Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rayi Madhin Sirat

Kelas : X MIPA 1
No. Absen: 28

Belajar di Kandang Kuda

Pagi ini udara sangat dingin. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30.
Hujan yang tak kunjung reda membuat kelas yang nyaman ini terasa sepi
karena kerasnya suara hujan yang berjatuhan membuat teriakan murid X
IIS 4 tidak terdengar.
Menit demi menit berlalu, hujan pun mulai reda dan ocehan-ocehan
kecil mulai terdengar. Berteriaklah seorang gadis gembul bernama Icik

Icik : “Woi hari ini siapa yang piket ?”


Indro : “Aku, Jono, sama Cici”
Icik : “Kamu sudah piket, Ndro ?”
Indro : “Ya jelas belum lah Cik”
Icik : “Gile lu Ndro, jam segini belum piket”
Indro : “Ya suka-suka Indro dong”
Icik : “Iyain aja lah”

Kring… kring. kring… bel tanda masuk pun berbunyi. Tak berselang
lama datanglah seorang guru matematian alias matematika bernama
Pak Aljabarun dengan menenteng sebuah laptop ukuran 14 Inchi
bewarna hitam.

Pak Aljabarun : “Selamat pagi Anak-Anak”


Murid : “Selamat pagi Pak”

Setelah menyapa para murid Pak Aljabarun kemudian melihat


sekeliling kelas lalu bertanya

Pak Aljabarun : “Anak-anak, apakah kalian memelihara kuda disini ?”


Murid : “Jelas tidak lah, Pak. Ini kan sebuah kelas untuk belajar
mana mungkin kita memelihara kuda”
Pak Aljabarun : “Lalu, mengapa tempat ini seperti kandang kuda ?”

Seketika semua murid terdiam sambil menatap seisi kelas.


STRUKTUR

Abstrak :
Pagi ini udara sangat dingin. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30.
Hujan yang tak kunjung reda membuat kelas yang nyaman ini terasa sepi
karena kerasnya suara hujan yang berjatuhan membuat teriakan murid X
IIS 4 tidak terdengar.

Orientasi :
Menit demi menit berlalu, hujan pun mulai reda dan ocehan-ocehan
kecil mulai terdengar. Berteriaklah seorang gadis gembul bernama Icik

Krisis :
Icik : “Woi hari ini siapa yang piket ?”
Indro : “Aku, Jono, sama Cici”
Icik : “Kamu sudah piket, Ndro ?”
Indro : “Ya jelas belum lah Cik”
Icik : “Gile lu Ndro, jam segini belum piket”

Reaksi :
Indro : “Ya suka-suka Indro dong”
Icik : “Iyain aja lah”

Koda :
Pak Aljabarun : “Anak-anak, apakah kalian memelihara kuda disini ?”
Murid : “Jelas tidak lah, Pak. Ini kan sebuah kelas untuk belajar
mana mungkin kita memelihara kuda”
Pak Aljabarun : “Lalu, mengapa tempat ini seperti kandang kuda ?”

Seketika semua murid terdiam sambil menatap seisi kelas.


ANALISIS

 Alur : Maju, karena menceritakan urut dari pagi hari, guru masuk
kelas, hingga, terdiamnya semua murid.

 Tema : Pendidikan, karena teks anekdot tersebut bercerita mengenai


keadaan kelas yang kotor secara tersirat.

 Penokohan : - Icik : Suka mengingatkan teman


- Indro : Pemalas
- Pak Aljabarun : Suka kebersihan

 Sudut Pandang : menggunakan sudut pandang orang ketiga, karena


tokoh dalam teks anekdot tersebut berupa nama tokoh (Icik, Indro, dan
Pak Aljabarun)

 Latar : -waktu : Pagi hari. Karena diteks terdapat kalimat “Pagi ini
udara sangat dingin. Jam sudah menunjukkan pukul
06.30.”
-suasana : Sepi. Karena di dalam teks terdapat kalimat “Hujan
yang tak kunjung reda membuat kelas yang nyaman
ini terasa sepi.”
-tempat : Di dalam kelas. Karena di dalam teks terdapat
kalimat “Setelah menyapa para murid Pak Aljabarun
kemudian melihat sekeliling kelas lalu bertanya”

 Amanat : Kita harus menjaga kebersihan kelas dan melaksanakan


kewajiban, seperti piket kelas.

Anda mungkin juga menyukai