Anda di halaman 1dari 25

ABUYA SYEKH H.

AMRAN WALY AL-KHALIDI


SYARAHAN

DAN SEKELUMIT PENYAMPAIAN


SYEKH ABDUL KARIM AL-JILLY

MPTT-I

MAJELIS PENGKAJIAN TAUHID TASAWUF INDONESIA


ABUYA SYEKH H. AMRAN WALY AL-KHALIDI
ABUYA SYEKH H. AMRAN WALY AL-KHALIDI
SYARAHAN
DAN SEKELUMIT PENYAMPAIAN
SYEKH ABDUL KARIM AL-JILLY

MAJELIS PENGKAJIAN TAUHID TASAWUF INDONESIA


ABUYA SYEKH H. AMRAN WALY AL-KHALIDI
Daftar Isi :

1. Abuya Syekh H. Amran Waly 1


Al-Khalidi

2. Sharahan Qulhuwallah Hu'ahad 11

3. Penjelasan dari Beberapa 14


Ucapan Syekh Abdul Karim
Al-Jilly
ABUYA SYEKH H. AMRAN WALI
AL-KHALIDI

Beliau ini lahir pada tanggal 21 Agustus


1947 di Desa Pawoh Labuhan Haji Aceh
Selatan. Beliau salah seorang dari anak
Abuya Syekh Muhammad Wali Al-
Khalidi yang hidup dari tahun 1917-
1961 yang terkenal sebagai Ulama
karismatik di Aceh dan Sumatera Barat.
Banyak murid-murid beliau yang
menjadi Ulama di Aceh dan juga di
Sumatera Barat, antara lain Abu Tumin
dan Abu Daud Zamzami sebagai ketua
mufti MPU Aceh dan Pimpinan Pondok
Pesantren Babussalam Blang Blahdeh
Aceh Jeumpa dan Ulama-Ulama lainnya
di Aceh dan Sumatera Barat.
1
Abuya Syekh H. Amran Waly sejak kecil
belajar pada orang tuannya, pada umur
10 tahun beliau telah masuk Thariqat
Naqsyabandiyah bersama dengan
abangnya Jamaluddin Wali. Beliau ini
belajar berbagai cabang ilmu
pengetahuan agama pada orang tuanya
dan guru- guru di Pesantren Darussalam
Labuhan Haji seperti ilmu Fiqih, Tauhid,
Tasawuf, Ushul Fiqh, Manthiq, Bayan,
Tafsir, Hadits dll.

Pada umur 23 tahun beliau telah


memimpin pesantren peninggalan Ayah
beliau Darussalam Labuhan Haji sampai
sekarang dan juga Pondok Pesantren
Darul Ihsan dan Pondok Pesantren Firar
Ilallah di Blang Pidie. Yang murid-murid

2
beliau juga ribuan yang datang dari
berbagai daerah, baik dari Aceh dan luar
Aceh.

Beliau juga membuat Majelis Pengkajian


Tauhid Tasawuf di berbagai daerah baik
Kecamatan, Kabupaten, Provinsi hampir
di seluruh Aceh, Sumatera Barat,
Sumatera Utara, Jakarta, Manado,
Gorontalo dan juga kadang-kadang ke
negeri jiran Malaysia. Beliau ini sangat
mencintai ilmu tasawuf/kesufian,
sehingga telah membuat seminar
tingkat ASEAN yang di hadiri oleh
Ulama-Ulama luar negeri termasuk
Turkey, Cina, Philipina, Thailand,
Kamboja, Brunei Darussalam, Malaysia
dan Singapura. Seminar ini telah di
adakan 4 kali :
3
1. Meulaboh, Aceh Barat tahun 2010
2. Selangor, Malaysia tahun 2012
3. Blang Pidie, Abdya tahun 2014
4. Cibinong, Bogor tahun 2016

Dan akan direncanakan di Banda Aceh


tahun 2018. Tidak ada kepedulian
Ulama Aceh sebagaimana beliau
terhadap agama dan masyarakat Islam.
Sehingga oleh Pimpinan surat kabar
Waspada memberi penghargaan kepada
beliau sebagai Tokoh Waspada pada
tahun 2016 yang ditinjau dari segi
dedikasi/pengabdian atau kepedulian
beliau kepada umat.

Ada sekelompok dari anggota MPU Aceh


dan masyarakat Aceh seperti di Pidie,
sebagian kecil Lhokseumawe dan Aceh
4
Timur menentang dan menuduh Abuya
Syekh H. Amran Wali menyesatkan umat
dan meresahkan umat Islam, seperti
MPU Aceh Pidie menstop/
menghentikan ajaran Tauhid Tasawuf,
dianggap ajaran ini membawa kepada
kemurtadan. Mereka menyandarkan
tuduhan ini kepada Abuya Jamaluddin
Wali, Abuya Muhibuddin Wali, Abu
Tumin dan Abu Daud Zamzami, yang
mengatakan bahwa ilmu yang
disampaikan oleh Abuya Amran Wali
belum di ajarkan oleh gurunya Syekh
Muda Wali.

Makanya MPU Aceh tidak dapat


menerima, dan sebagian MPU menjelek-
jelekkan ajaran ini. Ketahuilah bahwa

5
kebanyakan dari murid-murid Abuya
Sye k h M u d a Wa l i b e l u m d a p a t
memahami ilmu kesufian pada guru
mereka, sebab mereka belajar hanya
ilmu fiqih, tauhid kalam, ushul fiqih dan
ilmu lainnya tempat mereka menimba
ilmu pada guru mereka Syekh Muda
Wali. Mereka-mereka ini tidak pernah
bersuluk dan mendengarkan/
memahami yang disampaikan oleh
Syekh Muda Wali di dalam suluk Wujud
diri kota syaithan penghancurnya
hidayah Rabbi.

Maknanya ialah kita senantiasa


bermusyahadah dengan Allah untuk
menghilangkan wujud diri, kembali
wujud diri kita kepada Allah yaitu asal
dari sekalian yang maujud.
6
Maka inilah yang di maksud oleh Abdul
Karim Al Jilli mengembalikan kepada
insan kamil dalam surat Al-Ikhlas.
Orang-orang yang bersuluk yang telah
sampai pada maqam fana tidak ada
ingatan pada dirinya lagi, wujudnya
kembali kepada wujud Allah/wujud
mahadh, dirinya 'adam mahadh (tidak
ada semata-mata) dia tidak bersama
dirinya tapi bersama Allah pada maqam
baqa , sebab dia berpisah dengan Allah
kalau teringat wujudnya dan dia
berkumpul dengan Allah di masa hilang
wujudnya.

Ini adalah ajaran kesufian, kalau ada


murid-murid dari Abuya Syekh Muda
Wali mengatakan bahwa ilmu ini tidak
7
diajarkan oleh gurunya karna mereka
tidak bersuluk dengan Gurunya sampai
pada Maqam Fana dan Baqa dalam Ilmu
Kesufian. Tulisan ini diperbuat supaya
dapat dimaklumi oleh seluruh MPU yang
ada di Aceh dan Ulama-Ulama pesantren
yang mendakwakan dirinya Murid
Abuya Syekh Muda Wali.

Beliau (Abuya Syekh H. Amran Wali)


tidak senang akan dakwaan dari mereka
ini, baik MPU dan Ulama Dayah yang
mengatakan sebagai murid yang baik
dari Ayah Beliau, karna beliau lebih
dekat kepada Almarhum Syekh Muda
Wali, belajar dan memimpin Pesantren
Darussalam dan Darus Ihsan peniggalan
Almarhum sampai sekarang.
8
Mereka belum dapat memahami siapa
Ab uya M u h a m m a d Wa l i ya n g
sebenarnya. Jangan meninjau Gurunya
s e b a g i a n - s e b a g i a n t i d a k s e c a ra
keseluruhan, sebab Abuya Syekh Muda
Wali menamakan dirinya Syekh
Muhammad Wali Al-Khalidi Al-
Asy'ari I'tiqadan wa Syafi'i Mazhaban
wa Naqsybandi Masyraban. Adakah
paham anda bahwa Thariqat itu
menyampaikan kita kepada hakikat dan
ma'rifat? Fana dalam Ahadit Dzat yaitu
hilang wujud diri untuk dapat
berma'rifat menurut ilmu kesufian.
Apakah murid dari Abuya Syekh Muda
Wali memahami Thariqat dan tujuan
T h a r i q a t ? Ya i t u H a q i q a t d a n
Ma'rifat/hilang wujud diri dalam
9
pandangan si 'Arif atau Insan Kamil.
Kalau tidak paham tanyakan pada
ahlinya, jangan menyalah-nyalahkan
ajaran kesufian.

Demikianlah agar MPU dan Ulama


serta masyarakat di Aceh dapat
memakluminya.

Tertanda

Abu Muda Muslim Has


Pimpinan Pondok Pesantren
Babussalam
Meulaboh, Aceh Barat
Meulaboh, 25 September 2017

10
SYARAHAN

Ada dua tafsir :

1. Tafsir 'Ibari

Mengembalikan dhamir kepada


Ma'bud bi haq, karna itu adalah
dhamir sya-an, ditafsirkan oleh jumlah
yang sesudahnya, menerangkan bahwa
yang disembah itu adalah Allah yang
Esa. Untuk menyatakan 'aqidah beriman
kepada Allah. Allah adalah Tuhan kita,
mempunyai sifat Ahad.

Tafsir 'ibari ini adalah untuk orang


umum/awam, untuk mengesahkan
'aqidah mereka.
11
2. Tafsir Isyari

Yaitu bagi ahli khusus/si salik yang telah


fana wujudnya di dalam wujud Allah,
telah hilang dalam pandangannya wujud
selain Allah, termasuk dirinya. Hancur
rasam wujudnya di dalam wujud Allah.
Maka yang ada pada adalah
merupakan dhamir ghaib yang kembali
kepada mazkur, yaitu yang ada pada
kata , ya n g d i m a k s u d a d a l a h
Insan/Insan Kamil, yang dia itu
memandang wujud Allah, hilang rasam
wujudnya di dalam wujud Allah. Maka
dikatakan INSAN itu wujudnya Allah,
untuk mendapatkan Hakikat dan
Ma'rifat.

12
Bilamana anda hanya paham tafsir
'ibari/'aqidah/syari'at dan tidak paham
tafsir isyari/Hakikat, anda adalah orang
fa s i q / c i n t a d u n i a . T i d a k d a p a t
mempertahankan istiqamah dalam
menjalankan hukum, karna tauhid anda
hanya pada dhahir, tidak pada bathin.
Sesuai dengan kata shufi :

“Orang yang bersyari'at/paham 'aqidah


tidak paham Musyahadah/Hakikat
adalah kosong” Seperti gelas tidak ada
air.
“Orang yang berhakikat tidak paham
syari'at adalah bathal” Seperti air tanpa
gelas.
13
Penjelasan dari Beberapa Ucapan
Syekh Abdul Karim Al Jilly

Di dalam kitab Tuhfatul Mursalah


mengatakan bahwa telah berkata oleh
mushannif dalam kitab Insan Kamil.

1. Allah Rabbon Muhammad 'Abdon


pada Syari'at

Syari'at adalah ibarat daripada perintah


dan larangan bagi insan kamil/orang
yang sempurna imannya, dia
menganggap bahwa menjunjung tinggi
p e r i n t a h d a n l a ra n ga n s e b a ga i
hamba/budak, Allah yang memerintah
dan melarang adalah Rab yaitu
Tuhannya.

14
2. Allah Zat Muhammad Sifat pada
Thariqat
Thariqat adalah pekerjaan hati, hati si
mukmin tidak berpisah-pisah dengan
Allah, sebagaimana tidak berpisahnya
Zat dengan Sifat, ini adalah merupakan
tasybih, diserupakan hati orang mukmin
yang tidak berpisah dengan Allah,
dengan Zat dan Sifat tidak berpisah.
O ra n g - o ra n g ya n g b e r t h a r i q a t ,
ajarannya supaya ia ingat selalu kepada
Allah dimana dan kapan saja.

3. Allah Roh Muhammad Jasad pada


Hakikat
Hakikat yang dimaksud adalah asal dari
sekalian yang maujud/keberadaannya.
Keberadaan tubuh penyebab ada roh.

15
Bilamana roh tidak ada maka tubuh
hancur dan hilang. Seperti itu jugalah
pandangan orang mukmin yang kamil
dia tidak dapat bergerak, berkemauan
dan ada kalau tidak ada Allah, semua
pekerjaan yang dilakukannya adalah
dengan 'inayah dan taufiq Allah, tidak
terhijab Allah, wujudNya dan sifatNya
oleh dirinya dan alam semesta.

4. Allah Muhammad pada Ma'rifat


Bahwa mukmin yang kamil, dirinya
adalah merupakan madhhar dari wujud
Allah, sebab wujudnya adalah
merupakan limpahan dari wujud Allah.
Wujud Allah berdiri dengan sendiri yang
di maksud istiqlal, wujud Muhammad
istifadhah yaitu limpahan dari wujud
Allah.
16
Di dalam suluk, Abuya Syekh H
M u h a m m a d Wa ly A l K h a l i dy
menyampaikan :

Wahai Allah yang maha hidup, yang


berdiri sendiri! Sekalian sesuatu
termasuk diri kita itu berdiri dengan
Allah. Allah bersifat berdiri
dengan sendirinya, kita bersifat
wujud kita berdiri dengan lainnya (yaitu
Allah).

Demikianlah ajaran Tauhid kesufian


bagi orang agar dia senantiasa berada di
hadapan Allah dengan cahaya ma'rifat
Allah, hilang dengan melihat kebesaran
dan kebagusan Allah. Akan tetapi kita
17
berdiri dihadapan pejabat/penguasa
hilang ingatan atau wujud kita dalam
menyaksikan kehebatan dan
ke b a g u s a n nya / m a k h l u k s e p e r t i
harimau misalnya. Mengapa kita tidak
dapat hilang dihadapan Allah? Karna
kita tidak paham dan jauh dari Allah,
padahal Allah dekat dengan kita, sesuai
dengan firmanNya :

“Kami lebih dekat kepada hamba


daripada urat leher hamba”
(QS. QAAF : 16)

18
“Ma'rifat yang sempurna antara
menyerupai dan bersih, kemudian
bersih semata-mata”.

Kita boleh mentasybihkan sifat-sifat


Rububiyah Allah/sifat af 'al dengan
makhluk akan tetapi harus tanzih
semata, dengan makna Allah yang tau
sifatNya. Kita tidak boleh
mentasybehkan sifat Uluhiyah/sifat
Dzat, karna sifat itu tidak ada pada
makhluk seperti sifat Salbiyah yaitu
Qidam dan Baqa. Sebagaimana firman
Allah :

19
“Orang-orang yang berjanji mereka akan
engkau ya Muhammad hanya sanya
berjanji mereka akan Allah”
(QS. Al Fath : 10)

Diserupakan janji kepada Muhammad


dengan janji kepada Allah itu tasybih,
akan tetapi harus tanzih semata-mata.
Tidak sama janji dengan Muhammad
akan janji dengan Allah, Allah yang tau
bagaimana janji denganNya (tanzih
semata-mata).

Kami dari MPTT tidak mengajarkan


kitab Insan Kamil, akan tetapi kami
menghargai Syekh Abdul Karim Al Jilly,
'Arif billah keturunan daripada Syekh

20
Abdul Qadir Al Jailani. Yang mana Abdul
Karim Al Jilly ini hidup pada tahun 767
H/1365 M yang telah di akui oleh dunia
Islam sampai sekarang ini. Dan juga
Abdush Shamad al-Palimbani dalam
kitab Sirus Salikin halaman 182 juz 3
menghormati dan mengakui/
membenarkan kitab Insan Kamil dalam
ajaran kesufian, sedangkan kitab Sirus
Salikin di pelajari di Aceh, mungkin
barangkali Ulama-Ulama MPU tidak
pernah melihat kitab ini. Kalau belum,
nanti akan saya bawa dan saya berikan
cuma-cuma. Demikianlah supaya dapat
dimaklumi seperlunya.

21
Note :
Penjelasan ini dijelaskan karna ada
pertanyaan dari wartawan majalah
santri dayah Tgk Fahmi Arun.

22

Anda mungkin juga menyukai