Anda di halaman 1dari 61

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang PLI

Kegiatan Praktek Lapangan Industri (PLI) merupakan salah satu

program yang diadakan oleh pihak Unit Hubungan Industri (UHI) dan

merupakan mata kuliah wajib yang harus diambil oleh setiap mahasiswa yang

telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh pihak UHI. Syarat untuk

mengikuti kegiatan PLI untuk jenjang pendidikan SI harus menyelesaikan

Satuan Kredit Semester (SKS) sebanyak 120 SKS.

Kegiatan PLI dilaksanakan sebagai salah satu syarat yang harus

dipenuhi oleh setiap mahasiswa Prodi S1 Jurusan Teknik Pertambangan FT

UNP dalam menyelesaikan program studinya. Selain itu penulis berusaha

untuk mengasah, dan menerapkan ilmu atau teori teori yang sudah penulis

dapatkan selama perkuliahan serta untuk mencari pengalaman-pengalaman

baru yang belum penulis dapatkan selama dibangku kuliah, sehingga penulis

bisa mengerti seperti apa bekerja di lapangan itu secara langsung. Dengan

demikian penulis bisa mempelajari bagaimana sebaiknya dan apa-apa saja

yang kurang selama penulis melaksanakan perkuliahan selama ini.

Dalam pelaksanaan kegiatan PLI ini, penulis melakukan kegiatan

pada PT Pebana Adi Sarana, Nagari Manggilang, Kec. Lima Puluh Kota,

Provinsi Sumatra Barat. Bergerak di bidang pertambangan batu andesit.

1
2

1. Tujuan Pelaksanaan PLI

Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan Praktek Lapangan Industri

(PLI) sebagai berikut:

a. Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman praktis di lapangan

tentang teknis perencanaan, pelaksanaan dan pengolahan pekerja

teknik pertambangan dalam rangka melengkapi pengetahuan dan

keterampilan yang telah didapatkan.

b. Meningkatkan keterampilan dan rasa percaya diri penulis dalam

memasuki dunia kerja nantinya.

c. Mengaplikasikan ilmu yang sudah penulis peroleh selama dibangku

perkuliahan pada saat di dunia kerja.

d. Melihat, mengamati, dan mempraktekkan secara lansung berbagai

kegiatan penambangan yang dilaksanakan oleh perusahaan.

e. Membentuk kepribadian yang mampu menghadapi tantangan di

masa mendatang dengan penuh tanggung jawab.

f. Sebagai persyaratan untuk mendapatkan sarjana teknik

pertambangan pada prodi S1 Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas

Teknik Universitas Negeri Padang.

2. Manfaat Pelaksanaan PLI

Adapun manfaat dari pelaksanaan kegiatan Praktek Lapangan

Industri (PLI) ini sebagai berikut:


3

a. Mengukur seberapa besar penguasaan ilmu pengetahuan yang

diperoleh penulis selama kuliah dengan tuntutan dan kebutuhan

dunia industri.

b. Memberikan pemahaman empiris tentang dunia industri secara

umum dan segala hal.

c. Tumbuhnya rasa kedisiplinan yang tinggi bagi penulis dalam

berbagai aspek.

d. Mempersiapkan diri sebelum terlibat langsung dalam dunia industri

melalui aktifitas dan pemahaman yang ditemukan di industri.

B. Deskripsi Perusahaan

1. Sejarah Perusahaan

CV. Pebana didirikan pada tanggal 11 September 1985di

Simabur Batusangkar berdasarkan Akte Notaris No. 15 oleh Notaris

Achtar Iljas.

Pada awalnya CV. Pebana bergerak dibidang konstruksi dengan

wilayah kerja Batusangkar dan sekitarnya. Namun karena adanya

pemindahan kepemilikan pada tanggal 16 Januari 2003 dengan komisaris

baru yaitu Ibu Agnes Sadikin, dilakukanlah penambahan dan perluasaan

jenis usaha sekaligus pemindahan kedudukan kerja ke Padang.

Pada tanggal 18 Januari 2003 dewan komisaris memutuskan

untuk merubah nama CV. Pebana menjadi PT Pebana Adi Sarana dan

pengukuhan sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa konstruki

terutama jalan dan jembatan. Dengan berubah menjadi PT Pebana Adi


4

Sarana dan berkedudukan di Padang, menjadikan direksi lebih leluasa

untuk mengembangkan usaha dan daerah kerjanya, tidak hanya proyek-

proyek di lingkungan Kabupaten di Sumatera Barat saja, tetapi mulai

fokus pada pekerjaaan jembatan nasional. Sejak tahun 2006 kerjasama

usaha mulai dibina dan dilakukan dengan beberapa perusahaan lain,

sehingga wilayah cakupan kerja tidak hanya di Sumatera Barat saja,

tetapi sudah mulai merambah ke Riau dan Bengkulu.

PT Pebana Adi Sarana juga menjalankan usaha dalam bidang

pembelian material yang nantinya material-material tersebut dikecilkan

dengan menggunakan crusher untuk diproduksi dan di jual kembali. Pada

tahun 2014 PT Pebana Adi Sebana melakukan pengembangan bidang

usaha menjadi usaha penambangan dimana eksplorasi pertamanya

dimulai pada tahun tersebut. Pada tahun 2017 dilakukan produksi

pertama namun karena material yang diproduksi tidak sesuai dengan

yang direncanakan produksi hanya berjalan selama 2 bulan. Seiring

berjalannya waktu pada pertengahan tahun 2019 PT Pebana Adi Sarana

memulai kembali kegiatan eksplorasi dan pada Januari 2020

dilakukanlah produksi pertama dan masih berjalan hingga saat ini.

2. Visi dan Misi PT.Pebana Adi Sarana

Visi : Menjadi perusahaann berskala Nasional yang menjadikan

profesionalisme dan teknologi sebagai landasan usaha dan

kemajuan.

Misi :
5

1) Menjadikan kepuasan pelanggan sebagai tujuan akhir

setiap produk yang dihasilkan dengan mengutamakan

kualitas dan ketepatan waktu.

2) Menjadikan budaya profesionalisme sebagai landasan

pengembangan Sumber Daya Manusia.

3) Menjadikan kemajuan teknologi sebagai sarana

pengembangan usaha.

3. Struktur Organisasi Perusahaan

Berikut stuktur organisasi pada PT Pebana Adi Sarana :

Sumber : PT Pebana Adi Sarana

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Pebana Adi Sarana

Keterangan :

a. Project Manager

Project Manager adalah seorang pemimpin perusahaan

dimana syarat untuk menjadi Project Manager adalah seorang


6

Sarjana tambang atau seseorang yang cukup lama berpengalaman

dibidang pertambangan (minimal 10 tahun pengalaman).

Tugas dari seorang Project Manager adalah sebagai berikut :

1) Memberikan Instruksi tentang pelaksanaan kerja pada

bawahannya, yang meliputi kepala produksi, kepala bagian

umum dan bagian keuangan.

2) Melakukan dan menyetujui transaksi-transaksi keperluan

penambangan.

3) Membuat laporan penanggung jawaban berkala kepada pemilik

perusahaan.

4) Bertanggung jawab terhadap hasil kerja dan kelancaran kegiatan

penambangan.

5) Mewakili perusahaan dalam memutuskan masalah yang

berhubungan dengan tambang baik dalam maupun luar.

b. Departemen HRD dan GA

Departemen HRD dan GA adalah suatu departemen yang

bertugas untuk mengurus masalah umum yang terdiri dari bagian

Personalia, administrasi umm, penerimaan karyawan dan masalah

pembelian (Purchasing).

Tanggung jawab masing-masing bagian adalah sebagai

berikut :
7

1) Personalia

a) Pendekatan kepada tokoh masyarakat dan orang orang

penting yang mendukung kegiatan penambangan.

b) Penerimaan dan memberhentikan karyawan

c) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) serta

pemberian upah kerja.

2) Administrasi

a) Pendataan aset perusahaan.

b) Pemeliharaan dan pendistribusian sarana dilapangan.

c) Penyedian kebutuhan dan fasilitas tambang.

d) Purchasing (Pembelian)

e) Pembelian solar (BBM) untuk seluruh kebutuhanproyek.

f) Pembelian alat-alat baru jika dibutuhkan untuk kepentingan

tambang.

g) Pendataan pembelian.

3) Departemen Koordinasi Produksi

Departemen koordinasi produksi adalah departemen

yang ditunjuk untuk mengurus masalah bagian produksi.

Adapun tugas dan wewenang dari departemen produksi adalah :

a) Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan pengupasan tanah

penutup.

b) Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan penambangan batu

andesit.
8

c) Mengawasi dan mengontrol sistem kerja alat berat di front

penambangan.

4) Bagian Administrasi dan Keuangan

Bagian Administrasi dan Keuangan adalah bagian yang

menangani administrasi keuangan perusahaan, administrasi

produksi dari setiap Pit, jumlah jam kerja dan overtime untuk

menentukan upah pekerja.

5) Departemen HSE

Departemen HSE adalah departemen yang mempunyai

tugas dan wewenang untuk mengurus dan menyediakan

perlengkapan untuk keselamatan kerja, membuat ID card,

investigasi kecelakaan, mempromosikan cara kerja yang dapat

mengakibatkan penyakit kerja, memberikan penyuluhan,

pelayanan penyakit, memastikan karyawan dan tamu mematuhi

peraturan perusahaan, serta memastikan unit yang akan

digunakan untuk produksi dalam keadaan sehat tanpa kerusakan

apapun.

6) Departemen Logistik

Departemen Logistik adalah departemen yang mempunyai

tugas dan wewenang :

a) Mengajukan permintaan pembelian suku cadang.

b) Mengiventaris suku cadang

c) Penyiapan suku cadang


9

d) Perawatan dan perbaikan kendaraan

7) Departemen Engineering

Departemen Engineering adalah suatu badan yang

ditunjuk untuk mengurus badan perencanaan dan pengembangan

di lokasi. Adapun tugas dan wewenangnya antara lain :

a) Merencanakan kegiatan penambangan selanjutnya

b) Mengembangkan kegiatan yang sedang berlangsung

c) Menghitung bahan galian yang tersisa

d) Melakukan kegiatan survey guna untuk menghitung

cadangan yang ada

e) Membuat peta lokasi, peta topografi, dan peta situasi

lapangan.

8) Departemen Plan

Departemen Plan adalah departemen yang bergerak

pada bidang mekanik, kegiatannya memperbaiki dan melakukan

perawatan pada alat berat. Dimana departemen plan memiliki

mekanik yang berkopetensi pada bidangnya, sehingga kerusakan

pada alat berat dapat diperbaiki mekanik-mekanik dari

departemen plan.

9) Security (Keamanan)

Security (keamanan) bertugas mengamankan asset

peerusahaan, keamanan karyawan, keamanan hasil produksi

perusahaan.
10

10) Pemasaran

Pemasaran adalah yang mengurus penjualan batubara

dari hasil lokasi tambang ketempat penjualan atau konsumen.

Tugasnya antara lain adalah :

a) Mencari tempat pemasaran batubara yang telah ditambang.

b) Mecari alat-alat transportasi yang tepat untuk

pengangkutan batubara ke konsumen.

c) Mengkordinasikan dan mengatur transportasi tersebut

apakah layak atau tidaknya digunakan.

d) Bertanggung jawab penuh terhadap proses dan lancaran

pemasaran batu andesit.

11) Jam Kerja

Pada prinsipnya jam kerja dan jam istirahat telah

disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan tetap

memperhatikan peraturan. PT Pebana Adi Sarana talah

memperhatikan hal tersebut, dan dalam 1 hari terdapat 1 shift

kerja yaitu 9 jam, dimana 8 jam di gunakan utuk waktu bekerja

dan 1 jam digunakan untuk jam istirahat, waktu kerja dimulai

dari pukul 08:00-17:00 WIB

4. Kesampaian Daerah

Untuk mencapai lokasi ini dapat ditempuh melalui route dan

kondisi sarana jalan sebagaimana diuraikan dibawah ini:


11

a. Dari Padang ke Pangkalan Koto baru menempuh jalur darat

dengan transportasi mobil dengan jarak tempuh 4 jam 40 menit.

b. Dari Pangkalan Koto Baru ke Nagari Manggilang menempuh jalur

darat dengan transportasi mobil dengan jarak tempuh 40 menit.

Gambar 2. Peta Kesampaian Daerah Lokasi Penelitian


12

5. Keadaan Umum Lingkungan

Pada tahun 2016 perkembangan jumlah penduduk Kabupaten

Lima Puluh Kota mencapai 372.568 jiwa. Kabupaten ini terletak dibagian

timur wilayah Provinsi Sumatera Barat atau 124 km dari Kota Padang,

Ibukota Provinsi. Secara geografis terletak antara 000 25’ 28.71” LU – 000

22’ 14.52” LS dan 1000 15’ 44.10” – 1000 50’ 47.80” BT, dengan luas

daratan mencapai 3.354,30 km2. Kabupaten ini memiliki batas wilayah

administarif dengan:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu di Riau.

b. Sebelah Timur : Kabupaten Kampar di Provinsi Riau

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten

Sijunjung di Provinsi Sumatera Barat.

d. Sebelah Barat : Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Agam di

Provisi Sumatera Barat.

Topografi daerah Kabupaten Lima Puluh Kota bervariasi

antara datar, bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian dari

permukaan laut antara 110 meter dan 2.261 meter. Daerah ini memiliki

3 gunung berapi yang tidak aktif yaitu Gunung Sago, Gunung Bungau

dan Gunung Sanggul, serta 17 sungai besar dan kecil yang mengalir

sehingga banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

pengairan/irigasi.

Pangkalan Koto Baru adalah sebuah kecamatan di Kabupaten

Lima Puluh Kota, Sumatera Barat,. Pangkalan Koto Baru adalah salah
13

satu dari 13 kecamatan yang ada di bagian utara barat Kabupaten Lima

Puluh Kota. Luas Wilayah Kecamatan Pangkalan Koto Baru 712.,06

km2 yang berarti 21,23 % dari luas Kabupaten Lima Puluh Kota.

6. Keadaan Administrasi dan Geografis

Secara administrasi daerah ekplorasi terletak di Jorong Mudik

Pasar, Nagari Manngilang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru,

Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat dengan luas area

54,74 Ha. Dari hasil peninjauan lapangan dari Dinas Kehutanan

Penggunaan Lain) dan tidak termasuk Lokasi Penundaan Pemberian

Izin Baru (PPIB)

Secara geografis, wilayah yang merupakan lokasi kegiatan ini

berada antara garis lintang utara 000 02’ 31.30” – 000 03’ 11.00” dan

garis bujur timur 1000 44’ 43.60” – 1000 45’ 14.40”.

7. Keadaan Geologi Regional

Wilayah Izin Usaha Pertambangan secara regional masuk

dalam Peta Geologi Lembar Pakanbaru, Sumatra skala 1 : 250.000

yang disusun oleh M.C.G Clarke, W. Kartawa, A.Djunuddin, E.

Suganda dan M. Bagdja (1982) diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan

Pengembangan Geologi Bandung, berdasarkan Peta Geologi Regional

wilayah penyelidikan tersusun oleh :

a. Aluvium Muda (Qh), terdiri dari Kerikil, pasir, lempung dan

kerakal (bongkahan batuan)

b. Formasi Sihapas (Tms) terdiri dari Batupasir konglomeratik,


14

batulanau. - Batuan Gunungapi Tak terpisahkan (Qtv) tersusun

oleh batuan produk gunung api.

c. Formasi Telisa (Tmt), Batulanau berkarbon sampai gampingan,

batupasir lanauan dan serpih, konglomerat sedikit batugamping

dan serpih glaukonit.

Secara Regional Struktur yang berkembang di Provinsi

Sumatera Barat adalah struktur perlipatan (antiklinorium) dan struktur

sesar dengan arah umum baratlaut-tenggara, yang mengikuti struktur

regional P. Sumatera. Secara umum batuan yang terdapat di daerah

Sumatera Barat telah mengalami deformasi yang kuat. Produk tektonik

di daerah ini berupa struktur lipatan, kekar dan sesar. Pembentukan

kedua jenis struktur geologi tersebut tidak terlepas dari pengaruh

aktifitas tumbukan lempeng yang menyerong antara Lempeng Eurasia

yang berada di utara dengan Lempeng India- Australia. Akibat

tumbukan lempeng ini terbentuk jalur sub duksi yang sekarang

posisinya berada di lepas pantai barat Sumatra, sedangkan di daratan

Sumatra terbentuk daerah tinggian yang menyebabkan batuan tua

tersingkap di permukaan. Pola struktur lipatan dan umumnya berarah

baratlaut-tenggara yang terbentuk sejak Pra-Tersier hingga Kuarter.

Jenis dan kedudukan struktur geologi ini selanjutnya mempengaruhi

pola sebaran batuan/formasi di permukaan. Berdasarkan hasil

penelitian lapangan diketahui batuan/formasi di daerah penyelidikan

menyebar dengan arah barat laut-tenggara.


15

Gambar 3. Peta Geologi Regional Lokasi Penelitian


16

C. Deskripsi Kegiatan Industri / Pekerjaan

1. Peralatan Penambangan Utama

a. Excavator

Mesin yang menggunakan tekanan hydraulic untuk

menggerakkan bucket sehingga dapat menggali material.

Berdasarkan pada cara bergeraknya bucket. Excavator terbagi

menjadi dua macam :Backhoe dan power shovel.

Pada kegiatan pengupasan overburden maupun batubara di

tambang menggunakan jenis Backhoe (gambar 5) yang merupakan

alat gali yang menggunakan tekanan hydroulic untuk

menggerakkannya. Alat ini dalam pengoperasiannya hampir sama

dengan Power Shovel, tetapi yang membedakannya adalah cara

penggalian materialnya.

Waktu edar alat gali muat yang diamati adalah yang

dibutuhkan oleh alat ini untuk melakukan satu kali kegiatan

penggalian yang meliputi:

1) Digging Time yaitu waktu yang di perlukan oleh bucket untuk

menggali material yang akan di muat ke alat angkut.

2) Swing Load Time yaitu waktu yang di perlukan oleh alat gali

muat untuk berpurat dalam keadaan bucket berisi material.

3) Dumping Time yaitu waktu yang di butuhkan oleh alat gali muat

untuk menumpahkan material yang ada di dalam bucket ke

vessel alat angkut.


17

4) Swing Empty yaitu waktu yang di perlukan oleh alat gali muat

untuk berpurat dalam keadaan bucket kosong.

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Gambar 5.Excavator

b. Dump truck

Alat angkut ini banyak dipakai untuk mengangkut material-

material seperti tanah, endapan bijih, batuan untuk bangunan dan

lainnya pada jarak yang dekat sampai sedang. Dump truck cukup

fleksibel, artinya dapat dipakai untuk mengangkut macam-macam


18

barang dengan muatan, bentuk dan jumlahnya beranekaragam dan

tidak tergantung pada jalur jalan. Alat angkut ini dapat digerakkan

dengan menggunakan motor bensin, diesel, butane dan propane.

Jenis alat ini dapat dibedakan sebagai berikut.:

c. Bulldozer

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Gambar 10. Bulldozer
19

digunakan untuk pekerjaan menggaruk (riping) dan

mengorong agar memudahkan pekerjaan hydraulic excavator

memuat material ke dalam alat angkut. Kemampuan bulldozer sangat

beraneka ragam, antara lain :

1) Pembabatan atau penebasan (clearing), yaitu semua

pembersihan tempat kerja dari semak-semak, pohon-pohon

kecil, sisa pohon yang sudah di tebang, kemudian membuang

bagian tanah dan batuan. Seluruh pekerjaan ini dapat dilakukan

atau dikerjakan bersama-sama, artinya bagian yang telah

dibersihkan dapat segera dilakukan pemindahan.

2) Merintis (pioneering), merupakan kelanjutan dari pekerjaan

pembabatan atau penebasan dan meliputi pekerjaan meratakan,

membuat jalan darurat untuk lewatnya alat-alat mekanis, lalu

membuat saluran air untuk penirisan tempat kerja.

3) Mendorong tanah ke tempat tertentu,misalkan membersihkan

suatu tempat penggalian pada tambang terbuka agar loading unit

bisa lebih mudah untuk membuat material tersebut.

4) Menyebarkan material, yaitu menyebarkan material ke tempat-

tempat tertentu dengan ketebalan yang di kehendaki.

5) Menimbun kembali (back filling), yaitu pekerjaan penimbunan

kembali terhadap bekas-bekas lubang galian.


20

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

bulldozer dalam melakukan ripping dan dozing:

a) Kekerasan material yang akan di gali

Material yang semakin keras maka akan

berpengaruh pada kecepatan ripping dan dozing. Oleh

karena itu, jika material tersebut tidak dapat di ripping maka

sebaiknya digunakan peledakan untuk memburaikan

material .

b) Panjang ripping dan dozing

Panjang ripping dan dozing yang optimal antara

10-25 meter tergantung dari kekerasan material.Apabila

panjang ripping dan dozing yang terlalu jauh dapat

menyebabkan penurunan produktivitas bulldozer.

c) Keahlian operator

Operator harus dapat memahami kondisi material,

serta mengetahui teknik yang benar pada saat melakukan

ripping. Pada saat menggali bagian-bagian yang keras harus

diambil jalan lurus, dan pada saat penggalian berbelok,

giginya harus diangkat untuk menghindari giginya terpuntir

patah.
21

2. Alat Penunjang Kegiatan Penambangan

Alat penunjang tambang adalah alat yang dipakai untuk

menunjang kegiatan operasi penambangan, dimana alat ini diperlukan

pada waktu-waktu tertentu.

Adapun yang termasuk alat penunjang tambang adalah sebagai

berikut:

a. Breaker

b. Drill mechine

D. Perencanaan Kegiatan PLI

Adapun rencana pelaksanaan kegiatan Praktik lapangan industri

penulis adalah sebagai berikut dan kegiatan harian penulis dapat di lihat pada

lampiran I

Tabel 3 Pelaksanaan kegiatan praktik lapangan industry

Minggu Ke-
Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Orientasi Di Kantor                    
Orientasi Di Lapangan                    
Praktek Pengambilan Data                    
Konsultasi Dengan Pembimbing                    
Pengumpulan Data                    
Penginputan Data                    
Pengolahan Data                    
Bimbingan dan Evaluasi                    
Presentasi                    
Revisi                    

E. Pelaksanaan Kegiatan PLI


22

Kegiatan PLI terdiri dari rangkaian kegiatan yang berhubungan

antara satu dengan yang lainnya, mulai dari awal sampai pada tahap

penyusunan laporan. Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Pra-PLI

Pada tahap ini penulis memulai kegiatan dengan mempersiapkan

berbagai hal yang diperlukan untuk mengikuti program PLI yaitu :

a. Mengikuti Coaching atau pembekalan tentang PLI

Pada pelaksanaan coaching atau pembekalan tentang Kerja

Praktek, diberi pembekalan apa yang harus dilakukan ketika berada

di perusahaan. Etika sebagai mahasiswa ketika berada langsung di

perusahaan dan bagaimana menjaga nama baik jurusan terutama

universitas.

b. Memiliki tabungan sks sebanyak 120 sks untuk program S1

c. Meminta surat permohonan kepada koordinator PLI di jurusan

sekaligus menunjuk dosen pembimbing.

d. Membawa surat tersebut kepada Unit Hubungan Industri (UHI)

untuk pembuatan surat permohonan pelaksanaan PLI.

e. Kantor UHI membuat surat permohonan ke perusahaan/industri.

f. Penulis mengirim surat permohonan ke perusahaan/industri.

g. Perusahaan menerima penulis untuk melaksanakan PLI.

h. Penulis melapor dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing

sebelum berangkat ke perusahaan.


23

2. Kegiatan Orientasi Lapangan

a. Pengenalan Perusahaan

Dihari pertama memulai aktivitas di PT.Pebana Adi sarana,

penulis melapor ke kantor PT.Pebana Adi Sarana, yang tujuannya

untuk melaporkan diri bahwa penulis akan melaksanakan kegiatan

PLI di perusahaan.

b. Safety Induksi

Kegiatan ini dilakukan di kantor Departement Safety and

Enviroment PT Pebana Adi Sarana pada hari pertama setelah penulis

melapor ke kantor PT Pebana Adi Sarana. Kegiatan ini bertujuan

untuk memberi arahan kepada mahasiswa praktek maupun karyawan

yang kembali dari cuti agar mahasiswa praktek dan karyawan.

Memahami situasi dan kondisi di lapangan serta

mengetahui informasi-informasi terbaru mengenai kondisi di

lapangan. Untuk mahasiswa praktek, petugas safety and environment

memberikan APD untuk digunakan selama melaksanakan PLI

berupa rompi, helm safety, dan kimper.

c. Orientasi Lapangan oleh Departement Engineering

Saat mengikuti orientasi oleh departement engineering ,

dijelaskan mengenai seputaran kegiatan penambangan dan

pembagian front kerja, proses produksi, jenis material overburden

yang ada, jenis alat gali muat dan angkut yang ada di PT Pebana Adi

Sarana.
24

d. Kegiatan Penambangan

1) Pembersihan Lahan ( land clearing)

Land Clearing adalah proses pembersihan lahan dari

semak-semak dan pepohonan yang ada. Biasanya kegiatan ini

dilakukan oleh alat bulldozer atau bias langsung dilakukan oleh

alat gali muat, akan tetapi jika kegiatan ini dilakukan oleh alat

gali muat akan mempengaruhi produksi karena adanya waktu

kerja yang terpakai karena menebang pepohonan, dll.

2) Pemindahan Tanah Pucuk ( Top Soil)

Pemindahan lapisan tanah pucuk adalah kegiatan yang

pertama kali di lakukan setelah pembersihan lahan atau land

clearing. Biasanya kegiatan ini dilakukan oleh excavator jenis

PC 200 dan PC 300 yang dikombinasikan dengan DT Scannia,

Pengkombinasian alat ini dipertimbangkan berdasarkan keadaan

front loading .

3) Pengupasan Lapisan Tanah Penutup (stripping Overburden)

Pengupasan lapisan tanah penutup (overburden)

dilakukan dengan menggunakan excavator PC 200 sebagai alat

gali muat dan menggunakan DT Scannia sebagai alat angkut.

Pada proses pengupasan lapisan tanah penutup

Kegiatan pengupasan overburden dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :

4) Pembongkaran Material (Dumping)


25

Setelah dump truck yang membawa material dari front

loading tiba di area disposal, maka dump truck akan

menumpahkan material di area disposal sesuai arahan dari

pengawas lapangan sehingga material yang telah di dumping

tertata dengan rapi

5) Jalan Kosongan (Hauling Empty)

Setelah material ditumpahkan di disposal area, dump

truck akan kembali menuju front loading .

6) Kegiatan Drill and Blasting

Setelah selesai pembongkaran overburden, maka kegiatan

selanjunya yaitu pengambilan material yang mana kegiatan ini

dibantu dengan kegiatan drill and balsting yang disebabkan oleh

kondisi material yang akan di ambil adalah batu andesit yang

keras, sehingga membutuhkan kegiatan drill and blasting agar

mempermudah menghancurkan material dan mempermudah

pula dalam proses selanjutnya.

Berikut beberapa proses kegiatan drill and balsting :

1) Proses drill

Pada kegiatan ini dimulai dengan cara menentukan

jumlah dan posisi titik bor yang akan di bentuk agar dapat

mempermudah kegiatan blasting nantinya


26

Berikut proses drilling dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Gambar : Proses Drilling

2) Persiapan Alat Blasting

Setelah didapatkan lubang bor yang diinginkan

untu kegiatan blasting maka selanjunya kita mempersiapan

alat alat yang di butuhkan seperti, detonator, ANFO, DLL.


27

Berikut proses pengambilan alat pada gudang

handak:

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Gambar : Proses pengambilan Bahan di Gudang Handak

3) Proses Carging

Dimana proses ini kita di tuntun untuk merakit

isian dari detonator, ANFO, pada setiap lubang bor dan di

lanjutkan dengan kegiatan merangkai dan menentukan spasi

di setiap lubang nya untuk menentukan kearah mana

material akan di ledakkan.

Berikut peoses carging dapat dilihat pada gambar

kegiatan dibawah ini :


28

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Gambar : Proses Carging

4) Proses Blasting

Pada proses ini dimana lubang yang telah diisi oleh

isian bahan peledah akan diledakan oleh juru ledak, dan

hasil dari peledakan itulah nanti yang akan di angkut ke

stockpile/langsung ke crusher untuk di hancurkan sesuai

dengan ukuran yang telah ditetapkan.

Berikut contoh material hasil balsting dapat dilihat

pada gambar di bawah ini :


29

Sumber : Dokumen Pribadi


Gambar : contoh material hasil blasting

5) Loading Material

Setelah dilakukannya kegiatan balsting, lali

material hasil blasting akan di loading dan dibawa ke

crusher/stockpile untuk di crusing sesuai dengan ukuran

yang telah di tetapkan.

Berikut proses loading dapat di lihat pada gambar

di bawah ini:

Sumber: Dokumentasi Pribadi


Gambar . Proses Loading

6) Hauling Isi

Pada proses ini biasa di sebut dengan proses

pengakutan materian yang telah di loading ke dumptruck

untuk segera di bawa ke stocfile atau langsung ke crusher.

7) Dumping
30

Pada proses ini dimana setelah dilakukannya

proses haulling isi, dimana dumptruck telah sampai pada

crusher/stockpile lalu unit melakukan kegitan

menumpahkan material atau biasa disebut dengan (dump).

8) Hulling Kosong

Pada proses ini setelah material di tumpahkan dan

vessel truck telah berada di posisi awal, maka dumptruck

akan kembali ke lokasi loading (front).

3. Hambatan Dan Penyelesaian

Hambatan yang penulis temukan selama melaksanakan kegiatan

Praktek Lapangan Industri adalah :

a. Kurangnya sarana transportasi untuk mengantar operator PC,

sehingga sering terjadi keterlambatan pada awal shift. Oleh karena

itu, untuk meminimalisir keterlambatan kerja pada awal shift,

kegiatan pengawas yang mengantar operator PC harus lebih awal

dilakukan sehingga operator PC dapat tiba di lokasi kerja mereka

masing-masing sebelum awal shift dimulai. Sedankan yang

ditemukan penulis di lapangan adalah banyak nya operator PC yan

menumpang ke unit haultrack sehingga proses loading material

terhambat.

b. Hasil blasting yang kurang bagus

Karena hasil fragmentasi peledakan yang kurang bagus

mengakibatkan banyaknya material yang brupa boulder sehingga


31

harus menambah satu kegiatan dan menambah unit lagi yaitu

kegiatan dari unit breaker yang bertujuan untuk menghancurkan

material yang berukuran besar segingga bisa di loading dan di

hancurkan oleh crusher, pada proses ini tentunya menjadi salah satu

penghambat pada kegiatan produksi.

c. Sering terlambat

Kurangnya pengawasan yang mengakibatkan sering

terjadinya keterlambatan baik itu di awal shift, ataupun terlambat

setelah istirahat.

4. Temuan Menarik

Adapun Temuan menarik yang penulis dapatkan selama

dilapangan antara lain:

a. Banyaknya warga yang komplen

Banyaknya pengaduan yang dating di kantor PT Pebana Adi Sarana

yang berkaitan dengan kegiatan blasting, dimana warga

mengeluhkan hasil lading yang tidak baik lagi akibat efek dari

kegiatan peledakan, dan juga terdaoat flyrock yang sampai kepada

pemungkiman warga.

b. Kurang memerhatikan APD

Masih banyak nya karyawan yang tidak memakai helm safety

saat berada di daerah sekitaran tambang.


32

BAB II
TOPIK PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pemilihan Topik

PT Pebana Adi Sarana merupakan salah satu perusahaan yang

bergerak dalam bidang pertambangan batu andesit yang berada di Kabupaten


33

Lima Puluh Kota. Kegiatan penambangan batu andesit dilakukan

menggunakan metode tambang quarry. Dalam sebuah tambang bahan galian

industri sering di jumpai batuan yang relatif keras dan tidak dapat di tambang

secara bebas, sehingga perlu dilakukan proses peledakan yang bertujuan

untuk menghancurkan batuan agar lebih mudah untuk digali dan dimuat ke

dalam alat angkut menuju mesin crusher untuk mereduksi ukuran batu

andesit.

Untuk kegiatan penambangannya sendiri PT Pebana Adi Sarana masih

sama seperti penambangan quarry pada umumnya dimana kegiatanpertama

untuk mendapatkan batu andesit yang diinginkan dimulai dari kegiatan land

clearing, setelah itu dilanjutkan dengan pengupasan overburden dan

selanjutnya dilakukan kegiatan pengambilan material sesuai dengan target

produksi yang inginkan.

Kegiatan produksi yang dilakukan di PT Pebana Adi Sarana saat ini

sedang mengalami masalah karena tidak tercapainya target produksi yang

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu faktor cuaca, jadwal

peledakan yang terlalu lama, human error, hasil fragmentasi yang tidak baik

karena memiliki boulder yang cukup banyak, disamping itu cycle time alat

muat dan angkut menjadi faktor utama tidak tercapainya produksi di setiap

bulannya.

PT Pebana Adi Sarana memiliki target produksi yang konstan setiap

bulannya yaitu sebesar 18.000 ton/bulan. Namun, realisasi produksi periode

Agustus-September 2020 tidak mencapai target yaitu sebesar 15.215,33


34

ton/bulan. Dimana produksi yang tercapai hanya 84,5 % dari target yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

Berdasarkan uraian dari latar belakang, penulis mengangkat judul

“Keserasian Kerja Alat Muat PC300 dengan Alat Angkut Scannia pada

Proses Pengangkutan Batu Andesit Nagari Manggilang Kec. Pangkalan

Koto Baru Kab. Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat”.

B. Kajian Teoritis

1. Metode penambangan

Metode penambangan secara umum terbagi menjadi dua macam

antara lain tambang terbuka (surface mining)dan tambang dalam

(underground mining) Tambang terbuka biasanya dilakukan dengan cara

pengupasan overburden atau lapisan tanah penutup untuk mendapatkan

material yang yang telah direncanakan sebagai target produksi. Pada

surface mining, semua aktivitasnya berhubungan langsung dengan udara

luar. Sedangkan underground mining dilakukan tanpa berhubungan

langsung dengan udara luar.

Pemilihan kedua metoda tersebut diatas yaitu berdasarkan dari

tingkat teknis yang ada saat ini dan ke ekonomisan bahan galian tersebut

apabila dilakukan penambangan. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi keekonomisan suatu penambangan salah satunya adalah

besaran biaya operasi penambangan untuk melakukan kegiatan produksi.

Produksi merupakan banyaknya material yang dapat

dipindahkan atau digali persatuan waktu. Produktivitas adalah jumlah


35

produksi peralat. Kapasitas alat adalah jumlah material yang dapat diisi,

dimuat atau diangkut oleh suatu alat. Pabrik pembuatan alat akan

memberikan spesifikasi unit alat termasuk kapasitas teoritisnya.

Dalam perhitungan jumlah material umumnya dinyatakan dalam

volume aslinya ditempat (insitu), walaupun yang diangkut atau dimuat

sebenarnya adalah material lepas (loose). Ada tiga bentuk volume

material yaitu bank cubic meter (BCM), loose cubic meter (LCM),

compacted cubic meter (CCM).

2. Alat Gali Muat dan Alat Angkut

a. Excavator

Excavator adalah alat gali dan alat muat yang digunakan

sesuai dengan kondisi kerja yang dihadapi pada front penambangan,

ada beberapa jenis excavator yang digunakan antara lain:

1) Backhoe

Backhoe adalah alat untuk menggali permukaan tanah asli,

pemotongan dan merapikan tebing. Alat ini dipakai untuk

pekerjaan yang memerlukan pengontrolan secara teliti. Waktu

siklus backhoe salah satunya tergantung pada ukuran backhoe,

sudut swing dan kondisi kerja. ( Partanto; 1983 ).

Faktor yang mempengarui produksi backhoe adalah

kondisi lingkungan kerja, jarak pembuangan, kemampuan

operator

2) Power shovel
36

Power shovel sangat baik sebagai alat penggali dan alat

muat untuk tebing yang letaknya lebih tinggi. Berdasarkan

kendalinya power shovel dibedakan menjadi dua jenis yaitu

power shovel kendali kabel, dan power shovel kendali hidrolik.

b. Dumptruck

Dumptruck adalah alat angkut yang digunakan pada jarak

dekat dan jarak jauh. Adapun jenis dumptruck adalah:

1) Dumptruck Kecil

Keuntungan dari pada penggunaan dump truck

berukuran kecil antara lain:

a) Lebih mudah dan lebih lincah dalam pengoperasiannya.

b) Lebih fleksibel dalam pengangkutan jarak dekat.

c) Pemeliharaan dan perawatannya lebih mudah.

d) Penyusunan terhadap kemampuan alat muat lebih mudah.

Jika salah satu dumptruck dalam satu unit angkutan tidak

bekerja, tidak terlalu berpengaruh terhadap proses produksi

Kerugian dari pada penggunaan dumptruck berukuran

kecil antara lain:

 Waktu hilang akan banyak akibat banyaknya dumptruck yang

beroperasi, terutama disaat akan memuat material.

 Excavator akan lebih sukar dalam proses pemuatan material

karena bak dumptruck terlalu sempit.


37

 Biaya pemeliharaan akan lebih besar karena banyaknya alat

yang digunakan, begitu pula dengan tenaga pemeliharaan.

 Lebih banyak operator yang dibutuhkan.

2) Dumptruck Besar

Keuntungan dari pada penggunaan dump truck berukuran

besar antara lain:

a) Untuk kapasitas pekerjaan yang sama dengan dumptruck

yang kecil, jumlah dumptruck lebih sedikit.

b) Cocok untuk angkutan jarak jauh.

c) Operator yang digunakan akan lebih sedikit

d) Pemuatan oleh excavator akan lebih mudah karena ukuran

bak yang lebih besar sehingga waktu hilang lebih sedikit.

Kerugian dari pada penggunaan dump truck berukuran

besar antara lain:

 Jalan kerja harus selalu diperbaiki, karena berat kendaraan

yang akan mengakibatkan jalan lebih menjadi cepat rusak.

 Produksi akan berkurang jika salah satu dumptruck tidak

bekerja atau rusak.

 Pengoperasian alat akan lebih sukar karena ukuran yang

besar.

Dumptruck merupakan alat angkut yang fleksibel, artinya

dapat digunakan untuk mengangkut bermacam jenis material.

Kapasitas dumptruck yang dipilih harus sesuai dengan kapasitas


38

alat muat. Jika perbandingannya kurang proposional, maka ada

kemungkinan alat muat terlalu lama melakukan pengisian.

Salah satu tolok ukur untuk mengetahui baik buruknya

hasil kerja alat angkut adalah besarnya produksi yang dicapai

oleh suatu alat. Adapun faktor yang langsung mempengaruhi hasil

kerja alat tersebut adalah:

 Keadaan Jalan, yaitu meliputi kekerasan dan kehalusan

permukaan jalan. Jalan tambang dengan kekerasan

permukaan yang tinggi maka akan memberi pengaruh yang

besar terhadap kelancaran proses pengangkutan, jalan yang

licin, becek dan berdebu juga akan mempengaruhi kecepatan

alat angkut untuk membawa batubara maupun tanah penutup.

 Lebar Jalan, pada kegiatan tambang terbuka, lebar jalan

sangat berpengaruh terhadap besar atau tidaknya produksi

alat angkut. Tanjakan maksimum dan jarak pengangkutan.

Tanjakan maksimum biasanya dinyatakan dengan persen (%).

Biasanya untuk jalan tambang yang baik besar tanjakan

maksimum adalah 8 %. Artinya jalan tambang naik sebesar 8

m setiap jarak mendatar 100 m.

3. Perhitungan Produksi Alat Muat dan Angkut

a. Perhitungan Alat Muat

Produksi alat gali muat dalam hal ini backhoe di pengaruhi oleh

kapasitas bucket, fill factor, waktu edar dan efisiensi kerja alat.
39

Untuk mengaetahui kemampuan produksi backhoe dapat

menggunakan persamaan berikut :

KbxFFxSfxEffx 3600
Q=
Ct

Sumber : Tenriajeng 2003

Dimana :

Q = Produktivtas alat angkut ( Bcm / jam )

Kb = Kapasitas bucket ( m3)

Sf = Swell factor material

Eff = Faktor Koreksi Effisiensi Kerja

Ct = Cycle Time (Menit)

b. Perhitungan Produksi Alat Angkut

Produksi alat angkut (dumptruck) di pengaruhi oleh waktu

siklus dan effisiensi kerja alat. Untuk mengetahui produksialat

angkut dapat di pergunakan persamaan berikut :

nxKbxFfxSfxEffx 3600
Q=
Ct

Sumber : Tenriajeng, 2003

Dimana :

N = Jumlah pengisian oleh Excavator

Q = Produktivtas alat angkut ( Bcm / jam )


40

Kb = Kapasitas bucket ( m3)

Sf = Swell factor material

Eff = Faktor Koreksi Effisiensi Kerja

Ct = Cycle Time (Menit).

4. Kesediaan (avaibility)

a. Kesediaan Mekanik (MA)

Merupakan keadaan mekanis yang sesungguhnya dari alat

yang sedang di pergunakan dengan melihat perbandingan antara

jumlah waktu kerja terpakai dengan jumlah waktu kerja terpakai dan

waktu perbaikan alat. Faktor yang berpengaruh adalah jumlah jam

kerja alat dan jumlah waktu yang dipergunakan untuk perbaikan alat,

yaitu:

W
MA = × 100 %
W +R

Keterangan :

W = Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang di bebankan padaalat

dalam konsdisi dapat beroperasi,dalam arti tidak rusak

(jam), hal ini termasuk juga hambtan yang dialami alat

ketika dalam melakukan kerja

MA = kesediaan alat

R = Jumlah jam untuk perbaikan,yaitu waktu yang dilakukan

untuk perbaikan dan juga waktu yang hilang karena


41

menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk

penyediaan suku cadang.

b. Ketersediaan fisik (PA)

Merupakan catatan mengenai kesediaan fisik dari alat yang

sedang di pergunakan. Faktor yang mempengaruhi kesediaan fisik

adalah jumlah jam kerja alat,waktu menunggu dan jumlah waktu

yang di pergunakan untuk perbaikan alat yang sedng di pergunakan.

Persamaannya yaitu :

W +S
PA = × 100 %
W + R+ S

Keterangan :

W = Jumlah jam kerja, yaitu waktu yang di bebankan pada alat

dalam konsdisi dapat beroperasi, dalam arti tidakrusak

(jam), hal ini termasuk juga hambtan yang dialamialat

ketika dalammelakukan kerja

PA = Kesediaan fisik

R = Jumlah jam untuk perbaikan,yaitu waktu yang

dilakukanuntuk perbaikan dan juga waktu yang hilang

karenamenunggu saat perbaikan termasuk juga waktu untuk

penyediaan suku cadang


42

S = Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan

padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap

operasi.

c. Ketersediaan pemakai (UA)

Kesediaan pemakaian menunjukkan berapa persen yang

digunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut

dapat dipergunakan. Faktor yang mempengaruhi kesediaan

pemakaian alat adalah jumlah jam kerja alat dan waktu menunggu

alatmerupakan perbandingan atara jumlah jam kerja alat dengan jam

menunggu alat tidak efisien. Persamaannya adalah :

W
UA = × 100 %
W +S

Keterangan :

W = Jumlah jam kerja , yaitu waktu yang di bebankan pada alat

dalam konsdisi dapat beroperasi, dalam arti tidak rusak

(jam), hal ini termasuk juga hambtan yang dialami alat

ketika dalam melakukan kerja

UA = Kesediaan pemakaian

S = Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan

padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap

operasi.

d. Kesediaan Efektif (EU)


43

Kesediaan efektif untuk menunjukkan berapa persen dari

waktu kerja yang tersedia untuk dimanfaatan untuk kera

produktifkesedian efektif mempunyai pengertian sama dentan

efisiensin kerja. Faktor yang mempengaruhi kesediaan efektif adalah

jumlah kerja alat, waktu menunggu alat, dan jumlah waktu yang

dipergunakan.

W +S
EU = × 100 %
W + R+ S

Keterangan :

W = Jumlah jam kerja ,yaitu waktu yang di bebankan pada alat

dalam konsdisi dapatberoperasi,dalam arti tidak rusak

(jam), hal ini termasuk juga hambtan yang dialami

alatketika dalam melakukan kerja.

EU = Kesediaan efektif

R = Jumlah jam untuk perbaikan, yaitu waktuk untuk perbaikan

dan juga waktu yang hilang untuk perbaikan dan waktu

penyedian suku cadang.

S = Jumlah jam suatu alat yang tidak dapat

dipergunakanpadahal alat tersebut tidak rusak dan dalam

keadaan siap operasi.

5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produksi Alat

Menurut partanto ada beberapa hal yang harus di perhatikan

dalam penggunaan alat angkut :


44

a. Sifat Batuan

Beberapa sifat batuan yang berpengaruh terhadap kerja alat

angkut adalah seperti faktor kekerasan, ukuran butir, sifat

pengembangan (swell factor) dan kerapatan batuan (density).

b. Keadaan Cuaca

Keadaan cuaca sangat berpengaruh terhadap kerja alat-alat

mekanis seperti :

1) Pada musim kemarau banyak debu beterbangan, sehingga dapat

menggangu operator peralatan mekanis, karena jarak pandang

yang terbatas akibatnya produktivitas menurun.

2) Pada musim hujan tempat kerja menjadi berlumpur sehingga

alat mekanis menjadi terhambat dalam pergerakannya. Jalan

yang berlumpur menyebabkan alat mekanis yang menggunakan

ban karet sering mengalami slip atau terbenam dalam lumpur.

6. Keadaan Jalan Tambang

Jalan tambang yang dimaksudialah jalan produksi. Geometri

jalan produksi tambang akan berpengaruh pada efektifitas kerja alat

angkut. Semakin baik geometri jalan maka semakin baik juga kerja dari

alat angkut sehingga produktivitas dan produksi semakin baik juga.

7. Efesiensi Operator (Operator Efeciency)

Effisiensi operator merupakan faktor manusia yang

menggerakan alat-alat yang sangat sukar untuk di tentukan effisiensinya

secara tepat karena selalu berubah dari jam ke jam, dari hari ke hari,
45

tergantung keadaan cuaca, suasana kerja, kondisi alat yang dikemudikan.

Sebenarnya effisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan

operator tetapi juga karna hambatan-hambatan lain yang tidak dapat di

hindari dan juga dari keadaan alat mekanisnya.

8. Faktor Pengembangan Material (Swell factor)

Material dilapangan yang digali akan mengalami

pengembangan, perbandingan volume sebelum digali dengan volume

setelah digali diartikan sebagai faktor pengembangan.

9. Faktor Pengisian Bucket (Fill Factor)

Faktor pengisian (K) adalah perbandingan antara

kapasitasbucket (Vq) dengan kapasitas baku bucket (Vm) (sesuai

spesifikasi) yang dinyatakan dalam persen.

Vq
K= × 100%
Vm

sumber: ir. Partanto(1996:210)

Keterangan :

K = faktor pengisian bucket alat-gali muat (%)

Vq = volume nyata bucket alat gali–muat ¿

Vm = volume baku bucket alat gali-muat¿


46

Faktor pengisian sangat berpengaruh terhadap produksi alat gali-

muat. Semakin tinggi faktor pengisiannya maka semakin tinggi kapasitas

alat tersebut. Faktor yang berpengaruh terhadap faktor pengisian adalah:

a. Kandungan Air

Semakin besar kandungan air pada material, maka faktor

pengisi menjadi lebih kecil karena berat material yang diangkat

setelah dikurangi berat air menjadi lebih kecil dari kapasitas baku.

b. Kelengketan Material

Semakin besar kelengketan suatu material, faktor

pengisiannya menjadi lebih besar karena material menjadi

kohesif/lengket.

c. Ukuran Material

Semakin besar ukuran material , faktor pengisiannya

menjadi lebih kecil karena terdapat rongga kosong antar bongkahan

material yang menyebabkan berat nyata menjadi lebih kecil dari

pada berat baku.

Tabel 4 Faktor Bucket Alat Muat

Jenis Faktor
Kondisi kerja
pekerjaan bucket

Ringan Menggali dan memuat dari stock 1,0 - 0,8

room dan stockpile atau material yang

telah dikeruk oleh excavaator lain


0,8 - 0,6
yang tidak membutuhkan daya gali
47

Sedang dan dapat dimuat munjung.

Menggali dan memuat dari stock


0,6 – 0,5
room atau stockpile, dengan kondisi

tanah yang sulit digali dan dikeruk

Agak akan tetapi dapat dimuat hampir 0,5 – 0,4


sulit munjung.

Menggali dan memuat batu pecah,

tanah liat yang keras, pasir dan kerikil

Sulit yang telah dikumpulkan, sulit mengisi

bucket dengan material tersebut.

Bongkahan batu besar dengan bentuk

tidak teratur dengan banyak rongga

diantaranya.

Sumber : kapasitas dan Produksi Alat-alat Berat (Rochmanhadi)

10. Waktu Edar (Cycle Time)

Waktu edar (cycle time) adalah waktu yang diperlukan alat

mulai dari aktivitas pengisian atau pemuatan, pengangkutan untuk truck

dan sejenisnya atau swinguntuk backhoe dan shovel, pengosongan,

kembali kosong dan mempersiapkan posisi untuk diisi atau dimuat.

a. Waktu edar alat muat

Waktu edar alat muat terdiri dari waktu penggalian material,

waktu swing isi, waktu menumpahkan muatan dan waktu kembali

keposisi standby. Waktu edar sangat penting pengaruhnya terhadap


48

produksi kerja alat karena waktu edar menjadi variabel dalam

perhitungan jumlah rateyang dapat dilakukan dalam satu jam

kerja.Semakin kecil waktu edar maka akan semakin besar juga

jumlah produktivitas yang akan dihasilkan (Partanto Prodjo Sumarto,

1995). Dengan rumus sebagai berikut :

Ct(gm) = Tg + Tsi + Tt + Tsk

Sumber : Partanto Prodjo Sumarto, 1995

Keterangan :

Ct(gm) = waktu edar alat gali muat (s)

Tg = waktu menggali material (s)

Tsi = waktu putar dengan bucket terisi / swing isi (s)

Tt = waktu menumpahkan muatan (s)

Tsk = waktu putar dengan bucket kosong (s)

b. Waktu edar alat angkut

Waktu edar alat angkut terdiri dari waktu pengisian, waktu

angkut material, waktu manuver dumping, waktu dumping, waktu

kembali kosong, waktu manuver loading. Dengan rumus sebagai

berikut : Ct(a) = Tl + Tai + Tmd + Td + Tkk + Wt + Tml

Sumber : Partanto prodjo Sumarto, 1995

Keterangan :

Ct(a) = waktu edar alat angkut (menit)

Tl = waktu diisi muatan / loading (s)

Tai = waktu mengangkut muatan / angkut isi (s)


49

Tmd = waktu mengambil posisi penumpahan / maneuver

Td = waktu pengosongan muatan / dumping (s)

Tkk = waktu kembali kosong / kembali kosong (s)

Tml` = waktu mengambil posisi pengisian / maneuver (s)

c. Waktu Kerja Efektif

Waktu kerja efektif adalah jam kerja yang secara nyata

digunakan sebagai kegiatan penambangan dalam upaya memenuhi

target produksi. Sebagian waktu produktif yang tersedia hilang

karena adanya hambatan - hambatan yang terjadi di lapangan.

Adanya hambatan – hambatan yang terjadi selama jam kerja

maka waktu produktif akan semakin kecil dan dapat dihitung denan

rumus partanto sebagai berikut :

Wem = Wtm – (Whk + Whd)

Sedang efisiensi alat gali - muat dapat dihitung dengan

rumus :

Wem
Ekm = × 100 %
Wtm

Keterangan:

Wem = waktu efektif alat gali muat (jam)

Wtm = waktu kerja alat gali dan alat muat yang tersedia

(menit).

Whd = hambatan pemuatan yang dapat di hindari (menit)

Whk = hambatan pemuatan yang tidak dapat dihindari

(menit).
50

Ekm = efisiensi kerja alat gali muat(%).

d. Effisiensi Kerja

Dalam kegiatan pengangkutan waktu produktif yang

digunakan alat angkut kadang - kadang berada di bawah kondisi

ideal dari waktu yang tersedia, hal ini karena adanya faktor

penghambat dan tidak dapat dihindari. Menurut yanto indonesianto

(2010) faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah:

1) Faktor Alat Mesin

a) Jenis atau Tipe Alat

Apabila jenis alat mempunyai tenaga yang besar

maka akan mendapat mengoptimalkan pekerjaan sehingga

dapat menghasilkan efektfitas kerja yang optimal

b) Kondisi Alat

Kondisi alat sangat menentukan kinerja suatu alat.

c) Perlengkapan Alat

Tipe dan tahun pembuatan yang berbeda,

menyebabkan alat memiliki bentuk dan perlengkapan yang

berbeda, sehingga efektifitas alat berbeda

2) Faktor Material

Jenis material yang dikerjakan menyebabkan efektifitas

alat menjadi bervariasi hal ini berkaitan dengan sifat material

yang di kerjakan dengan kemampuan alat yang mengerjaknnya.

Contoh faktor material seperti kekerasan material, berat isi dll


51

3) Faktor Lingkungan (kondisi kerja)

a) Kondisi cuaca, seperti panas, mendung, hujan, gelap, terang

berpengaruh langsung terhadap efektifitas alat khususnya

pada pekerjaan tambang terbuka.

b) Kondisi lapangan, keadaan lapangan berpengaruh pada

besarnya tenaga yang dapat dimanfaatkan alat. Ketinggian.

tempat kerja dari permukaan laut, tahanan guling

(rolling resistance), tahanan kelandaian (grade resstance).

4) Faktor Manusia

Kemampuan operator dalam menanganialat pada operasi

kerjatertentu mempengaruhi efektifitas alat berat, Manajemen

dan sifat manusia, adalah faktor yang sangat sulit ditentukan

efisiensinya karena selalu berubah

5) Faktor Keserasian

Keserasian adalah pola gerak alat-alat yang tepadu,

dimana tidak saling menunggu antara alat muat dan alat angkut.

Suatu angka yang menyatakan seberapa baik penyesuaian antara

alat muat dan alat angkut dinyatakan dalam match factor (MF).

Effisiensi kerja berdasarkan jam kerja dan efisiensi kerja

berdasarkan pemeliharaan mesin.

Tabel 5 Faktor Effesiensi Kerja Berdasarkan Jam Kerja

Jumlah Jam Kerja Faktor Efesiensi


52

60 menit/jam 100%

55 menit/jam 91%

50 menit/jam 83%

45 menit/jam 75%

40 menit/jam 67%

Sumber :yanto indonesianto (2010)

11. Keserasian Kerja (Match Factor)

Match factor merupakan faktor yang digunakan dalam

menentukan tingkat keserasian kerja alat-alat berat ygng dioperasikan

dalam kegiatan penambangan (backhoe dan dump truck). Untuk

menentukan nilai match factor tersebut, maka dapat digunakan rumus

seperti dibawah ini (Partanto Prodjo Sumarto, 1995).

Na x CTm x n
MF =
CTa x Nm

Sumber : (Partanto Pradjo Sumarto, 1995)

Dimana :

MF = Faktor keserasian kerja alat berat

Na = Jumlah alat angkut

CTm = Cycle time alat muat


53

n = Jumlah pengisian

CTa = Cycle time alat angkut

Nm = jumlah alat angkut

Bila hasil dari perhitungan didapatkan :

a. MF < 1

Berarti persentase kerja dari alat gali tidak mencapai 100 %,

sedangkan persentase kerja dari alat muat dapat mencapai 100 %,

sehingga terdapat waktu tunggu yang terjadi bagi alat gali untuk

menunggu alat angkut yang belum datang. Pada situasi ini, kinerja

alat gali dapat dioptimalkan dengan melakukan perawatan front

ataupun menyiapkan material yang akan dimuatkan selanjutnya.

Keadaan seperti ini lebih baik dari pada terjadinya waktu tunggu

untuk alat angkut (Partanto Prodjo Sumarto, 1995).

b. MF = 1

Berarti persentase kinerja kedua alat dapat mencapai 100 %

sehingga tidak ada waktu tunggu yang terjadi. Keadaan ini sangat

jarang terjadi langsung dilapangan dalam waktu yang lama (Partanto

Prodjo Sumarto, 1995).

c. MF > 1

Berarti persentase kerja alat angkut kurang 100% sedangkan

persentase kerja alat muat dapat mencapai 100% sehingga adanya

waktu tunggu yang terjadi untuk alat angkut. Situasi seperti ini
54

apabila terjadi 2 antrian alat angkut sangatlah tidak efektif (Partanto

Prodjo Sumarto, 1995).

C. Proses Pelaksanaan Kegiatan/Produksi

Adapun kegiatan yang dilaksanakan penulis di pit timur pada

kegiatan ini, yaitu penulis melakukan proses pengumpulan data. Dalam

proses pengumpulan data tersebut, penulis melakukan 2 tahapan dalam

pengumpulan data,antara lain :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung

dari hasil pengamatan di lapangan, adapun data yang diambil, antara lain:

a. Waktu Edar (Cycle Time)

Merupakan alat gali muat dan alat angkut, diperoleh dengan

megukur waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk

menyelesaikan satu siklus kegiatan tanpa memperhatikan waktu

hambatan yang terjadi.

b. Data Faktor pengisian Alat (Fill Factor)

Merupakan muat dan jumlah pengisian bucket kedalam alat angkut.

c. Waktu Hambatan

Waktu hambatan baik yang dapat ditekan maupun yang

tidak dapat ditekan dengan melakukan pengamatan langsung di

lapangan.
55

2. Data Sekunder

Berupa data pendukung yang berhubungan dengan pengamatan

hasil observasi orang lain, laporan-laporan teknik, maupun hasil

publikasi terdahulu.

Adapun data-data tersebut, antara lain :

a. Curah Hujan

b. Geologi

c. Literatur

D. Pembahasan Analisi Data

1. Produktivitas alat gali muat untuk andesit :

Alat gali-muat Excavator PC 300 pada batu andesit :

QL = Produktivitas excavator (Bcm/jam)

Kapasitas Bucket = 1.4 m3

Fill Factor = 79% (lampiran)

Swell Factor = 58%

Density Material = 2.25

Jumlah pengisian = 10 bucket

CT alat gali = 19.46 detik

Efesiensi waktu kerja = 53%

Q =

Q =

= 62.57 bcm/jam X 2.25

= 140.78ton/jam X 113.89 jam


56

= 16034.03 ton/bulan.

Jadi produktivitas alat gali muat excavator komatsu PC300

berdasarkan pengamatan adalah 16034.03 ton/bulan. Sedangkan target

produksi PT. Pebana Adi Sarana untuk Alat gali Komatsu PC 300 adalah

18.000 ton/bulan, artinya target produksi untuk alat gali Komatsu PC 300

tidak tercapai.

2. Produktivitas alat angkut untuk batu andesit

Alat angkut DT Scannia pada batubara dengan menggunakan PC-300.

Diketahui:

Kapasitas Bucket = 1.4 m3

Fill Factor = 79% (lampiran)

Swell Factor = 58%

Density Material = 2.25

Jumlah pengisian = 10 bucket

CT alat gali = 16.09 menit = 965.4 detik

Jumlah DT = 4 unit

Effesiensi Waktu Kerja = 58%

Q =

Q =

= 13.98 bcm/jam × 2.25

= 31.46 ton/jam × 126.23 jam

= 15885 ton/bulan.
57

Jadi produktivitas alat angkut DT Scannia dengan

menggunakan PC 300 berdasarkan pengamatan adalah dan untuk 4 HD

Scannia adalah 15885 ton/bulan. Sedangkan target produksi untuk alat

muat Scannia adalah 18.000 ton/bulan, artinya target produksi Alat muat

Scannia pada PT Pebana Adi Sarana tidak tercapai.

3. Perhitungan Match Factor (Keserasian Alat) Alat Gali Muat dengan

Alat Angkut

Match factor alat gali muat PC 300 dengan alat angkut DT Scannia :

∑ Alat Angkut = 4 unit

CT Alat Angkut = 16.09 menit/965 detik (Lampiran)

∑ pengisian = 10 kali

∑ Alat Gali = 1 unit

CT Alat Gali = 19.46 detik (Lampiran)

banyak pengisian x jumlaℎ alat angkut x CT alat gali


MF =
jumlaℎ alat gali x CT alat angkut

10 x 4 x 19.46
MF =
1 x 965.4

MF = 0.80

MF < 1

note: karena mf kurang dari satu maka di simpulkan digger menunggu

hauller.

Jadi dengan perbandingan 1 : 4 yaitu 1 alat gali muat dan 4 alat

angkut didapat MF = 0.80 atau MF < 1 berarti ada waktu tunggu untuk

alat gali muat, artinya alat angkut mengalami masalah saat hauling
58

sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat gali muat karena menunggu alat

angkut yang belum datang yang disebabkan adanya perawatan jalan oleh

dozer, atau masalah pada jalan di spot tertentu sehingga menghambat

lajunya Scannia saat hauling kembali maupun pergi.

Setelah penulis melakukan beberapa analisa di lapangan, penulis

mencoba melakukan perhitungan Match Factor dengan menambahkan

parameter jumlah Alat Angkut, yang mana pada awalnya 1 fleet terdiri

dari 1 alat muat dan 4 alat angkut diubah menjadi 1 alat muat dan 5 alat

angkut.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan dan
pembahasan dari bab sebelumnya, maka penulis mengambil beberapa
kesimpulan yaitu :
59

1. Aktivitas penambangan pada PT Pebana Adi Sarana adalah


penambangan dengan sistem tambang terbuka dengan menggunakan
metode kombinasi alat gali muat dan angkut. Sistem penambangannya
meliputi kegiatan land clearing, pengupasan lapisan tanah penutup (top
soil), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), penimbunan disposal
(dumping), dan loading batu andesit, hauling batu andesit serta dumping
batu andesit.
2. Pada kegiatan penambangan kususnya untuk batu andesit menggunakan
kombinasi alat gali muat yaitu alat gali PC 300 dengan menggunakan alat
angkut Scannia..
3. Dari hasil perhitungan dan analisis didapatkan hasil produktivitas pada
batuandesit yaitu:
a. PC 300 untuk batu andesit yaitu 16034.03 ton/bulan.
b. Scania P380 yaitu 15885 ton/bulan.

4. Pada proses pencarian macht factor diperoleh hasil MF>1

B. Saran
1. Sebaiknya pada kegiatan produksi pihak perusahaan lebih memerhatikan

effektivitas waktu kerja alat maupun manusia

2. Lebih meningkatkan disiplin pada saat bekerja

3. Serta meningkatkan rasa sadar untuk pentingnya memakai APD lengkap

selama sedang bekerja.

Lampiran 1
Cycle time pc 300
60

swing swng Total


no Fill factor Diging dumping
load empty Cycle
1 75% 10,12 3.42 1.96 4.03 9.41
2 75% 4.79 4.20 1.98 4.39 15.36
3 75% 4.80 4.06 2.82 4.03 15.70
4 83% 13,3 4.31 4.00 3.43 11.75
5 86% 5.13 4.04 2.98 5.83 17.98
6 75% 5.85 5.07 3.30 3.68 17.89
7 80% 12.11 4.08 4.41 4.86 25.46
8 76% 12.43 3.87 5.72 4.75 26.77
9 75% 5.04 4.08 5.46 3.47 18.04
10 80% 10.17 8.76 2.76 4.74 26.43
11 76% 6.39 2.84 2.71 3.46 15.39
12 75% 4.92 4.34 4.43 3.69 17.38
13 83% 7.17 3.50 2.51 3.59 16.77
14 86% 12.43 3.67 2.49 4.03 22.62
15 75% 9.27 5.40 2.80 4.12 21.59
16 80% 7.32 5.36 2.79 4.64 20.12
17 76% 7.44 5.58 2.55 4.86 20.43
18 75% 6.76 3.94 2.58 4.03 17.31
19 83% 10.36 4.69 3.63 6.49 25.17
20 86% 11.66 6.38 3.99 3.79 25.83
21 75% 4.11 3.68 3.30 4.32 15.42
22 80% 5.16 6.00 3.99 4.27 19.43
23 76% 4.18 5.49 4.04 6.53 20.24
24 76% 4.61 5.11 4.05 4.80 18.56
25 75% 10.23 5.34 2.88 6.94 25.40
26 83% 4.92 4.53 3.63 3.16 16.24
27 86% 5.56 4.81 4.03 4.29 18.68
28 75% 9.32 5.10 4.00 3.24 21.66
29 80% 5.93 6.24 3.57 3.69 19.42
30 76% 9.94 4.75 4.78 1.97 21.44
rata-rata 79% 7.43 4.75 3.47 4.30 19.46
menit 0.32
61

Lampiran 2
Cycle Time DT Scannia

Manuver Spotting Hauling Timbanga Manuver Spotting Hauling Timbanga Cycle


no Loading Dumping
1 1 Isi n Isi 2 2 Kosong n Kosong Time
1 0.12 1.12 4.04 6.58 0.33 0.90 0.22 0.99 4.38 0.35 19.03
2 0.45 1.38 3.34 6.05 0.47 0.42 1.21 0.49 5.16 0.56 19.53
3 1.04 0.68 3.25 5.29 0.71 0.56 0.56 0.89 4.61 0.29 17.88
4 0.92 0.67 3.54 5.40 0.46 0.70 0.46 0.65 3.90 0.26 16.96
5 1.07 0.56 3.71 4.96 0.27 0.48 0.20 0.57 5.51 0.34 17.67
6 0.33 0.59 4.43 5.54 0.29 0.39 0.23 1.83 0.50 0.22 14.35
7 0.63 0.70 3.46 6.00 0.14 0.20 0.43 0.74 4.39 0.23 16.92
8 0.42 0.17 4.14 5.35 0.41 0.60 0.15 0.80 3.22 0.16 15.42
9 0.37 1.73 3.30 4.95 0.34 0.15 0.53 0.66 4.06 0.28 16.37
10 0.93 3.17 2.51 6.07 0.29 0.00 0.65 0.78 5.04 0.25 19.69
11 0.13 0.83 3.00 4.14 0.30 0.49 0.28 0.69 5.69 0.26 10.12
12 0.95 0.38 3.20 6.11 0.55 0.23 0.59 0.71 4.45 0.28 17.45
13 1.11 0.37 3.05 5.64 0.33 0.73 0.74 0.98 1.30 0.48 14.73
14 0.17 1.32 3.26 4.97 0.34 0.40 0.38 0.37 3.29 0.24 14.74
15 0.06 1.19 3.30 4.03 0.56 0.13 0.27 1.09 2.41 0.30 13.34
16 0.13 1.39 3.22 5.00 0.46 0.19 0.30 0.40 3.36 0.19 14.64
17 0.63 0.49 0.56 5.43 0.37 0.16 0.28 0.34 4.14 0.14 12.54
18 0.42 1.65 4.21 5.45 0.19 0.16 1.22 0.34 3.52 0.27 17.43
19 0.37 0.11 5.30 4.45 0.27 0.43 1.42 0.26 4.21 0.22 17.04
20 0.93 1.00 3.35 4.50 0.30 0.48 0.49 0.31 5.12 0.34 16.82
21 0.13 0.40 4.42 6.88 0.22 0.49 1.02 0.33 5.04 0.24 19.17
22 0.95 0.52 4.09 5.16 0.43 0.10 1.01 0.36 4.57 0.40 17.59
23 0.32 0.45 3.27 4.48 0.35 0.34 0.44 0.40 3.10 0.28 13.43
24 1.04 0.38 4.14 5.64 0.27 0.19 0.28 0.65 1.30 0.48 14.37
25 0.92 0.37 3.30 4.97 0.29 0.16 0.59 0.57 3.29 0.24 14.70
26 1.07 1.32 2.51 4.03 0.14 0.16 0.74 1.83 2.41 0.30 14.51
27 0.33 1.19 3.00 5.00 0.41 0.43 0.38 0.74 3.36 0.19 15.03
28 0.63 1.39 3.20 5.43 0.34 0.48 0.27 0.80 4.14 0.14 16.82
29 0.42 0.49 3.05 5.45 0.29 0.49 0.30 0.66 3.52 0.27 14.94
30 0.37 1.65 3.26 4.45 0.30 0.10 0.28 0.78 4.21 0.22 15.62
rata-rata 0.58 0.92 3.41 5.25 0.35 0.36 0.53 0.70 3.71 0.28 16.09

Anda mungkin juga menyukai