazan اِـخadalah ِا ْـخِ َ اال. Namun jika berupa
fi‟il yang „ain fi‟ilnya berupa huruf „illat, maka diamalkan
ََْ
sebagaimana pengqiyasan yang terjadi pada masdar wazan أ.
ًَ َ ْ َ ََ ْ
Contoh: اِـخِ اذة- اِـخ اذ
َ اِن م َيا ا ْ خُخ َ ْ ْ َم ْع َك ػطا َ ََو َمػا يَِل ا ْ َع َؽ ُم َػ َوا ْ خ
طا ِ ِ ْ ِ َس حِ ِي اا ِ ِ ِ
ْ َ َ ي َ ْؽ َ ُع ْ أَ ْمػرَاّل قَ ْػ ح
َػي َيا َة َى ْيؾ َو ْن ََك ْن ٍَ ََف َو َى ِّمم ما
ٍ ِ ٍ ِ ِ
Ketika huruf awal fi‟il berupa hamzah washol, maka huruf yang
terletak pada urutan ketiga dikasroh kemudian ditambahkan huruf
alif sebelum huruf yang terakhir, dan hal ini dilakukan tanpa
ََ َْ َ ْ َ ْ
memandang apakah fi‟il itu mengikuti wazan ِان, َ َ اِ خatau َ َاِ ْـخ
ًَ ْ َ ْ ً َ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ
seperti اِن ٍَ قا- اِن ٍَ َق, اا ٍ اِن- اِ ْن ٍََف, اسا
ً غ َؽ
ِ اِـخ- اِـخغ َؽج.
Ketika huruf awal fi‟il berupa ta‟ muthowa’ah (dan yang
menyerupainya), dan lam fi‟ilnya berupa huruf shohih, maka huruf
ََََ َََ
yang keempat didhommah, baik itu mengikuti wazan seperti َم
َ ُّع ََ ََ ٌُ ََ ََ ََ
َ ًيا- , atau mengikuti wazan اع seperti قاح قاح, atau
ََ ْ ََ ًََُْ َ ََ
mengikuti wazan seperti ح ي يا- َم ح ْي, atau mulhaqnya wazan
ََ ْ ََ ًََُْ َ َََْ ََْ ََْ
seperti ِت تتا- ِت تب، حب ٍَ َؽ حب ٍُ ًؽا.
Namun, jika fi‟il tersebut lam fi‟ilnya berupa huruf „illat ya‟, maka
harokat dhommah (yang ada pada huruf keempat dalam bentuk
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | 32
13
asalnya adalah . Namun disini terdapat pengecualian, yaitu pada contoh
َ
Masdar ( م َؽةkuantitas) yang terbentuk dari fi‟il yang bukan fi‟il
tsulatsi, maka pada bentuk masdarnya ditambah dengan huruf ta‟
ًَ ْ ُُْ ْ ًَ ْ َ ُُْ ْ َ ٌَْ
ta’nits. Seperti أ َؽمخه ك َؽامثdan دض َؽسخه دض َؽاسث. Wazan ِف ثyang
ََْ
menunjukkan arti و ئثbagi fi‟il yang bukan fi‟il tsulatsi tergolong
syadz (jarang ditemukan).
ََْ
Contoh masdar و ئثfi‟il yang bukan fi‟il tsulatsi:
َ َ ت ال ْ َي ْؽأَةُ َو
ْ ْ ض َفنَ ُث ْ َََْ
- ِااي َؽة
ِ ِ ( اِعخيؽwanita itu memakai kerudung,
kerudungnya bagus)
ْ َ س ُ َو ُو َي َ ( َ َ َي َمlelaki itu memakai surban, surbannya
- ض َف ُّن ال ِ َي ِث ُ الؽ
bagus)
Catatan
َ ْ َ َ ْ َْ ْ
Dalam segi arti, Masdar ( )مهػرdan isim masdar ( )اِـ ُم اليهػر
memiliki kesamaan, yaitu sama-sama menunjukkan arti perbuatan.
Namun, terdapat perbedaan di antara keduanya, yaitu jika masdar
pasti mengandung huruf-huruf yang terdapat dalam fi‟ilnya.
Sebaliknya, isim masdar tidak mengandung beberapa huruf yang
terdapat dalam fi‟ilnya.
Contoh berikut akan memperjelas pemahaman tentang masdar
dan isim masdar:
َ َ ٌ ََ َ َ َ
- َم َز ْػ لَك ًما ح, lafadz لَك ًماadalah isim masdar
َ َ َ َ َ ْ ٌ َ َ ُّع َ َ ُّع
- ًيا ح م ز ػ ح, lafadz ًيا حadalah masdar
َُ ٌ
Contohان
ِ مي, bentuk isim fa‟il ini mengikuti wazan yang
ُ َُ
digunakan oleh bentuk mudhori‟nya, yaitu انِ يي. Akan tetapi, huruf
ُ َُ
mudhoro’ah pada lafadz ان
ِ ييdiganti dengan mim ziyadah, kemudian
huruf sebelum akhir harokatnya dikasroh (meskipun pada dasarnya
ٌ َُ
sudah dikasroh), sehingga menjadi ان
ِ مي.
Contoh isim fa‟il selain fi‟il tsulatsi yang dibentuk dari fi‟il mudhori‟
ٌ ُْ َْ َ ْ
yang huruf sebelum akhirnya berharokat kasroh: ، من ٍَ ِق- ن ٍَ ِ ُق- ِان ٍَ َق
ْ ْ ْ
ُم ْفخَغ ِؽ ٌج- ي َ ْفخَغ ِؽ ُج- اِ ْـخَغ َؽ َج
Contoh isim fa‟il selain fi‟il tsulatsi yang dibentuk dari fi‟il
mudhori‟ yang huruf sebelum akhirnya berharokat fathah:
ْ ْ َ ْ َ ِّم َ ُمخ- َ خَ َ َ ُم- َ َ َ َم
ُمخَ َػع ِؽ ٌج خَ َػع َؽ ُج- ح َػع َؽ َج، َ ٌم
َ ْ ْ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُْ َ ْ ََ ْ َ
ُ ْي ٍّل ك ِير ِ ال ُينخَ ْؽ نار اـم م َس و ِن خطج ِمنه ما َكن ا
Ketika kita ingin membuat isim maf‟ul dari fi‟il yang bukan fi‟il
tsulatsi, maka kita hanya perlu menggunakan isim fa‟ilnya saja,
kemudian huruf sebelum akhir yang berharokat kasroh diganti
dengan harokat fathah. Maka isim fi‟il tersebut akan menjadi isim
maf‟ul.
Contoh berikut ini akan mempermudah pemahaman tentang cara
pembentukan isim fa‟il dan isim maf‟ul dari fi‟il yang bukan fi‟il
tsulatsi.
Bentuk Isim Maf’ul Bentuk Isim Fa’il Bentuk Madhi-Mudhori’
ٌَ َ ُ ٌ َُ ُ َ ُ ََ َ
مقاح ِمقاح ِ قاح- قاح
ْ ٌ ْ ْ ْ
ُم ْفخَغ َؽ ٌج ُم ْفخَغ ِؽد ي َ ْفخَغ ِؽ ُج- اِـخَغ َؽ َج
35 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah | 40
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
41 | Terjemah al-Qowaid as-Shorfiyyah al-Ishtilahiyyah
Tentang Penyusun
Hasan Syaiful Rizal, M.Pd
Pendidikan formal:
- S1 PBA Universitas Yudharta Pasuruan (2001-2005)
- D3 Fak. Elektro jurusan Teknik Komputer & Jaringan Universitas Negeri
Malang (2006)
- S2 PBA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang (2007-2009)
Profesi kependidikan:
- Tenaga pengajar Bahasa Arab jurusan Bahasa MA Darut Taqwa
Sengonagung
- Tenaga pengajar Teknologi & Informasi jurusan Multimedia SMK Darut
Taqwa Sengonagung
- Tenaga pengajar program studi PBA Universitas Yudharta Pasuruan
- Tenaga pengajar Madrasah Diniyah Darut Taqwa ponpes Ngalah
Sengonagung