Anda di halaman 1dari 25

MATA KULIAH

TUGAS AKHIR PROGRAM


PGSD-UT SEMETER 9 S1 PGSD

Oleh:

RIYANTI, S.Pd., M.Pd.

POKJAR JEPARA KOTA


KABUPATEN JEPARA
TAHUN 2022.1
Kasus 1
Ibu Subari mengajar kelas V di SD Cendono 01 di daerah pegunungan yang
dikelilingi hutan. Di sebelah utara terlihat hutan pinus serta di sebelah barat terdapat hutan
belantara. Udara sekitar terasa sejuk dan segar. Siswa kelas V berjumlah 13 orang. Secara
resmi bahasa pengantarnya adalah Bahasa Indonesia, namun dalam berkomunikasi, baik
guru maupun murid menggunakan bahasa daerah. Nuansa daerah sangat terasa baik di
dalam maupun di luar kelas. Ketika seorang tamu dari luar daerah bertanya kepada para
siswa, mereka menjawab dengan Bahasa Indonesia yang patah-patah sehingga sulit
dipahami. Bu Subari membantu memperbaiki jawaban para siswa.
Dalam suatu pelajaran IPS dengan topik hutan homogen dan heterogen, Ibu Subari
mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam yang disambut secara serempak oleh
para siswa. Kemudian Ibu Subari meminta para siswa mengeluarkan buku IPS dan
menuliskan pokok bahasan Sumber Daya Alam dengan sub topik hutan homogen dan
hutan heterogen. Setelah itu terjadi interaksi sebagai berikut:
Bu Subari: “Anak-anak, hari ini kita belajar tentang hutan homogen dan heterogen.
Siapa yang tahu apa itu hutan homogen dan hutan heterogen?”. Para siswa terdiam, tidak
ada jawaban. Sebagian ada yang menjawab dalam bahasa daerah, namun jawaban itu
ditujukan kepada temannya, bukan kepada guru, setelah itu terdengar suara tawa tertahan.
Bu Subari: ”Bila kalian tidak tahu, coba perhatikan ke papan tulis”. Bu Subari
menuliskan pengertian hutan homogen dan heterogen di papan tulis, kemudian meminta
salah seorang siswa membacanya. Anak yang ditunjuk, membaca dengan terbata-bata dan
ucapannya tidak begitu jelas. Bu Subari kemudian menyuruh para siswa mencatat dan
menghafalkannya. Lima menit kemudian ia menghapus dan meminta para siswa bergilir
menyebutkan pengertian hutan homogen dan heterogen. Ternyata tidak ada satupun anak
yang mampu, bahkan mengucapkan kata homogen dan heterogenpun masih susah. Bu
Subari meminta para siswa membaca berulang isi catatan mereka sehingga pada pelajaran
mendatang mereka sudah hafal definisi tersebut.
Pelajaran dilanjutkan dengan meminta siswa bergilir membaca manfaat hutan dari
buku teks sampai waktu istirahat tiba.

Pertanyaan:
1. Sebutkan tiga penyebab para siswa tidak mampu menyebutkan definisi hutan homogen
dan heterogen.
2. Sebutkan tiga upaya agar pembelajaran lebih bermakna dan sebutkan alasannya.
3. Jika anda adalah Ibu Subari, sebutkan cara mengajarkan topik tersebut melalui
pemanfaatan lingkungan sebagai media belajar
Kasus 2.
Pak Tisna mengajar di kelas IV SD Sayung 01 dengan jumlah siswa 20 orang. Pak Tisna
sangat mengenal para siswa karena ia mengajar mereka sejak kelas I. Dalam suatu pembelajaran,
setelah memberi salam dan tanya jawab, Pak Tisna memajang gambar seri yang cukup besar.
Perhatian siswa tertuju pada gambar tersebut. Pak Tisna mengatakan bahwa dalam pelajaran
Bahasa Indonesia kali ini para siswa akan diminta menceritakan apa yang dilihat dalam gambar.
Pak Tisna: “Perhatikan ketiga gambar ini. Siapa yang dapat menyebutkan gambar pertama
ini tentang apa?” Beberapa siswa mengangkat tangan dan Pak Tisna memberi kesempatan secara
bergantian kepada setiap siswa untuk menjawab. Rini: “Anak baru bangun tidur, pak”. Tika:
“Anak sedang menguap” Adi: “Anak sedang duduk di tempat tidur, pak”. Pak Tisna: “Bagus,
jawaban kalian semua benar.”“Tadi temanmu Rini menjawab anak baru bangun tidur, Tika
menjawab anak sedang menguap dan Adi menjawab anak sedang duduk di tempat tidur.” “Coba
satukan ketiga jawaban temanmu sehingga dapat menceritakan apa yang terdapat pada gambar
pertama ini.
Para siswa terdiam, tampaknya sedang berpikir dan tampak beberapa siswa ada yang
menulis sesuatu di buku tulisnya. Kemudian Andi mengangkat tangan. “Ya, kamu Andi, coba
satukan jawaban ketiga temanmu tadi”. Andi: “Anak baru bangun tidur, anak sedang menguap dan
anak duduk di tempat tidur”. “Bagus, Andi.” “Namun jawaban Andi ini terlalu panjang, coba
siapa yang dapat meringkas jawaban temanmu Andi ?”. Badar mengangkat tangan. “Ya, Badar,
coba bagaimana jawabanmu?” Badar: “Anak baru bangun tidur, sedang menguap di tempat tidur”.
Pak Tisna:”Bagus sekali jawabmu. Ada yang mempunyai cara lain untuk menceritakan apa
yang terjadi pada gambar pertama ? misalnya saja nama anak itu Didi ?”. Kelas kembali menjadi
hening. Rupanya para siswa sedang berpikir. Setelah beberapa saat belum ada yang mengangkat
tangan, Pak Tisna meminta para siswa untuk berunding dengan teman di sebelahnya. Akhirnya
satu pasang siswa mengangkat tangan. “Ya, bagus, coba dengarkan jawaban temanmu, Tati atau
Rini yang akan menjawab?” Tini: “Saya, Pak. Didi menguap di atas tempat tidur. Ia baru
bangun.” Pak Tisna: “Ternyata anak-anak pintar. Bapak yakin kamu semua dapat bercerita dengan
cara masing-masing. Tidak perlu takut. Coba saja.”
Setelah para siswa menceritakan isi tiap gambar, beberapa siswa diminta menceritakan apa
yang dilihat pada ketiga gambar. Akhirnya para siswa diminta menuliskan cerita berdasarkan
gambar yang dilihatnya. Para siswa tampak sangat menikmati pelajaran. Setelah selesai seorang
anak diminta membacakan tulisannya. Pak Tisna memberi pujian, dan sebelum pelajaran diakhiri,
para siswa diminta mengumpulkan pekerjaannya.
Ketika selesai memeriksa pekerjaan siswa, Pak Tisna kecewa. Pekerjaan siswa tidak sebaik
ketika mereka bercerita. Sebagian besar siswa hanya menulis tiga kalimat, satu kalimat untuk tiap
gambar, bahkan ada yang menuliskan hanya dua kalimat. Itupun hanya berupa kalimat pendek.
Berikut ini contoh jawaban siswa:
1. Didi baru bangun, lalu mandi, sudah itu makan
2. Pagi-pagi Didi bangun, terus mandi, terus makan.
Pak Tisna termenung, mencoba mengingat apa yang terjadi selama pembelajaran. Rasanya semua
berjalan lancar. Tetapi mengapa hasilnya seperti itu?

Pertanyaan:
1. Identifikasi tiga perilaku mengajar Pak Tisna yang positip. Beri penjelasan mengapa
dianggap positip?
2. Perhatikan contoh pekerjaan siswa pada kasus di atas. Identifikasi tiga kelemahan para
siswa dalam contoh tulisan di atas.
3. Berikan tiga alasan mengapa pekerjaan menulis para siswa tidak sebaik yang diharapkan
oleh Pak Tisna.

-
Kasus 3.

Ibu Ida sudah enam tahun mengajar di kelas III SD Ngablak 03.
Melalui pengalamannya dia mampu menciptakan situasi belajar yang
harmonis untuk setiap konsep IPA. Pada suatu saat kepala sekolah
menghendaki adanya pergantian mengajar di sekolahnya, dengan tujuan agar
semua guru memiliki pengalaman mengajar di kelas rendah maupun di kelas
tinggi. Ibu Ida mendapat bagian mengajar di kelas VI. Sebenarnya dia
meminta untuk mengajar di kelas empat, tetapi kepala sekolah tetap
memberikan tugas kepadanya karena dipandang mampu memegang kelas
enam.
Suatu saat Ibu Ida mengajarkan konsep magnet dengan metode
eksperiman. Karena merupakan pengalaman pertama, Ibu Ida sempat bingung
apa yang harus dilakukan. Dia mengambil KIT IPA dan langsung dibawa ke
dalam kelas. Banyak alat dan bahan yang ada di dalam KIT IPA. “Anak-anak
hari ini kita belajar tentang magnet, dan akan melakukan percobaan”
(Suasana kelas agak ramai karena siswa merasa senang untuk melakukan
percobaan). Sambil memilih alat dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan, Ibu Ida berusaha menenangkan suasana kelas.
Ibu Ida mengambil alat dan bahan berupa beberapa magnet yang
bentuknya bermacam-macam, beberapa paku, kompas, empat buah batere,
kaca, kertas tipis, karton, potongan triplek, pasir besi, benang, silet dan
bahan-bahan lainnya. Setelah dirasa cukup alat dan bahan yang akan
digunakan, Ibu Ida langsung menunjukkan alat dan bahan tadi satu persatu
kepada siswa, sambil bertanya “Anak-anak ini namanya apa?” “Magnet,
buuu” jawab para siswa. “Lha yang ini, apa?” “Betere buuu” jawab siswa
dan seterusnya sampai semua bahan selesai.
Di depan para siswa, Ibu Ida mengatakan “Anak-anak ini magnet,
sedangkan yang ini paku, kalau paku ini didekatkan kepada magnet, apa yang
akan terjadi ?” “Tertarik buu, menempel buu” jawab siswa. “Bagus, ternyata
benar. Coba lihat, paku yang bu guru dekatkan magnet tertarik dan
menempel. Dan selanjutnya Bu Ida mengganti paku dengan benda-benda
yang lain. Saat melihat arlojinya, Bu Ida mengetahui bahwa waktunya tinggal
15 menit, lalu Bu Ida memberi tes formatif.
Pertanyaan:
1. Tepatkah penggunaan metode eksperimen yang dilaksanakan Ibu Ida? Kalau
kurang tepat bagaimana seharusnya?
2. Bila proses pembelajaran yang dilakukan Ibu Ida tadi ada yang perlu diperbaiki,
buatlah satu rencana perbaikan melalui PTK yang meliputi: Identifikasi
Masalah, Analisis Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Perbaikan, Langkah
Perbaikan mulai kegiatan awal pembelajaran sampai penutup.
Kasus 4 (Kasus pembelajaran ibu shinta)

Ibu Shinta, guru kelas II SD Purwogondo 02 sudah mengajar


selama lima tahun. Dalam suatu pembelajaran Bahasa Indonesia,
dengan materi mendeskripsikan benda, Ibu Shinta membuka
pembelajaran dengan menanyakan apakah mereka mengetahui apa
boneka itu. Para siswa menjawab: “Tahu bu”. Kemudian Ibu Shinta
menyuruh para siswa menceritakan apa yang diketahuinya tentang
boneka. “Rambutnya pirang”, jawab Nina. “Kulitnya putih” jawab
Tari, “Bonekaku kulitnya hitam”, sanggah Dian. Setelah beberapa
anak menjawab, Ibu Shinta menuliskan 10 jenis benda di papan
tulis, yaitu: obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja,
gelas dan rumah.
Ibu Shinta: “Coba tuliskan di buku tulismu apa yang kamu
ketahui tentang setiap benda itu”. Dia memandang para siswa
sejenak, kemudian berkata: “Mengerti anak-anak?” ”Mengerti”,
jawab para siswa serentak. Para siswa berusaha menuliskan apa
yang diketahui tentang benda-benda tersebut. Setelah selesai Ibu
Shinta menyuruh salah seorang anak membacakan apa yang
dituliskannya. Mendengar hasil pemcanaan tadi, Ibu Shinta menjadi
kecewa, tetapi berusaha menahan diri. Dengan suara tidak
bersahabat, siswa yang membaca tadi disuruh duduk dan semua
siswa disuruh mengumpulkan pekerjaannya. Kekecewaan Ibu
Shinta menjadi-jadi setelah melihat tulisan para siswa secara
keseluruhan. Deskripsi yang ditulis para siswa sangat singkat,
sebagian besar hanya terdiri dari satu kata bahkan banyak yang
kosong. Ibu Shinta tidak bisa membayangkan mengapa ketika
mendeskripsikan boneka para siswa dapat memberikan jawaban
yang beraneka ragam, tetapi setelah diminta mendeskripsikan secara
sendiri-sendiri hasilnya sangat mengecewakan.
Pertanyaan:
1. Identifikasikan satu hal yang positif dan satu negatif kegiatan yang dilakukan Ibu
Shinta dalam pembelajaran di atas. Beri alasan mengapa hal itu positif dan
mengapa negatif!
2. Mengapa para siswa tidak mampu mendeskripsikan benda-benda tersebut dengan
baik? Jelaskan jawaban anda dengan contoh yang diambil dari kasus di atas!
3. Jika Anda akan mengajarkan para siswa kelas II SD untuk mendeskripsikan
benda tertentu, media atau alat bantu apa yang seyogyanya Anda gunakan.
Berikan alasan mengapa anda memilih media/alat bantu tersebut?
Kasus 5

Pak Salim mengajar di kelas VI SD Welahan 02. Suatu pagi Pak Salim
masuk kelas dengan membawa globe. Perhatian para siswa tertuju pada globe
tersebut, namun Pak Salim hanya menaruh globe itu di depan kelas . Setelah
mengucapkan salam dan menanyakan siapa yang tidak hadir, Pak Salim
menyampaikan bahwa pada hari ini, dalam pelajaran IPA akan dibahas tata
surya dengan topik terjadinya siang dan malam. Pak Salim juga
menyampaikan bahwa setelah pelajaran usai, para siswa diharapkan dapat
menjelaskan tentang terjadinya siang dan malam. Tanpa member kesempatan
bertanya, Pak Salim melanjutkan pelajaran.
Sambil berdiri di depan kelas, Pak Salim menjelaskan terjadinya siang
dan malam. Para siswa melihat ke PakSalim dengan muka penuh tanda tanya.
Dengan lancar Pak Salim menjelaskan bahwa siang dan malam terjadi
karenabumiberputar pada porosnya sendiri. Para siswa kelihatan mulai bosan,
mereka masih menunggu Pak Salim menggunakan globe yang dipajang di
depan kelas, namun sampai penjelasan berakhir, globe itu tidak pernah
disentuh. Setelah penjelasan selesai, Pak Salim langsung menyimpulkan
bahwa para sudah mengerti apa yang dijelaskannya tadi. Pak Salim kemudian
meminta para siswa mengeluarkan buku latihan dan mengerjakan soal-soal
yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditulis di papan tulis.
Ketika para siswa bekerja, Pak Salim keluar kelas. Para siswa bingung
karena tidak mengerti bagaimanaharus menjawab soal tersebut. Mereka
akhirnya membuka buku IPA dan mencoba mencari jawabannya. Namun
banyak anak yang malas membaca sehingga mereka sama sekali tidak
menjawab. Ketika Pak Salim masuk kelas dan bertanya apakah sudah selesai,
ia menjadi marah karena hanya lima siswa dari 30 siswa yang menjawab soal.
Kelimanya hanya menyalin tanpa mengerti jawaban tersebut. Pak Salim
terdiam, ia sangat marah dan kecewa tetapi menahan amarahnya. Ia memina
para siswa istirahat. Pak Salim tinggal sendiri di kelas, mencoba mengingat
apa yang telah terjadi di kelasnya.

Pertanyaan:
1. Identifikasi empat peristiwa penting yang terjadi dalam kasus pembelajaran yang terjadi
di atas, yang dapat mengakibatkan munculnya masalah tersebut.
2. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan Pak Salimtelah mengakibatkan para
siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikannya. Buatlah lima pertanyaan
yang dapat membantu Pak Salim menemukan penyebab terjadinya masalah tersebut.
3. Jika Anda menjadi Pak Salim, susunlah satu rencana perbaikan untuk mengatasi
masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas yang mencakup: a. Identifikasi
masalah; b. Analisis masalah (maksimum empat butir); c. Rumusan masalah; d. Tujuan
perbaikan dan e. Langkah-langkah perbaikan yang meliputi kegiatan awal, inti dan
penutup.
-
Kasus 6

Pak Basuki adalah seorang guru senior yang mengajar kelas


VI SD Banyumanik. Ia sangat disegani oleh guru lain maupun para
siswanya. Ia selalu tepat waktu, bahkan selalu datang paling awal.
Sebagai guru kelas VI Pak Basuki memiliki tanggung jawab yang
besar untuk mempersiapkan para siswa menghadapi ujian akhir dan
mengikuti tes masuk ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.
Tepat pukul 7 para siswa sudah berbaris di depan kelas.
Setelah rapi satu persatu siswa masuk kelas. Pak Basuki menyalami
para siswa sambil memperhatikan kerapian.Hal ini merupakan
bentuk kedisiplinan yang diterapkan. Setelah semua siswa duduk,
Pak Basuki memberi salam “Selamat pagi anak-anak, mari kita
berdoa”. Setelah berdoa, Pak Basuki melanjutkan pelajarasn IPS
dengan topic jenis alat angkutan. Pak Basuki bertanya tentang
pelajaran sebelumnya serta tugas yang diberikan kepada siswa.
Mendengar itu semua siswa menyiapkan buku pelajaran dan tugas
yang telah mereka kerjakan. Pak Basuki berkeliling ruangan
menghampiri siswa satu persatu. Setelah sampai di meja Budi, Pak
Basuki menanyakan tugas yang telah dikerjakannya. Ternyata Budi
tidak membawa buku tugas karena dipinjam si Ali. Kemudian Pak
Basuki bertanya kepada Ali apakah benar ia meminjam buku Budi.
Ternyata benar dan Ali juga lupa mengembalikan. Pak Basuki
menegur dan menasehati kedua anak yang lalai tersebut dan
diperingatkan untuk tidak mengulanginya. Semua siswa telah
mengerjakan tugasnya kecuali Ali dan Budi.
“Nah, anak-anak marilah kita mulai pelajaran hari ini.” Secara
klasikal Pak Basuki mengajukan pertanyaan” Jenis kendaraan apa
saja yang kamu temukan tiap hari?” Para siswa dengan semangat
member jawaban “Dokar”, “Mobil”, “Gerobak, Pak”, “Angkot” dan
seterusnya. Selanjutnya Pak Basuki meminta siswa member contoh
angkutan perjalanan jarak jauh. “Kereta Api”, “Pesawat” jawab
siswa. Kemuian Pak Basuki menjelaskan beberapa masalah
angkutan di kota dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya serta memberi komentar hal-hal yang berhubungan dengan
masalah angkutan.
Ketika membahas angkutan di kota besar, siswa mamu
mengidentifikasi banyak permasalahan, diantaranya kemacetan lalu
lintas, kondisi angkuktan yang tidak aman, jalan yang terbaas, dan
kedisiplinan pengemudi angkutan umum. Bahkan siswa mampu
menunjukkan pemecahan masalah angkutan, mengganti kendaraan
yang sudah rusak, pelebaran jalan dan himbauan untuk
menggunakan kendaraan umum. Kegiatan belajar mengajar
dilakukan dengan tanya jawab sehingga aktifitas siswa menjadi
lebih tinggi. Siswa mampu mengemukakan pendapat dan memberi
tanggapan terhadap pendapat temannya. Pak Basuki bertindak
sebagai pembimbing jalannya diskusi serta memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang belum mendapatkan kesepakatan dalam
diskusi tersebut. Selanjutnya siswa membaca buku paket dan
mengerjakan tugas dalam LKS.
Setelah selesai mengerjakan tugas, siswa mengemukakan
jawaban pertanyaan secara berurutan. Pertanyaan yang tidak
terjawab, Pak Basuki meminta siswa yang lain untuk menjawab.
Apabila jawaban masih belum sempurna, Pak Basuki berusaha
menjelaskan dengan baik. Pukul 9 tepat berbunyi sebagai tanda
istirahat, siswa segera menghentikan kegiatan belajar dan
berhamburan keluar kelas.

Pertanyaan:
1. Sebutkan dua kelemahan Pak Basuki dalam PBM. Berikan penjelasan.
2.Sebutkn tiga kelebihan Pak Basuki dalam proses pembelajaran, berikan alasannya.
3. a. Menurut Anda, apakah hukuman yang harus diberikan kepada Ali dan Budi
sudah sesuai dengan tingkat kesalahan dan tujuan perbaikan pembelajaran?
Berikan penjelasan.
b. Jelaskan fungsi pemberian hukuman secara umum dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh Pak Basuki masih menunjukkan beberapa
kelemahan. Susunlah langkah pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan
menggunakan madia/alat peraga yang tepat dan metode yang bervariasi.
Langkah-langkah pembelajarannya meliputi: Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan
Kegiatan Akhir. Dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, sebutkan
media/alat peraga dan metode yang digunakan.
Kasus 7

SD Jatingaleh tempat Pak Barkah mengajar merupakan


sekolah yang sangat mendukung kreatifitas guru berinovasi dalam
pembelajaran. Sekolah akan mudah memberikan dana kepada guru
yang ingin berinovasi. Pak Barkah adalah guru kelas V. Di kelas
ada dua aquarium kecil berbentuk balok dengan ukuran 60 cm x 40
cm x 30 cm dan berbentuk kubus dengan ukuran 40 cm x 40 cm x
40 cm. Kedua aquarium sementara ini digunakan untuk menyimpan
alat-alat permainan bola ping-pong.

40 cm
40 cm3
30 cm
60 cm

Sekolah juga memiliki 100 buah kubus yang terbuat dari kayu yang
berukuran 1 dm3 dan tersimpan di gudang.
Dalam pembelajaran matematika tentang volum kubus dan balok, Pak
Barkah membawa dua alat peraga yang terbuat dari karton berbentuk balok
dengan ukuran 30 cm x 20 xm x 10 cm dan kubus dengan ukuran 20 cm 3.
Uraian berikut adaslah proses pembelajaran yang dilakukan Pak Barkah.
Sambil memegang karton berbentuk balok, Pak Barkah bertanya
kepada siswa: “Benda ini berbentuk apa? “ Para siswa: “Kotak, pak”
Pak Barkah: “Anak-anak yang akan kita pelajari adalah volum kubus dan
balok, jadi benda yang saya pegang ini berbentuk apa?” “Kubus, pak”
“Balok, pak” Pak Barkah: “Bagus, jawaban kalian benar”. Kemudian Pak
Barkah menjelaskan panjang tulang pada kubus sama semua dan dinamakan
rusuk. Akan tetapi untuk balok, panjang rusuk sama hanya bagi rusuk yang
sejajar saja. Lalu Pak Barkah menggambar balok dan kubus dan memberi
nama rusuk-rusuknya serta menjelaskan rumus bolum kubus dan balok.
Berikutnya Pak Barkah memberi contoh soal cara menghitung volum
kubus dan balok sebanyak tiga soal dengan ukuran berbeda. Dalam proses
pembelajaran, semua siswa mencatat semua yang ditulis Pak Barkah, namun
ada beberapa siswa yang mencatat sambil berbicara tentang topik lain dengan
temannya. Pak Barkah tidak mempersoalkan hal itu karena pembicaraan
mereka tidak keras dan tidak berisik. Pak Barkah merasa pembelajaran yang
dilakukannya tidak mampu membuat seluruh siswa berkonsentrasi pada
pelajaran. Setelah pak Barkah memberi pekerjaan rumah, Pak Barkah
merapikan situasi kelas dan menyimpan alat tulis dan alat peraga yang
dibawanya. Pelajaran diakhiri dengan salam dan Pak Barkah meninggalkan
kelas.

Pertanyaan:
1. Identifikasi lima kelemahan Pak Bartkah yang dapat mengakibatkan
masalah dalam pembelajarannya.
2. Menurut Jerome S. Bruner proses belajar dilihat dari sisi
perkembangan kognitif terbagi dalam tiga tahapan, yaitu Enaktif
(sama dengan tahap sensori motor dari Piaget), Ikonik atau tahap
gambar bayangan (sama dengan tahap pra operasional dari Piaget)
dan Simbolik (sama denan operasi konkret dan formal dari Piaget)
a. Jelaskan tiga tahapan belajar J.S. Bruner tersebut.
b. Bagaimana mengajarkan konsep ‘volum balok dan kubus’ sesuai
dengan tahap enaktif, ikonik dan simbolik yang memperlihatkan
proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan metode
penemuan, memanfaat aquarium dan kubus kayu untuk
menemukan konsep volum kubus dan balok.
KASUS 8
Ibu Lina seorang guru yang mengajar di SD Warungpring 01 yang
berlokasi di pinggiran kota Pemalang. Bu Lina mengajar kelas IV. Pada hari
itu ia menyajikan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar
menjelaskan isi puisi. Setelah menenangkan kelas dan menginformasikan
tujuan pembelajaran khusus kepada siswa, Bu Lina memasang carta yang
berisi puisi di papan tulis. Berikut ini puisi yang dipasang Bu Lina di papan
tulis.
Doa Seorang Tukang Becak
Oleh Anita
Tuhanku yang Maha Kuasa
Tuhanku yang Maha Pemurah
Tuhanku yang Maha Penyayang
Kabulkan doaku ini
Permintaanku tidak banyak
Hanya: Berikanlah rahmat dan perlindunganMu kepadaku
Agar besok becakku tidak ditangkap
Sebab bila becakku tertangkap
Anak istriku makan apa?
Semoga Kau kabulkan doaku ini Amin.

Setelah itu Bu Lina melaksanakan apersepsi dengan mengajukan


pertanyaan kepada para siswa: “Siapa di antara kalian yang suka naik becak?
Siapa yang punya pengalaman naik becak? Bagaimana menurut kamu
pekerjaan tukang becak itu?” Pada kegiatan itu Bu Lina berusaha
mendekatkan dan memperkenalkan siswa pada kehidupan seorang tukang
becak.
“Itukan puisi tentang tukang becak kan Bu?” tanya Kiki, salah satu
anak yang plaing aktif di kelas itu. “Iya, ini puisi tentang doa seorang tukang
becak” jawab Bur Lina. “Disalin yang bu?” tanya Kiki lagi. “Jangan disalin
dahulu. Kalian baca terlebiih dahulu, pahami isinya, kalau da kata yang tidak
dimengerti maksudnyaboleh kalian tanyakan” kata Bu Lina.
“Gampang Bu, isinya kan tukang becak yang sedang meminta atau
berdoa kepada Tuhan.” kata Lala, seolang menunjukkan kemampuannya
kepada Bu Guru. Belum sempat Bu Lina merespon ucapan Lala, Adrian telah
merespon “Sok pinter kamu”. “Emang, tanya aja ama Bu Guru.” “Iya kan Bu,
tukang becak yang sedang berdoa” Lala langsung menanggapi olok-olok
Adrian. Suasana kelas menjadi riuh. “Sudah-sudah jangan rebut. Baca dalam
hati puisi ini, silahkan tanya kalau ada yang tidak dimengerti.” Ujar Bu Lina
agak keras sambil menahan marah karena sebagian siswa ingin mengutarakan
pikirannya sendiri. Akhirnyapara siswa terdiam dan mulai membaca puisi
tersebut, walaupun masih ada siswa yang membaca sambil bersuara.
“Bagaimana sudah selesai?” tanya Bu Lina.”Sudah Bu, sekarang
ditulis ya Bu ?” tanya beberapa siswa. “Nanti saja menulisnya. Ibu minta
Titin ke depan, baca puisi ini dengan baik.” Ada sebagian siswa yang takut
diminta maju ke depan tetapi ada juga yang mengajukan diri seperti Lala dan
Lodi. Titin membaca puisi tersebut sambil menghadap papan tulis.
“Menghadap samping dong membacanya” pinta Andika. “Nggak hapal tahu”
balas Titin. Setelah Titin, Bu Lina meminta dua siswa lagi membaca. Ketika
siswa kedua membaca, Leo berujar: “Bu nggak enak, mukanya tidak
kelihatan” “Iya Bu” ujar siswa yang lain. Akhirnya Bu Lina meminta siswa
menyalin puisi tersebut “Ibu beri waktu tiga menit untuk menyalinnya”.
Setelah selesai menyalin puisi, Kiki maju ke depan kelas sambil
membaca catatannya “Bu, say abaca ya Bu” tanpa diminta terlebih dahulu.
Kiki membaca puisi tersebut dengan suara keras. Tetapi setelah Kiki
membaca, sebagian besar siswa mencemooh Kiki “Whuuuu…” Pembacaan
puisi Kiki memang sam sekali tidak indah. Kiki membaca puisi seperti
membaca wacana biasa. Setelah 30 menit berlalu, akhirnya Bu Lina
menghentikan pembacaan puisi di depan kelas.
Kalian ini bagaimana, tidak pernah bisa tenang. Kalau mau
membacapuisi pahami dulu isinya, dihayati baru dibaca dengan penjiwaan.
“Penjiwaan itu bagaimana sih, Bu?” tanya Andika. “Makanya bisa tenang
tidak? Bagaimana kalian bisa mengerti kalau rebut terus” “Tau nih Kiki” Ujar
Leo. “Enak aja, kamu tuh yang cerewet” Sudah-sudah, masih tidak diam
juga.” “Sekarang duduk yang tenang, tidak boleh ada yang rebut. Ibu akan
memberi pertanyaan sehubungan dengan isi puisi ini dan tidak boleh bekerja
sama dalam menjawabnya. Bu Lina melepas carta dan menggantinya dengan
pertanyaan yang ditulis di papan tulis sebagai berikut: 1. Siapa pengarang
puisi tersebut? 2. Apa isi doa abang becak ? 3. Sebutkan sifat-sifat Tuhan
? 4. Siapakah yang berdoa dalam puisi tersebut ? 5. Menurut puisi itu, hidup
abang becak itu susah apa enak ?
Para siswa menjawab soal tanpa kesulitan. Tetapi bel berbunyi, para
siswapun selesai menjawb soal. Bu Lina mengupulkan hasil pekerjaan siswa
dan menyelesaikan pembelajran tanpa sempat menutup pelajaran karena
siswa telah rebut ingin cepat beristirahat.

Pertanyaan:
1. Kompetensi berbahasa apakah yang akan diperoleh para siswa setelah proses
pembelajaran ?
2. Identifikasi dua masalah yang muncul dan berikan alternative pemecahannya.
3. Apakah soal-soal di atas dapat mengukur kompetensi yang seharusnya akan
diukur ? Berilah alasannya serta berilah contoh soal/perintah yang sesuai dengan
kompetensi yang diinginkan
4. Susunlah rencana pembelajaran untuk pembelajaran puisi di atas secara lengkap.
----------

KASUS 9

Pada pembelajaran tentang gaya listrik statis di kelas IV Pak Imron


membawa alat peraga yaitu 10 balon dengan ukuran sama, benang dan kain
wol. Saat masuk kelas Pak Imron menyalami: “Selamat siang anak-anak”
“Selamat siang, Pak” Pak Imron menuju meja guru dan melemparkan
pertanyaan: “Apakah kalian pernah mencoba menggosokan penggaris ke
rambut kemudian didekatkan pada potongan kertas kecil ?. Coba kira-kira apa
yang terjadi ?” “Kertas ditarik oleh penggaris” “Tidak terjadi apa-apa pak”.
“Penggaris terasa panas” Pak Imron ”Ada pendapat lain ?” Para siswa diam,
tidak ada yang menjawab lagi. Abi tadi mengatakan bahwa kertas ditarik oleh
penggaris. Coba pikirkan mengapa itu terjadi!”
Suasana kelas diam sejenak, tidak lama kemudian para siswa menjadi
rebut, sambil memberika jawaban. Jawaban yang diberikan para siswa ada
yang benar dan ada juga yang salah. Pak Imron hanya mengomentari jawaban
siswa yang benar saja, sedangkan jawaban yang salah tidak dikomentari. Pak
Imron tidak memberikan penegasan terhadap jawaban yang salah dan tidak
memuji siswa yang menjawab benar. Pak Imron: “Hari ini kita akan
mempelajari tentang gaya listrik statis. Sebelum kalian melakukan percobaan,
perhatikan langkh-langkah pelaksanaan percobaan yang ada dalam LKS dan
tugas yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok.
Pak Imron membagi siswa ke dalam lima kelompok. Siswa melakukan
eprcobaan berdasarkan LKS yang dibagikan kepada tiap kelompok. Siswa
diminta untuk mencatat apa yang terjadi jika permukaan balon digosok
dengan kain wol, kemudian kedua balon diikat dengan benang lalu kedua
balon tersebut didekatkan. Apakah kedua balon tersebut akan saling
mendekat atau menjauh. Setelah membagi kelompok, Pak Imron kembali
duduk dan tidak berkeliling ke tiap kelompok untuk memberi penjelasan yang
membutuhkan. Pada akhir kegiatan siswa diminta melaporkan hasil
percobaan.

Pertanyaan:
1. Temukan 4 kelebihan dan 4 kelemahan pembelajaran Pak Imron dan jelaskan.
2. Berikan minimal empat upaya mengatasi kelemahan pembelajaran Pak Imron.
3. Bila ditinjau dari aspek keterampilan bertanya (yaitu pemberian acuan,
pemindahan giliran, dan penyebaran pertanyaan), apakah kegiatan bertanya yang
dilakukan Pak Imron efektif ?
4. Deskripsikan tiga kegiatan yang menunjukkan keterampilan proses yang
ditanamkan Pak Imron kepada para siswa dalam pembelajaran tersebut.
5. Susun rencana pembelajaran konsep gaya listrik statis yang mencakup: tiga TPK
yang mengukur ranah kognitif ingatan, pemahaman dan penerapan; KBM (awal,
inti dan akhir) serta evaluasi (tiga butir soal berbentuk essay sesuai TPKnya)
---------

KASUS 10

Bel masuk berbunyi, Pak Karta guru kelas VI SD Karang Asem masuk ke
ruang kelas dan para siswa menyambutnya: ”Selamat pagi Pak”. “Selamat pagi
anak-anak, apa kabar ?” “Baik Pak” jawab para siswa. “Seperti biasa, siapkan dulu
kelasnya kemudian berdoa.”
Pak Karta memulai pembelajaran dengan mengatakan “Kita akan menyusun
sebuah laporan pengamatan. Anak-anak, laporan yang akan kalian susun ini adalah
laporan hasil pengamatan. Jadi sebelum menyusun laporan kalian harus melakukan
suatu pengamatan terhadap suatu obyek” “Apa itu Pak?” tanya seorang siswa.
“Nanti Bapak jelaskan. Kalian sudah punya kelompok belajar kan?” “Sudah Pak!”
jawab siswa serempak. “Ada berapa kelompok?” “Enam, Pak” “Bagus! Satu
kelompok enam orang. Ada dua kelompok yang beranggotakan tujuh orang. Iya
kan?” “Iya pak!” “Secara berkelompok kalian melakukan pengamatan di luar
kelas…(Pak Karta belum sempat melanjutkan penjelasannya beberapa siswa laki-
laki sudah merespon)” “Asyiiik” “Nanti dulu, ini belajar, tidak boleh ada yang
main.” “Iya Pak, enak belajar di luar, di kelas melulu Be Te (jenuh/bosan)”
“Baik, Bapak lanjutkan. Bapak beri waktu 10 menit untuk melakukan pengamatan.
Kelompok I mengamati ikan-ikan di kolam, taman sekolah…” (Beberapa siswa dari
kelompok I memotong penjelasan Pak Karta” “Diamati terus diapain Pak, diliatin
aja?” “Dengarkan dahulu (tegas Pak Karta).” “Iya nih, sabar dong kelompok dua
mengamati tumbuh-tumbuhannya dengan binatang-binatang kecil atau serangga
jika ada. Kelompok tiga mengamati adik-adik kelas kalilan yang sekarang sedang
berolahraga di lapangan sekolah. Kelompok empat mengamati Bapak Gurunya, Pak
Dirman guru olah raga. Kelompok lima mengamati keadaan lalu lintas di depan
sekolah, dengan syara tidak boleh ada yang ke luar halaman sekolah. Kelompok
enam, mengamati keadaan kantin sekolah, tapi tidak jajan. Kalau mau jajan nanti
waktu istirahat.”
“Lalu apa yang harus kami lakukan Pak?” “Perhatikan ke sini” Pak Karta
menjelaskan cara kerja yang akan dilakukan oleh setiap kelompok, pembagian
tugas setiap anggota kelompok dan cara menyusun laporan dengan format sebagai
berikut: Halaman depan (halaman 1) berisi identitas kelompok. ; Halaman dua
berisi a. Pendahuluan; b. Isi Laporan dan c. Kesimpulan. “Nak, anak-anak, sudah
jelas ?” “Sudah Pak” “Bapak ingatkan sekarang pukul 07.20, pukul 07.30 kalian
kembali ke kelas langsung menyusun laporan. Pukul 08.15 dikumpulkan. Sekarang
silahkan kalian keluar kelas dan amati benda atau peristiwa yang menjadi obyek
kalian. Jangan lupa membawa alat tulis yang kalian perlukan.
Selama para siswa melakukan pengamatan, Pak Kara juga memperhatikan
kegiatan yang dilakukan setiap kelompok. Pak Karta mencatat siswa yang aktif dan
yang pasif. Setelah 10 menit berlalu, para siswa meyusun laporan secara kelompok,
namun ada beberapa siswa yang masih berada di luar kelas dan dua orang jajan di
kantin. Pak Karta langsung mengingatkan. Dua orang yang ke kantin membeli
minuman, setelah minum mereka segera masuk kelas. Selama 45 menit para siswa
menyusun laporan secara kelompok. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk
menyusun bahan laporan. Selain mereka berdiskusi di dalam kelompoknya terjadi
tanya jawab antara siswa dan guru. Ada kelompok yang menanyakan apa saja isi
bagian pendahuluan, bagaimana menyajikan isi laporan dan kesimpulan. Seperti
saat siswa melakukan pengamatan, ketika diskusi kelompok berlangsung Pak Karta
tidak lupa memegang buku nilai untuk mencatat siswa yang terlibat dan tidak
terlibat dalam diskusi. Setelah waktu selesai, Pak Karta meminta para siswa
berhenti bekerja. Hasilnya empat kelompok siswa selesai menyusun laporan, dua
kelompok tidak dapat menyelesaikan laporannya (belulm sampai pada kesimpulan).
Pak Karta mengevaluasi hasil kerja siswa dengan cara meminta wakil
kelompok membacakan laporan pengamatan yang mereka susun. “Anak-anak coba
perhatikan. Kelompok I akan membacakan laporannya. Simak baik-baik, kalian
boleh memberi komentar terhadap laporan mereka.” “Komentarnya berupa apa,
Pak?” “Bisa dari segi isi atau dari segi bahasa, susunan kalimatnya. Sudah siap?”
“Siap Pak” “Baik, jangan ada yang rebut” Setelah kelompok I membacakan
laporannya. “Nah itu tadi laporan pengamatan kelompok I, ada yang ingin memberi
komentar ?” Firman: “Menurut saya sudah bagus Pak, tetapi bagian kesimpulannya
apa hanya seperti itu Pak ?” “Bagus, daya simak Firman baus sekali, ada yang lain
?” Dalam kegiatan itu terjadi tanya jawab dan diskusi kelas tentang beberapa hal
yang belum dipahami oleh para siswa. Setelah Pak Karta menyampaikan hal-hal
berikut: “Nak, anak-anak, kalian telah mendapat pengalaman belajar bagaimana
menyusun sebuah laporan pengamatan, serta telah dapat saling mengomentari, itu
artinya kalian juga sudah dapat menilai sebuah laporan. Pekerjaan kalian suah
bagus, tetapi tetap harus ditingkatkan.” Siswa bertepuk tangan menerima pujian Pak
Karta. “Bagaimana kesan kalian terhadap pengalaman belajar hari ini ?” lanjut Pak
Karta. “Menyenangkan Pak, besok bisa dilanjutkan kan Pak?”
“Tugas kelompok kami bagaimana Pak?” tanya siswa dari kelompok yang
belum sempat diberi masukan. “Bagi kelompok yang laporannya belum sempat
didiskkusikan hari ini, akan Bapak berikan komentar dalam laporan kalian. Nah
anak-anak waktu untuk pelajaran Bahasa Indonesia telah selesai. Kita lanjutkan
dengan pelajaran Matematika.” Demikian Pak Karta menutup pembelajaran Bahasa
Indonesia.

Pertanyaan:
1. Kompetensi apakah yang diperoleh para siswa melalui pembelajaran di atas ?
Jelaskan.
2. Identifikasi kelebihan Pak Karta dalam pembelajaran tahap awal, inti dan akhir.
Jelaskan
3. Susun langkah-langkah pembelajaran (apersepsi, awal, inti dan penutup) untuk
menulis laporan kejadian berkesan selama liburan.

----------
KASUS 11

Pak Waliyo adalah guru kelas IV SD Srondol 03 yang menyenangkan,


terutama untuk mata pelajaran Matematika. Untuk membangkitkan kreativitas
siswa dalam pemahaman konsep, beliau sering menggunakan alat peraga.
Pada pelajaran yang lalu Pak Waliyo telah menjelaskan konsep luas persegi
panjang, dan pada pertemuan kali ini beliau melanjutkan materi luas segitiga.
Di kelas sudah terpasang papan tulis kotak dengan ukuran tiap kotak 1
dm x 1 dm. Untuk menjelaskan materi luas segitiga, Pak Waliyo membawa
empat alat peraga terbuat dari satu lembar plastik mika berwarna yang terdiri
dari tiga buah segi tiga siku-siku kongruen dengan panjang sisi tegak lurus
berukuran 4 dan 3 dm. Satu buah persegi panjang dengan panjang 4 dm dan
lebar 3 dm, serta paku paying.

3 dm 3 dm
4 dm 4 dm

Sebelum pelajaran dimulai, Pak Waliyo memeriksa kehadiran siswa.


Kemudian Beliau bertanya: “Siapa yang dapat menyebutkan rumus luas
persegi panjang ?” Budi menjawab “Saya, Pak, rumusnya adalah ukuran
panjang dikalikan ukuran lebar.“ “Benar, bagus jawab kamu, Budi. Nah anak-
anak adakah yang dapat menunjukkan bagian panjang dan lebar dari bangun
persegi panjang ini serta menjelaskan pengertian luasnya ?” Rudi mengangkat
tangan dan maju. Dengan alat peraga yang telah disediakan, Rudi
menunjukkan sisi panjang dan lebar model persegi panjang yang dipegang,
menunjukkan bagian luas dan menjelaskan pengertian luas bangun tersebut.
Ia dapat melakukannya karena ia ingat sebagian besar materi yang lalu.
“Coba Toni, bawa penggarismu dan maju.” “Ukurlah ukuran model
persegi panjang ini” Setelah mengukur, Toni berkata: “Panjangnya 4 dm dan
lebarnya 3 dm Pak”. “Bagus, Toni” “Bila panjangnya 4 dm dan lebarnya 3
dm, jadi luasnya berapa ?” Pak Waliyo menanyakannya ke seluruh siswa.
Pak Waliyo menunjuk Wina yang pertama kali mengangkat tangan “ Nah,
Wina, berapa luasnya?” “12 dm persegi, Pak” “Benar, bagus jawabanmu”
Setelah menggali kembali pemahaman siswa, Pak Waliyo
membawakan materi menemukan luas segitiga dengan menarik dan mudah
dipahami siswa dengan diselingi tanya jawab yang mengajak para siswa aktif
terlibat berpikir kreatif dalam memahami konsep. “Nah, sekarang coba amati
potongan kertas ini. Agus, bangun apa ini?” “Persegi panjang, Pak”. “Bagus.
Sekarang coba kamu maju dan lipatlah kertas ini menjadi dua bangun segitiga
yang sama bentuk dan ukurannya”. Setelah memegang dan mengamati, Agus
mencoba-coba melipat kertas yang dipegangnya menurut garis diagonalnya.
“Begini Pak cara melipatnya ?”. “Coba kamu gunting kertas tersebut dan
perlihatkan bahwa kedua bangun tersebut kongruen”. Setelah
mengguntingnya menjadi dua buah bangun segitiga, Agus kebingungan
menunjukkan kekongruenan kedua segitiga. “Siapa tahu pengertian
kongruen?” tanya Pak Waliyo kepada kelas. “ Anis menjawab “Kongruen
artinya sama bentuk dan ukurannya, Pak” “Jadi bila kedua segitiga yang
dipegang temanmu Agus itu kongruen artinya apa?” Anis menimpali ”Kedua
bangun sama bentuk dan ukurannya” “Bagus, siapa yang dapat menunjukkan
bahwa kedua segitiga yang dipegang temanmu Agus adalah kongruen ?”
“Dihimpitkan, Pak” ujar Bambang. “Coba Bambang maju tunjukkan caranya”
perintah Pak Wal kepada Bambang. Bambang maju dengan memperagakan
cara menghimpitkan kedua segitiga untuk menunjukkan keduanya kongruen.
Kemudian Pak Wal membimbing para siswa untuk memahami
pengertian bangun segitiga sebagai bangun berbentuk tiga sisi, daerah
segitiga dibatasi oleh tiga ruas garis yang berpotongan di tiga titik. Para siswa
secara bergantian maju memperagakan dengan cara merab Kemudian Pak
Waliyo membimbing para siswa menunjukkan hubungan luas sebuah bangun
persegi panjang dengan luas segitiga yang kongruen dengan ukuran sisi alas
segitiga sama dengan ukuran panjang persegi panjang dan tinggi segitida
sama dengan lebar segitiga. Melalui tanya jawab dan peragaan para siswa
diarahkan menemukan fakta bahwa luas alat peraga berbentuk persegi
panjang sama dengan dua kali luas segitiga belahannya. Dan akhirnya para
siswa diarahkan menemukan luas daerah segitiga berdasar rumus luas bangun
persegi panjang. Pembelajaran luas segitiga yang dilakukan Pak Waliyo terus
berlanjut sesuai dengan tahapan belajar Geometri Van Hiele hingga bel
istirahat terdengar.

Pertanyaan:
1. Menurut teori belajar Van Hiele terdapat beberapa tahapan anak
belajar geometri. Indentifikasi dan berikan penjelasan untuk empat
tahap awal teori belajar Van Hiele.
2. Identifikasi proses pembelajaran Pak Waliyo di atas dikaitkan dengan
tahapan belajar di atas
3. Susun langkah pembelajaran penemuan luas segitiga di atas yang
dapat mengaktifkan dan mendorong siswa berpikir kreatif.

----------
KASUS 12

Ibu Pratiwi mengajar di kelas 1 SD. Suatu hari, Ibu Pratiwi


membacakan sebuah cerita. Para siswa mendengarkan dengan
sungguh-sungguh. Setelah selesai membacakan cerita, Bu Pratiwi
bertanya kepada para siswa: “Siapa nama anak yang pintar dalam
cerita?” Siswa serentak menjawab: “Dewi”. Bu Pratiwi : “ Bagus
sekali anak-anak, sekarang coba tulis nama Dewi di buku masing-
masing.”
Semua siswa segera menulis. Bu Pratiwi berkeliling
mengamati para siswa menulis. Setelah semua siswa kelihatan
selesai menulis, Bu Pratiwi berkeliling meminta seorang siswa maju
untuk menuliskan kata dewi di papan tulis. Bu Pratiwi: “Siapa yang
tulisannya sama dengan yang di papan tulis?”. Semua siswa
mengangkat tangan. Bu Pratiwi melanjutkan pertanyaan. “Dewi
tinggal di mana anak-anak? Yang dapat menjawab, angkat tangan.
Semua siswa mengangkat tangan. Bu Dewi menunjuk seorang
siswa. Tika: “Di desa, Bu”.
Dari jawaban ini, Bu Pratiwi mengajak para siswa bercerita
tentang jenis-jenis tumbuhan yang ada di desa, tentang sawah,
tentang peneranan yang digunakan orang di desa, tentang jual beli
di pasar desa dan tentang sungai yang airnya sangat jernih dengan
ikat-ikan yang berenang hilir mudik. Cerita itu menjadi menarik
karena Bu Pratiwi juga membawa gambar-gambar menarik tentang
desa yang dipajang di papan tulis.

Pertanyaan:
1. Dilihat dari topik-topik yang dicakup dalam pembelajaran di atas,
model pembelajaran apa yang diterapkan oleh Bu Pratiwi?
Jelaskan secara singkat tiga karakteristik model pembelajaran
tersebut.
2. Apakah model pembelajaran tersebbut sesuai dengan siswa kelas
1 ? Dukung jawaban anda dengan tiga alasan yang terkait
dengan ;perkembangan anak dan teori belajar.
----------

KASUS 13

Ketika duduk di kelas 5 SD, pelajaran Matematika merupakan


pelajaran yang paling dibenci oleh Rinto. Namun, setelah duduk di
kelas 6 dan diajar oleh Pak Bondan, ia mulai menyukai Matematika.
Pak Bondan selalu mengajak para siswa untuk mengaitkan bentuk-
bentuk bangun ruang yang sedang dipelajari dengan benda-benda
yang ada di sekitas siswa. Misalnya ketika membahas kubus,
kerucut dan silinder, para siswa diminta membawa benda-benda
seperti kotak sepatu, kaleng susu, stoples dan caping. Selain benda-
benda tersebut, Pak Bondan juga menyediakan tiruan benda tersebut
dari kertas. Para siswa dibimbing menemukan rumus untuk
menghitung volume benda tersebut. Prestasi Riopun meningkat.
Namun dalam pelajaran lain, yaitu Bahasa Indonesia, yang
diajar oleh Ibu Nani (kebetulan pembelajaran menerapkan sistem
guru bidang studi, khusus untuk kelas 6), Rinto merasa bosan. Ia
sering mengantuk, lebih-lebih ketika para siswa diminta membaca
bergilir. Supaya tidak dimarahi, Rinto mencoba menghitung baris
mana yang akan menjadi bagiannya dan menandainya. Agar tidak
mengantuk, Rinto menaruh komik di atas buku pelajaran dan
membaca komik itu dalam hati. Ketika giliran tiba, dengan tangkas
Rinto membaca baris yang telah ditandai. Bu Nina yang duduk di
depan tidak pernah tahu bila Rinto tidak pernah mendengar bacaan
yang dibaca temannya.

Pertanyaan:
1. Simpulkan model pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Bondan.
2. Setujukah Anda dengan model pembelajaran yang dilakukan oleh
Bu Nani?
3. Jika Anda yang menjadi guru, bagaimana cara Anda melakukan
pembelajaran matematika menggantikan Pak Bondan?
4. Jika Anda yang menjadi guru, bagaimana cara Anda melakukan
pembelajaran Bahasa Indonesia menggantikan Bu Nani?
---------

KASUS 14

Hari pertama setelah liburan semingu, Pak Sukandar, yang mengajar di


kelas 1 SD Bangun Giri, masuk kelas dengan muka berseri-seri. Ucapan
selamat pagi disambut meriah oleh anak-anak yangberdiri dengan tertib dan
mengucapkan selamat pagi secara serentak. Pak Sukandar langsung mengajak
anak-anak bernyanyi. Setelah itu, dengan muka ceria, Pak Sukandar memberi
tanda dengan tangannya. Anak-anak diam dan memusatkan perhatiannya
pada Pak Sukandar. Pak Sukandar,” Anak-anak, pergi kemana ketika libur ?”
Anak-anak berebut mengangkat tangan, ingin menjawab. Pak Sukandar
menunjuk beberapa anak secara bergiliran untuk menjawabnya. Anak 1:” Ke
pantai, mandi dan main pasir” Anak 2:” Di rumah saja” Anak 3: Ke kebun
binatang”.
Bermacam jawaban muncul dari siswa. Pak Sukandar kemudian
meminta seorang anak untuk menceritakan pengalamannya berlibur ke kebun
binatang. Setelah itu, secara bergantian anak-anak lain menyebutkan nama-
nama binatang. Melihat semangat siswa, Pak Sukandar meminta anak
menuliskan nama binatangyang disebutkan pada tempat yang telah disediakan
di papan tulis. Tiga anak menulis nama binatang itu di papan tulis. Setelah
itu, setiap anak diminta menuliskan lima nama binatang. Anak-anak tampak
gembira, dan kemudian Pak Sukandar meminta semua anak menggambar
binatang yand disukainya di buku masing-masing.
Ketika anak-anak sedang asyik menggambar, tiba-tiba Rinto dan Toto
yang duduk sebangku berkelahi. Rinto mengejek Toto dengan mengatakan
bahwa kucing yang digambarnya lebih mirip tikus. Perhatian anak-anak
menjadi buyar, sebagian anak berkerumun di dekat anak yang berkelahi. Pak
Sukandar yang duduk di depan segera mendekati Rinto dan Toto. Keduanya
diminta berdiri di depan kelas dan tidak boleh menggambar lagi. Anak-anak
yang lain kehilangan kegembiraan. Mereka kelihatan ketakutan. Ketika
istirahat, Rinto dan Toto tidak boleh keluar kelas, tetapi harus tetap berdiri di
depan kelas, sementara anak-anak lain berjalan perlahan-lahan keluar kelas.

Pertanyaan:
1. Jika direncanakan dengan matang, pembelajaran yang diterapkan oleh Pak Sukandar
sebenarnya dapat merupakan pembealjaran tematik yang menarik, sehingga topik-topik
yang akan dikaitkan dapat tergambar dengan jelas. Buatlah jaringan topik yang diikat
oleh tema binatang yang sesuai untuk anak kelas 1 SD.
2. Suasana kegiatan pembelajaran di kelas Pak Sukandar yang dilukiskan pada peragraf
terakhir sangat berbeda dengan suasana kegiatan di awal pembelaajran. Bagaimana
pendapat Anda tentang tindakan yang diambil Pak Sukandar terhadap dua anak yang
berkelahi?
3. Jika anda yang menjadi guru, bagaimana cara Anda menangani anak yang berkelahi di
dalam kelas.

KASUS 15

Ketika duduk di kelas 5, pelajaran IPA merupakan pelajaran yang


paling dibenci oleh Dony karena dia harus menghapal berbagai hal setiap
menjelang ulangan. Namun, setelah duduk di kelas 6 dan diajar oleh Pak
Badri, ia mulai menyukai IPA. Pak Badri selalu mengajak anak untuk
mengamati apa yang sedang dipelajari, bahkan anak-anak dibimbing untuk
melakukan percobaan sederhana. Observasi atau percobaan kadang-kadang
dilakukan secara individual dan kadang-kadang oleh kelompok. Dony merasa
tanpa harus menghapal ia selalu jngat apa yang diamati atau hasil percobaan
yang dilakukannya karena setiap akhir kegiatan kelompok atau individual
anak-anak diminta membuat laporan singkat untuk dibahas dalam kelas.
Lebih-lebih lagi setiap akhir pembahasan hasil observasi atau percobaan Pak
Badri selalu meminta anak-anak mengaitkan hal-hal yang sedang dibahas
dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, setelah melakukan percobaan untuk
menemukan titik didih air, anak-anak diminta memikirkan cara memasak air
yang paling tepat agar cepat mendidih. Prestasi belajar Donypun meningkat,
ia sering dipuji oleh Pak Badri karena menyelesaikan pekerjaannya tepat
waktu dan benar.
Namun dalam pelajaran lain, yaitu Bahasa Indonesia yang diajar oleh
Ibu Rini (kebetulan SD tersebut menerapkan system guru bidang studi khusus
untuk kelas 6), Dony kembali merasa bosan, ia sering mearasa mengantuk,
lebih-lebih ketika anak-anak diminta membaca bersuara secara bergilir,
menjawab pertanyaan yang ada di buku paket secara bergilir pula. Dony
kadang-kadang bosan menunggu giirannya. Setelah mendapat giliran
menjawab pertanyaan, Dony tidak peduli lagi dengan wacana yang sedang
dibaca atau pertanyaan dalam buku teks tersebut. Ia yakin tideak akan
mendapat giliran lagi. Supaya tidak dimarahi guru dan tidak mengantuk,
Dony yang memang gemar membaca, mengeluarkan komik yang dibawanya
dan menyelipkannya di dalam buku Bahasa Indonesia. Ia membaca komik
tersebut dalam hati. Bu Rini yang duduk di depat tidak pernah tahu kalau Don
tidak menyimak pelajaran.

Pertanyaan:
1. Identifikasi tiga hal yang membuat Dony menyukai IPA dan berikan alasan
masing-masing mengapa ketiga hal tersebut dianggap merupakan faktor
yang membuat DOny menyukai IPA.
2. Jika Anda menjadi Ibu Rini, cobalah rancang kegaitan pembelajaran
Bahasa Indonesia yang mampu membuat anak-anak yang gemar membaca
seperti Dony mengembangkan potensinya secara optimal. Tuliskan dua
keunggulan rancangan tersebut, dilihat dari hakikat pelajaran Bahasa
Indonesia di SD dan pendekatan belajar aktif.
KASUS 16

Pak Yono mengajar PKn di kelas 6. Setelah bel masuk, Pak Yono
masuk kelas, suasana yang semula gaduh menjadi tenang dan anak
mengucapkan salam. Pak Yono mengabsen dengan memanggil anak satu
persatu dan segera memulai pelajaran. “Topik kita pada hari ini masih tentang
hak asasi manusia (HAM), yaitu mengenai ciri khas HAM.” Pada minggu lalu
kita telah pelajari tentang pengertian HAM. “Nah sebelum kita melanjutkan
ke materi berikutnya, sekarang Bapak mau tanya, apa pengertian HAM itu?”
Tanya Pak Yono, dan selanjutnya terjadilah percakapan berikut:
Yeni : “HAM itu Hak Asasi Manusia, Pak”
Pak Yono : “itu kepanjangannya, Yeni, yang Bapak maksud disini adalah
pengertiannya”
Nadila : “Saya, Pak. Ham itu adalah pemberian Tuhan”.
Pak Yono : “ Betul, ayo siapa lagi yang bisa?”
Tutik : “ Hak yang melekat pada diri manusia Pak”
Fadli : “Ham itu harus dihormati Pak”
Pak Yono : “Iya betul sekali. Jadi pengertian Ham itu adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
mahkluk Tuhan YME dan merupakan anugerahNya yang wajib
dihormati dan dijunjung tinggi oleh Negara, hukum dan
pemerintah.
Sukardi : “Deklarasi universal HAM iu dicetuskan kapan Pak?”
Pak Yono : “Coba siapa yang tahu ?”
Pramuja : “ Tanggal 10 Desember 1948, Pak”
Pak Yono : “ Apakah betul Desi jawaban Pramuja tadi ?”
Desi : “Betul, Pak”
Pak Yono : “ Iya betul anak-anak, deklarasi universal HAM itu dicetuskan
tanggal 10 Desember 1948”. “Wah ternyata murid Bapak pandai,
ya”. Nah sekarang mari kita lanjutkan dengan materi yang
berikutnya, yaitu tentang cirri khas HAM. Coba sebutkan apa cirri
khas HAM itu”.
Deny : “ Pemberian Tuhan kepada setiap manusia Pak”
Pak Yono : “ Iya betul! Terus apa lagi cirri khas HAM itu?”
Sunar : “ Tidak membeda-bedakan antara orang kaya dan orang miskin,
Pak”
Pak Yono : “ Tepat sekali, HAM itu sifatnya universal, jadi berlaku untuk
umum, Terus apalagi cirri khas HAM itu?”
Atik : “ HAM itu tidak melihat status social, Pak”
Tedi : ”HAM tidak dicabut Pak”
Pak Yono : “ Betul sekali, HAM itu tidak melihat latar belakang dan status
social seseorang selain itu HAM itu juga tidak boleh dicabut”
Debi : “ Mengapa HAM tidak boleh dicabut, Pak?”
Pak Yono : “HAM tidak boleh dicabut karena manusia adalah ciptaan Tuhan
maka Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri
manusia dan merupakan hak yang diberikan sebagai karunia
Tuhan”.
Tina : “Terus yang bisa mencabut HAM itu siapa, Pak?”
Pak Yono : “ Ayo siapa yang bisa menjawabnya?”
Ningrum : “Tuhan, Pak”
Pak Yono : “Tepat sekali, yang bisa mencabut HAM itu hanya Tuhan dan
HAM itu tidak dapat dibagi”.
Setya : ”Maksudnya tidak dapat dibagi bagaimana, Pak?”
Pak Yono : “Maksudnya adalah HAM tidak dapat diwakili ataupun
dialihkan kepada orang lain” ,”Coba sekarang kalian beri contoh
Hak Asasi Manusia “
Seno : ”Bebas beragama, Pak”
Sukma : “Bebas berbendapat, Pak”
Pak Yono : “Betul sekali, kebebasan beragama dan bebas berpendapat itu
merupakan contoh dari HAM, sebab di dalam HAM itu terkandung
nilai kemerdekaan atau kebebasan”. “Apakah hanya itu contoh dari
HAM?”
Tulus : ”Tidak, Pak”
Pak Yono : “Coba kamu, Tulus”
Tulus : “Berhak mendapatkan perlindungan yang sama di depan hukum,
Pak”
Pak Yono : “Betul, HAM mengandung nilai keadilan atau persamaan,
artinya setiap manusia diperlakukan secara wajar dan adil,
mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh hak”,
“Masih ada contoh lain?”
Fitri : ”Berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, Pak”
Pak Yono : “Betul anak-anak, setiap manusia berhak mendapatkan
apendidikan dan penghidupan yang layak”. Nah itu tadi hanya
beberapa contoh dari HAM, masih banyak contoh yang lainnya”.
“Ada pertanyaan?” (karena tidak ada yang bertanya dan waktupun
sudah habis, Pak Yono langsung menutup pelajaran) dengan
berkata : “ Ya sudah, kalau tidak ada yang bertanya, sampai jumpa
pada pertemuan minggu depan” (Pak Yono lalu keluar kelas).

Pertanyaan:
1. Pada kasus pembelajaran di atas metode apa yang paling dominan digunakan oleh Pak
Yono? Sebutkan metode tersebut dan jelaskan dua kelebihan dan dua kelemahannya.
2. Dari kasus di atas, identifikasi tiga keterampilan dasar mengajar yang diterapkan Pak
Yuno dan jelaskan prinsip-prinsip penerapan ketiga keterampilan dasar mengajar
tersebut.
KASUS 17

Setelah pukul 07.00, para siswa dan Bu Rina masuk kelas. Jam pertama
adalah pelajaran PKn. “Selamat pagi, anak-anak” sapa Bu Rina. “Selamat
pagi, Bu” jawab para siswa. “Anak-anak hari ini kita akan diskusi, silahkan
kalian membentuk kelompok beranggota 3-5 orang. Hari ini kita akan belajar
tentang demokrasi”, kata Bu Rina. Suasana menjadi gaduh, mereka sibuk
mencari teman diskusi.
“Sekarang masing-masing kelompok harus memilih siapa yang akan
memimpin diskusi?”. Suasana kelaspun kembali gaduh. “Kalau sudah terpilih
pemimpinnya, silahkan kalian berdiskusi” kata Bu Rina. Sementara para
siswa diskusi, Bu Rina sibuk membaca buku. Walaupun suasana gaduh, Bu
Rina tetap asyik membaca buku. Tidak lama kemudian Bu Rina berdiri dan
berkata, “Bagus kalau dusah selesai, sekarang tolong dibacakan hasil diskusi
kalian, dimulai dari kelompok satu” Kata Bu Rina.
Wakil kelompok satu membacakan hasil diskusinya. Hasil kelompok
satu mendapat tanggapan dari beberapa siswa, ada yang bertanya dan ada
pula yang memberikan saran atau masukan. Diantara pendapat para siswa, Bu
Rina tidak berkomentar apapun, bahkan ketika terjadi adu argumentasi, Bu
Rina tidak berusaha mencarikan jalan tengah sehingga diskusi berakhir anpa
adanya kesimpulan yang pasti. Bu Rina hanya mengangguk-anggukkan
kepala sambil berkata, ”Sudah tidak ada tanggapan lain?”. “Tidak Bu” jawab
para siswa. “Baiklah kalau begitu silahkan wakil kelompok dua maju. Sikap
Bu Rina tetap sama, yaitu tidak memberi komentar sedikitpun.
Yang mengajukan pertanyaan atau tanggapan hanya anak-anak tertentu
yang gemar berbicara, sedangkan yang lain hanya diam mendengarkan,
apalagi anak yang pemalu atau pendiam, mereka enggan untuk
menyumbangkan ide. Sampai giliran kelompok terakhir sikap Bu Rina tetap
diam saja, bahkan ketika ada pertanyaan yang menyimpang dari pokok
masalah, beliau tidak memberikan komentar apapun. Ketika ada pertanyaan
dari seorang siswa, Bu Rina langsung menjawabnya.
Tidak lama kemudian terdengar bel berbunyi. “Waktu sudah habis
anak-anak, tolong dikumpulkan hasil diskusinya”, perintah Bu Rina. Para
siswa maju menyerahkan hasil diskusi kelompoknya. Setelah terkumpul, Bu
Rina langsung pergi ke luar kelas sambil berkata ”Selamat siang anak-anak”.

Pertanyaan:
1. Sudah sesuaikah metode yang digunakan Bu Rina dalam proses
pembelajaran di atas? Jelaskan alasan anda (minimal tiga jawaban)
2. Apakah sikap Bu Rina sebagai pemimpin diskusi sudah benar? Jelaskan
alasannya! (minimal tiga jawaban)
3. Jelaskan tiga peranan guru dalam memimpin diskusi kelompok kecil di SD.

Anda mungkin juga menyukai