Anda di halaman 1dari 12

PENYALAHGUNAAN NAPZA

DI SUSUN
O
L
E
H

PADLIANSYAH
NIM
NH0318025

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya lah yang
telah dilimpahkan kepada kami sebagai tim penulis sehingga penulis berhasil menyusun makalah ini.
Dengan judul” PENYALAHGUNAAN NAPZA”.

Selanjutnya tersusunnya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta dorongan dari
berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa isi dan pembahasan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
melalui kesempatan ini dengan rendah hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dan
bermanfaat.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.

Makassar, 20 0ktober 2020

Penulis

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Masalah penyalahgunaan NAPZA semakin banyak dibicarakan baik di kota besar maupun kota kecil di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Peredaran NAPZA sudah sangat mengkhawatirkan sehingga cepat
atau lambat penyalahgunaan NAPZA akan menghancurkan generasi bangsa atau disebut dengan lost
generation (Joewana, 2014). Faktor individu yang tampak lebih pada kepribadian individu tersebut;
faktor keluarga lebih pada hubungan individu dengan keluarga misalnya kurang perhatian keluarga
terhadap individu, kesibukan keluarga dan lainnya; faktor lingkungan lebih pada kurang positifnya sikap
masyarakat terhadap masalah tersebut misalnya ketidak pedulian masyarakat tentang NAPZA (Hawari,
20012).

Berdasarkan hasil temuan Tim Kelompok Kerja Pemberantasan Penyalahgunaan Narkoba Departemen
Pendidikan Nasional menyatakan sebanyak 70% pengguna narkoba di Indonesia adalah anak usia
sekolah. Angka itu menunjukkan persentase pengguna narkoba di kalangan usia sekolah mencapai 4%
dari seluruh pelajar di Indonesia. Data Pusat Laboratorium Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika
Nasional (BNN) menunjukkan, selama tahun 2004, sedikitnya 800 siswa SD mengonsumsi narkoba.
Padahal, tahun 2003 jumlah pengguna narkoba yang berusia kurang dari 15 tahun hanya 173 orang.
Ironisnya, pengkonsumsi narkoba dari kalangan siswa SD yang rata-rata berusia tujuh tahun hingga 12
tahun itu berasal dari kelas ekonomi menengah ke atas, terpelajar dan berprestasi di sekolah. Lebih dari
50% siswa SD yang mengonsumsi narkoba itu berdomisili di Jakarta. Disusul kota-kota lain, seperti Bali,
Medan, Palu dan Surabaya (Jehani & Antoro, 20014).

Dari hasil riset yang dilakukan secara nasional oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerja sama
dengan Universitas Indonesia. Hasilnya menunjukkan, kecenderungan semakin dini usia pengguna
narkoba. Ditemukan, anak usia 7 tahun sudah ada yang mengonsumsi narkoba jenis inhalan (uap yang
dihirup). Anak usia 8 tahun sudah ada yang memakai ganja. Lalu di usia 10 tahun, anak-anak
menggunakan narkoba dari beragam jenis, seperti inhalan, ganja, heroin, morfin, ecstasy, dan
sebagainya. Kemudian berdasarkan penelitian BNN ini juga ditemukan 10 ibukota provinsi yang
digolongkan “memprihatinkan” karena kasus yang ditemukan melalui angka rata-rata nasional yaitu
3,9%. Sepuluh kota tersebut yaitu Medan (6,4%), Surabaya (6,3%), Ternate (5,9%), Padang (5,5%),
Bandung (5,1%), Kendari (5%), Banjarmasin (4,3%), Palu (8,4%), Yogyakarta (4,1%) dan Pontianak (4,1%)
(Jehani & Antoro, 2014).

Dampak yang terjadi dari faktor-faktor di atas adalah individu mulai melakukan penyalahgunaan dan
ketergantungan akan zat. Hal ini ditunjukkan dengan makin banyaknya individu yang dirawat di rumah
sakit karena penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu mengalami intoksikasi zat dan withdrawal.
Peran penting tenaga kesehatan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan dan ketergantungan
NAPZA di rumah sakit khususnya upaya terapi dan rehabilitasi sering tidak disadari, kecuali mereka yang
berminat pada penanggulangan NAPZA (DepKes, 20013). Berdasarkan permasalahan yang terjadi di atas,
maka perlunya peran serta tenaga kesehatan khususnya tenaga keperawatan dalam membantu
masyarakat yang sedang dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat tentang perawatan dan pencegahan kembali penyalahgunaan NAPZA pada klien. Untuk itu
dirasakan perlu perawat meningkatkan kemampuan merawat klien NAPZA di lingkungan sekitar dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengertian dan jenis-jenis napza.

b. Untuk mengetahui penyalahgunaan, faktor penyebab dan dampak penyalahgunaan napza.

c. Untuk mengetahui tanda dan gejala pengguna napza.

d. Untuk mengetahui penanggulangan napza dan peran perawat dalam menanggulangi napza.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyalahgunaan Napza

Di dalam masyarakat NAPZA /NARKOBA yang sering disalahgunakan adalah :

1. Opioda, terdapat 3 golonagan besar

a. Opioda alamiah (Opiat) : Morfin, Opium, Codein.

b. Opioda semisintetik : Heroin /putaw, Hidromorfin.

c. Opioda sintetik : Metadon.

Nama jalanan dari Putauw : ptw, black heroin, brown sugar.

Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan yang tidak murni berwarna putih keabuan.

Dihasilkan dari getah Opium poppy diolah menjadi morfin dengan proses tertentu dihasilkan putauw,
yang kekuatannya 10 kali melebihi morfin.Sedangkan opioda sintetik mempunyai kekuatan 400 kali lebih
kuat dari morfin. Morfin, Codein, Methadon adalah zat yang digunakan oleh dokter sebagai penghilang
sakit yang sangat kuat, misalnya pada opreasi, penderita cancer.

Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian menimbulkan perasaan ingin menyendiri untuk
menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan pemakai akan kehilangan percaya diri hingga tak
mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Pemakai akan membentuk dunianya sendiri, mereka merasa
bahwa lingkungannya menjadi musuh.

2. KOKAIN

Kokain berupa kristal putih, rasanya sedikit pahit dan lebih mudah larut

Nama jalanan : koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow /salju.

Cara pemakainnya : membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas
permukaan kaca atau alas yang permukaannya datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot
seperti sedotan atau dengan cara dibakar bersama dengan tembakau. Penggunaan dengan cara dihirup
akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam.

Efek pemakain kokain : pemakai akan merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah percaya diri,
dan dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.

3. KANABIS

Nama jalanan : cimeng, ganja, gelek, hasish, marijuana, grass, bhang.

Berasal dari tanaman kanabis sativa atau kanabis indica.


Cara penggunaan : dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa
rokok.

Efek rasa dari kanabis tergolong cepat, pemakai cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebihan
(euphoria), sering berfantasi / menghayal, aktif berkomunikasi, selera makan tinggi, sensitive, kering
pada mulut dan tenggorokan.

4. AMPHETAMINE

Nama jalanan : seed, meth, crystal, whiz.

Bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan dan juga tablet.

Cara penggunaan : dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet diminum dengan air. Ada 2
jenis Amphetamine :

a. MDMA (methylene dioxy methamphetamine)

Nama jalanan : Inex, xtc. Dikemas dalam bentuk tablet dan capsul.

b. Metamphetamine ice

Nama jalanan : SHABU, SS, ice.

Cara pengunaan dibakar dengan mengunakan alumunium foil dan asapnya dihisap atau dibakar dengan
menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (boong).

5. LSD (Lysergic Acid).

Termasuk dalam golongan halusinogen.

Nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas.

Bentuk : biasa didapatkan dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko
dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil dan kapsul.

Cara penggunaan : meletakan LSD pada permukaan lidah, dan bereaksi setelah 30 – 60 menit kemudian,
menghilang setelah 8 – 12 jam.

Efek rasa : terjadi halusinasi tempat, warna, dan waktu sehingga timbul obsesi yang sangat indah dan
bahkan menyeramkan dan lama – lama menjadikan penggunaanya paranoid.

6. SEDATIF – HIPNOTIK ( BENZODIAZEPIN )

Termasuk golongan zat sedative ( obat penenang ) dan hipnotika ( obat tidur ).

Nama jalanan : Benzodiazepin : BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp.

Cara pemakaian : dengan diminum, disuntikan, atau dimasukan lewat anus.


Digunakan di bidang medis untuk pengobatan pada pasien yang mengalami kecemasan, kejang, stress,
serta sebagai obat tidur.

7. SOLVENT / INHALASI

Adalah uap gas yang digunakan dengan cara dihirup. Contohnya : Aerosol, Lem, Isi korek api gas, Tiner,
Cairan untuk dry cleaning, Uap bensin.

Biasanya digunakan dengan cara coba – coba oleh anak di bawah umur, pada golongan yang kurang
mampu.

Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala berputar, halusinasi ringan, mual, muntah gangguan fungsi paru,
jantung dan hati.

8. ALKOHOL

Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia

Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi – umbian yang mengahasilkan kadar
alkohol tidak lebih dari 15 %, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehingga dihasilkan kadar alkohol
yang lebih tinggi, bahkan 100 %.

Nama jalanan : booze, drink.

Efek yang ditimbulkan : euphoria, bahkan penurunan kesadaran

B. Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPSA

Harboenangin (dikutip dari Yatim, 1986) mengemukakan ada beberapa faktor yang menyebabkan
seseorang menjadi pecandu narkoba yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

1. Faktor Internal

a. Faktor Kepribadian

Kepribadian seseorang turut berperan dalam perilaku ini. Hal ini lebih cenderung terjadi pada usia
remaja. Remaja yang menjadi pecandu biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang
rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan
mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif, agresif, dan cenderung depresi, juga
turut mempengaruhi. Selain itu, kemampuan untuk memecahkan masalah secara adekuat berpengaruh
terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan cara melarikan diri. Jehani &
Antoro (2006) menyatakan bahwa ada beberapa kepribadian yang potensial terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba, antara lain yaitu (1) kepribadian yang mudah stress, (2) kepribadian yang
terlalu nekat, (3) kepribadian yang tidak tahan perubahan, (4) kepribadian yang tidak tahu atau tidak
mampu mengurus diri, dan (5) kepribadian yang demam obat.
b. Inteligensia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensia pecandu yang datang untuk melakukan konseling di
klinik rehabilitasi pada umumnya berada pada taraf di bawah rata-rata dari kelompok usianya.

c. Usia

Mayoritas pecandu narkoba adalah remaja. Alasan remaja menggunakan narkoba karena kondisi sosial,
psikologis yang membutuhkan pengakuan, dan identitas dan kelabilan emosi; sementara pada usia yang
lebih tua, narkoba digunakan sebagai obat penenang.

d. Dorongan Kenikmatan dan Perasaan Ingin Tahu

Narkoba dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri. Mulanya merasa enak yang diperoleh
dari coba-coba dan ingin tahu atau ingin merasakan seperti yang diceritakan oleh teman-teman
sebayanya. Lama kelamaan akan menjadi satu kebutuhan yang utama.

e. Pemecahan Masalah

Pada umumnya para pecandu narkoba menggunakan narkoba untuk menyelesaikan persoalan. Hal ini
disebabkan karena pengaruh narkoba dapat menurunkan tingkat kesadaran dan membuatnya lupa pada
permasalahan yang ada.

2. Faktor Eksternal

a. Keluarga

Keluarga merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab seseorang menjadi pengguna narkoba.
Berdasarkan hasil penelitian tim UKM Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta pada tahun
2013, terdapat beberapa tipe keluarga yang berisiko tinggi anggota keluarganya terlibat penyalahgunaan
narkoba, yaitu:

1) Keluarga yang memiliki riwayat (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan narkoba.

2) Keluarga dengan manajemen yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten
dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya ayah bilang ya, ibu bilang tidak).

3) Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan
semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak,
maupun antar saudara.

4) Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dominan, dengan
anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua dengan alasan sopan santun, adat istiadat,
atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan
menyatakan ketidaksetujuannya.
5) Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan
dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal.

6) Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat,
mudah cemas dan curiga, sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu.

b. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)

Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-
orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Peer group
terlibat lebih banyak dalam delinquent dan penggunaan obat-obatan. Dapat dikatakan bahwa faktor-
faktor sosial tersebut memiliki dampak yang berarti kepada keasyikan seseorang dalam menggunakan
obat-obatan, yang kemudian mengakibatkan timbulnya ketergantungan fisik dan psikologis. Sinaga
(2013) melaporkan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan NAPZA pada remaja adalah teman sebaya
(78,1%). Hal ini menunjukkan betapa besarnya pengaruh teman kelompoknya sehingga remaja
menggunakan narkoba. Hasil penelitian ini relevan dengan studi yang dilakukan oleh Hawari (2013) yang
memperlihatkan bahwa teman kelompok yang menyebabkan remaja memakai NAPZA mulai dari tahap
coba-coba sampai ketagihan.

c. Faktor Kesempatan

Ketersediaan narkoba dan kemudahan memperolehnya juga dapat disebut sebagai pemicu seseorang
menjadi pecandu. Indonesia yang sudah menjadi tujuan pasar narkoba internasional, menyebabkan
obat-obatan ini mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melaporkan bahwa para penjual
narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk di Sekolah Dasar. Pengalaman feel
good saat mencoba drugs akan semakin memperkuat keinginan untuk memanfaatkan kesempatan dan
akhirnya menjadi pecandu. Seseorang dapat menjadi pecandu karena disebabkan oleh beberapa faktor
sekaligus atau secara bersamaan. Karena ada juga faktor yang muncul secara beruntun akibat dari satu
faktor tertentu.

C. Dampak Penyalahgunaan NAPZA

1. Dampak terhadap Fisik

Pemakai narkoba dapat mengalami berebagai penyakit akibat narkoba. Penyakit berbahaya
akibat dari penyalahgunaan narkoba dibedakan atas 3 kelompok yaitu :

a. Penyakit langsung karena narkoba yaitu kerusakan organ tubuh seperti kerusakan pada otak, hati,
ginja jantung, limpa, sumsum tulang dan paru-paru.

b. Penyakit infeksi karena cara pemakaian narkoba, misalnya tertular penyakit HIV/AIDS, hepatitis B
dan sifilis.

c. Penyakit sebagai akibat ikutan, misalnya tubuh menjadi lemah, sering jatuh sakit.

2. Dampak terhadap mental dan moral


Pemakaian narkoba menyebabkan kerusakan pada organ-organ penting di tubuh, sehingga terjadi
gangguan fungsi organ yang mengalami kerusakan tersebut. Semua penderitaan yang dialami akibat
penyakit tersebut akan mendatangkan perubahan perilaku, sifat dan sikap.

3. Dampak terhadap masyarakat, keluarga dan bangsa

a. Masalah psikologis

Bila seorang anggoat keluarga memakai narkoba, akan menimbulkan berbagai macam masalah dalam
keluarga. Masalah yang muncul adalah masalah psikologis yaitu gangguan keharmonisan rumah tangga,
munculnya rasa malu anggota keluarga yang lain.

b. Masalah ekonomi

Banyak uang terbuang untuk jangka waktu yang lama

c. Masalah kekerasan dan kriminalitas

Dalam keluarga bisa terjadi perkelahian, pemaksaan dan penganiayaan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat penulis adalah:

1. Banyak manfaat yang dapat kita ambil dalam mempelajari “Penyalahgunaan NAPZA.

2. Kita bisa tahu bagaimana dan apa saja penyalahgunaan yang banyak dilakukan oleh masyarakat
mengenai NAPZA

3. Kita bisa tahu dampak dan akibat yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan napza yang digunakan
dengan cara dan ketentuan yang tidak sesuai.

4. Kita bisa mengerti bagaimana cara penanganan terhadap para pengguna napza agar terhindar dari
napza

5. Kita juga bisa tahu peranan orang tua yang dilakukan terhadap orang yang terkena napza dan sikap
orang tua bila hal tersebut terjadi pada keluarganya.

6. Dan ternyata hal-hal yang berkaitan dengan Napza memiliki dampak yang tidak baik dalam
berbagai aspek,dan dapat merugikan berbagai pihak.

B. Saran

1. Kepada pemerintah

Sebaiknya undang-undang tentang penyalahgunaan napza lebih dipertegas lagi,agar para


pengguna maupun para pengedar napza mendapat jera dan mendapatkan hukuman yang
setimpal.

2. Kepada masyarakat

orang tua yang anaknya merupakan pengguna napza sebaiknya tetap memperhatikan
keluarganya karena melakukan hal tersebut bukan seutuhnya keinginan mereka,maka dari itu
orang tua harus tetap mensuport dan memberi dukungan agar keluarganya agar bisa sembuh
dan menghindarkan diri dari bahaya napza.

Kita sebagai masyarakat hendaknya lebih memahami lagi apa saja dampak yang
ditimbulkan,karena kalau kita tau sebab dan akibatnya kita tidak akan mungkin terjerumus ke
dalam bahaya penyalahgunaan Napza belakangan ini

DAFTAR PUSTAKA

Jehani, L. & Antoro. (2013). Mencegah Terjerumus Narkoba. Tangerang: Visimedia.


Partodiharjo, subagyo. (2014). Kenali narkoba dan musuhi penyalahgunaannya. Jakarta : Erlangga.

Purba, JM, dkk. (2015). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.
Medan: USU Press.

Simuh, dkk., Tasawuf dan krisis, semarang, Pustaka Pelajar, 2014

M.Arief Hakim, Bahaya Narkoba Alkohol: Mengatasi, Mencegah dan Melawan, Bandung: Nuansa, 2013.

Marviana, Dian.M. (n.d.); Kemitraan Peduli Penanggulangan Bahaya Narkoba DKI Jakarta (2013); Irwanto
et.al. (2013), dll.

http://www.midwife.org/siteFiles/news/sharewithwomen51_4.pdf

Anda mungkin juga menyukai