Oleh:
Pertanyaan:
1. Sebutkan tiga penyebab para siswa tidak mampu menyebutkan definisi hutan homogen
dan heterogen.
2. Sebutkan tiga upaya agar pembelajaran lebih bermakna dan sebutkan alasannya.
3. Jika anda adalah Ibu Subari, sebutkan cara mengajarkan topik tersebut melalui
pemanfaatan lingkungan sebagai media belajar
Kasus 2.
Pak Tisna mengajar di kelas IV SD Sayung 01 dengan jumlah siswa 20 orang. Pak Tisna
sangat mengenal para siswa karena ia mengajar mereka sejak kelas I. Dalam suatu pembelajaran,
setelah memberi salam dan tanya jawab, Pak Tisna memajang gambar seri yang cukup besar.
Perhatian siswa tertuju pada gambar tersebut. Pak Tisna mengatakan bahwa dalam pelajaran
Bahasa Indonesia kali ini para siswa akan diminta menceritakan apa yang dilihat dalam gambar.
Pak Tisna: “Perhatikan ketiga gambar ini. Siapa yang dapat menyebutkan gambar pertama
ini tentang apa?” Beberapa siswa mengangkat tangan dan Pak Tisna memberi kesempatan secara
bergantian kepada setiap siswa untuk menjawab. Rini: “Anak baru bangun tidur, pak”. Tika:
“Anak sedang menguap” Adi: “Anak sedang duduk di tempat tidur, pak”. Pak Tisna: “Bagus,
jawaban kalian semua benar.”“Tadi temanmu Rini menjawab anak baru bangun tidur, Tika
menjawab anak sedang menguap dan Adi menjawab anak sedang duduk di tempat tidur.” “Coba
satukan ketiga jawaban temanmu sehingga dapat menceritakan apa yang terdapat pada gambar
pertama ini.
Para siswa terdiam, tampaknya sedang berpikir dan tampak beberapa siswa ada yang
menulis sesuatu di buku tulisnya. Kemudian Andi mengangkat tangan. “Ya, kamu Andi, coba
satukan jawaban ketiga temanmu tadi”. Andi: “Anak baru bangun tidur, anak sedang menguap dan
anak duduk di tempat tidur”. “Bagus, Andi.” “Namun jawaban Andi ini terlalu panjang, coba
siapa yang dapat meringkas jawaban temanmu Andi ?”. Badar mengangkat tangan. “Ya, Badar,
coba bagaimana jawabanmu?” Badar: “Anak baru bangun tidur, sedang menguap di tempat tidur”.
Pak Tisna:”Bagus sekali jawabmu. Ada yang mempunyai cara lain untuk menceritakan apa
yang terjadi pada gambar pertama ? misalnya saja nama anak itu Didi ?”. Kelas kembali menjadi
hening. Rupanya para siswa sedang berpikir. Setelah beberapa saat belum ada yang mengangkat
tangan, Pak Tisna meminta para siswa untuk berunding dengan teman di sebelahnya. Akhirnya
satu pasang siswa mengangkat tangan. “Ya, bagus, coba dengarkan jawaban temanmu, Tati atau
Rini yang akan menjawab?” Tini: “Saya, Pak. Didi menguap di atas tempat tidur. Ia baru
bangun.” Pak Tisna: “Ternyata anak-anak pintar. Bapak yakin kamu semua dapat bercerita dengan
cara masing-masing. Tidak perlu takut. Coba saja.”
Setelah para siswa menceritakan isi tiap gambar, beberapa siswa diminta menceritakan apa
yang dilihat pada ketiga gambar. Akhirnya para siswa diminta menuliskan cerita berdasarkan
gambar yang dilihatnya. Para siswa tampak sangat menikmati pelajaran. Setelah selesai seorang
anak diminta membacakan tulisannya. Pak Tisna memberi pujian, dan sebelum pelajaran diakhiri,
para siswa diminta mengumpulkan pekerjaannya.
Ketika selesai memeriksa pekerjaan siswa, Pak Tisna kecewa. Pekerjaan siswa tidak sebaik
ketika mereka bercerita. Sebagian besar siswa hanya menulis tiga kalimat, satu kalimat untuk tiap
gambar, bahkan ada yang menuliskan hanya dua kalimat. Itupun hanya berupa kalimat pendek.
Berikut ini contoh jawaban siswa:
1. Didi baru bangun, lalu mandi, sudah itu makan
2. Pagi-pagi Didi bangun, terus mandi, terus makan.
Pak Tisna termenung, mencoba mengingat apa yang terjadi selama pembelajaran. Rasanya semua
berjalan lancar. Tetapi mengapa hasilnya seperti itu?
Pertanyaan:
1. Identifikasi tiga perilaku mengajar Pak Tisna yang positip. Beri penjelasan mengapa
dianggap positip?
2. Perhatikan contoh pekerjaan siswa pada kasus di atas. Identifikasi tiga kelemahan para
siswa dalam contoh tulisan di atas.
3. Berikan tiga alasan mengapa pekerjaan menulis para siswa tidak sebaik yang diharapkan
oleh Pak Tisna.
-
Kasus 3.
Ibu Ida sudah enam tahun mengajar di kelas III SD Ngablak 03.
Melalui pengalamannya dia mampu menciptakan situasi belajar yang
harmonis untuk setiap konsep IPA. Pada suatu saat kepala sekolah
menghendaki adanya pergantian mengajar di sekolahnya, dengan tujuan agar
semua guru memiliki pengalaman mengajar di kelas rendah maupun di kelas
tinggi. Ibu Ida mendapat bagian mengajar di kelas VI. Sebenarnya dia
meminta untuk mengajar di kelas empat, tetapi kepala sekolah tetap
memberikan tugas kepadanya karena dipandang mampu memegang kelas
enam.
Suatu saat Ibu Ida mengajarkan konsep magnet dengan metode
eksperiman. Karena merupakan pengalaman pertama, Ibu Ida sempat bingung
apa yang harus dilakukan. Dia mengambil KIT IPA dan langsung dibawa ke
dalam kelas. Banyak alat dan bahan yang ada di dalam KIT IPA. “Anak-anak
hari ini kita belajar tentang magnet, dan akan melakukan percobaan”
(Suasana kelas agak ramai karena siswa merasa senang untuk melakukan
percobaan). Sambil memilih alat dan bahan yang akan digunakan dalam
percobaan, Ibu Ida berusaha menenangkan suasana kelas.
Ibu Ida mengambil alat dan bahan berupa beberapa magnet yang
bentuknya bermacam-macam, beberapa paku, kompas, empat buah batere,
kaca, kertas tipis, karton, potongan triplek, pasir besi, benang, silet dan
bahan-bahan lainnya. Setelah dirasa cukup alat dan bahan yang akan
digunakan, Ibu Ida langsung menunjukkan alat dan bahan tadi satu persatu
kepada siswa, sambil bertanya “Anak-anak ini namanya apa?” “Magnet,
buuu” jawab para siswa. “Lha yang ini, apa?” “Betere buuu” jawab siswa
dan seterusnya sampai semua bahan selesai.
Di depan para siswa, Ibu Ida mengatakan “Anak-anak ini magnet,
sedangkan yang ini paku, kalau paku ini didekatkan kepada magnet, apa yang
akan terjadi ?” “Tertarik buu, menempel buu” jawab siswa. “Bagus, ternyata
benar. Coba lihat, paku yang bu guru dekatkan magnet tertarik dan
menempel. Dan selanjutnya Bu Ida mengganti paku dengan benda-benda
yang lain. Saat melihat arlojinya, Bu Ida mengetahui bahwa waktunya tinggal
15 menit, lalu Bu Ida memberi tes formatif.
Pertanyaan:
1. Tepatkah penggunaan metode eksperimen yang dilaksanakan Ibu Ida? Kalau
kurang tepat bagaimana seharusnya?
2. Bila proses pembelajaran yang dilakukan Ibu Ida tadi ada yang perlu diperbaiki,
buatlah satu rencana perbaikan melalui PTK yang meliputi: Identifikasi
Masalah, Analisis Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Perbaikan, Langkah
Perbaikan mulai kegiatan awal pembelajaran sampai penutup.
Kasus 4 (Kasus pembelajaran ibu shinta)
Pak Salim mengajar di kelas VI SD Welahan 02. Suatu pagi Pak Salim
masuk kelas dengan membawa globe. Perhatian para siswa tertuju pada globe
tersebut, namun Pak Salim hanya menaruh globe itu di depan kelas . Setelah
mengucapkan salam dan menanyakan siapa yang tidak hadir, Pak Salim
menyampaikan bahwa pada hari ini, dalam pelajaran IPA akan dibahas tata
surya dengan topik terjadinya siang dan malam. Pak Salim juga
menyampaikan bahwa setelah pelajaran usai, para siswa diharapkan dapat
menjelaskan tentang terjadinya siang dan malam. Tanpa member kesempatan
bertanya, Pak Salim melanjutkan pelajaran.
Sambil berdiri di depan kelas, Pak Salim menjelaskan terjadinya siang
dan malam. Para siswa melihat ke PakSalim dengan muka penuh tanda tanya.
Dengan lancar Pak Salim menjelaskan bahwa siang dan malam terjadi
karenabumiberputar pada porosnya sendiri. Para siswa kelihatan mulai bosan,
mereka masih menunggu Pak Salim menggunakan globe yang dipajang di
depan kelas, namun sampai penjelasan berakhir, globe itu tidak pernah
disentuh. Setelah penjelasan selesai, Pak Salim langsung menyimpulkan
bahwa para sudah mengerti apa yang dijelaskannya tadi. Pak Salim kemudian
meminta para siswa mengeluarkan buku latihan dan mengerjakan soal-soal
yang terdiri dari 10 pertanyaan yang ditulis di papan tulis.
Ketika para siswa bekerja, Pak Salim keluar kelas. Para siswa bingung
karena tidak mengerti bagaimanaharus menjawab soal tersebut. Mereka
akhirnya membuka buku IPA dan mencoba mencari jawabannya. Namun
banyak anak yang malas membaca sehingga mereka sama sekali tidak
menjawab. Ketika Pak Salim masuk kelas dan bertanya apakah sudah selesai,
ia menjadi marah karena hanya lima siswa dari 30 siswa yang menjawab soal.
Kelimanya hanya menyalin tanpa mengerti jawaban tersebut. Pak Salim
terdiam, ia sangat marah dan kecewa tetapi menahan amarahnya. Ia memina
para siswa istirahat. Pak Salim tinggal sendiri di kelas, mencoba mengingat
apa yang telah terjadi di kelasnya.
Pertanyaan:
1. Identifikasi empat peristiwa penting yang terjadi dalam kasus pembelajaran yang terjadi
di atas, yang dapat mengakibatkan munculnya masalah tersebut.
2. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan Pak Salimtelah mengakibatkan para
siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikannya. Buatlah lima pertanyaan
yang dapat membantu Pak Salim menemukan penyebab terjadinya masalah tersebut.
3. Jika Anda menjadi Pak Salim, susunlah satu rencana perbaikan untuk mengatasi
masalah tersebut melalui penelitian tindakan kelas yang mencakup: a. Identifikasi
masalah; b. Analisis masalah (maksimum empat butir); c. Rumusan masalah; d. Tujuan
perbaikan dan e. Langkah-langkah perbaikan yang meliputi kegiatan awal, inti dan
penutup.
-
Kasus 6
Pertanyaan:
1. Sebutkan dua kelemahan Pak Basuki dalam PBM. Berikan penjelasan.
2.Sebutkn tiga kelebihan Pak Basuki dalam proses pembelajaran, berikan alasannya.
3. a. Menurut Anda, apakah hukuman yang harus diberikan kepada Ali dan Budi
sudah sesuai dengan tingkat kesalahan dan tujuan perbaikan pembelajaran?
Berikan penjelasan.
b. Jelaskan fungsi pemberian hukuman secara umum dalam proses pembelajaran.
4. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh Pak Basuki masih menunjukkan beberapa
kelemahan. Susunlah langkah pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan
menggunakan madia/alat peraga yang tepat dan metode yang bervariasi.
Langkah-langkah pembelajarannya meliputi: Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan
Kegiatan Akhir. Dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran, sebutkan
media/alat peraga dan metode yang digunakan.
Kasus 7
40 cm
40 cm3
30 cm
60 cm
Sekolah juga memiliki 100 buah kubus yang terbuat dari kayu yang
berukuran 1 dm3 dan tersimpan di gudang.
Dalam pembelajaran matematika tentang volum kubus dan balok, Pak
Barkah membawa dua alat peraga yang terbuat dari karton berbentuk balok
dengan ukuran 30 cm x 20 xm x 10 cm dan kubus dengan ukuran 20 cm 3.
Uraian berikut adaslah proses pembelajaran yang dilakukan Pak Barkah.
Sambil memegang karton berbentuk balok, Pak Barkah bertanya
kepada siswa: “Benda ini berbentuk apa? “ Para siswa: “Kotak, pak”
Pak Barkah: “Anak-anak yang akan kita pelajari adalah volum kubus dan
balok, jadi benda yang saya pegang ini berbentuk apa?” “Kubus, pak”
“Balok, pak” Pak Barkah: “Bagus, jawaban kalian benar”. Kemudian Pak
Barkah menjelaskan panjang tulang pada kubus sama semua dan dinamakan
rusuk. Akan tetapi untuk balok, panjang rusuk sama hanya bagi rusuk yang
sejajar saja. Lalu Pak Barkah menggambar balok dan kubus dan memberi
nama rusuk-rusuknya serta menjelaskan rumus bolum kubus dan balok.
Berikutnya Pak Barkah memberi contoh soal cara menghitung volum
kubus dan balok sebanyak tiga soal dengan ukuran berbeda. Dalam proses
pembelajaran, semua siswa mencatat semua yang ditulis Pak Barkah, namun
ada beberapa siswa yang mencatat sambil berbicara tentang topik lain dengan
temannya. Pak Barkah tidak mempersoalkan hal itu karena pembicaraan
mereka tidak keras dan tidak berisik. Pak Barkah merasa pembelajaran yang
dilakukannya tidak mampu membuat seluruh siswa berkonsentrasi pada
pelajaran. Setelah pak Barkah memberi pekerjaan rumah, Pak Barkah
merapikan situasi kelas dan menyimpan alat tulis dan alat peraga yang
dibawanya. Pelajaran diakhiri dengan salam dan Pak Barkah meninggalkan
kelas.
Pertanyaan:
1. Identifikasi lima kelemahan Pak Bartkah yang dapat mengakibatkan
masalah dalam pembelajarannya.
2. Menurut Jerome S. Bruner proses belajar dilihat dari sisi
perkembangan kognitif terbagi dalam tiga tahapan, yaitu Enaktif
(sama dengan tahap sensori motor dari Piaget), Ikonik atau tahap
gambar bayangan (sama dengan tahap pra operasional dari Piaget)
dan Simbolik (sama denan operasi konkret dan formal dari Piaget)
a. Jelaskan tiga tahapan belajar J.S. Bruner tersebut.
b. Bagaimana mengajarkan konsep ‘volum balok dan kubus’ sesuai
dengan tahap enaktif, ikonik dan simbolik yang memperlihatkan
proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan metode
penemuan, memanfaat aquarium dan kubus kayu untuk
menemukan konsep volum kubus dan balok.
KASUS 8
Ibu Lina seorang guru yang mengajar di SD Warungpring 01 yang
berlokasi di pinggiran kota Pemalang. Bu Lina mengajar kelas IV. Pada hari
itu ia menyajikan mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar
menjelaskan isi puisi. Setelah menenangkan kelas dan menginformasikan
tujuan pembelajaran khusus kepada siswa, Bu Lina memasang carta yang
berisi puisi di papan tulis. Berikut ini puisi yang dipasang Bu Lina di papan
tulis.
Doa Seorang Tukang Becak
Oleh Anita
Tuhanku yang Maha Kuasa
Tuhanku yang Maha Pemurah
Tuhanku yang Maha Penyayang
Kabulkan doaku ini
Permintaanku tidak banyak
Hanya: Berikanlah rahmat dan perlindunganMu kepadaku
Agar besok becakku tidak ditangkap
Sebab bila becakku tertangkap
Anak istriku makan apa?
Semoga Kau kabulkan doaku ini Amin.
Pertanyaan:
1. Kompetensi berbahasa apakah yang akan diperoleh para siswa setelah proses
pembelajaran ?
2. Identifikasi dua masalah yang muncul dan berikan alternative pemecahannya.
3. Apakah soal-soal di atas dapat mengukur kompetensi yang seharusnya akan
diukur ? Berilah alasannya serta berilah contoh soal/perintah yang sesuai dengan
kompetensi yang diinginkan
4. Susunlah rencana pembelajaran untuk pembelajaran puisi di atas secara lengkap.
----------
KASUS 9
Pertanyaan:
1. Temukan 4 kelebihan dan 4 kelemahan pembelajaran Pak Imron dan jelaskan.
2. Berikan minimal empat upaya mengatasi kelemahan pembelajaran Pak Imron.
3. Bila ditinjau dari aspek keterampilan bertanya (yaitu pemberian acuan,
pemindahan giliran, dan penyebaran pertanyaan), apakah kegiatan bertanya yang
dilakukan Pak Imron efektif ?
4. Deskripsikan tiga kegiatan yang menunjukkan keterampilan proses yang
ditanamkan Pak Imron kepada para siswa dalam pembelajaran tersebut.
5. Susun rencana pembelajaran konsep gaya listrik statis yang mencakup: tiga TPK
yang mengukur ranah kognitif ingatan, pemahaman dan penerapan; KBM (awal,
inti dan akhir) serta evaluasi (tiga butir soal berbentuk essay sesuai TPKnya)
---------
KASUS 10
Bel masuk berbunyi, Pak Karta guru kelas VI SD Karang Asem masuk ke
ruang kelas dan para siswa menyambutnya: ”Selamat pagi Pak”. “Selamat pagi
anak-anak, apa kabar ?” “Baik Pak” jawab para siswa. “Seperti biasa, siapkan dulu
kelasnya kemudian berdoa.”
Pak Karta memulai pembelajaran dengan mengatakan “Kita akan menyusun
sebuah laporan pengamatan. Anak-anak, laporan yang akan kalian susun ini adalah
laporan hasil pengamatan. Jadi sebelum menyusun laporan kalian harus melakukan
suatu pengamatan terhadap suatu obyek” “Apa itu Pak?” tanya seorang siswa.
“Nanti Bapak jelaskan. Kalian sudah punya kelompok belajar kan?” “Sudah Pak!”
jawab siswa serempak. “Ada berapa kelompok?” “Enam, Pak” “Bagus! Satu
kelompok enam orang. Ada dua kelompok yang beranggotakan tujuh orang. Iya
kan?” “Iya pak!” “Secara berkelompok kalian melakukan pengamatan di luar
kelas…(Pak Karta belum sempat melanjutkan penjelasannya beberapa siswa laki-
laki sudah merespon)” “Asyiiik” “Nanti dulu, ini belajar, tidak boleh ada yang
main.” “Iya Pak, enak belajar di luar, di kelas melulu Be Te (jenuh/bosan)”
“Baik, Bapak lanjutkan. Bapak beri waktu 10 menit untuk melakukan pengamatan.
Kelompok I mengamati ikan-ikan di kolam, taman sekolah…” (Beberapa siswa dari
kelompok I memotong penjelasan Pak Karta” “Diamati terus diapain Pak, diliatin
aja?” “Dengarkan dahulu (tegas Pak Karta).” “Iya nih, sabar dong kelompok dua
mengamati tumbuh-tumbuhannya dengan binatang-binatang kecil atau serangga
jika ada. Kelompok tiga mengamati adik-adik kelas kalilan yang sekarang sedang
berolahraga di lapangan sekolah. Kelompok empat mengamati Bapak Gurunya, Pak
Dirman guru olah raga. Kelompok lima mengamati keadaan lalu lintas di depan
sekolah, dengan syara tidak boleh ada yang ke luar halaman sekolah. Kelompok
enam, mengamati keadaan kantin sekolah, tapi tidak jajan. Kalau mau jajan nanti
waktu istirahat.”
“Lalu apa yang harus kami lakukan Pak?” “Perhatikan ke sini” Pak Karta
menjelaskan cara kerja yang akan dilakukan oleh setiap kelompok, pembagian
tugas setiap anggota kelompok dan cara menyusun laporan dengan format sebagai
berikut: Halaman depan (halaman 1) berisi identitas kelompok. ; Halaman dua
berisi a. Pendahuluan; b. Isi Laporan dan c. Kesimpulan. “Nak, anak-anak, sudah
jelas ?” “Sudah Pak” “Bapak ingatkan sekarang pukul 07.20, pukul 07.30 kalian
kembali ke kelas langsung menyusun laporan. Pukul 08.15 dikumpulkan. Sekarang
silahkan kalian keluar kelas dan amati benda atau peristiwa yang menjadi obyek
kalian. Jangan lupa membawa alat tulis yang kalian perlukan.
Selama para siswa melakukan pengamatan, Pak Kara juga memperhatikan
kegiatan yang dilakukan setiap kelompok. Pak Karta mencatat siswa yang aktif dan
yang pasif. Setelah 10 menit berlalu, para siswa meyusun laporan secara kelompok,
namun ada beberapa siswa yang masih berada di luar kelas dan dua orang jajan di
kantin. Pak Karta langsung mengingatkan. Dua orang yang ke kantin membeli
minuman, setelah minum mereka segera masuk kelas. Selama 45 menit para siswa
menyusun laporan secara kelompok. Masing-masing kelompok berdiskusi untuk
menyusun bahan laporan. Selain mereka berdiskusi di dalam kelompoknya terjadi
tanya jawab antara siswa dan guru. Ada kelompok yang menanyakan apa saja isi
bagian pendahuluan, bagaimana menyajikan isi laporan dan kesimpulan. Seperti
saat siswa melakukan pengamatan, ketika diskusi kelompok berlangsung Pak Karta
tidak lupa memegang buku nilai untuk mencatat siswa yang terlibat dan tidak
terlibat dalam diskusi. Setelah waktu selesai, Pak Karta meminta para siswa
berhenti bekerja. Hasilnya empat kelompok siswa selesai menyusun laporan, dua
kelompok tidak dapat menyelesaikan laporannya (belulm sampai pada kesimpulan).
Pak Karta mengevaluasi hasil kerja siswa dengan cara meminta wakil
kelompok membacakan laporan pengamatan yang mereka susun. “Anak-anak coba
perhatikan. Kelompok I akan membacakan laporannya. Simak baik-baik, kalian
boleh memberi komentar terhadap laporan mereka.” “Komentarnya berupa apa,
Pak?” “Bisa dari segi isi atau dari segi bahasa, susunan kalimatnya. Sudah siap?”
“Siap Pak” “Baik, jangan ada yang rebut” Setelah kelompok I membacakan
laporannya. “Nah itu tadi laporan pengamatan kelompok I, ada yang ingin memberi
komentar ?” Firman: “Menurut saya sudah bagus Pak, tetapi bagian kesimpulannya
apa hanya seperti itu Pak ?” “Bagus, daya simak Firman baus sekali, ada yang lain
?” Dalam kegiatan itu terjadi tanya jawab dan diskusi kelas tentang beberapa hal
yang belum dipahami oleh para siswa. Setelah Pak Karta menyampaikan hal-hal
berikut: “Nak, anak-anak, kalian telah mendapat pengalaman belajar bagaimana
menyusun sebuah laporan pengamatan, serta telah dapat saling mengomentari, itu
artinya kalian juga sudah dapat menilai sebuah laporan. Pekerjaan kalian suah
bagus, tetapi tetap harus ditingkatkan.” Siswa bertepuk tangan menerima pujian Pak
Karta. “Bagaimana kesan kalian terhadap pengalaman belajar hari ini ?” lanjut Pak
Karta. “Menyenangkan Pak, besok bisa dilanjutkan kan Pak?”
“Tugas kelompok kami bagaimana Pak?” tanya siswa dari kelompok yang
belum sempat diberi masukan. “Bagi kelompok yang laporannya belum sempat
didiskkusikan hari ini, akan Bapak berikan komentar dalam laporan kalian. Nah
anak-anak waktu untuk pelajaran Bahasa Indonesia telah selesai. Kita lanjutkan
dengan pelajaran Matematika.” Demikian Pak Karta menutup pembelajaran Bahasa
Indonesia.
Pertanyaan:
1. Kompetensi apakah yang diperoleh para siswa melalui pembelajaran di atas ?
Jelaskan.
2. Identifikasi kelebihan Pak Karta dalam pembelajaran tahap awal, inti dan akhir.
Jelaskan
3. Susun langkah-langkah pembelajaran (apersepsi, awal, inti dan penutup) untuk
menulis laporan kejadian berkesan selama liburan.
----------
KASUS 11
3 dm 3 dm
4 dm 4 dm
Pertanyaan:
1. Menurut teori belajar Van Hiele terdapat beberapa tahapan anak
belajar geometri. Indentifikasi dan berikan penjelasan untuk empat
tahap awal teori belajar Van Hiele.
2. Identifikasi proses pembelajaran Pak Waliyo di atas dikaitkan dengan
tahapan belajar di atas
3. Susun langkah pembelajaran penemuan luas segitiga di atas yang
dapat mengaktifkan dan mendorong siswa berpikir kreatif.
----------
KASUS 12
Pertanyaan:
1. Dilihat dari topik-topik yang dicakup dalam pembelajaran di atas,
model pembelajaran apa yang diterapkan oleh Bu Pratiwi?
Jelaskan secara singkat tiga karakteristik model pembelajaran
tersebut.
2. Apakah model pembelajaran tersebbut sesuai dengan siswa kelas
1 ? Dukung jawaban anda dengan tiga alasan yang terkait
dengan ;perkembangan anak dan teori belajar.
----------
KASUS 13
Pertanyaan:
1. Simpulkan model pembelajaran yang dilakukan oleh Pak Bondan.
2. Setujukah Anda dengan model pembelajaran yang dilakukan oleh
Bu Nani?
3. Jika Anda yang menjadi guru, bagaimana cara Anda melakukan
pembelajaran matematika menggantikan Pak Bondan?
4. Jika Anda yang menjadi guru, bagaimana cara Anda melakukan
pembelajaran Bahasa Indonesia menggantikan Bu Nani?
---------
KASUS 14
Pertanyaan:
1. Jika direncanakan dengan matang, pembelajaran yang diterapkan oleh Pak Sukandar
sebenarnya dapat merupakan pembealjaran tematik yang menarik, sehingga topik-topik
yang akan dikaitkan dapat tergambar dengan jelas. Buatlah jaringan topik yang diikat
oleh tema binatang yang sesuai untuk anak kelas 1 SD.
2. Suasana kegiatan pembelajaran di kelas Pak Sukandar yang dilukiskan pada peragraf
terakhir sangat berbeda dengan suasana kegiatan di awal pembelaajran. Bagaimana
pendapat Anda tentang tindakan yang diambil Pak Sukandar terhadap dua anak yang
berkelahi?
3. Jika anda yang menjadi guru, bagaimana cara Anda menangani anak yang berkelahi di
dalam kelas.
KASUS 15
Pertanyaan:
1. Identifikasi tiga hal yang membuat Dony menyukai IPA dan berikan alasan
masing-masing mengapa ketiga hal tersebut dianggap merupakan faktor
yang membuat DOny menyukai IPA.
2. Jika Anda menjadi Ibu Rini, cobalah rancang kegaitan pembelajaran
Bahasa Indonesia yang mampu membuat anak-anak yang gemar membaca
seperti Dony mengembangkan potensinya secara optimal. Tuliskan dua
keunggulan rancangan tersebut, dilihat dari hakikat pelajaran Bahasa
Indonesia di SD dan pendekatan belajar aktif.
KASUS 16
Pak Yono mengajar PKn di kelas 6. Setelah bel masuk, Pak Yono
masuk kelas, suasana yang semula gaduh menjadi tenang dan anak
mengucapkan salam. Pak Yono mengabsen dengan memanggil anak satu
persatu dan segera memulai pelajaran. “Topik kita pada hari ini masih tentang
hak asasi manusia (HAM), yaitu mengenai ciri khas HAM.” Pada minggu lalu
kita telah pelajari tentang pengertian HAM. “Nah sebelum kita melanjutkan
ke materi berikutnya, sekarang Bapak mau tanya, apa pengertian HAM itu?”
Tanya Pak Yono, dan selanjutnya terjadilah percakapan berikut:
Yeni : “HAM itu Hak Asasi Manusia, Pak”
Pak Yono : “itu kepanjangannya, Yeni, yang Bapak maksud disini adalah
pengertiannya”
Nadila : “Saya, Pak. Ham itu adalah pemberian Tuhan”.
Pak Yono : “ Betul, ayo siapa lagi yang bisa?”
Tutik : “ Hak yang melekat pada diri manusia Pak”
Fadli : “Ham itu harus dihormati Pak”
Pak Yono : “Iya betul sekali. Jadi pengertian Ham itu adalah seperangkat
hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
mahkluk Tuhan YME dan merupakan anugerahNya yang wajib
dihormati dan dijunjung tinggi oleh Negara, hukum dan
pemerintah.
Sukardi : “Deklarasi universal HAM iu dicetuskan kapan Pak?”
Pak Yono : “Coba siapa yang tahu ?”
Pramuja : “ Tanggal 10 Desember 1948, Pak”
Pak Yono : “ Apakah betul Desi jawaban Pramuja tadi ?”
Desi : “Betul, Pak”
Pak Yono : “ Iya betul anak-anak, deklarasi universal HAM itu dicetuskan
tanggal 10 Desember 1948”. “Wah ternyata murid Bapak pandai,
ya”. Nah sekarang mari kita lanjutkan dengan materi yang
berikutnya, yaitu tentang cirri khas HAM. Coba sebutkan apa cirri
khas HAM itu”.
Deny : “ Pemberian Tuhan kepada setiap manusia Pak”
Pak Yono : “ Iya betul! Terus apa lagi cirri khas HAM itu?”
Sunar : “ Tidak membeda-bedakan antara orang kaya dan orang miskin,
Pak”
Pak Yono : “ Tepat sekali, HAM itu sifatnya universal, jadi berlaku untuk
umum, Terus apalagi cirri khas HAM itu?”
Atik : “ HAM itu tidak melihat status social, Pak”
Tedi : ”HAM tidak dicabut Pak”
Pak Yono : “ Betul sekali, HAM itu tidak melihat latar belakang dan status
social seseorang selain itu HAM itu juga tidak boleh dicabut”
Debi : “ Mengapa HAM tidak boleh dicabut, Pak?”
Pak Yono : “HAM tidak boleh dicabut karena manusia adalah ciptaan Tuhan
maka Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri
manusia dan merupakan hak yang diberikan sebagai karunia
Tuhan”.
Tina : “Terus yang bisa mencabut HAM itu siapa, Pak?”
Pak Yono : “ Ayo siapa yang bisa menjawabnya?”
Ningrum : “Tuhan, Pak”
Pak Yono : “Tepat sekali, yang bisa mencabut HAM itu hanya Tuhan dan
HAM itu tidak dapat dibagi”.
Setya : ”Maksudnya tidak dapat dibagi bagaimana, Pak?”
Pak Yono : “Maksudnya adalah HAM tidak dapat diwakili ataupun
dialihkan kepada orang lain” ,”Coba sekarang kalian beri contoh
Hak Asasi Manusia “
Seno : ”Bebas beragama, Pak”
Sukma : “Bebas berbendapat, Pak”
Pak Yono : “Betul sekali, kebebasan beragama dan bebas berpendapat itu
merupakan contoh dari HAM, sebab di dalam HAM itu terkandung
nilai kemerdekaan atau kebebasan”. “Apakah hanya itu contoh dari
HAM?”
Tulus : ”Tidak, Pak”
Pak Yono : “Coba kamu, Tulus”
Tulus : “Berhak mendapatkan perlindungan yang sama di depan hukum,
Pak”
Pak Yono : “Betul, HAM mengandung nilai keadilan atau persamaan,
artinya setiap manusia diperlakukan secara wajar dan adil,
mendapatkan kesempatan yang sama dalam memperoleh hak”,
“Masih ada contoh lain?”
Fitri : ”Berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, Pak”
Pak Yono : “Betul anak-anak, setiap manusia berhak mendapatkan
apendidikan dan penghidupan yang layak”. Nah itu tadi hanya
beberapa contoh dari HAM, masih banyak contoh yang lainnya”.
“Ada pertanyaan?” (karena tidak ada yang bertanya dan waktupun
sudah habis, Pak Yono langsung menutup pelajaran) dengan
berkata : “ Ya sudah, kalau tidak ada yang bertanya, sampai jumpa
pada pertemuan minggu depan” (Pak Yono lalu keluar kelas).
Pertanyaan:
1. Pada kasus pembelajaran di atas metode apa yang paling dominan digunakan oleh Pak
Yono? Sebutkan metode tersebut dan jelaskan dua kelebihan dan dua kelemahannya.
2. Dari kasus di atas, identifikasi tiga keterampilan dasar mengajar yang diterapkan Pak
Yuno dan jelaskan prinsip-prinsip penerapan ketiga keterampilan dasar mengajar
tersebut.
KASUS 17
Setelah pukul 07.00, para siswa dan Bu Rina masuk kelas. Jam pertama
adalah pelajaran PKn. “Selamat pagi, anak-anak” sapa Bu Rina. “Selamat
pagi, Bu” jawab para siswa. “Anak-anak hari ini kita akan diskusi, silahkan
kalian membentuk kelompok beranggota 3-5 orang. Hari ini kita akan belajar
tentang demokrasi”, kata Bu Rina. Suasana menjadi gaduh, mereka sibuk
mencari teman diskusi.
“Sekarang masing-masing kelompok harus memilih siapa yang akan
memimpin diskusi?”. Suasana kelaspun kembali gaduh. “Kalau sudah terpilih
pemimpinnya, silahkan kalian berdiskusi” kata Bu Rina. Sementara para
siswa diskusi, Bu Rina sibuk membaca buku. Walaupun suasana gaduh, Bu
Rina tetap asyik membaca buku. Tidak lama kemudian Bu Rina berdiri dan
berkata, “Bagus kalau dusah selesai, sekarang tolong dibacakan hasil diskusi
kalian, dimulai dari kelompok satu” Kata Bu Rina.
Wakil kelompok satu membacakan hasil diskusinya. Hasil kelompok
satu mendapat tanggapan dari beberapa siswa, ada yang bertanya dan ada
pula yang memberikan saran atau masukan. Diantara pendapat para siswa, Bu
Rina tidak berkomentar apapun, bahkan ketika terjadi adu argumentasi, Bu
Rina tidak berusaha mencarikan jalan tengah sehingga diskusi berakhir anpa
adanya kesimpulan yang pasti. Bu Rina hanya mengangguk-anggukkan
kepala sambil berkata, ”Sudah tidak ada tanggapan lain?”. “Tidak Bu” jawab
para siswa. “Baiklah kalau begitu silahkan wakil kelompok dua maju. Sikap
Bu Rina tetap sama, yaitu tidak memberi komentar sedikitpun.
Yang mengajukan pertanyaan atau tanggapan hanya anak-anak tertentu
yang gemar berbicara, sedangkan yang lain hanya diam mendengarkan,
apalagi anak yang pemalu atau pendiam, mereka enggan untuk
menyumbangkan ide. Sampai giliran kelompok terakhir sikap Bu Rina tetap
diam saja, bahkan ketika ada pertanyaan yang menyimpang dari pokok
masalah, beliau tidak memberikan komentar apapun. Ketika ada pertanyaan
dari seorang siswa, Bu Rina langsung menjawabnya.
Tidak lama kemudian terdengar bel berbunyi. “Waktu sudah habis
anak-anak, tolong dikumpulkan hasil diskusinya”, perintah Bu Rina. Para
siswa maju menyerahkan hasil diskusi kelompoknya. Setelah terkumpul, Bu
Rina langsung pergi ke luar kelas sambil berkata ”Selamat siang anak-anak”.
Pertanyaan:
1. Sudah sesuaikah metode yang digunakan Bu Rina dalam proses
pembelajaran di atas? Jelaskan alasan anda (minimal tiga jawaban)
2. Apakah sikap Bu Rina sebagai pemimpin diskusi sudah benar? Jelaskan
alasannya! (minimal tiga jawaban)
3. Jelaskan tiga peranan guru dalam memimpin diskusi kelompok kecil di SD.