Anda di halaman 1dari 31

ṢALAWAT

GEMBOLAN

‫و‬
K. H. M. Cholil Bisri
ṢALAWAT
GEMBOLAN

Disusun dan
Diijazahkan oleh :

K. H. M. Cholil Bisri

‫كياهي حج حممّد خلل بسري‬


Ṣalawat Gembolan

Hak cipta © 2001 pada K. H. M. Cholil Bisri


Dicetak di Indonesia
Diterbitkan pertama kali oleh :

Al-Ibriz
Yayasan Pendidikan Islam
Jl Mulyo No. 1-4 Rembang

sebagian materi telah diterbitkan pada 1412 H


oleh :
Yayasan Saefuddin Zuhri, Jakarta dan
Yayasan Pendidikan Islam Al-Ibriz, Rembang

Diketik ulang
dengan seijin dari :

Teronggosong
(Gus Yahya Cholil Tsaquf)
2011
Sepercik Pengantar

ٔ‫ َأشِـ شَ ف‬ٝ‫َاٌغٖ الَ َُ ػَ ٍَـ‬ٚ ُ‫َاٌصٖ الَ ح‬ٚ َٓ ْ١ّٔ ‫اَ حلِـَ ِّ ذُ ِ هللٔ سَةِّ اٌ ؼٰـب ٌَـ‬

ٔ‫َ لُـ شٖ ح‬ٚ ‫ْ ؼَٕٔب‬١ٔ‫َ شَـ ف‬ٚ ‫ْ الَ َٔب‬ٛ َِ َٚ ‫ِٓ ذٔ َٔب‬١‫ْ َٓ عَـ‬١ٍٔ ‫ ا ٌِـ ُّ شِ عَــ‬َٚ ٔ‫َب ء‬١ِ‫اِ ألَ ِٔـج‬

. ُ‫ أَ ِٖب ثَ ؼِ ذ‬. َٓ ْ١ٔ‫َصَـ ذِجِ ٗٔ أَ جِـ َّ ؼ‬ٚ ٔٗ ‫َأَٰ ٌٔـ‬ٚ ٕ‫َُٕٕٔـب ُِ ذَ ّٖ ذ‬١ِ‫أَ ػ‬

Ketika aneka do‟a yang kita persembahkan


seolah-olah terhalang oleh ijabah, atau setidaknya
terasa sangat lama ijabah itu kunjung datang; ketika
syarat-syarat berdo‟a terabaikan, atau memang tidak
terlintas dibenak kita yang tertekan, bahwa “ada syarat-
syarat do‟a segala”, ketika tuntutan kehidupan semakin
tak terbilang akan tiada do‟a yang wushul sampai
dengan qabul dapat diandalkan; ketika itulah kita
menghajatkan Kanjeng Nabi Muhammad SAAW hadir
mengamini do‟a kita. Beliau hadir jika dengan
kesungguhan kita “mengirim” ṣalawat untuk beliau.
Siapapun tidak bisa menjamin, dengan
menghadirkan Kanjeng Nabi, do‟a musti dapat ijabah.
Karena „menjamin‟ bisa berarti ikut campur tangan
terhadap hak mutlak Gusti Allah SWT. Namun kita
boleh menyakini sabda Kanjeng Nabi SAAW bahwa
“Allah akan memberi sepuluh shalawat kepada barang
siapa yang bershalawat kepada Kanjeng Nabi sekali
saja”. Pada Al-qur‟an surah 32 (Al-Ahzab): 43 Gusti
Allah SWT berfirman:

ٓ
َ ِٓٔ ُِ ُ‫جـ ى‬
َ ‫ خِ ِش‬١ُ ٌٔ ‘ٗ َ‫ىـز‬
َ ‫ِ ٍـٰٰۤـ ٔئ‬
َ َٚ ُِ ُ‫ْـ ى‬١ٍَ ‫ػ‬
َ ْٟ ٍِّ‫صـ‬
َ ٠ُ ْٞ ٔ‫ا ٌٖـ ز‬َٛ ٘
ُ

‫ْـ َّب‬١ٔ‫ٓ سَ د‬
َ ْ١‫ِ ٕٔــ‬
ٔ ِ‫ْ ِثبا ٌِـ ُّ ؤ‬
َ ‫وـب‬
َ َٚ ۗ‫ْ ِس‬ٛ ‫ إٌٗـ‬ٝ ٌَ ‫اٌ ظٗ ٍَــ ّٰــب دٔ ٔا‬

﴾٤٣ : ‫۞ ﴿ االدـضاة‬

“Dialah (Allah) yang memberi ṣalawat kepadamu dan


malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu).
Agar Ia mengeluarkan kamu dari segala kegelapan
menuju kebenderangan cahaya. Adalah Dia terhadap
orang-orang beriman Maha Sayang.”

Saya sering mendengar Abah saya,


almaghfurḷḷah K.H. Bisri Mustofa, mengatakan :
“apalagi ṣalawat, begitu nama Kanjeng Nabi
Muhammad SAAW kamu sebut, kesulitan yang kamu
tidak bisa memecahkannya, akan terbuka makhraj
(solusi) yang kamu inginkan.” Secara empirik, saya
meyakini dan oleh karena itu sering mempraktekkannya.
Dan….berhasil.
Sangat banyak naskah ṣalawat yang disusun
oleh para orang keramat. Malaikat Jibril sendiri
membuatnya. Disamping -sudah tentu- Kanjeng Nabi
SAAW sendiri mengajarkan teks ṣalawat.
Saya akan tularkan teks-teks yang saya dapat
dari guru-guru saya. Saya akan terjemahkan sebisa saya
dengan membubuhkan sepercik khassyah (kasiat) yang
saya alami dan dialami oleh sebagian saudara-saudara
saya. Tentu saja dengan menyertakan pula kaifiyatil
‘amal sesuai petunjuk Mujiz. Adalah hanya setetes kecil
dari telaga ṣalawat yang ada.
Rangkuman ṣalawat gembolan ini diterbitkan
munasabah dengan pernikahan anak-anak kami : Faizah
Cholil Tsuqaibak dan Abu Rahmat Muzakki; pada 27
Rajab 1422 H/14 Oktober 2001 M.

‫ّب خبري‬ٙ‫ٕـ‬١‫امجغ ث‬ٚ ‫ّب‬ٙ‫ـُ ثـب سن ٌـ‬ٌٍٙٓ‫ا‬


ٖ ‫شظـب‬٠ٚ ٗ‫ّب حيــ ٓجـ‬١‫فٓمـٕب ف‬ٛ٠ ‫اهلل‬ٚ ‫٘ـزا‬

M. Cholil Bisri
PETUNJUK UMUM

Hendaknya sebelum mengamalkan ṣalawat


yang saya rangkai ini lebih dahulu hadiah Fatihah
kepada Kanjeng Nabi, keluarga dan sahabatnya, serta
penyusun itu dan Mujiznya.

Anda boleh memilih ṣalawat mana yang paling


berkenan di hati Anda. Insya Allah semua yang saya
rangkum menjumpai ijabah yang memuaskan. Jika
disertai dengan keikhlasan yang dalam dan jernih, hajat
yang diajukan lebih cepat datangnya.
‫‪6‬‬
‫(مُحَمَّدٌ‬
ṢALAWAT
SELAYANG PANDANG

: ‫قب ل هللا تعـلى‬


‫صلى نَ َعلَى النَّـبِ ِّي يۤـٰـب َ ي َهـب الَّـ ِذ يهَ اٰ َمنىا‬
َ ‫ي‬ ‘‫ه‬َ ‫ت‬ ‫ـ‬ ‫اِنَّ هللاَ َو َم ۤلــئِـ َكـ‬
﴾٦٥: ‫سلِّمىا تَسلِيـ ًمب ۞ ﴿االحزاب‬ َ ‫صلـىا َعلَي ِه َو‬ َ

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya


berṣalawat kepada Nabi, Wahai orang-orang
yang beriman berṣalawatlah kalian kepadanya
dan berdo‟a selamatlah untuknya dengan
bersungguh-sungguh” (QS Al-Ahzab : 56)

Dalam etimologi Arab, ṣalawat yang dari kata


ṣalawa (kemudian menjadi ṣalâ) bermakna asal :
lazima (tetap; menetap; berada di situ selamanya) atau
dakhala (masuk; memasuki), “wa yaṣla sa’irâ”, artinya:
“ dia menetap atau masuk di neraka Sa‟ir”
Ṣalla‟, yang masdarnya ṣalah punya banyak
arti. Jika ṣalah (atau ṣalawat) itu dari Gusti Allah SWT
artinya: rahmat yang tetap. Jika dari malaikat berarti
permohonan ampunan yang tetap. Jika dari muslim
biasa artinya do‟a, seperti yang didendangkan oleh
A‟sya:
‫و صهباء طاف يهود ّيها ﴿*﴾ وابــرزها وعلـيها خـتم‬
‫الريح في د ّنها ﴿*﴾ وص ّلى على دنها وارتسم‬
ّ ‫وقا بلها‬

“Dan ada khamer yang berwarna kemerahan,


orang yahudi di kampung itu mengitarinya dan
dia menampakkan diri tanpa sembunyi,
khomer itu masih tertutup ring. Angin pun
berdendang menyambutnya dan dalam
dendangannya dia berdo‟a -agar khomer tidak
rusak rasanya- dan dia mengajukan pinta
dengan suara keras-keras.”

Al-Ro‟i berkata :

‫لرحمـان وابنتها ﴿*﴾ ليلى و صلّى على جا رتها االخر‬ ّ ‫صلّى على‬
ّ ‫عزة ا‬

“Gusti Allah yang Maha Kasih memberi


rahmat kepada „Azza dan anak gadisnya. Layla,
dan yang lain berdoa bagi tetangga-
tetangganya.”

Sayid Abu Bakar berkata : “Ṣalawat artinya


memberi kasih saying yang tak pernah putus.” Sedang
sabda Kanjeng Nabi SAAW :

ْ‫ج ْب َف ِا نْ َكـا نَ ُم ْفطِ ًرا َف ْلـ ُي ْط َع ْم َواِن‬


ِ ‫ِي اَ َح ُد ُك ْم اِلَى َط َع ٍم َف ْل َي‬
َ ‫ِﺇ َذا ُدع‬
َ
َ ‫صا ئِ ًما فلِ ُي‬
. ‫صل‬ َ َ‫َكـا ن‬
“Jika diantara kalian diundang makan
hendaknya mendatanginya. Kalau sedang tidak
berpuasa makanlah sepuasnya dan jika sedang
berpuasa, hendaklah dia berdo‟a agar –dia dan
pengundang- mendapat berkah dan kebaikan.”

Para ulama sepakat untuk tidak menggunakan


istilah ṣalawat untuk do‟a selain kepada Kanjeng Nabi
Muhammad SAAW.
ṣalat juga dipakai untuk ibadah yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang
didalamnya ada berdiri, ruku‟, sujud, duduk dan
bacaan-bacaan, termasuk al-Fatihah.
Demikianlah secara selayang pandang tentang
ṣalat dan ṣalawat. Kami persembahkan untuk anda yang
berminat kuat. Silakan.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

Ar Lat Ar Lat Ar Lat


ab in ab in ab in
‫ا‬ ` ‫ز‬ z ‫ق‬ q
‫ب‬ b ‫س‬ s ‫ك‬ k

‫ت‬ t ‫ش‬ sy ‫ل‬ l

‫ث‬ ts ‫ص‬ sh ‫م‬ m


‫ج‬ j ‫ض‬ d ‫ن‬ n

‫ح‬ h ‫ط‬ t ‫و‬ w

‫خ‬ kh ‫ظ‬ z ‫ه‬ h

‫د‬ d ‫ع‬ „ ‫ء‬ „

‫ذ‬ ż ‫غ‬ g ‫ي‬ y

‫ر‬ r ‫ف‬ f -
Catatan:
1. Konsonan yang bersyaddah ditulis dengan rangkap
Misalnya ; ‫ ربـنـا‬ditulis rabbanâ.

2. Vokal panjang (mad) ;


Fathah (baris di atas) di tulis â, kasrah (baris di bawah) di tulis
î, serta dammah (baris di depan) ditulis dengan û. Misalnya;
‫ الـقـارعـة‬ditulis al-qâri‘ah, ‫ المــسـاكـيـن‬ditulis al-masâkîn,
‫الـمـفـلحون‬ditulis al-muflihûn

3. Kata sandang alif + lam (‫)ال‬


Bila diikuti oleh huruf qamariyah ditulis al, misalnya ;
‫ الـكافـرون‬ditulis al-kâfirûn. Sedangkan, bila diikuti oleh huruf
syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf yang
mengikutinya, misalnya ; ‫الـرجـال‬ditulis ar-rijâl.

4. Ta‟ marbûthah ( ‫)ة‬.


Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; ‫الـبـقـرة‬ditulis
al-baqarah. Bila ditengah kalimat ditulis t, misalnya; ‫زكاة‬
‫ الـمـال‬ditulis zakât al-mâl, atau ‫ سـورة النـسـاء‬ditulis sûrat al-
Nisâ`.

5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya,


Misalnya; ‫ وهـو خـيـرازقــين‬ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn.
ṢALAWAT-ṢALAWAT
GEMBOLAN

Beberapa do‟a ṣalawat penting yang bisa


dicoba keampuhannya, yaitu :

1. Ṣalawat Jibril

ٕ‫ ُِ ذَ ّٖ ذ‬ٍَٝ َ‫ ا هللُ ػ‬ٖٝ‫صٍَـ‬

- ṣallaḷḷahu ‘alâ Muḥammad

“ Mudah-mudahan Allah men-ṣalawati Muḥammad”

Catatan dan cara pengamalan :

Ketika telah dicipta Siti Ḥawwa‟ bagi Nabi


Adam AS, Allah SWT melarang Nabi Adam AS
mendekati “calon” istrinya itu sebelum memberi
“mahar”, mahar itu harus berupa ṣalawat dan Sayyidina
Jibril AS mentalqinkan ṣalawat (seperti tersebut diatas)
kepada Nabi Adam AS. Karena itu ṣalawat ini diberi
nama.
Biasa dipakai sebagai wiridan rutin sebanyak
1.000 (seribu) kali oleh para Kiai kuno, untuk membuka
jalan memperoleh berkah dalam segala upaya. Bisa
dibaca sekaligus seribu dan bisa pula dicicil sehabis
ṣalat matkubah dua ratus kali.
Untuk „mempercepat‟ ijabah bagi hajat
mendesak, dibaca seribu kali dalam satu majlis setelah
melakukan shalat hajat dua rekaat (sebaiknya tengah
malam). Setalah selesai membaca 1000 kali, lalu
bacalah doa tawassul ini :

َ‫ ه‬١ْ ‫ً أ ٌَـ‬
ُ ٖ‫َع‬ٛ َ‫َأَر‬ٚ َ‫ْ ه‬١‫َ جٖ ُٗ أ ٌَـ‬ٛ َ‫َاَر‬ٚ َ‫عـأَ ٌُ ه‬
ِ َ‫ ا‬ٟ
ْ ‫أٔٔٓـ‬ ُٖ ُٙ ‫اَ ٌٍـٖـ‬

ٟ
ْ ٓٔٔٔ‫ا‬ ٕ‫ِ ذَ ّٖ ذ‬
ُ ‫َب‬٠ ٞ
ْ ٔ‫ِٓـ ذ‬١‫َبعَـ‬٠ ٔ‫د َّـ خ‬
ِ ٖ‫ِٓ اٌ ش‬ٟ ِ‫ِ ذَ ّٖ ذٕ ٖٔج‬
ُ َ‫ِٓ ه‬١‫ثَِٕجِـ‬

َٚ ,ْٟ ‫ٓ ٌٔـ َمعَب ءٔ دَب جَزٔـ‬ٟ ٔ‫ؼ ُٗ ف‬


ِ ٓٔ‫ فَــشَـ ف‬ٟ
ْ ِٓ‫ سَث‬ٝ ٌَ ٔ‫ً ثِ هَ ا‬
ُ ٖ‫َع‬ٛ َ‫أَر‬

............ َٟ ٘
ِ

- Aḷḷahumma inni as-aluka atawajjahu ilayka wa atawassalu ilayka


binabiyyika Muḥammadin nabiyyirrahmati, yâ sayyidi yâ Muḥammad,
innî atawassalu bika ilâ Rabbî fasyaffi’hu fiyya liqaḍâ-i hâjatî, wa
hiya ………(sebutkan hajatnya).

Jika hajat anda –dirasakan- sulit terjangkau


menurut ukuran kemampuan anda, maka shalawat
tersebut diatas dibaca sebanyak 15.000 kali, dengan tata
cara seperti diatas. Setelah selesai, baca pula do‟a
tawassul itu.
2. Ṣalawat Nuriz Zati

ِْ ٕ‫ِٓ ذَٔٔب ُِ ذَ ّٖ ذ‬١‫ عَــ‬ٍَٝ َ‫َثَبسِ نِ ػ‬ٚ ُِ ‫َعَ ٍٔٓـ‬ٚ ٝ‫ُ ُٖ صَـٍٔٓـ‬ٙ ‫اٌٍَـٖـ‬

ٔ‫ْ عَبئٔ شِ اِ ألَ عِ َّـب ء‬ٟ ٔ‫ْ ف‬ٞ ِ‫َاٌغٔٓـ شِٓ اٌغٖبس‬ٚ ْٟ ٔ‫ْسِ اٌـ زٖار‬ٛ ‫إٌـٗـ‬

. ٔ‫َاٌصٔٓــ فَب د‬ٚ

- Aḷḷahumma ṣalli wa sallim wa bârik ‘alâ sayyidina muḥammadin


nuriz żâti wassirri sari fi sâ’iril asmâi waṣṣifati

Catatan dan cara mengamalkan :

Dianjurkan ketika bepergian, agar selamat


sampai tujuan, beberapa kali, terserah. Tetapi sedikitnya
11 (sebelas) kali. Terutama ketika ada rasa khawatir
ketika berkendara.
Untuk mencegah “sawan” (makhluk Allah
yang suka mengganggu anak kecil). Ṣalawat ini ditulis
diatas secarik kertas, dilipat dan dibungkus dalam kain
lalu dikalungkan pada leher anak kecil yang
dikhawatirkan terkena “sawan”, atau bisa juga untuk
suwuk muntah.
Do‟a Fatiḥah jika dimuqaddimahi dengan
ṣalawat ini bisa lebih menggigit atau apapun istilah
lainnya yang menggambarkan kekuatan dan khasiat
ijabah. Al-Fatiḥah sendiri sebagaimana diajarkan dan
dapat diyakini merupakan ayat-ayat Al-qur‟an yang
dapat dimaksudkan untuk segala tujuan dan kebutuhan.

3. Ṣalawat Ṣifa‟.

‫ِٓ ذٔ َٔب‬١‫ عَــ‬ٍَٝ َ‫َ ثَبسِ نِ ػ‬ٚ ُِ ‫َعَ ٍٔٓـ‬ٚ ٝ‫ُ ُٖ صَـ ٍٔٓـ‬ٙ ‫اٌٍَـٖـ‬

ِ‫َ ُِ فَ شِٓ ج‬ٚ ًِ ٍَ ٔ‫ا ٌِ ؼ‬ ٟٔ‫شَـب ف‬ ِ‫ْ ة‬ٛ ُ‫ا ٌِ َّ ذِج‬ ِ‫ْـ ت‬١ِ‫ِْ ا ٌِ ذَج‬ ٕ‫ُِ ذَ ّٖ ذ‬

. ِ‫ْ ة‬ٚ ُ‫َ وَبشٔ فٔ) ا ٌَ ىُ ش‬ٚ (

- Aḷḷâhumma ṣalli wa sallim wa bârik ‘alâ sayyidinâ muḥammadinil


habîbil maḥbûbi syafil ‘ilali wa mufarriji (wa kâsyifi)l kurûb.

Catatan dan cara mengamalkan :

Saya telah mencoba berkali-kali untuk


meredakan sakit gigi. Sakit gigi yang sakit ditekan dari
luar dan shalawat tersebut dibaca 10 kali.
Jika setiap malam dibaca 1000 kali, dalam
majelis selama 41 (empat puluh satu) hari, maka
penyakit „dalam‟ akan dapat dideteksi lewat kambing
atau kelinci atau binatang sembelihan lain yang
dikalungi tulisan shalawat tersebut. Apa yang harus
dilakukan dalam praktek penyembuhan ialah membaca
al-Fatihah 100 (seratus) kali dan ṣalawat tersebut 313
(tiga ratus tiga belas) kali.
Ketika menanggung sedih atau prihatin atau
susah, agar tidak berkepanjangan, ṣalawat tersebut
dibaca sebanyak anda mau, insya Allah, semua yang
dihadapi dalam kehidupan tidak berkelanjutan dengan
stress.

4. Ṣalawat Ibrahimi

َ‫ْ ذ‬١ٍٖ َ‫ آ يِ ُِ ذَ ّٖ ذٕ وَ َّب ص‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ ٕ‫ ُِ ذَ ّٖ ذ‬ٍَٝ َ‫ ػ‬ٝ ِٓ‫ُ ُٖ صَـٍـ‬ٙ ‫اٌٍَـٖـ‬

ُٖ ُٙ ‫ اٌٍَـٖـ‬. ْ‫ْ ذ‬١ِ‫ْ ذْ َِ ج‬١ّٔ َ‫ْ َُ أٖٔ هَ د‬١ِ٘ ‫ آ يِ أثِ شَا‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ َُ ْ١ِ٘ ‫ أثِ شَا‬ٍَٝ َ‫ػ‬

ٍَٝ َ‫ آ يِ ُِ ذَ ّٖ ذٕ وَ َّب ثَبسَ وِ ذَ ػ‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ ٕ‫ ُِ ذَ ّٖ ذ‬ٍَٝ َ‫َثَبسِ نِ ػ‬ٚ

ُٖ ُٙ ‫ اٌٍَـٖـ‬. ْ‫ْ ذ‬١ِ‫ْ ذْ َِ ج‬١ّٔ َ‫ْ َُ أ ٖٔ هَ د‬١ِ٘ ‫ آ يِ أثِ شَا‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ َُ ْ١ِ٘ ‫أثِ شَا‬

ٍَٝ َ‫ آ يِ ُِ ذَ ّٖ ذٕ وَ َّب رَ شَدٓ ِّ ذَ ػ‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ ٕ‫ ُِ ذَ ّٖ ذ‬ٍَٝ َ‫َرَ شَدٓ ُِ ػ‬ٚ

ُٖ ُٙ ‫ اٌٍَـٖـ‬. ْ‫ْ ذ‬١ِ‫ْ ذْ َِ ج‬١ّٔ َ‫ْ َُ أ ٖٔ هَ د‬١ِ٘ ‫ آ يِ أثِ شَا‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ َُ ْ١ِ٘ ‫أثِ شَا‬

ٍَٝ َ‫ آ يِ ُِ ذَ ّٖ ذٕ وَ َّب رَ ذَِٕٖٕ ذَ ػ‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ ٕ‫ ُِ ذَ ّٖ ذ‬ٍَٝ َ‫َرَ ذَٕٖ ِٓ ػ‬ٚ

ُٖ ُٙ ‫ اٌٍَـٖـ‬. ْ‫ْ ذ‬١ِ‫ْ ذْ َِ ج‬١ّٔ َ‫ْ َُ أ ٖٔ هَ د‬١ِ٘ ‫ آ يِ أثِ شَا‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ َُ ْ١ِ٘ ‫أثِ شَا‬

ٍَٝ َ‫ آ يِ ُِ ذَ ّٖ ذٕ وَ َّب عَـ ٍٖ ِّ ذَ ػ‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ ٕ‫ ُِ ذَ ّٖ ذ‬ٍَٝ َ‫َعَـ ٍٔٓ ُِ ػ‬ٚ

. ْ‫ْ ذ‬١ِ‫ْ ذْ َِ ج‬١ّٔ َ‫ْ َُ أٖٔ هَ د‬١ِ٘ ‫ آ يِ أثِ شَا‬ٍَٝ َ‫َ ػ‬ٚ َُ ْ١ِ٘ ‫أثِ شَا‬
- Aḷḷâhumma ṣalli ‘alâ muḥammadin wa ‘alâ âli muḥammad
kamâ ṣallaita ‘alâ ibrâhîma wa ’alâ âli ibrâhîma innaka
ḥamidun majîd. Aḷḷâhumma wa barik ‘alâ muḥammadin wa
alâ âli muḥammad kamâ barakta ‘alâ ibrâhîma wa ‘alâ âli
ibrâhîma innaka ḥamidun majîd. Aḷḷâhumma wa taraḥḥam
‘alâ muḥammadin wa ‘alâ âli Muḥammad kamâ taraḥḥamta
‘alâ ibrâhîma wa ‘alâ âli ibrâhîma innaka ḥamidun majîd.
Aḷḷâhumma wa taḥannan ‘alâ muḥammadin wa ‘ala âli
muḥammmad kamâ taḥanannta ‘alâ âli ibrâhîma wa ‘alâ âli
ibrâhîma innaka hamidun majîd. Aḷḷâhumma wa sallim ‘alâ
muḥammmadin wa ‘alâ âli muḥammad kamâ sallimta ‘alâ
ibrâhîma wa ‘alâ âli ibrâhîma innaka ḥamidun majîd.

Catatan dan cara mengamalkan :

Dikatakan oleh malaikat Jibril bahwa ṣalawat


itu dari Gusti Allah SWT dan beliau mengajarkannya
kepada Kanjeng Nabi SAAW sambil menyentuh satu-
persatu dan menghitung jari-jari beliau. Begitu pula
ketika Kanjeng Nabi SAAW mengajarkannya kepada
Sayyidina „Ali bin Abi Thalib, beliau membacakannya
dengan menyentuh satu-persatu dan menghitung jari-
jari Sayyidina „Ali. Saya mendapat ṣalawat ini dari guru
saya, Syaikh Yasin bin „Isa Al-Fadani Al-Makki secara
musalsal, juga dengan menyentuh satu-persatu dan
menghitung jari-jari saya. Oleh karena itu pula disebut
pula ṣalawat ini disampaikan dengan –bil ‘addi fil yad.
5. Ṣalawat Badawi Sughra.

ِ‫َب ق‬٠ ِ‫َرٔ ش‬ٚ ِ‫َاعٔ شِٓ اِ ألَعِ شَاس‬ٚ ِ‫َاس‬ٛ َِٔ‫ْسِ اِ أل‬ٛ ُٔ ٍَٝ َ‫ ػ‬ٝ ٍٓٔ ‫ُ ُٖ صَـ‬ٙ ‫اٌٍَـٖـ‬

ٔٗ ٌٔ ‫َآ‬ٚ ِ‫خزَـبس‬
ِ ُّ ٌِ ‫ْ الََٔب ُِ ذَ ّٖ ذٕ ِْا‬ٛ َِ َٚ ِ‫َغَبس‬١ٌِ ‫َ ِٔ فِزَب حِ ثَب ةِ ا‬ٚ ِ‫َبس‬١ِ‫اِ ألَ غ‬

. ٔٗ ٌٔ ‫فعَـب‬
ِ ِ‫َإ‬ٚ ٔ‫َـبسِ ػَ ذَ دَ ٔٔ ؼَ ُِ ا هلل‬١‫خ‬
ِ َ‫ص ذَـبثِ ٗٔ ِا أل‬
ِ َ‫َا‬ٚ ِ‫َـبس‬ٙ ‫ط‬
ِ َ‫اِ أل‬

- Aḷḷahumma ṣalli ‘alâ nûril anwâr wa sirril asrâr wa tiryâqil


aghyâr, wa miftâḥi bâbil yasâr, sayyidina wa maulana
muḥammadinil mukhtâr, wa ‘âlihil aṭhâr wa ashḥâbihil akhyâr,
‘adada ni‘amillahi wa ifḍâlih.

Catatan dan cara mengamalkan :

Shalawat ini salah satu kesukaan Eyang saya,


Almaghfurllah K.H. Cholil bin Harun. Beliau
mengharuskan santri-santri menggunakannya sebagai
pujian sambil menanti beliau naik ke surau untuk
mengimami ṣalat jama‟ah. Jika santri belum mencapai
hitungan sebelas beliau belum tampil.
Jika dibaca 111 (seratus sebelas) kali selama
empat puluh satu hari, tanpa terselingi kegaiatan apapun,
maka hajat pembacanya akan dibantu Kanjeng Nabi
menggapai ijabah.
Jika dibaca sebanyak 1129 (seribu seratus dua
puluh Sembilan) kali dalam satu majelis, sedikitnya tiga
hari, urusan yang sedang dihadapi akan mendapat
kemudahan.
Dianjurkan untuk mewiridkan sehabis shalat
wajib 3 (tiga) kali. Terutama sehabis shalat maghrib dan
shalat subuh, dengan menggandengkannya bersama
ṣalawat badawi Kubro sekali.

6. Ṣalawat Badawi Kubro.

ٕ‫ِٓ ذَٔٔب ُِ ذَ ّٖ ذ‬١‫ عَــ‬ٍَٝ َ‫َثَبسِ نِ ػ‬ٚ ُِ ٍٓٔ ‫َعَـ‬ٚ ٝ ٍٓٔ ‫ُ ُٖ صَـ‬ٙ ‫اٌٍَـٖـ‬

ًَ َ‫فع‬
ِ َ‫َأ‬ٚ ٔ‫َّ خ‬١ٔٔ‫َ ٌُ ِّ ؼَ خٔ ا ٌِ َمجِعَ خٔ اٌ شٖ دِ َّب‬ٚ ٔ‫َّ خ‬١ٔٔ ‫سَا‬ٌٕٛٗ‫شَ جَ شَ حٔ اِ ألَ صِ ًِ ا‬

ِْ ٔ‫َ َِ ؼِ ذ‬ٚ ٔ‫َّ خ‬١ٔٔ‫سَ حٔ ا ٌِ جِغِ َّب‬ْٛ ُ‫َأَشِ شَ فٔ ا ٌِص‬ٚ ٔ‫َّ خ‬١ٔٔ‫ْ مَ خٔ اِ ألِٔٔغَب‬١ٍٔ َ‫ا ٌِ خ‬

ِ‫َّ خٔ صَب دٔ ت‬١ٔ‫َ اِ ألٔ صِ طٔ فَبئ‬


ِ ْٛ ٍُ ُ‫َ خَ ضَائٔ ِٓ ا ٌِ ؼ‬ٚ ٔ‫َّ خ‬١ٔٔ‫اِ ألَعِ شَاسِ اٌ شٖثٓب‬

ِٓ َِ ٔ‫َّ خ‬١ٍٔ َ‫َاٌ شٗرِجَ خٔ ا ٌِ ؼ‬ٚ ٔ‫ٓ خ‬١ٕٔ‫ْ جَ خٔ اٌغٖـ‬ٙ َ‫َا ٌِج‬ٚ ٔ‫َّ خ‬١ٍٔ ِ‫ا ٌِ مَ ِجعَ خٔ اِ ألَ ص‬

ُِ ٍٓٔ ‫َعَـ‬ٚ ًِٓ َ‫َ ص‬ٚ ٔٗ ١ْ ٌَ ِ‫َإ‬ٚ ُٗ ِِٕٔ ُِ ُٙ َ‫َائٔ ٗٔ ف‬ٛ ٌٔ َ‫ْ َْ رَ ذِ ذ‬ٛ ُّ١ِ‫إِِٔ ذَسَ جَ ذٔ إٌٖج‬

َ‫َاَ صِ ذَـبثِ ٗٔ ػَ ذَ دَ َِب خَ ٍَ ِم ذ‬ٚ ٔٗ ‫ آ ٌٔـ‬ٝ ٍَ ‫َ ػَـ‬ٚ ٔٗ ١ْ ٍَ َ‫َ ػ‬ٚ ِ‫َثَبسِ ن‬ٚ

َ‫ ذ‬١ْ َٕ‫فـ‬
ِ َ‫ٓ أ‬
ِ َِ ‫ث‬
ُ َ‫ َِ رَ ِج ؼ‬ْٛ َ٠ ٝ‫ ذَ إِ ٌَـ‬١ْ َ١‫دـ‬
ِ َ‫َأ‬ٚ ٖ‫َأَ َِ ذ‬ٚ َ‫ل ذ‬
ِ َ‫َسَص‬ٚ

. َٓ ْ١‫ذ ا ٌٔ ٍٖ ٗٔ سَ ةِٓ ا ٌِ ؼَب ٌَ ّٔـ‬


ُ ِّ َ‫َا ٌِ ذ‬ٚ ‫ْ شَا‬١‫ ّّب وَثٔـ‬١ْ ٍٔ ‫غ‬
ِ َ‫َعَـ ٍٔٓ ُِ ر‬ٚ

- Aḷḷahumma ṣalli wa sallim wa bârik ‘alâ sayyidinâ


muḥammadin syajaratil aṣlin nûrâ niyyati wa lum’atil
qabḍatir rahmâniyyati, wa afḍoli kholiqotil insâniyyati wa
asyrafiṣ ṣuratil jismâniyyati wa ma’dinil asrâril rabbâniyyati
wa khazâinil ‘ulumil isṭifâiyyati ṣâhibil qabḍatil aṣliyyati wal
bahjatis saniyyati war rutbatil ’aliyyati man indarajatin
nabiyyuna tahta lawâ’ihi fahum minhu wa ilaihi wa ṣalli wa
sallim wa barik ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa aṣhâbihi ‘adada mâ
khalaqa wa razaqta wa amatta wa ahyayta ilâ yaumi tab’aṡu
man afnaita wa sallim kaṡîrâ wal hamdulillahi rabbil‘âlamîn .

Catatan dan cara mengamalkan :

Saya memperoleh ijazah ṣalawat ini dari


banyak Kiai, antara lain dari Abah saya, K.H. Bisri
Mustofa, dari K.H. Abdul Hamid (Pasuruan), dari K.H.
Syahid (Kemadu) dan lain-lain. Kata beliau-beliau itu,
ṣalawat ini khasiyyah-nya antara lain, bahwa barang
siapa mewiridkannya selepas ṣalat maghrib secara
dawam (ajeg), insya Allah dia tidak akan menghadapi
cobaan yang menghinakan, seperti turun karier, jabatan
dan derajatnya.
Jika mempunyai hajat besar, bacalah dalam
satu majelis dan dalam keadaan suci dari hadas
sebanyak 500 (lima ratus) kali, niscaya hajatnya itu
akan kesampaian.
Jika dibaca setiap mengakhiri bilangan seratus
kali dari bacaan ṣalawat sebelumnya (Badawi Sughra)
dalam jangka waktu 41 (empat puluh satu) hari, apa
yang dihajatkan, misalnya: kenaikan pangkat, dan lain-
lain, akan terkabulkan dengan izin Allah SWT.
Sebaiknya dibaca sekali setiap selesai ṣalat
maghrib dan subuh secara rutin untuk memperoleh
berkah hidup.
7. Ṣalawat Ismul A‟ẓam.

‫ْ ِس‬ٛ ُٔ ِٓ ِ
ٔ ‫ة‬
ِ ْٛ ‫ظ ُِ ا ٌِ َّ ىِ ُزـ‬
َ ِ‫أل ػ‬
َ ِ‫ه ا‬
َ ّٔ ِ‫ْ اَعِـأَ ٌُ هَ ثِبع‬ٟ ‫أِّٔـ‬ ُٖ ُٙ ‫اٌٍَـٖـ‬

‫ه‬
َ ‫ِٓـ‬١‫ت َٔ ِج‬
ِ ٍِ ‫ْ لَـ‬ٟ ٔ‫ذ ف‬
ٔ ٍٓٔ ‫خ‬
َ ُّ ٌِ ‫ اٌذٓا ئٔ ُِ ا‬ٟ ٔ‫ذ ا ٌِ َجب ل‬
ٔ ٖ‫ ا ٌِ ُّـ َؤ ث‬ٝ ٍَ ِ‫أل ػ‬
َ ِ‫ه ا‬
َ ِٙ ِ‫ ج‬َٚ

‫ذ‬
ٔ‫د‬َ ‫أل‬
َ ِ‫ذ ٔح ا‬
َ ِ‫ د‬َٛ ‫ذ ِث‬
ٔ‫د‬ٔ َٛ ٌِ ‫ظ ُِ ا‬
َ ِ‫أل ػ‬
َ ِ‫ه ا‬
َ ّٔ ِ‫ه ِثبع‬
َ ٌُ ‫ َأعِـَأ‬َٚ ٕ‫ِ ذَ ّٖ ذ‬
ُ ‫ه‬
َ ٍٔ ‫ع‬
ُ ‫ َس‬َٚ

ُِ ‫ذ كِٓ ِثغِـ‬
َ ‫ ِث‬َٚ ٕ‫د ذ‬
َ ‫ى ًِٓ َا‬
ُ ٌٔ ‫ط‬
ِ ٖ‫د ا ٌِ ُّ َم ذ‬
َ‫ذ‬َ‫ؼ‬
َ ٌِ ‫ا‬َٚ ُِٓ َ‫َ دِ ذَ حٔ ا ٌِ ى‬ٚ ِٓ ِٔ ٟ ٌٔ ‫ؼب‬
َ ‫ا ٌِ ُّ َز‬

ُِ ٌَ َٚ ِ‫ ٍٔـ ذ‬٠َ ُِ ٌَ ‫ذ‬


ُ َّ ٖ‫هلل اٌص‬
ُ ‫ذ َا‬
ْ‫د‬َ ‫ ا هللُ َا‬َٛ ٘
ُ ًِ ‫ـ‬
ُ ‫ْ ُِ ل‬١‫د‬
ٔ ٖ‫ا هللٔ اٌ شٖ دِ ّٰ ِٓ اٌ ش‬

ٕ‫ِٓ ذٔ َٔب ُِ ذَ ّٖ ذ‬١‫ عَــ‬ٍََٝ‫َ ػ‬ٟ ‫ص ٍٔٓـ‬


َ ‫ذ َا ِْ ُر‬
ْ‫د‬ ُ ‘ٗ‫ى ِٓ ٌٖـ‬
َ َ‫ًا ا‬ٛ ‫و ُف‬ ُ ٠َ ُِ ٌَ َٚ ِ‫ْ ٌَـ ذ‬ٛ ٠ُ

‫ذ‬
ُ ِٓ‫ال حّ ُر َثـج‬
َ َ‫ ص‬, ٕ‫ْ د‬ٛ ‫ج‬
ُ ْٛ ِ
َ ًِٓ ‫ى‬
ُ ٌٔ ُِ ‫ظ‬
َ ِ‫أل ػ‬
َ ِ‫ت ا‬
ِ ‫اٌغٖ َج‬َٚ ‫د‬
ٔ ْٛ ‫ج‬
ُ ُٛ ٌِ ‫ب حٔ ا‬١َ ‫د‬
َ ِٓ‫ع ش‬
ٔ

‫ـب‬َٙ ‫ْ ِث‬ٟ ٕٔ‫ِٓ ُّـ‬ٙ ‫ ُر َف‬َٚ َْ ‫ـب ا ٌِ ُم شِآ‬َٙ ‫ْ ِث‬ٟ ‫ظ ٕٔـ‬


ُ ٓٔ‫ذ ف‬
َ ‫ ُر‬َٚ َْ ‫ْ َّـب‬٠ ‫أل‬
ٔ ِ‫ ا‬ٟ ‫ـب لَـ ٍِ ِج‬َٙ ‫ِث‬

ٝ ٌَ ‫ظ ِش ِإ‬
َ ٌٖٕ‫ْ َس ا‬ٛ ُٔ َٚ ُِ ْ١‫ؼ‬
ٔ ٌٖٕ‫ْ َس ا‬ٛ ُٔ َٚ ٔ‫جٕٖب د‬
َ ٌِ ‫ْ َس ا‬ٛ ُٔ ‫ـب‬َٙ ‫ْ ِث‬ٟ ٌٔ ‫خ‬
ُ ‫ َر فِ َز‬َٚ ٔ‫ب د‬٠ٰ ‫أل‬
َ ِ‫ا‬

ٔٗ ٍٖ ٌٔ ‫ذ ِّ ذُ ا‬
َ ٌِ ‫َا‬ٚ ُِ ٍٓٔ ‫َعَـ‬ٚ ٔٗ ِ‫َاَ صِ ذَـب ث‬ٚ ٔٗ ‫ آ ٌٔـ‬ٍَٝ‫َ ػَـ‬ٚ ُِ ْ٠ ‫ى ِش‬
َ ٌِ ‫ـ هَ ا‬ِٙ ِ‫ ج‬َٚ

. َٓ ْ١‫سَ ةِٓ ا ٌِ ؼَب ٌَ ّٔـ‬

- Aḷḷahumma inni as-aluka bismikal a’ẓamil maktubi min nȗri


wajhikal a’lal mu’abbadil bâqid dâ-imil mukhallad fî qalbi
nabiyyika wa rasȗlika muḥammadin wa as-aluka wa bismikal
a’ẓamil bi waḥdatil aḥadil muta’âli min waḥdatil kammi wal
‘adadil muqaddasi likulli aḥad, wa bi haqqi Bismillâhir
rahmânir rahîm, Qul huwaḷḷâhu aḥad, Aḷḷâhuḥ ṣamad, Lam
yalid wa lam yȗlad, wa lam yakul lahȗ kufuwan aḥad, ‘an
tuṣalliya ‘alâ sayyidinâ muḥammadin sirri ḥayâtil wujȗdi was
sababil a’ẓami likulli maujȗdi, ṣalatan tuṡabbitu bihâ qalbil
ȋmâna wa tuḥaffaḍunȋ bihȋl qur’âna wa tufahhimunȋ bihal
âyât wa taftaḥu lȋ bihâ nȗral jannati wa nȗran na’ȋmi wa
nȗran naẓari ila wajhikal karȋm wa ‘ala âlihi wa ṣaṣbihi wa
sallim wal ḥamdu liḷḷâhi rabbil ‘âlamȋn.

Catatan dan cara pengamalan :

Jika dibaca dalam satu majelis, sebanyak 100


(seratus) kali dan hajat anda sebutkan setelah “wa nȗran
naẓari ila wajhikal karȋm”, misalya ditambah “wa
tuballighunȋ bihâ ziyâratal ḥaramaiyn, makkata wal
madȋnah” bagi yang hajat naik haji, niscaya pembacanya
tidak akan kecewa.
Isi dari ṣalawat Ismul A‟ẓam tersebut adalah
permohonan terhadap hal-hal pokok yang tidak dapat
diupayakan secara pribadi oleh kita, dan hanya dengan
mencapai pertolongan Allah SWT saja semua itu dapat
tercapai. Misalya keadaan ḥusnul khatimah „tetap
beriman‟ sampai mati, menjaga dan menghafal Al-quran,
memahami ayat-ayat Allah, terbukanya pintu sorga dan
pengalaman „memandang‟ Zat Agung Allah SWT.
Semuanya tidak bisa kita lakukan tanpa pertolongan
Allah SWT dan wasilah kepada Kanjeng Nabi SAAW.
Setidak-tidaknya dibaca 1 (satu) kali setiap
harinya, sesudah ṣalat „Asar atau menjelang Maghrib.
Yaitu momentum waktu yang amat dianjurkan karena
saat-saat tersebut adalah saatnya Malaikat melapor
“keatas”.
8. Ṣalawat Fâtiḥ.

ِ ٔ‫ِٓ ذٔ َٔب ُِ ذَ ّٖ ذٕ ِْاٌ فَبر‬١‫ عَــ‬ٍَٝ َ‫َ ثَبسِ نِ ػ‬ٚ ُِ ٍٓٔ‫َعَـ‬ٚ ٝ ٍٓٔ ‫ُ ُٖ صَـ‬ٙ ‫اٌٍَـٖـ‬
‫خ‬

ْٞ ٔ‫ـب د‬َٙ ٌِ ‫ا‬َٚ ِٓ‫ذ ك‬


َ ٌِ ‫ذ كِٓ ِثب‬
َ ٌِ ‫إٌٖب صٔ ِش ا‬َٚ ‫ك‬
َ ‫خبرٔ ُِ ٌٔ َّـب عَ َج‬
َ ٌِ ‫ا‬َٚ ‫ك‬
َ ٍٔ ِ‫ٌٔ َّـب أُ غ‬

ٔٗ ِ‫َاَ صِ ذَـب ث‬ٚ ٔٗ ‫ آ ٌٔـ‬ٍَٝ‫َ ػَـ‬ٚ ٔٗ ١ْ ٍَ َ‫َ ػ‬ٚ ‫ ا هلل‬ٝ ٍَٖ‫ْ َُ ص‬١‫ه ا ٌِ ُّغِ َز ٔم‬
َ ٔ‫ص َشا ط‬
ٔ ٟ ٌَ ‫ِإ‬

. ُِ ْ١‫ظ‬
ٔ ‫ؼ‬
َ ٌِ ‫ذاسِ ٖٔ ا‬
َ ِ‫ِ م‬
ٔ َٚ ٖٔ ‫ل ذِ ِس‬
َ ٖ‫د ك‬
َ

- Aḷḷahumma ṣalli wa sallim wa bârik ‘alâ sayyidinâ


muḥammadinil fâtiḥi lima ughliqa wal khâtimi limâ sabaqa,
wan nâṣiril ḥaqqi bil ḥaqqi wal hâdî ilâ ṣirâtikal mustâqîm,
ṣallaḷḷâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa aṣḥâbihî ḥaqqa qadrihî wa
miqdârihîl ‘aẓîm.

Catatan dan cara pengamalan :

Baik sekali diwiridkan oleh para pencari ilmu,


rizki, pekerjaan dan lain-lain. Dibaca 100, 313 atau
1000 kali dengan memilih waktu tengah malam jum‟at.
Dilakukan setiap malam jum‟at, empat sampai sepuluh
kali. Jumlah tersebut tergantung kepada besar-kecilnya
hajat. Doa permohonan sudah termaktub dalam ṣalawat.
Fungsionaris atau aktifis institusi atau jama‟ah
dianjurkan mewiridkan ṣalawat ini.
‫‪9. Ṣalawat Masyîsyiyah.‬‬

‫أل ِٔ َ‪ٛ‬اسِ‬
‫ذ اِ َ‬
‫ألعِ َشاسِ َ‪ٚ‬ا ِٔ َف ٍَ َم ٔ‬
‫ذ اِ َ‬
‫ش مٖ ٔ‬
‫ِِٕ ُٗ ا ِٔ َ‬
‫ِ ِٓ ٔ‬
‫اٌٍَـٖـ ‪ ُٖ ُٙ‬صَـ ٍٔٓ‪ ٝ‬ػَ ٍَ‪َ ٝ‬‬

‫ال ٔئـ كَ َ‪ُٗ ٌَ ٚ‬‬


‫خ َ‬‫ج َض ا ٌِ َ‬
‫فَأ ػِ َ‬
‫َ َ‬
‫د َ‬
‫َ ۤا َ‬
‫ػ ٍُ ‪ُ ْٛ‬‬
‫ك َ‪َ ٚ‬ر َٕ ضٖ ٌَ ذِ ُ‬
‫ذ َمب ئٔ َ‬
‫ذ ا ٌِ َ‬
‫ف‪ ٗٔ ْ١‬اسِ َر َم ٔ‬
‫َ‪ٔ ٚ‬‬

‫ف ِش َ‪٠‬ب ضُ‬
‫ك َ‬
‫دْ‬‫ك َ‪ ٚ‬الَ الَ ٔ‬
‫ِٕٓب عَب ثِ ْ‬
‫ف ٍَ ُِ ُ‪ ٠‬ذِ ِس وِ ُٗ ٔ‬
‫َ َ‬
‫ذ ا ٌِ َف ُ‪ُ ْٛ ٙ‬‬
‫عب ءَ ٌَ ٔ‬
‫َر َ‬

‫ط ا ٌِ َ‪ٛ‬اسِ ٖٔ‬
‫د ِث َف‪ِ ْ١‬‬
‫ج َج ُش ‪ٔ ْٚ‬‬
‫د َ‪١‬ب ضُ ا ٌِ َ‬
‫ِ ‪َ ٔٔ ْٛ‬م ْخ َ‪ٔ ٚ‬‬
‫ج َّب ٌٔ ٔٗ ُ‬
‫د ِثـ َض ْ٘ ِش َ‬
‫ىـ ‪ُ ْٛ‬‬
‫ا ٌِ َّ ٍَ ُ‬

‫و َّب‬
‫ت َ‬
‫٘ َ‬
‫ز َ‬
‫ط ُخ ٌَ َ‬
‫ال ا ٌِ َ‪ٛ‬اعٔ َ‬
‫غ ِإ رِ ٌَ ‪َ ْٛ‬‬
‫ِ ُٕ ‪ْ ْٛ‬‬
‫٘ َ‪ِ ٛ‬ث ٔٗ َ‬
‫شـ ‪َ ْٟ‬ء ِإ الَّ َ‪ُ ٚ‬‬
‫ال َ‬
‫ذ فٔٓ َم ْخ َ‪َ ٚ‬‬
‫ِ َز َ‬
‫ُ‬

‫٘ َ‪َ ٛ‬ا ْ٘ ٍُ ُٗ اٌٍَـٖـ ‪ُٖ ُٙ‬‬


‫و َّب ُ‬
‫ه ٔا ٌَ‪ْ١‬ـ ٗٔ َ‬
‫ِِٕ َ‬
‫ه ٔ‬
‫ك ِث َ‬
‫ال حّ َر ٍٔ‪ُ ْ١‬‬
‫ص َ‬‫غ َ‬
‫ع ‪ُ ْٛ‬‬
‫ً ا ٌِ َّ ‪ُ ْٛ‬‬
‫ل‪َ ْ١‬‬
‫ٔ‬

‫ٓ‬
‫ه َث‪َ ْ١‬‬
‫ه اِ ألَ ػِ ظَ ُُ ا ٌِ َمب ئٔ ُُ ٌَ َ‬
‫جب َث َ‬
‫د َ‬
‫ه َ‪ٔ ٚ‬‬
‫ػ ٍَ‪َ ْ١‬‬
‫غ ا ٌِ ذٖا يُ َ‬
‫جب ِٔ ُ‬
‫ن ا ٌِ َ‬
‫ع شٗ َ‬
‫ِإ ٔٓ ُٗ ٔ‬

‫غج ٗٔ َ‪ ٚ‬ػ شِٓ فِـٕٔ ‪ِ ْٟ‬إ ‪َّ٠‬ب ُٖ‬


‫ذ َ‬
‫د مٔٓ مِٕٔـ ‪ِ ْٟ‬ث َ‬
‫ذ مِ ٕٔـ ‪ ْٟ‬ثِٕٔغٔجِـ ٗٔ ‪َ َٚ‬‬
‫ه َأ ٌ ٍٖـ ُ‪َ ُٓ ٙ‬أ ٌِ ٔ‬
‫ذ ‪َ ْ٠‬‬
‫َ‪َ ٠‬‬

‫ً‬
‫د ا ٌِ َفعِ ِ‬
‫ِ َ‪ٛ‬اسِ ٔ‬
‫ع ِث َ‪ٙ‬ب ِٔ ِٓ َ‬
‫ً َ‪َ ٚ‬أ وِ َش ُ‬
‫ج ‪ِ ْٙ‬‬
‫د ا ٌِ َ‬
‫ِ َ‪ٛ‬اسِ ٔ‬
‫ف خّ َأعِ ٍٔ ُُ ِث َ‪ٙ‬ب ِٔ ِٓ َ‬
‫ِ ؼِ ِش َ‬
‫َ‬

‫ه‬
‫ِ ذِ ُف ‪ ْٛ‬فّب ثِ ُٕصِ َش ٔر َ‬
‫د ِّ الً َ‬
‫ه َ‬
‫ع َش ٔر َ‬
‫ػ ٍَ ‪ ٝ‬عَ ِج‪ِ ٗٔ ٍٔ ْ١‬إ ٌَـ‪ ٝ‬دَ َ‬
‫َ‪ٚ‬ا دِ ّٔ ٍِ ٕٔـ ‪َ ْٟ‬‬

‫ذ ‪ٔ َّ٠‬خ‬
‫دٔ‬‫أل َ‬
‫ذبسِ اِ َ‬
‫ف ‪ِ ْٟ‬ث َ‬
‫غ ُٗ ‪َٚ‬صُ جٖ ِث ‪ٔ ْٟ‬‬
‫َِ‬‫فَأ دِ َ‬
‫ً َ‬
‫ػ ٍَ ‪ ٝ‬ا ٌِ َجب طٔ ِ‬
‫ز فِ ِث ‪َ ْٟ‬‬
‫َ‪ٚ‬ا لِ ٔ‬

‫ذ حٔ‬
‫ٓ َث ذِ ِش ا ٌِ َ‪ ٛ‬دِ َ‬
‫ػ‪ِ ْ١‬‬
‫ف ‪َ ْٟ‬‬
‫ذ َ‪َ ٚ‬أ غِ ِش لِـ ٕٔ ‪ٔ ْٟ‬‬
‫د‪ٔ ْ١‬‬
‫ي اٌزٓ ‪ٔ ْٛ‬‬
‫دب ِ‬
‫ِ ِٓ َأ ‪َ ْٚ‬‬
‫شـ ٍِ ٕٔ ‪ٔ ْٟ‬‬
‫َ‪ٚ‬ا ِٔ ُ‬

‫ً اٌ ٍٖـ ُ‪ُٖ ٙ‬‬


‫ؼ ِ‬
‫ذ ِإ الَّ ِث َ‪ٙ‬ب ‪َٚ‬ا جِ َ‬
‫جَ‬‫ال َأ ِ‬
‫د ظٖ َ‪َ ٚ‬‬
‫ال ُأ ٔ‬
‫غ َ‪َ ٚ‬‬
‫ال َأعِ َّ َ‬
‫دزٖـ‪ ٝ‬الَ َا َس ‪َ َٚ ٜ‬‬
‫َ‬

‫غ‬
‫جب ِٔ َ‬
‫َ‬ ‫عـٓ ش دَ ٔم‪َ ْ١‬م ٔز ٔٗ‬
‫د ُٗ ٔ‬
‫د ‪َ َٚ ْٟ‬س ‪َ ْٚ‬‬
‫د َ‪١‬ب حَ ُس ‪ٔ ْٚ‬‬
‫َ‬ ‫ظ َُ‬
‫أل ػِ َ‬
‫جب ةَ اِ َ‬
‫ذ َ‬
‫ا ٌِ ٔ‬

‫ٓ اعِ َّ غِ‬
‫ي َ‪٠‬ب آ خٔ ُش َ‪٠‬ب ظَب ِ٘ ُش َ‪٠‬ب ثَب طِ ُ‬
‫ي َ‪٠‬ب أَ ‪ُ َّٚ‬‬
‫أل ‪ِ َّٚ‬‬
‫ذ كِٓ اِ َ‬
‫ك ا ٌِ َ‬
‫ػ َ‪ٛ‬ا ِٔ ٍٔ ‪ِ ْٟ‬ث َز ذِ ٔم‪ِ ْ١‬‬
‫َ‬

‫ه َ‪َ ٚ‬أ ‪ ِٓ٠‬ذِ ٔٔ ‪ْٟ‬‬


‫ه ٌَ َ‬
‫ص شِ ٔٔ ‪ِ ْٟ‬ث َ‬
‫و ِش ‪َّ٠‬ب ‪َٚ‬ا ِٔ ُ‬
‫ن َص َ‬
‫ذ َ‬
‫ػجِ ٔ‬
‫ذا ءَ َ‬
‫ذ ِث ٔٗ ٔٔ َ‬
‫ذا ئٔ ‪ِ ْٟ‬ث َّب عَ ّٔ ؼِ َ‬
‫ٔٔ َ‬

‫هلل‬
‫هلل َا ُ‬
‫ن َا ُ‬
‫غ‪ِ ْ١‬ش َ‬
‫ٓ َ‬
‫خ ًِ َث‪َ َٚ ْٟ ٕٔ ْ١‬ثـ‪ِ ْ١‬‬
‫ه َ‪ُ ٚ‬‬
‫ه َ‪ٚ‬ا جِ َّ غِ َث‪َ َٚ ٟ ِْٕٔ١‬ث‪ْ١‬ـٕٔ َ‬
‫ه ٌَ َ‬
‫ِث َ‬
ٟ ٔ‫ؼب دٔ َس ثٖ َٕب آرٔ َٕب ف‬
َ َِ ٝ ٌَ ‫ن ِإ‬
َ ٗ‫ه اِ ٌ مُ شِ آ َْ ٌَ َشا د‬
َ ْ١ٍَ ‫ػ‬
َ ‫ض‬
َ ‫ف َش‬
َ ْٞ ‫ز‬
ٔ ٌٖ ‫هلل ِإ ْٖ ا‬
ُ ‫َا‬

ِٓ ِٔ ‫زا ةَ إٌٖبسِ َس ثٖ َٕب آرٔ َٕب‬


َ َ‫ل َٕب ػ‬
ٔ َٚ ‫غـَٕ َخ‬
َ ‫د‬
َ ‫خ َش ٔح‬
ٔ ‫أل‬
َ ِ‫ ا‬ٟ ‫ف‬
ٔ َٚ ‫غـَٕ َخ‬
َ َ‫ب د‬١َ ِٔ ٗ‫اٌ ذ‬

‫ف َش جّب‬
َ ْٞ ‫ ِٔ ِٓ َأ ِِـ ِش‬ٟ ٌٔ ًِ ‫ؼ‬
َ ِ‫ذا ٔا ج‬
َ‫ش‬َ َ‫ِٓ ئِ ٌَ َٕب ِٔ ِٓ َأ ِِ ِش َٔب س‬١٘
َ َٚ ّ‫ه َس دِ َّ خ‬
َ ِٔ ‫ذ‬
ُ ٌَ

‫َـب‬ٙ ُّ٠َ‫ـٰٰۤـب‬٠ ِِّٟ‫ إٌٖـج‬ٍََٝ‫ْ ػ‬


َ ْٛ ٍٗ َ‫ُص‬٠ ‘َٗ‫َ ٍَِـٰٰٰۤۤـئٔـ ىَــز‬ٚ َ‫ِ خِ َش جّب أ ْٖ ا هلل‬
َ َٚ

‫ا دُ ا هلل‬َٛ ٍَ ‫ص‬
َ ‫ْـ ّّب‬١ٍٔ ِ‫ْا رَغ‬ٛ ُّ ٍَِّ‫َع‬ٚ ٔٗ ْ١ٍَ َ‫ْا ػ‬ٛ ٗ‫ْا صٍَـ‬ٛ َُِٕ ٰ ‫ا‬ َٓ ْ٠ ٔ‫ا ٌٖـ ز‬

ٕ‫ِٓ ذٔ َٔب ُِ ذَ ّٖ ذ‬١‫ عَــ‬ٍََٝ‫وبرُـ ُٗ ػ‬


َ ‫ َث َش‬َٚ ُٗ ‫ َس دِ َّ ُزـ‬َٚ ُٗ ‫َّ ُزـ‬١‫ذ‬
ٔ ‫ َر‬َٚ ُٗ ِ
ُ ‫ال‬
َ ‫ع‬َ َٚ

‫د‬
َ‫ذ‬َ‫ػ‬
َ ٔٗ ِ‫َاَ صِ ذَـب ث‬ٚ ٔٗ ‫ آ ٌٔـ‬ٍَٝ ‫َ ػَـ‬ٚ ِٟٓ ِٓٔ ‫أل‬
ُ ِ‫ِٓ ا‬ٟ ‫ه إٌٖـ ِج‬
َ ٌٔ ْٛ ‫ع‬
ُ ‫ َس‬َٚ ‫ن‬
َ ‫ذ‬
ٔ ِ‫ػج‬
َ

‫ه‬
َ ِٓ‫ذب َْ َس ث‬
َ ِ‫عج‬
ُ ٔ‫وب د‬
َ ‫و ٍٔ َّب دٔ ا هللٔ اٌزٖ ّٖب دٔ ا ٌِ ُّ َج َش‬
َ ‫د‬
َ‫ذ‬َ‫ػ‬
َ َٚ ‫رِ ِش‬َٛ ٌِ ‫ا‬َٚ ‫غ‬
ِ ‫اٌشٖ ٔف‬

ٔٗ ٍٖ ٌٔ ‫َا ٌِ ذَ ِّ ذُ ا‬ٚ ٓ
َ ْ١ٍٔ ‫ع‬
َ ِ‫ ا ٌِ ُّ ش‬ٝ ٍَ ‫ػ‬
َ َ
ْ َ‫عـ ال‬
َ َٚ ْ
َ ْٛ ‫ص ُفـ‬
ٔ َ٠ ‫ػ ّٖـب‬
َ ‫ؼ ضٖ ٔح‬
ٔ ٌِ ‫َس ةِٓ ا‬

. َٓ ْ١‫سَ ةِٓ ا ٌِ ؼَب ٌَ ّٔـ‬

- Aḷḷahumma ṣalli ‘alâ man minhun syaqqati asrâr wa fihir


taqatil ḥaqâ’iq. Wa tanazzalat ‘ulûmu Âdama fa a’jazal
khalâ’iq, wa lahû tadâ’alatil fuhûmu fa lam yudrik-hu minnâ
sabiqun wa lâ lâḥiqun fariyâḍul malakûti bizahri jamâlihi
mûniqatun wa ḥiyâḍul jabarûti bifaydi anwârihi
mutadaffaqatun wa lâ syay’a illâ wahuwa bihi manûṭ, iż
lawlâl wâsiṭatu lażahaba kamâ qîlal mausuṭ Ṣalâtan talîqu
bika minka ilayhi kamâ huwa ahluh. Aḷḷahumma innahû
sirrukal jâmi’ud dâlu ‘alayka, wa hijâbukal a’ẓamul qâimu
laka bayna yadaika, Aḷḷahumma alḥiqni bi nasabihî, wa
ḥaqqiqnî bi ḥasabihî wa ‘arrifni iyâhu ma’rafatan aslamu
bihâ min mawâridil jahli, wa akra’u bihâ min mawâridil faḍli,
wahmilnî alâ sabîlihî ilâ haḍaratik, ḥamlan mahfûfan
binuṣratik waqżif bî ‘alal bâṭili fa admaghah, wa zujja bî fî
bihâril aḥadiyah, wansyulnî min awḥâlit tauḥid wa aghriqnî fî
‘ayni baḥril waḥdah, ḥatta lâ asma’a wa lâ uḥissa wa lâ ajida
illâ bihâ waj’alil ḥijâbal a’ẓama ḥayâta rûḥi, wa rawḥahu
sirra ḥaqîqatî, wa ḥaqîqatahu jâmi’a ‘awâlimi, bi taḥqîqil
ḥaqqil awwali, yâ Awwalu yâ Akhiru yâ Żâhiru yâ Bâṭinu,
isma’ nidâ’î bimâ sami’ta bihî ‘abdika Zakariyyâ. Wan ṣurnî
bika laka wa ayyidnî bika laka wajma’ baynî wa baynak, wa
ḥul baynî wa bayna ghayrik, Aḷḷâhu, Aḷḷâhu, Allḷḷâhu. Innal
lażî faraḍa ‘alaykal Qur’âna larâdduka ilâ ma’âd, Rabbanâ
âtinâ fiddunyâ ḥasanah, wafil ‘âkhirati ḥasanah, wa qinâ
‘ażâban nâr. Rabbanâ âtinâ min ladunka rahmatan wa
hayyi’lanâ min amrinâ rasyadâ, ij’al lî min amri farajan wa
makhrajâ, Innaḷḷâha wa malâikatahû yuṣallûna ‘alan Nabiyi,
yâ ayyuhal lażîna âmanû ṣallû ‘alayhi wa sallimû taslîm.
Ṣalawâtuḷḷâhi wa salâmuhu wa taḥiyyatuhu wa raḥmatuhu wa
barâkatuhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin ‘abdika wa
rasûlikan nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa ṣaḥbihi ‘adadâ
syaf’i wal watri wa ‘adadâ kalimâtiḷḷâhit tammâtil
mubârakati ṣubḥana rabbil ‘izzati ‘ammâ yaṣifûn, wa
salâmun ‘alâl mursalîna wal ḥamduliḷḷâhi rabbil ‘âlamîn.

Catatan dan cara pengamalan :

Sebelum membaca ṣalawat yang panjang ini,


terlebih dahulu hadiah Fatiḥah kepada : Kanjeng Nabi
Muḥammad SAAW, keluarga dan para sahabat beliau
serta para awliya illah. Khususnya kepada beliau : Asy
Syaikh Syamsuddin „Abdis Salam Al-Masyisyi, setelah
itu baca ṣalawat ini 11 (sebelas) kali, dalam satu majelis
atau lebih juga baik. Sesudah “ij’al lî min amri farajan
wa makhrajâ “ sebutkan hajat Anda dengan tadarru‟,
dengan bahasa menyesuaikan atau dengan bahasa ibu
Anda. Bacalah setiap malam tiga kali mulai sekarang
niscaya keberkahan senantiasa melekat pada Anda.
Semoga.

‫٭‬ *‫٭‬
Catatan :
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
_____________________________________
‫قال رسول اهلل‬

ً‫بَلِّغىا َعـنِّـي َولَـى أَ يـَـة‬


“ Saya akan tularkan teks-teks yang saya
dapatkan dari guru-guru saya. Saya akan
terjemahkan sebisa saya dengan
membubuhkan sepercik khassiyah yang saya
dan sebagian saudara-saudara saya alami,
dan tentu saja dengan menyertaka kaifiyah
„amalnya”

-Setetes kecil dari telaga ṣalawat yang ada-

Anda mungkin juga menyukai