Anda di halaman 1dari 10

RESUME

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Akuntansi Biaya Kelas P

Pengampu: Mahameru Rosy Rochmatullah, S.E., M.Si.

Oleh:

MITA KUSUMA DEWI

B 200170054

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
BAB 7 dan BAB 8
BIAYA OVERHEAD PABRIK
DAN DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD PABRIK

Departementalisasi biaya overhead pabrik adalah pembagian pabrik ke


dalam bagian-bagian yang disebut departemen atau pusat biaya (cost center)
yang dibebani dengan biaya overhead pabrik. Fungsi departementalisasi biaya
overhead pabrik digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead dalam
perusahaan yang mengolah produknya melalui beberapa departemen produksi.
Tarif biaya overhead dihitung untuk setiap departemen produksi tersebut.
Penyusunan Anggaran BOP per Departemen Jika produk diolah melalui
beberapa tahap proses produksi, biasanya perusahaan membentuk lebih dari satu
departemen produksi. Di samping departemen produksi tersebut, perusahaan
biasanya membentuk beberapa departemen pembantu untuk melayani berbagai
kebutuhan departemen produksi.
Sebagai contoh, dalam perusahaan percetakan, produk diolah melalui
tiga tahap proses produksi:
1. Tahap pengesetan (setting department)
2. Tahap pencetakan (printing department)
3. Tahap penjilidan (binding department).
Oleh karena itu, perusahaan percetakan biasanya membentuk 3
departemen itu. Di samping tiga departemen itu, perusahaan percetakan
biasanya membentuk departemen-departemen pembantu. Tahap Penyusunan
Anggaran
1. Penaksiran biaya overhead langsung departemen atas dasar kapasitas
yang direncanakan untuk tahun anggaran.
Dalam menyusun anggaran BOP dibagi manjadi 2 golongan, yaitu:
a. Biaya langsung departemen
b. Biaya tidak langsung departemen
Biaya langsung departemen adalah jenis biaya overhead pabrik yang
terjadi atau dapat langsung dibebankan pada departemen tertentu.
2. Penaksiran BOP tidak langsung departemen. Setelah biaya overhead
langsung ditaksir untuk setiap departemen, langkah berikutnya adalah
menaksir biaya overhead tidak langsung departemen yang akan
dikeluarkan dalam tahun anggaran.
3. Distribusi biaya overhead tidak langsung departemen ke
departemendepartemen yang menikmati manfaatnya. Dalam rangka
penentuan tarif, biaya-biaya overhead tidak langsung departemen harus
didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati
manfaatnya atas salah satu dasar distribusi tersebut di atas.
4. Menjumlah BOP per departemen baik BOP langsung maupun tidak
langsung untuk mendapatkan anggaran BOP per departemen, baik
departemen produksi maupun departemen pembantu. Setelah selesai
dilakukan distribusi biaya overhead tidak langsung departemen ke
departemen-departemen yang menikmati manfaatnya.

Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi


Setelah anggaran BOP per departemen disusun. Langkah selanjutnya
dalam penentuan tarif biaya OHP per departemen adalah mengalokasikan BOP
departemen pembantu ke departemen produksi yang menikmati jasa departemen
pembantu. Pada umumnya tarif BOP hanya dihitung untuk departemen-
departemen produksi saja, karena pengolahan bahan baku menjadi produk
biasanya terjadi di departemen produksi.
Oleh karena biaya OHP yang akan dibebankan kepada produk tidak
hanya terdiri dari biaya terjadi departemen produksi saja, tapi juga di
departemen pembantu. Maka dalam rangka penentuan tarif biaya OHP per
departemen, biaya overhead departemen pembantu dialokasikan ke departemen
produksi.
Alokasi biaya overhead departemen pembantu ke departemen produksi
dapat dilakukan dengan salah satu dari dua cara berikut ini:
1. Alokasi BOP metode langsung (dirrect allocation method)
2. Metode alokasi bertahap (step method)
BAB 9
BIAYA BAHAN BAKU

A. UNSUR BIAYA YANG MEMBENTUK HARGA POKOK BAHAN BAKU


YANG DIBELI
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk
jadi. Didalam memperoleh bahan baku, perusahaan juga mengeluarkan biaya
pembelian, pergudangan, dan biaya perolehan lain.
1. Sistem Pembelian
a. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku
Apabila jumlah bahan baku digudang sudah mencapai minimum persanan
kembali (reorder point), bagian gudang akan membuat surat permintaan
(purchase requisition).
b. Prosedur Penerimaan Bahan Baku
Ketika pemasok mengirimkan bahan baku ke perusahaan, bagian penerimaan
bertugas menerima, mencocokan kualitas, kuantitas, jenis, serta spesifikasi.
c. Prosedur Pencatatan Utang yang Timbul dari Pembelian Bahan Baku
Bagian pembelian menerima faktur pembelian dari pemasok dan memberikan
tanda tangan, sebagai tanda persetujuan faktur dapat dibayar.
2. Biaya yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli
a. Biaya Angkutan Diperlakukan Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku
yang Dibeli.
b. Apabila biaya angkut diperlakukan sebagai biaya tambahan harga pokok
bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya angkutan masing-masing jenis
bahan baku dapat dipisahkan.
3. Biaya Unit Organisasi yang Terkait Dalam Perolehan Bahan Baku
a. Jumlah biaya tiap bagian yang terkait dalam transaksi pembelian bahan baku
diperkirakan selama satu tahun anggaran.
b. Ditentukan dasar pembebanan biaya tiap-tiap bagian dan ditaksir jumlahnya
dalam tahun anggaran
c. Ditentukan tarif pembebanan biaya tiap-tiap bagian dengan cara membagi
biaya tiap bagian dengan dasar pembebanan
4. Unsur Biaya yang Diperhitungkan Dalam Harga Pokok Bahan Baku yang
Diimpor
Apabila bahan baku diimpor, unsur harga pokoknya akan berbeda dengan apabila
bahan tersebut dibeli dari dalam negeri.

B. PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI DALAM


PRODUKSI
1. Prosedur Permintaan dan Pengeluaran Bahan Baku
Bagian produksi yang membutuhkan bahan baku, mengisi bukti permintaan.
2. Metode Pencatatan Biaya Bahan Baku
a. Metode identifikasi khusus
b. Metode masuk pertama keluar pertama
c. Metode masuk terakhir keluar pertama
d. Metode rata-rata bergerak
e. Metode biaya standar
f. Metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan

C. MASALAH-MASALAH KHUSUS YANG BERHUBUNGAN DENGAN


BAHAN BAKU
Dalam bagian ini diuraikan akuntansi biaya bahan baku, jika dalam proses
produksi terjadi sisa bahan (scrap materials), produk cacat (defective goods), dan
produk rusak (spoiled good).

D. SISA BAHAN (SCRAP MATERIALS)


Hasil penjualan sisa bahan dapat diperlakukan sebagai:
1. Pengurangan biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan
sisa bahan tersebut
2. Pengurangan terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
3. Penghasilan diluar usaha (other income).
Pencatatan Sisa Bahan
a. Bagian akuntansi persediaan menyelenggarakan catatan mutasi persediaan sisa
bahan dalam kartu persediaan.
b. Bagian akuntansi persediaan tidak hanya menyelenggarakan pencaatan mutasi
persediaan sisa bahan dalam kuantitasnya saja, tetapi juga nilai rupiahnya.

E. PRODUK RUSAK (SPOILED GOODS)


1. Jika produk rusak karena sulitnya pengerjaan tertentu atau faktor luar biasa
lainnya, maka harga pokok produk rusak dibebankan sebagai tambahan harga
pokok produk dalam pesanan.
2. Jika produk rusak merupakan hal yang wajar terjadi dalam proses pengolahan
produk, maka kerugian dibebankan kepada produk keseluruhan.

F. PRODUK CACAT (DEFECTIVE GOODS)


Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah
ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk
memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomi dapat disempurnakan lagi menjadi
produk jadi yang baik.
BAB 10
BIAYA TENAGA KERJA

A. PENGERTIAN BIAYA TENAGA KERJA DAN CARA PENGGOLONGAN


1. Definisi
Tenaga kerja merupakan sumber daya yang dikeluarkan karyawan atau
manusia untuk memproduksi barang/jasa. Biaya tenaga kerja merupakan biaya
yang dibebankan dalam penggunaan tenaga kerja yang dikeluarkan untuk
memproduksi barang/jasa.
2. Penggolongan Kegiatan dan Biaya Tenaga Kerja
Berikut penggolongan kegiatan tenaga kerja:
a. Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan.
1) Biaya tenaga kerja produksi:
a) Gaji karyawan pabrik
b) Biaya kesejahteraan karyawan pabrik
c) Upah lembur karyawan pabrik
d) Upah mandor pabrik
e) Gaji manajer pabrik
2) Biaya tenaga kerja pemasaran:
a) Upah karyawan pemasaran
b) Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran
c) Biaya komisi pramuniaga
d) Gaji manajer pemasaran
3) Biaya tenaga kerja administrasi dan umum:
a) Gaji karyawan bagian akuntansi
b) Gaji karyawan bagian personalia
c) Gaji karyawan bagian secretariat
d) Biaya kesejahteraan karyawan bagian akuntansi
e) Biaya kesejahteraan karyawan bagian personalia
f) Biaya kesejahteraan karyawan bagian secretariat
b. Penggolongan menurut kegiatan departemen-departemen dalam perusahaan.
Biaya tenaga kerja di departemen-departemen non-produksi dapat
digolongkan menjadi biaya tenaga kerja bagian akuntansi, biaya tenaga kerja
bagian personalian, dan sebagainya.
c. Penggolongan menurut jenis pekerjaannya.
Biaya tenaga kerja digolongkan menjadi upah operatir, upah mandor, dan upah
penyelia.
d. Penggolongan menurut hubungannya dengan produk.
Upah tenaga kerja langsung diperlakukan sebagai biaya kerja langsung dan
diperhitungkan langsung sebagai unsur biaya produksi. Tenaga dan jasanya
tidak secara langsung dapat diusut pada produk (biaya tenaga kerja tak
langsung) yang dibebankan pada produk tidak secara langsung, tetapi melalui
tariff biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
B. AKUNTANSI BIAYA TENAGA KERJA
1. Gaji dan Upah
Untuk menentukan upah karyawan perlu mengumpulkan jumlah jam
kerjanya. Kartu hadir adalah catatan yang digunakan untuk jam kehadiran
karyawan, mencatat jam hadir dan jam pulang karyawan. Kartu jam kerja
digunakan untuk mencatat pe,akaian waktu hadir tenaga kerja langsung di pabrik,
kemudian kartu jam kerja dikirim ke bagian akuntansi biaya untuk distrubusi gaji
dan upah tenaga kerja langsung.
2. Insentif
Perusahaan dapat memberikan insentif kepada karyawan aga dapat bekerja
lebih baik. Insentif ini dapat didasarkan atas wajtu kerja, hasil yang dipriduksi,
atau kombinasi dari keduanya.
3. Premi Lembur
Bila karyawan bekerja lebih dari 40 jam dalam seminggu, maka karryawan
tersebut berhak mendapatkan uang lembur dan premi lembur. Pemberian premi
lembur tergantung atas alasan terjadinya lembur, dapat ditambahkan pada upah
tenaga kerja langsung dan dibebankan pada pekerjaan/departemen tempat
terjadinya lembur. Premi lembur dapat diperlakukan sebagai unsure biaya
overhead pabrik atau dikeluarkan sama sekali dari harga produk dan dianggap
sebagai biaya periode.
C. BIAYA-BIAYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN TENAGA KERJA
1. Set-Up Time
Set-up time merupakan biaya yang dikelarkan untuk memulai produksi.
Diperlukan pada waktu pabrik atau proses mulai dijalankan atau dibuka kembali
atau pada waktu produk baru diperkenalkan. Biaya ini meliputi pengeluaran untuk
pembuatan rancang bangun, penyusunan mesin dan peralatan, pelatihan karyawan,
dan kerugian yang timbul akibat belum adanya pengalaman.
2. Waktu Menganggur (Idle Time)
Biaya yang dikeluarkan selama waktu menganggur (karena adanya
hambatan, kerusakan mesin, atau kekurangan pekerjaan) diperlakukan sebagai
unsure biaya overhead pabrik.
BAB 11
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN

A. BIAYA BERSAMA
1. Definisi Biaya Bersama
Biaya bersa,a merupakan biaya yang dikelurakan sejak awal bahan baku
diolah sampai dengan pemisahan identitas produk, terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai
macam produk yang dapat berupa produk bersama, produk sampingan, dan
produk sekutu.
2. Pengertian dan Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan, dan
Produk Sekutu
a. Produk Bersama
Produk bersama merupakan dua produk atau lebih yang diproduksi secara
serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan.
b. Produk Sekutu
Produk sekutu adalah dua produk atau lebih yang diprodusi pada waktu yang
bersa,aan, tetapi tidak dari kegiatan pengolahan yang sama atau tidak berasal
dari bahan yang sama.
Berikut ini karakteristik produk bersama dan produk sekutu:
1) Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama dari kegiatan
produksi.
2) Harga jual produk bersama/produk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan
dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
3) Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat
menghindari untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ingin
memproduksi hanya salah satu diantara produk bersama.
c. Produk Sanpingan
Produk sampingan adalah satu produk atau lebih yang nilai jualnya relative
rendah, yang diproduksi bersama dengan produk lain yang nilai jualnya lebih
tinggi. Berikut karaktersitik produk sampingan:
1) Produk sampingan dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
2) Produk sampingan memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah
terpisah dari produk utama.

B. AKUNTANSI PRODUK BERSAMA


Manajemen biasanya ingin mengetahui besarnya kontribusi masing-masing
produk bersama terhadap seluruh penghasilan perusahaan, karena dapat mengetahui
jenis produk bersama yang menuntungkan atau jenis produ perlu didorong
pemasarannya. Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama
dengan menggunakan metode berikut:
1. Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada
produk bersama. Harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya yang
dikeluarakan dalam mengolah produk tersebut. Cara logis untuk mengalokasikan
baya bersama adalah bersarakan pada nilai jual relative masing-masing produk
bersama yang dihasilkan.
2. Metode Satuan Fisik
Biaya bersama dialokasikam kepada produk atas dasar koefisian fisik
yaitu kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Metode
ini menghendaki bahwa produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur
dengan satuan ukuran pokok yang sama. Jika produk bersama memiliki satuan
ukuran yang berbeda, harus ditentukan koefisien ekuivalensi yang digunakan
untuk mengubah berbagai satuan tersebut menjadi satuan ukuran yang sama.
3. Metode Rata-raya Biaya Per-Satuan
Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan
diukur dalam satuan yang sama. Metode ini biasanya digunakan oleh perysahaan
yang menghasilkan beberapa macam prodik yang sama dari satu prises bersama,
tetapi berbeda dalam mutu/kualitas.
4. Metode Rata-rata Tertimbang
Dalam metode ini, kuantitas produksi dikalikan terlebih dulu dengan
angka penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan
angka penimbang setiap produk didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai,
sulitnya pembuatan produk, waktu yang dikonsumsi, dan pembedaan jenis tenaga
kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilakan.

C. BIAYA BERSAMA DAN KEPUTUSAN MANAJEMEN


Tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk perhitungan laba agar supaya
dapat dijetahui besaran kontribusi masing-masing produk bersama terhadap seluruh
lama yang diperoleh perusahaan. Harga pokok setiap produk bersama yang berasal
daru proses alokasi tidak bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan,
bahkan sering menyesatkan.

D. AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN


Alokasi biaya bersama kepada produk utama dan produk sampingan
dianggap tidak perlu, karena nilai produk sampingan relatif rendah bila dibandingkan
dengan produk utama. Beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama kepada
produk utama dan produk sampingan. Metode akuntansi yang digunakan untuk
memperlakukan produk sampingan dibagi menjadi 2:
1. Metode Tanpa Harga Pokok
Merupakan metode yang tidak mencopa menghitung harga pokok produk
sampingan/persediaanya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan produk
sampingan sebagai pendapatan/pengurangan biaya produksi. Metode perlakuan
terhadap pendapatan penjualan produk sampingan adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pendapatan
di Luar Usaha.
b. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Tambahan
Pendapatan Penjualan Produk Utama.
c. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang
Harga Pokok Penjualan.
d. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang
Total Biaya Produksi.
2. Metode Harga Pokok
Merupakan metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya
bersama kepada produk sampingan dan menentukan harga pokok persediaan
produk atas dasar biaya yang dialokasikan.
Metode biaya pengganti biasanya digunakan dalam perusahaan yang
produk sampingannya dipakai dalam pabrik sebagai bahan baku atau bahan
penolong. Harga pokok yang diperhitungkan dalam produk sampingan adalah
sebesar harga beli atau biaya pengganti yang berlaku di pasar, kemudian
dikreditkan pada rekening BDP-BBB, sehingga mengurangi biaya produksi
utama. Pengurangan ini mengakibatkan harga pokok per satuan persediaan produk
utama menjadi lebih rendah.

Anda mungkin juga menyukai