Anda di halaman 1dari 2

Bungsu Numpak Sepedha

Dening: Diajeng Noviansi Dwi Antoni (XII MIPA 5)

Namanya ajeng, gadis bungsu yang memiliki keinginan untuk bisa mengendarai
sepeda motor. Di rumah ia menjadi anak bungsu seperti pada umumnya, manja dan disayang
oleh orang tua dan kakaknya. Sampai saat SMA sekarang pun mereka menganggap nya masih
menjadi anak kecil. Sebenarnya ia juga menikmati dengan perlakuan seperti itu namun di sisi
lain ia juga memiliki keinginan untuk mengendari sepeda motor yang bertentangan
dengannya. Alasan mengapa ia ingin sekali megendari sepeda motor adalah karena ia tidak
ingin merepotkan orang tua dan teman temannya, ia merasa bahwa tidak bisa menaiki sepeda
motor adalah hal yang merepotkan banyak orang terutama ketika ia harus menumpang
kepada taman saat orang tuanya tidak dapat menjemput atau mengantarkannya. Hingga suatu
ketika saat ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA ia memberanikan bertanya untuk pertama
kali.

“apakah aku boleh mengendari sepedah motor, yah?”

“boleh, tapi nunggu kamu lancar naik sepeda dulu ya”

Setelah bertanya dan diberikan janji oleh sang ayah, ajeng menjadi lebih semangat untuk
berlatih sepeda motor. Jika ada waktu luang ia gunakan untuk berkeliling desa dengan
menaiki sepeda motor. Sebenarnya ia tahu bahwa itu hanya dalih untuk melarangnya
membawa sepeda motor, orang tuanya hanya belum tega untuk melepaskan ia membawa
sepeda motor sendiri.

Awal mula ajeng dapat mengendarai sepeda motor adalah saat ia sedang bermain di
rumah Aisyah ia mengatakan bahwa ia ingin belajar menaiki sepeda motor, kemudian
temannya mengajarinya. Sejak saat itu, Ajeng dapat mengendarai sepeda motor.

“aku ingin belajar sepeda motor deh..”

“loh kamu tidak bisa mengendarai sepeda motor jeng?”

“tidak..”

“yasudah ayo, aku bisa mengajarimu”

“ahhh terima kasih”

Sejak saat itulah ia selalu menaiki sepedah motor setiap ada kesempatan

Satu tahun berlalu, kini ajeng telah duduk di bangku kelas 2 SMA ayahnya
memutuskan untuk membelikan ajeng sebuah sepeda motor dan Ajeng pun Kembali Bersama
pertanyaan yang akan ia tanyakan kepada ayahnya setahun lalu. Tak hanya pertanyaan dari
dirinya sendiri, pertanyaan kapan ia akan mulai menaiki sepeda motor pun Kembali
ditanyakan oleh teman temannya. Sungguh itu hal yang menyebalkan, karenanya ia merasa
terbebani dan selalu memikirkan hal tersebut.

“kapan kamu berangkat sekolah sendiri”

“sudah kelas 11, kapan bawa sepedah motor sendiri”

Hingga sampai pada suatu ketika, sera salah satu teman ajeng dating ke sekolah membawa
sepeda moor sendiri. Tentu saja hal tersebut membuatnya Kembali merengekkan

Mungkin bagi orang lain ini adalah hal yang sepele, tapi tidak dengannya

Ia sangat bersyukur bisa berada di lingkungan yang baik, bisa bertemu dengan teman teman
yang baik adalah hal yang patut disyukuri. Sejak saat itu, Ajeng sudah mengendarai sepeda
motor kemanapun ia pergi, ke sekolah, les dan lain lain.

Jenenge ajeng, bocah wadon

Anda mungkin juga menyukai