Anda di halaman 1dari 2

cerita aku belajar sepeda

berawal dari aku kelas dua SD, ketika itu aku baru belajar sepeda roda dua kira-
kira tahun 2009. aku seorang yang berhati iri, namun hati iri yang aku punya itu
fositif bukan negatif. ketika orang bisa melakukan dan aku suka, maka aku akan
berusaha untuk bisa melakukan seperti orang itu. orangtuaku menginginkan aku
bisa bergaul dengan anak-anak sekitar, maka ketika anak-anak mempunyai mainan
baru dihari itu juga aku dibelikan mainan. mobil-mobilan tembak-tembakan hingga
kelas tiga aku dibelikan roda empat, roda satu didepan tiga roda dibelakang namun
roda kanan kiri kecil . sepeda hitam menurutku bagus walaupun bekas aku cukup
senang. aku suka bermain sepeda bersama teman-teman dihari minggu, ditemani
bapak-bapak kita yang terus mengawasi kita.  Aku dulu heran dan  mengapa aku
suka dibelikan mainan, kini aku tahu sebabnya mengapa orang tuaku melakukan
itu padaku.

 dipagi hari yang cerah udara masih sangat sejuk,  anak- anak dihari itu pun sedang
libur sekolah setelah ujian selesai. setelah aku meiliki sepeda hitam yang tidak
pernah dipakai lagi, aku melihat teman-temanku sedang memutari lapangan poli
menggunakan sepeda roda dua.  saat itu aku ingin seperti mereka yang bisa
memutari lapangan dengan sepeda roda dua, pikirku saat itu keren dan nyaman jika
bisa bersepeda roda dua dibandikan aku bersepeda roda empat.

 saat itu aku langsung pulang kerumah, meminta bapaku melepaskan roda sepeda
kumbang yang terpasang dikanan kiri. bapakku berkata "  ga boleh nanti kamu
jatuh," sambil merengek aku menjawab " aku bisa pak pasti bisa" mungkin
bapakku tak tega mendengar rengekanku akhirnya roda yang ada di kanan kiri
dilepas dan menjadi sepeda roda dua. aku membawa sepeda kelapangan dengan
cara dituntun, karna aku belum bisa menaikinya atau  mengedarainya.

 aku mencoba menaiki sepedanya dalulu seteah sampai dilapangan, rasa takut
bersaran ketika akan meningjak pedal sepedaku karena aku sudah tahu, aku
berbeda dengan teman-temanku. aku berjalan pun masih suka jatuh apalagi naik
sepeda. aku buang rasa itu takut jauh-jauh ketika hatiku berkata."  tidak ada yang
tidak mungkin, jika kita mau menobanya dan berusaha untuk bisa. kita tidak akan
pernah tahu, kita bisa atau jika kita tidak pernah mencobanya." aku coba untuk
mengijak pedal sepeda dengan kaki kanan, aku mencoba menurukan pedal malah
kaki yang terus saja turun mengijak tanah. beberapa kali aku mencoba untuk
memboses tetap saja tak bisa malahan aku jatuh dari sepeda, aku berkata sendiri"
baru satu kali jatuh belum dua kali jatuh, aku harus mencobanya kembali" untuk
kedua kalinya jatuh, aku berbicara sama," belum tiga kali jatuh, hingga lebih dari 
sepuluh  kali jatuh, aku berkata berbeda. " nanggung aku sudah jatuh berkali-kali,
aku harus belajar lagi"

 saat itu orang-orang berkata, tidak mungkin seorang anak kecil mampu bersepeda
tanpa menggunakan roda bantu, dan banyak orang berkata pada orang tuaku.
Untuk mengajari ku belajar naik sepedaagar tidak sering jatuh. lalu orang hanya
diam dan pergi pulang, mungkin bapakku percaya  membiarkan aku berlajar
sepeda sendiri walaupun sering jatuh. satu hari, dua hari, tiga hari , tubuhku penuh
luka merah dari wajah sampai kaki ku penuh luka. aku sangat bahagia saat hari
ketiga aku sudah bisa naik dan mengedarai sepeda roda dua, aku bisa bukltikan
pada semua, aku juga bisa mengedarai sepeda roda walaupun satu atau kali jatuh.

Anda mungkin juga menyukai