Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) yang merupakan komitmen dari penyedia jasa
(kontraktor) dalam penjaminan keselamatan konstruksi dalam proyek yang ditangani, wajib
untuk memenuhi regulasi yang sudah ditetapkan. Dalam lingkup Kementerian PUPR sejak
tanggal 23 Desember 2019 telah terbit Peraturan Menteri PUPR No. 21/PRT/M/2019 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi sebagai pengganti Peraturan terdahulu
yaitu Permen PUPR No 05/PRT/M/2014.
Dokumen RKK sendiri menjadi bagian yang harus dievaluasi dalam tender. Regulasi untuk
pelaksanaan tender di Kementerian PUPR juga mengalami perubahan dengan terbitnya Permen
PUPR No. 14/PRT/M/2020. Sehingga otomatis isi dokumen dan tata cara evaluasi nya berbeda
dibandingkan dengan regulasi sebelumnya. Oleh karena itu dalam posting ini saya menyebutnya
sebagai RKK up to date alias RKK 2.0. Lalu apa saja yang berbeda terkait evaluasi terhadap
RKK dalam tender konstruksi?
Dokumen Identifikasi Bahaya harus sudah ditetapkan PPK pada saat tahap persiapan pengadaan
dan dimuat dalam Spesifikasi Teknis dan/atau Kerangka Acuan Kerja (KAK). Dokumen ini akan
dimasukkan oleh Pokja Pemilihan kedalam Dokumen Pemilihan pada Bagian Lembar Data
Pemilihan (LDP) angka 5. Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK)
Pada saat tender ada 2 (dua) hal yang wajib dievaluasi oleh Pokja Pemilihan yaitu:
Elemen SMKK
Elemen SMKK yang wajib diuraian oleh peserta tender adalah sebagai berikut:
Kolom (2) dan (3) diisi uraian pekerjaan dan Identifikasi bahaya yang ditetapkan oleh PPK dan
dimuat dalam LDP Angka 5 di atas
Kolom (4) diisi tipe bahaya dari skenario yang disebutkan dalam tabel (3)
Kolom (10) diisi dengan tingkat risiko sesuai hasil kolom (9) skala 1 s/d 25
Kolom (12), (13), (14) dan (15) diisi sebagaimana kolom (7), (8), (9) dan (10) di atas setelah
dilakukan pengendalian lanjutan
C2. Kompetensi
Berisi daftar personel yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi
C3. Kepedulian
Berisi prosedur dan/atau petunjuk kerja peningkatan kepedulian keselamatan konstruksi, Analisis
kebutuhan pelatihan dan sosialisasi SMKK, dan Daftar Pelatihan yang akan dilaksanakan
C4. Komunikasi
Berisi Prosedur dan/atau petunjuk kerja induksi Keselamatan Konstruksi (safety
induction), Prosedur dan/atau petunjuk kerja pertemuan pagi hari (safety morning), Prosedur
dan/atau petunjuk kerja pertemuan kelompok kerja (toolbox meeting), Prosedur dan/atau
petunjuk kerja Rapat Keselamatan Konstruksi (construction safety meeting), Prosedur dan/atau
petunjuk kerja penerapan informasi bahaya, dan Jadwal Program Komunikasi.
Pokja Pemilihan dalam melakukan evaluasi terhadap RKK diatur dalam Permen 14/2020 bahwa
"Evaluasi terhadap persyaratan Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) dalam Elemen SMKK
dilakukan dengan kriteria penilaian “ada” atau “tidak ada”. Apabila salah satu elemen tersebut
“tidak ada”, maka dinyatakan gugur". Sementara untuk evaluasi terhadap pakta komitmen
berlaku sebagaimana telah dibahas di atas.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah peserta tender wajib menyampaikan perkiraan biaya
penerapan SMKK karena diatur ketentuan "Khusus untuk mata pembayaran perkiraan biaya
penerapan sistem manajemen Keselamatan Konstruksi, apabila peserta tidak menyampaikan atau
nilai perkiraan biaya penerapan sistem manajemen Keselamatan Konstruksi sebesar Rp. 0,- (nol
rupiah) maka dinyatakan gugur".
Perkiraan biaya penerapan SMKK ini minimal mencakup 9 (sembilan) komponen yaitu:
1. penyiapan RKK;
2. sosialisasi, promosi, dan pelatihan;
3. Alat Pelindung Kerja dan Alat Pelindung Diri;
4. asuransi dan perizinan;
5. Personel Keselamatan Konstruksi;
6. fasilitas sarana, prasarana, dan alat kesehatan;
7. rambu-rambu yang diperlukan;
8. konsultasi dengan ahli terkait Keselamatan Konstruksi, dan
9. kegiatan dan peralatan terkait dengan pengendalian Risiko Keselamatan Konstruksi
Demikian penjelasan terkait bentuk RKK terbaru yang digunakan dalam tender pekerjaan
konstruksi.