B. Organisasi Pengelola Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi
Organisasi pengelola SMKK memuat bagan struktur organisasi Penyedia Jasa yang dapat menjelaskan hubungan koordinasi antara Pelaksana Konstruksi, Kantor Pusat, dan pengelola SMKK beserta tugas dan tanggung jawabnya. Garis koordinasi dan komando pada organisasi SMKK dibagi menjadi dua tingkat yaitu Tingkat Proyek dan Tingkat Perusahaan. Pada Tingkat Proyek, Pimpinan Tertinggi Pekerjaan Konstruksi berkoordinasi dengan Pimpinan UKK (Unit Keselamatan Konstruksi), kemudian Pimpinan UKK memberikan komando kepada Anggota UKK. Pimpinan Tertinggi Pekerjaan Konstruksi juga memberikan komando kepada para Manajer Produksi. Pada Tingkat Perusahaan, Direktur Utama memberikan komando kepada Direktur HSE dan berkoordinasi dengan Pimpinan Tertinggi Pekerjaan Konstruksi, dan Direktur HSE memberikan komando kepada Pimpinan UKK. Organisasi pengelola SMKK tidak selalu sama tetapi disesuaikan dengan tingkat risiko keselamatan konstruksi tersebut. Konstruksi dengan tingkat risiko keselamatan sedang dan besar memiliki susunan Pimpinan UKK yang berkoordinasi langsung dengan Pimpinan Pekerjaan Konstruksi, sedangkan konstruksi dengan risiko keselamatan kecil memiliki fungsi Pimpinan UKK yang melekat pada Pimpinan Tertinggi Pekerjaan Konstruksi. Perbedaan tingkat risiko keselamatan di konstruksi juga menentukan persyaratan kualifikasi kompetensi kerja Pimpinan UKK. Untuk konstruksi dengan tingkat risiko keselamatan sedang dan besar, kualifikasi yang harus dipenui adalah Ahli Utama K3 Konstruksi, atau Ahli Madya K3 Konstruksi dengan pengalaman minimal 3 tahun, sedangkan untuk konstruksi dengan risiko keselamatan kecil adalah Ahli Muda K3 Konstruksi atau Petugas Keselamatan Konstruksi. Organisasi pengelola SMKK bertugas untuk membuat prosedur dan atau petunjuk kerja yang berisi: 1. Hubungan kerja antara Tim Pelaksana Pekerjaan Konstruksi dan Kantor Pusat Penyedia Jasa 2. Tugas, tanggung jawab, dan wewenang Tim Pelaksana Pekerjaan Konstruksi dan Kantor Pusat Penyedia Jasa 3. Jadwal pelaporan kinerja pelaksanaan pekerjaan khususunya terkait Keselamatan Konstruksipada pimpinan puncak Penyedia Jasa di Kantor Pusat 4. Kendala yang dihadapi terkait pelaksanaan pekerjaan dan alternative solusi pemecahan masalah tersebut
Tugas dan tanggung jawab Struktur Organisasi Pengelola SMKK juga
diatur, mulai tugas dan tanggung jawab Direktur QHSE, Pimpinan UKK, Petugas Keselamatan Konstruksi (anggota UKK), Petugas Tanggap Darurat, Tenaga Kesehatan, Petugas Pengelola Lalu Lintas (anggota UKK), Petugas Pengelola Lingkungan (anggota UKK), sampai Personil Penjamin Mutu (anggota UKK). Tugas dan tanggung jawab tersebut juga berbeda sesuai dengan tingkat risiko keselamatan di konstruksi.
C. Komitmen Keselamatan Konstruksi dan partisipasi tenaga kerja
Komitmen Keselamatan Konstruksi dan partisipasi tenaga kerja dilakukan dengan: 1. Pengesahan pakta komitmen oleh Pimpinan Penyedia Jasa Lembar Pakta Komitmen Keselamatan Konstruksi ditandatangani oleh pimpinan tertinggi badan usaha. Format baku di dalam Permen PUPR No. 10/2021 tidak boleh diubah
2. Penandatanganan Kebijakan Keselamatan Konstruksi oleh pimpinan
Pelaksana Pekerjaan Konstruksi Lembar Kebijakan Keselamatan Konstruksi memuat Lembar Kebijakan Keselamatan Konstruksi yang dibuat oleh Penyedia Jasa dan disahkan oleh Pengguna Jasa Keselamatan Konstruksi. Lembar Kebijakan Keselamatan Konstruksi tersebut harus dikomunikasikan baik kepada pihak internal dan eksternal serta terdokumentasi
3. Tinjauan pelaksanaan komitmen
Dilakukan dengan menyusun jadwal komunikasi pimpinan perusahaan atau selevel di bawah pimpinan perusahaan untuk melakukan kunjungan ke proyek dalam rangka memastikan RKK dilaksanakan dan meningkatkan partisipasi kerja. Saat melakukan kunjungan, Pimpinan Penyedia Jasa Pekerjaan melakukan hal-hal sebagai berikut, yaitu a) Berdiskusi dengan pekerja tentang masalah Keselamatan Konstruksi di lapangan b) Memberikan solusi pemecahan terhadap masalah yang ada c) Menegakkan kedisiplinan apabila ada pelanggaran yang terjadi
Format jadwal kunjungan Pimpinan Penyedia Jasa Pekerjaan
Konstruksi disusun dalam bentuk tabel yang berisi elemen yang terlibat, kegiatan yang dilakukan, PIC, serta rincian kegiatan yang dilakukan perbulannya
4. Konsultasi dan partisipasi pekerja menetapkan matriks komunikasi para
pihak terkait dalam komunikasi dan partisipasi pekerja Konsultasi dan partisipasi pekerja mencakup kegiatan perencanaan, pelaksaan, evaluasi kinerja, dan tindakan perbaikan SMKK. Konsultasi dilakukan dengan: a) Menyediakan mekanisme, waktu, dan sumber daya yang diperlukan untuk konsultasi b) Menyediakan informasi SMKK yang valid dan dapat diakses setiap waktu c) Menghilangkan atau meminimalkan hal-hal penghambat partisipasi Dilakukan pula konsultasi dengan pekerja lain yang berkepentingan terkait dengan:
a) Kebijakan, kebutuhan, program, dan kegiatan SMKK
b) Susunan, peran, tanggung jawab dan wewenang organisasi c) Pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan dan lainnya d) Tujuan keselamatan konstruksi dan perencanaan pencapaian e) Pengendalian terhadap alih daya dan pengadaan barang dan jasa f) Pemantauan dan evaluasi g) Program audit h) Perbaikan berkelanjutan
Mendorong partisipasi pekerja dalam hal:
a) Menentukan mekanisme partisipasi pekerja
Program komunikasi dan partisipasi pekerja dapat dilakukan menggunakan papan pengumuman, poster dan spanduk K3, safety morning talk, tool box meeting, pesan melalui speaker, serta rapat K3 mingguan dan bulanan b) Mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko serta peluang c) Menentukan tindakan untuk menghilangkan bahaya dan mengurangi risiko keselamatan konstruksi d) Menentukan persyaratan kompetensi, kebutuhan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan e) Menentukan langkah-langah pengendalian dan penerapannya f) Menyelidiki kejadian, ketidaksesuaian, dan menentukan tindakan perbaikan 5. Pelaksanaan komitmen, sosialisasi, edukasi, konsultasi dan partisipasi tersedia sebagai informasi terdokumentasi