Anda di halaman 1dari 13

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Isak Tasane

UJI RESISTENSI INSEKTISIDA MALATHION 0,8% TERHADAP NYAMUK


Aedes aegypti DI WILAYAH FOGGING KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
KELAS II AMBON
xvi + 65 Halaman + 13 Tabel + 9 Gambar + 3 Lampiran

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh


virus Dengue. Pengendalian vektor DBD oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Ambon menggunakan isektisida Malathion 95 % dengan sistem Fogging
Fokus yang dilakukan setiap 4 bulan sekali sesuai Standar Operasional Prosedur
Kantor Kesehatan Pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai status
resistensi Vektor DBD Ae. aegypti terhadap insektisida yang digunakan untuk
pengendalian (fogging) di Pelabuhan Yos Sudarso, Pelabuhan Perikanan
Nusantara, dan Bandara Udara Pattimura. Jenis Penelitian ini adalah
Eksperimen. Sampel Uji adalah semua nyamuk Ae. aegypti dewasa generasi
pertama (F1) hasil survei Jentikdi Daerah Perimeter dan Buffer di Pelabuhan Yos
Sudarso, Pelabuhan Perikanan Nusantara, Bandara Pattimura. Data dianalisa
secara Deskriptif.Hasil uji kematian nyamuk Ae.aegypti di Pelabuhan Yos
Sudarso adalah Perimeter 5 ekor (20 %) Buffer 5 ekor (20 %), kemudian di
Pelabuhan Perikanan Nusantara di areal Perimeter 5 ekor (20 %) Buffer 5 ekor
(20 %), Bandara Udara Pattimura di areal Perimeter 4 ekor (16 %) Buffer 5 ekor
(20 %). Malathion 95 % tidak bisa digunakan lagi oleh Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Ambon karena sudah resisten terhadap nyamuk Ae.aegypti
sehingga perlu diganti dengan Insektisida golongan yang lainseperti golongan
Pirethroid (Deltametrin, Lambdasihalotrin, dan cypermetrin)

Kata kunci : Uji Resistensi, Ae. aegypti, Malathion 0,8 %.


Kepustakaan : 45, 1992 - 2014

PENDAHULUAN terakhir terdapat beberapa kejadian


kasus dengan incidence setiap
Demam Berdarah Dengue
tahunnya berbeda – beda pada
(DBD) merupakan penyakit yang
Tahun 2010 angka kesakitan
disebabkan oleh virus Dengue yang
/Incidence Rate (IR) sebesar 20
masuk dalam genus Flavivirus dari
kasus dan kematian sebanyak 2
famili Flaviridae. Virus ini ditularkan
orang (IR = 5,46/100.000 penduduk,
oleh beberapa spesies nyamuk,
dan CFR Sebesar 0,1 %)
yaitu Aedes aegypti,
meningkat bila dibandingkan Tahun
Aedesalbopictus dan Aedes
2011 angka kesakitan / Incidane
scutellaris, namun yang paling
Rate sebesar 16 kasus dan
sering dilaporkan menjadi vektor
kematian sebanyak 2 orang (IR =
dominan adalah Ae. aegypti(1).
4,37/100.000 penduduk, dan CFR
Provinsi Maluku merupakan
0,12 %) terjadi peningkatan lagi
daerah kepulauan sehingga untuk
selama 2 Tahun yaitu Tahun 2012
menjangkau suatu daerah
angka kesakitan / incidence Rate
kabupaten atau kota harus
sebesar 19 kasus dan kematian
menggunakan transportasi laut
sebanyak 1 orang (IR =
maupun Udara. Kasus DBD di
5,02/100.000 penduduk dan CFR
Provinsi Maluku khususnya di Kota
0,05 %) Tahun 2013 angka
Ambon dalam kurung waktu 4 tahun
kesakitan / incidence Rate sebesar

162
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

26 kasus dan kematian sebanyak 2 areal fogging 8,7 Ha, Pelabuhan


orang (IR = 6,78/100.000 penduduk Perikanan Nusantara 47,5 Liter
dan CFR 0,07 %). Angka kesakitan untuk luas areal 4,6 Ha, Bandara
/ Incidence Rate masih dalam target Pattimura 332,5 Liter dengan luas
Nasional yaitu< 20/100.000 areal fogging 35 Ha. Dosis yang
penduduk. Angka kematian / Case digunakan adalah 1 liter Malathion di
Fatality Rate (CFR) masih dalam campurkan atau di larutkan dengan
target Nasional yaitu < 1 %. (4,5.) Solar 19 Liter sedangkan untuk
Sesuai Peraturan Menteri aplikasi fogging adalah 500 ml
Kesehatan Republik Indonesia Malathion untuk 1 Ha areal yang
Nomor 356/MENKES/Per/IV/2008 akan difogging..(6,)
tentang organisasi dan tata kerja Malathion merupakan salah satu
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), Insektisida yang di gunakan untuk
maka Kantor Kesehatan Pelabuhan mengendalikan Vektor DBD yang di
sebagai unit pelaksanan teknis gunakan Oleh Kemeterian
dibawah Dirjen Pengendalian Kesehatan RI sejak Tahun 1972 dan
Penyakit dan Penyehatan sampai sekarang masih digunakan
Lingkungan (PP & PL) Kementrian oleh Dinas Kesehatan Provinsi
Kesehatan Republik Indonesia, Maluku, Kota Ambon, dan beberapa
mempunyai tugas pokok yaitu Kabupaten Lainnya di Provinsi
mencegah masuk dan keluarnya Maluku. Sedangkan untuk Kantor
penyakit, penyakit potensial wabah, Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Surveilance Epidemiologi, Ambon dalam penggunaan
kekarantinaan, pengendalian Malathion untuk kegiatan
dampak kesehatan lingkungan, pengendalian Vektor Demam
pelayanan kesehatan, pengawasan Berdarah Dengue terakhir
OMKABA (Obat, Makanan, digunakan Pada Tahun 2013 dan
Kosmetika, Alat Kesehatan dan beralih kepada insektisida Icon 25
Bahan Adiktif) serta pengamanan EC sampai sekarang.(6,7)
terhadap penyakit baru dan penyakit Penentuan status kerentanan
yang muncul kembali di wilayah Nyamuk Aedes aegyptisecara
kerja pelabuhan laut, bandara, dan berkala sangat diperlukan untuk
lintas batas Negara. 7) mendapatkan data dasar deteksi
Penggunaan Malathion di lebih lanjut dan monitoring terjadinya
Daerah Perimeter dan Buffer resistensi.Dengan demikian
Pelabuhan Yos Sudarso adalah karakteristik potensial terjadinya
sebanyak 4,5 Liter dengan luas areal resistensi dapat diketahui lebih awal
8,7 Ha, Pelabuhan Perikanan 2,5 untuk bahan pertimbangan dalam
Liter luas areal fogging 4,6 Ha dan strategi pengendalian Nyamuk
Bandara udara Pattimur 17,5 liter, Ae.aegypti(9)
luas Areal 35 Ha Total penggunaan Meskipun belum diketahui
Malathion untuk 1 kali aplikasi pada secara pasti berapa lama
tiga daerah tersebut sebanyak 24,5 penggunaan malathion di Kota
liter dengan luas daerah fogging Ambon dan secara khusus di Kantor
48,3 Ha. .(6) Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Untuk bahan pengencer Solar Ambon, tetapi penggunaan
Murni yang di gunakan di daerah insektisida dalam waktu lama dapat
perimeter dan buffer di ketiga menyebabkan resistensi. Oleh
wilayah fogging adalah Pelabuhan karena itu, data mengenai status
Yos Sudarso 85,5 Liter untuk luas resistensi Ae.aegypti terhadap

163
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Malathion penting agar dapat Paper Malathion 0,8 % selama 1


digunakan untuk merencanakan Jam kemudian di Holding Selama 24
strategi pengendalian yang lebih baru di hitung jumlah kematian untuk
baik dan efektif. menentukan status Resistensi dari
Penelitian tersebut dengan
BAHAN DAN METODE berpedoman pada standar Baku
WHO yaitu kematian nyamuk Ae.
Penelitian ini dilakukan di aegypti 99-100 % adalah Rentan /
Wilayah Foging Kantor Kesehatan Peka, Kematian 80-98 % adalah
Pelabuhan Kelas II Ambon pada Toleran, dan kematian kurang dari
bulan Februari s/d Maret 2015, 80 % adalah Resisten.
merupakan penelitian secara
Deskriptif untuk melihat status HASIL
Resistensi Nyamuk Ae. aegypti di
Wilayah Foging Kantor Kesehatan Hasil Holding nyamuk
Pelabuhan Kelas II Ambon. Ae.aegyptidi Pelabuhan Yos
Penelitian ini dilakukan dengan cara Sudarso selama 24 jam setelah di
mengambil larva dari daerah fogging kontakkan dengan Malathion 0,8 %
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas dengan suhu 27 0c dan kelembaban
II Ambon yaitu Pelabuhan Yos 80 % ternyata pada ulangan 2
Sudarso, Pelabuhan Perikanan daerah perimeter nyamuk Ae.aegypti
Nusantara, dan Bandara Udara yang mati sebanyak 3 ekor (12,0%)
Pattimura kemudian direaring pada dengan rata – rata kematian 0,75,
Laboratorium terpadu Fakultas ulangan 1 dan 3 masing – masing 1
Kesehatan Masyarakat Universitas ekor (4 %) dengan rata – rata
Diponegoro setelah Nyamuk Ae. kematian 0,25 dan daerah Buffer
aegypri Dewasa dengan kehidupan pada ulangan 1 nyamuk Ae. aegypti
Pertama (F1) dengan umur nyamuk yang mati sebanyak 3 ekor (12,0%)
yang sama yaitu 3-5 Hari baru dengan rata – rata kematian 0,75 ,
dilakukan Uji dengan menggunakan ulangan 2 dan 4 masing masing 1
kertas Impregnated Paper Malathion ekor (4,0 %) dengan kematian rata –
0,8 % rata 0,25.
Nyamuk Ae. aegypri yang
dipaparkan dengan Impregnated

Tabel 4.9. Distribusi Hasil Holding nyamuk Ae.aegypti di Areal Perimeter dan
Buffer Pelabuhan Yos Sudarso Ambon selama 24 Jam
Pelabuhan Yos Sudarso Ambon Kelemba
Suhu
Kontrol Perimeter Buffer ban
Ulangan Rata- Rata-
f % f % f %
rata rata
1 0 0,0 1 0,25 4,0 3 0,75 12,0 27 80
2 0 0,0 3 0,75 12,0 1 0,25 4,0 27 80
3 0 0,0 1 0,25 4,0 0 0 0 27 80
4 0 0,0 0 0 0 1 0,25 4,0 27 80
Total 0 0,0 5 1,25 20,0 5 1,25 20,0 27 80
Dari Tabel 4.10. hasil Holding nyamuk Ae.aegypti selama 24 jam setelah
di kontakkan dengan Malathion 0,8 % dengan suhu 26 0c dan kelembaban 81 %
ternyata pada ulangan 1 daerah perimeter nyamuk Ae.aegypti yang mati

164
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sebanyak 2 ekor (8%) dengan rata – rata kematian sebanyak 0,5, ulangan 3
sebanyak 1 ekor (4 %) dengan kematian rata – rata 0,25 , ulangan 4 sebanyak 2
ekor (8 %) dengan kematian rata – rata 0,5, dan daerah Buffer pada ulangan 1
nyamuk Ae. aegypti yang mati sebanyak 2 ekor (8%) dengan kematian sebanyak
0,5, ulangan 2 sebanyak 1 ekor (4%) dengan kematian rata- rata 0,25, ulangan 4
sebanyak 2 ekor (8 %) dengan rata – rata kematian sebanyak 0,5
Tabel 4.10. Distribusi Hasil Holding nyamuk Ae.aegypti di Areal Perimeter dan
Buffer Pelabuhan Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon selama
24 Jam

Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon


Kontrol Perimeter Buffer Kelembab
Suhu
Ulangan Rata- Rata- an
f % f % f %
rata rata
1 0 0,0 2 0,5 8,0 2 0,5 8,0 26 81
2 0 0,0 0 0 0 1 0,25 4,0 26 81
3 0 0,0 1 0,25 4,0 0 0 0,0 26 81
4 0 0,0 2 0,5 8,0 2 0,5 8,0 26 81
Total 0 0,0 5 1,25 20,0 5 1,25 20,0 26 81

Dari Tabel 4.11. hasil Holding nyamuk Ae.aegypti selama 24 jam setelah
di kontakkan dengan Malathion 0,8 % dengan suhu 26 0c dan kelembaban 81 %
ternyata pada ulangan 2 daerah perimeter nyamuk Ae.aegypti yang mati
sebanyak 3 ekor (12%) dengan kematian rata- rata 0,75, ulangan 3 sebanyak
1 ekor (4 %) dengan rata – rata kematian 0,25, dan daerah Buffer pada ulangan
2 nyamuk Ae. aegypti yang mati sebanyak 2 ekor (8 %) dengan kematian rata –
rata sebanyak 0,5, ulangan 3 sebanyak 1 ekor (4 %) dengan rata – rata kematian
0,75, ulangan 4 sebanyak 2 ekor (8 %) dengan rata – rata kematian 0,5.
Tabel 4.11. Distribusi Hasil Holding nyamuk Ae.aegypti di Areal Perimeter dan
Buffer Bandara Udara Pattimura Ambon selama 24 Jam

Bandara Udara Pattimura Ambon


Kontrol Perimeter Buffer Kelembab
Suhu
Ulangan Rata- Rata- an
f % f % f %
rata rata
1 0 0,0 0 0 0 0 0 0 26 81
2 0 0,0 3 0,75 12,0 2 0,5 8,0 26 81
3 0 0,0 1 0,25 4,0 1 0,75 4,0 26 81
4 0 0,0 0 0 0 2 0,5 8,0 26 81
Total 0 0,0 4 1 16,0 5 1,25 20,0 26 81
Tabel 4.13. Distribusi Kategori Status Resistensi Nyamuk Ae. aegypti di Wilayah
fogging Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon

165
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) (e
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
2356
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pelabuhan Pelabuhan Badara Udara


Ulangan Yos Sudarso Perikanan Nusantara Pattimura
P B P B P B
1 R R R R R R
2 R R R R R R
3 R R R R R R
4 R R R R R R
Total R R R R R R
Ket :
Resisten (R), Buffer (B), Perimeter (P)

Dari Tabel 4.12. Hasil pengujian Nyamuk Ae. aegypti yang dilakukan
dengan menggunakan kertas Impregnated Paper Malathion 0,8 % pada daerah
Perimeter (R) dan Buffer (B) Pelabuhan Yos Sudarso, Pelabuhan Perikanan
Nusantara, dan Bandara Udara Pattimura ternyata Nyamuk Ae. aegypti di tiga
lokasi tersebut semuanya
semuanya Resisten (R) terhadap Malathion 95 %.

(%)
20
18
16
14
12
10
Perimeter
8
buffer
6
4
2
0
Pelabuhan Yos Pelabuhan Bandara Udara Kontrol
Sudarso Perikanan Pattimura
Nusantara

Gambar 4.1. Kematian Nyamuk Ae. aegypti di daerah Perimeter dan Buffer
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon

Data grafik. 4.1. menunjukan bahwa kematian nyamuk Ae. aegypti di


daerah Perimeter Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Ambon terhadap
insektisida malathion 0,8 % paling tinggi adalah pada Pelabuhan Yos Sudarso

166
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan pelabuhan perikanan Nusantara sebanyak 20 %. Sedangkan didaerah


Perimeter Bandara Pattimura adalah sebanyak 16 %.
Kematian nyamuk Ae. aegypti di daerah Buffer Kantor Kesehatan
Pelabuhan Kelas II Ambon terhadap insektisida malathion 0,8 % di pelabuhan
Yos Sudarso, Pelabuhan Perikanan Nusantara dan Bandara Pattimura sebanyak
20 % dan dapat dilihat pada Gambar grafik hasil Uji resistensi Nyamuk
Ae. aegypti pada gambar grafik 4.1.

Gambar : 4.2. Peta Resistensi Nyamuk Ae. aegypti di Pulau Ambon

PEMBAHASAN mber infeksi atau kontaminasi,


termasukvektor dan reservoir. Pada
Tugas Pokok dan fungsi Kantor pasal 22 Point b tentang tanggung
Kesehatan Pelabuhan adalah cegah Jawab Otorita Pelabuhan yaitu
tangkal terhadap penyakit sehingga memastikan, sejauh mungkin
suatu pelabuhan pada daerah bahwafasilitasumumpada pintu
perimeter dan Buffer di Indonesia masuk dalam
harus mempunyai House Index (HI) kondisibersihdanbebas dari
adalah Nol (0) hal ini diperkuat sumberinfeksi atau
dengan International Health kontaminasitermasuk vektorpenyakit
Regulation (IHR, 2005) pada pasal danreservoir. (8)
34 ayat 2 menyatakan bahwa Untuk menjamin suatu
NegaraAnggotaharus menjamin, pelabuhan bebas dari populasi
sejauhmungkinagarwilayah untuk vektor dan reservoir maka perlu
memuatpetikemasdijagabebasdarisu dilakukan pencegahan terhadap

167
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

penularan penyakit yang bersumber Anopheles sp yang berada di dalam


binatang khususnya penyakit yang di maupun luar Rumah dengan cara
tularkan oleh Nyamuk baik Nyamuk aplikasi Thermal Fogging maupun
Ae. aegypti, nyamuk Anopheles, coldfogging serta tergolong sebagai
nyamuk Culex, maupun Mansonia, insektisida golongan organofosfat
maka Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan dosis aplikasi yaitu 50 ml/
Kelas II Ambon melakukan liter solar
pengendalian dengan cara Strategi pencegahan penyakit
larvasiding yaitu melakukan DBD salah satunya dilakukan
Surveilance secara Rutin setiap dengan cara memutus rantai
bulan terhadap container atau penularan dari vektor ke manusia,
tempat penampungan air sebagai hal tersebut dilakukan dengan cara
tempat berkembang biaknya nyamuk mengendalikan ataupun
serta memberikan bubuk abate pada menurunkan densitas dan populasi
setiap tempat penampungan air vektor sampai pada batas atau
sehingga larva tidak dapat indeks di mana populasi maupun
berkembang menjadi nyamuk densitas vektor tidak dapat
dewasa. Selain itu pengendalikan menularkan penyakit kepada
nyamuk Dewasa dilakukan dengan manusia. Secara garis besar upaya
cara thermal Fogging pada daerah pengendalian densitas dan populasi
perimeter maupun daerah buffer vektor (dalam hal ini nyamuk)
dengan tujuan agar dapat dilakukan dengan menggunakan
memutuskan rantai penularan pengendalian secara kimia yaitu
penyakit. (7) dengan cara penyemprotan
Sistem fogging yang dilakukan (pengasapan/pengebutan fogging)
oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan dengan insektisida. Adapun
Kelas II Ambon adalah fogging insektisida yang dapat digunakan
Fokus dilakukan setiap empat (4) antara lain golongan:
bulan sekali sesuai Standar 1. Organophospate, misalnya
Operasional Prosedur (SOP) yang malathion
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal 2. Pyretroid sintetic, misalnya lamda
Pengendalian Penyakit dan sihalotrin, cypermetrin,
penyehatan Lingkungan ( Dirjen alfamethrin
P2PL) Kementerian Kesehatan 3. Carbamat
Republik Indonesia. (14) Malathion merupakan salah satu
Penggunaan Insektisida untuk Insektisida yang digunakan untuk
kegiatan pengendalian vektor mengendalikan Vektor DBD yang
khususnya vektor DBD oleh Kantor digunakan Oleh Kemeterian
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Kesehatan RI sejak Tahun 1972 dan
Ambon adalah Malathion 95 % sampai sekarang masih digunakan
dengan ciri khas malathion adalah oleh Dinas Kesehatan Provinsi
mempunyai kemampuan Maluku, Kota Ambon, dan beberapa
melumpuhkan serangga dengan Kabupaten Lainnya di Provinsi
cepat, korosif, berbau, dan juga Maluku. Sedangkan untuk Kantor
bekerja sebagai racun perut dan Kesehatan Pelabuhan Kelas II
sebagai racun kontak (contack Ambon dalam penggunaan
poison). Malathion merupakan Malathion untuk kegiatan
bahan insektisida yang dapat pengendalian Vektor Demam
diemulsikan untuk mengendalikan Berdarah Dengue terakhir
nyamuk Aedes sp, Culex sp, dan digunakan Pada Tahun 2013 dan

168
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mencoba menggunakan insektisda - 84 %. Adapun kelembaban


Icon 25 EC dengan bahan aktif optimum untuk pengujian resistensi
lamda sihalotrin. (6) berkisar antara 70%-90%.
Pada penelitian ini dilakukan Berdasarkan hal tersebut, maka
pengukuran pada kondisi lingkungan suhu ruangan tidak mempengaruhi
yang meliputi suhu ruangan, dan kematian nyamuk Ae.aegypti yang
kelembaban ruangan pada saat awal telah diholding selama 24 jam (41) .
nyamuk dikontakkan dengan Pengukuran suhu ruangan,
Insektisida malathion 0,8 % dan kelembaban ruangan, pada
akhir pengamatan pada tabung pelaksanaan penelitian
holding selama 24 Jam . Hal ini menunjukkan hasil yang masih
dimaksudkan untuk mengetahui mendukung kehidupan nyamuk Ae.
perubahan – perubahan yang aegypti, dalam perlakuan uji
menyolok dari variabel lingkungan. Resistensi terhadap Malathion 0,8 %
Pengukuran suhu ruangan pada sehingga tidak mempengaruhi
saat nyamuk Ae.aegypti dikontakkan perlakuan pengujian Resistensi pada
dengan Malathion 0,8 % pada penelitian ini.
pengujian hari pertama adalah 250C Pengamatan nyamuk yang
– 260C kemudian pengujian hari dikontakkan dengan Malathion 0,8 %
kedua 260C – 270C . Standar WHO selama 1 jam pada pengujian
untuk suhu media pengujian Resistensi nyamuk Ae.aegypti di
resistensi berkisar antara 200C- daerah Pelabuhan Yos Sudarso
300C. Berdasarkan hal tersebut Ambon, Pelabuhan Perikanan
maka suhu ruangan tidak Nusantara, dan Bandara Udara
mempengaruhi kematian nyamuk Pattimura pada daerah perimeter
Ae. aegypti yang dikontakkan dan buffer ternyata tidak ada
selama 1 Jam dengan Malathion nyamuk Ae.aegypti yang pingsan
didalam Tabung Suseptibilty test. (41) (knockdown) pada Pelabuhan Yos
Kelembaban ruangan pada saat Sudarso Ambon dan Pelabuhan
pengujian hari pertama dan kedua Perikanan Nusantara tetapi pada
antara 80%-84%. Adapun ulangan 2 di daerah perimeter
kelembaban optimum untuk Bandara Udara Pattimura terdapat 1
pengujian resistensi berkisar antara ekor nyamuk Ae. aegypti yang yang
70%-90%. Berdasarkan hal tersebut, pingsan (knockdown)namun setelah
maka suhu ruangan tidak di holding selama 24 ternyata
mempengaruhi kematian nyamuk nyamuk pada ulangan 2 tidak ada
Ae.aegypti. Yang dikontakkan yang mati. Hal ini menunjukkan
dengan Malathion 0,8 % selama 1 bahwa nyamuk pada ulangan 2 di
jam (41) areal perimeter Bandara pattimura
Suhu ruangan selama Holding adalah Resisten terhadap Malathion
24 Jam 260C – 280C.Standar WHO 0,8 % karna tidak ada nyamuk yang
untuk suhu media pengujian mati pada ulangan 2
resistensi berkisar antara 200C- Pengamatan kematian
300C. Berdasarkan hal tersebut nyamukAe. aegypti setelah
maka suhu ruangan tidak dilakukan pengujian dan diHolding
mempengaruhi kematian nyamuk selama 24 jam pada daerah
Ae. aegypti yang yang di Holding Perimeter maupun Buffer Pelabuhan
selama 24 Jam di dalam Tabung Yos Sudarso, Pelabuhan Perikanan
Suseptibilty test. (41). Kelembaban Nusantara, dan Bandara Pattimura
udara selama Holding 24 Jam 80 % Ambon semuanya Resisten

169
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

terhadap Malathion 95 % yang Pelabuhan Perikanan Nusantara dan


digunakan selama ini oleh Kantor Bandara Pattimura resisten terhadap
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Malathion karena kematiannya
Ambon dan bisa kurang dari 80 % sesuai standar
dipertanggungjawabkan keabsahann WHO.(42)
penelitian dan tidak terjadi Pemakaian insektisida secara
kesalahan dalam pengujian karena terus menerus dalam waktu lama
perlakuan pengujian sesuai standar dapat menimbulkan terjadinya
WHO yaitu kertas Impregnated resistensi pada serangga
Paper Malathion 0,8 % dan masih sasaran.Pengendalian vektor DBD
berlaku sampai dengan bulan April secara kimiawi, baik digunakan
2017. untuk pengendalian nyamuk dewasa
Untuk membuktikan status maupun jentik akan merangsang
resistensi nyamuk Ae. aegypti pada terjadinya seleksi pada populasi
Daerah Fogging Kantor Kesehatan serangga sasaran. Serangga yang
Pelabuhan Kelas II Ambon pada masih rentan terhadap insektisida
Pelabuhan Yos Sudarso, Pelabuhan tertentu akan mati, sedangkan yang
Perikanan Nusantara dan Bandara sudah resisten akan tetap hidup.(33)
Pattimura maka dilakukan pengujian Di Provinsi Maluku khusnya di
terhadap nyamuk Ae. aegypti Kota Ambon dan di Wilayah Kerja
Laboratorium yang belum terpapar Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas
atau terkena dengan insektisida dan II Ambon, belum pernah dilakukan
hasilnya adalah semua nyamuk Ae. penelitian dan pengujian tentang
aegyptiLaboratorium yang diuji resistensi nyamuk Ae. aegypti
kematiannya 100 % setelah terhadap Malathion 95 % dengan
diHolding selama 24 jam . Hal ini menggunakan kertas impreganated
menunjukan bahwa nyamuk yang Paper Malathion 0,8 %, namun
berada di Pelabuhan Yos Sudarso, dibeberapa kota lain di Indonesia
Pelabuhan Perikanan Nusantara dan sudah melakukan penelitian tentang
Bandara Pattimura sudah benar– resistensi nyamuk Ae.
benar Resisten (R) terhadap aegyptiterhadap Malathion 95 %
Malathion 95 % yang digunakan dengan menggunakan kertas
selama ini oleh Kantor Kesehatan impreganated Paper Malathion 0,8
Pelabuhan Kelas II Ambonkarena % dan terbukti bahwa nyamuk Ae.
kematian nyamuk Ae. aegypti pada aegypti di beberapa kota lain di
tiga lokasi pengujian hanya 16-20 % Indonesia sudah resisten terhadap
sehingga pengujian ini Valid dan Malathion 95 %. (44)
tidak terjadi kesalahan dalam proses Penelitian resistensi nyamuk
pengujian dan perlakukan selama Ae. aegyptiyang dilakuakn di Jakarta
penelitian dengan menggunakan dan Bogor oleh Shinta, Supratman
kertas Impregnated Paper Malathion Sukowati dan Asri Fauzia pada
0,8 %. Bulan September 2006 dan Bulan
Penggunaan Malathion 95 % Maret 2007 menggunakan metode
untuk kegiatan fogging oleh Kantor standar baku WHO Impregnated
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Paper Malathion 0,8 % menunjukan
Ambon digunakan kurang lebih 27 bahwa kematian nyamuk Ae.
Tahun dengan waktu penyemprotan aegyptidi Jakarta Timur hanya
3 bulan sekali sehingga hal ini dapat mencapai 2 %, Jakarta Barat dan
menyebabkan nyamuk Ae. aegypti Jakarta selatan sebanyak 16 %,
pada Pelabuhan Yos Sudarso, Jakarta Pusat sebanyak 8 %,

170
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Jakarta utara sebanyak 6 % dan data dasar dalam penggunaan


Bogor sebanyak 11 %. Dalam insektisida
penelitian tersebut di jelaskan bahwa
nyamuk Ae. aegyptisudah resisten
terhadap Malathion 95 % yang di KESIMPULAN
gunakan selama ini baik oleh
Instansi Pemerintah maupun Swasta Berdasarkan penelitian yang
dalam melakukan pengendalian telah dilakukan maka dapat diambil
Vektor DBD.(44) kesimpulan sebagai berikut :
Data laporan WHO Tahun 1. Kematian nyamuk Ae.
1992 menyebutkan bahwa nyamuk aegyptiyang berasal dari areal
Ae. aegypti di beberapa Negara perimeter dan Buffer pelabuhan
seperti di Amerika Tengah, Amerika Yos Sudarso sebanyak 20
Selatan, India, Jepang, Malaysia, %,kematian tersebut berdasarkan
Siangapore, dan Thailand sudah standar WHO dikategorikan telah
resistens terhadap insektisida resisten terhadap Malathion 95 %
golongan organophospate (OP) jenis 2. Kematian nyamuk Ae.
Malathion.(45) aegyptiyang berasal dari areal
Perkembangan kekebalan perimeter dan Buffer pelabuhan
nyamuk Ae. aegypti di Pelabuhan Perikanan Nusantara adalah
Yos Sudarso, Pelabuhan Perikanan sebanyak 20 %, dan
Nusantara, dan Bandara Udara dikategorikan telah Resisten
Pattimura dapat terjadi karena sering terhadap Malathion 95 %
dilakukan fogging Fokus oleh Kantor 3. Kematian nyamuk Ae. aegyptidi
Kesehatan Pelabuhan Kelas II areal perimeter dan Buffer
Ambon dilakukan setiap 4 bulan Bandara Pattimura adalah
sekali sesuai Standar Operasional perimeter sebanyak 16 % dan
Prosedur (SOP) Kantor Kesehatan buffer sebanyak 20 % dan
Pelabuhan sehingga kekebalan itu dikategorikan telah Resisten
sendiri didefinisikan sebagai terhadap Malathion95 %
kemampuan suatu populasi 4. Insektisida Malathion 95 % yang
serangga untuk dapat bertahan digunakan selama ini oleh Kantor
hidup terhadap pengaruh insektisida Kesehatan Pelabuhan Kelas II
yang biasanya mematikan Ambon untuk mengendalikan
Untuk itu perlu dilakukan Vektor DBD Ae. aegyptitidak bisa
pergantian Insektisida setiap kali digunakan lagi karena nyamuk
aplikasi fogging untuk menghindari Ae. aegyptidi areal Pelabuhan
terjadinya proses resistensi suatu Yos Sudarso, Pelabuhan
populasi serangga terhadap Perikanan Nusantara, Bandara
insektisida yang akan di gunakan Udara Pattimura telah resisten
pada wilayah fogging Kantor terhadap Malathion 95 %
Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Ambon serta dilakukan evaluasi
terhadap status resistensi terhadap DAFTAR PUSTAKA
nyamuk Ae. aegypti dengan
melakukan uji Resistensi terhadap
Nyamuk Ae. aegypti yang ada pada
Wilayah Fogging Kantor Kesehatan 1. Depkes RI. Petunjuk Teknis
Pelabuhan Kelas II Ambon sebagai Penemuan, Pertolongan dan

171
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pelaporan Penderita Penyakit 12. B2P2VRP. Pedoman Koleksi


DBD. Jakarta. 2009 Nyamuk Entomologi di
Lapangan: Salatiga. 2010.
2. Widoyono. Penyakit Tropis,
Epidemiologi, Penularan, 13. Depkes RI. Petunjuk teknis
Pencegahan dan Penyelidikan Epidemiologi,
Pemberantasannya. Penerbit Penanggulangan Seperlunya
Erlangga: Jakarta.2008 dan Penyemprotan Masal dalam
Pemberantasan Penyakit DBD,
3. Dirjen P2PL Depkes RI. Petunjuk Dit. Jend. PPM & PLP:
Teknis Pemberantasan Nyamuk Jakarta.1992
Penular Penyakit
DBD.Jakarta.1992 14. Depkes RI. Pemberantasan
Vektor dan Cara-Cara
4. Dinkes Kota Ambon. Laporan Evaluasinya,: Dirjen P2M & PLP
Kegiatan Subdin P2P Tahun :Jakarta. 1992
2012 Dan Rencana Kegiatan
Tahun 2013. 15. WHO.Dengue Guidelines For
Diagnosis, Treatment,
5. Dinas Kota Ambon. Profil Prevention, And
Kesehatan Kota Ambon.2014. Control.Geneva. 1997.

6. KKP Ambon. Laporan Kegiatan 16. Depkes RI.Modul


Seksi Pengendalian Risiko Pemberantasan Demam
Lingkungan Tahun 2013. Berdarah Dengue Bagi Petugas
Penyemprot . Dirjen P2M & PLP
: Jakarta. 1997.
7. KKP Ambon. Pedoman teknis
pelaksanaan kegiatan Kantor
Kesehatan Pelabuhan. 2006. 17. WHO. Panduan Lengkap
Pencegahan Dan Pengendalian
8. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Dengue Dan Demam Berdarah
International Health Regulation. Dengue, Haemorrhagic Fever In
Ditjen PP &PL : Jakarta. 2005. South-East Asia Region. Report
Of WHO Consultation : New
9. B2P2VRP. Pedoman Teknis Uji Delhi. 2004.
Pestisida : Salatiga. 2009
18. Depkes RI. Petunjuk Teknis
Pemberantasan Nyamuk
10. Gornostaeva. A Revised
Penular Penyakit DBD. Dit Jend.
Checklist Of The Mosquits
PPM & PLP : Jakarta.1992.
(Dipthera, Culicidae) Of
Europen Russia.1997
19. Depkes RI. Petunjuk
Melakukan Macam;macam Uji
11. WHO. Pencegahan Dan
Entomologi Yang Diperlukan Untuk
Penanggulangan Penyakit
MenunjangOperasional Program
DemamBerdarah Dengue. Geneva.,
Pemberantasan Penyakit Yang di
Depkes RI, 1987, Ekologi Vektor dan
tularkan Serangga. Dirjen P2M &
Beberapa Aspek Perilaku. Dit. Jend.
P2P:Jakarta.1999.
PPM & PLP: Jakarta. 2000

172
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

20. Depkes RI. Pedoman Survey Jend.PPM & PLP :


Entomologi DemamBerdarah Jakarta.1999.
Dengue. Dirjen P2M & PLP :
Jakarta.2002. 31. Virtual Hote Institute. Integrated
Pest Management. Virtual Hote
21. Depkes RI. Pencegahan dan Institute , 2014..
Pemberantasan DBD di
Indonesia. Ditjen PP &PL : 32. Hadi.s, Barodji, Sustriayu. Uji
Jakarta.2010. coba penyemprotan ULV (ULV
Spraying), insektisida
22. Depkes RI. Membina Gerakan Bendiocarb 20% (Ficam
Pemberantasan Sarang ULV)Terhadap vektor DBD Ae.
Nyamuk Demam Berdarah aegypti, B2VRP Salatiga.2009
Dengue (PSN-DBD), Petunjuk
Bagi POKJANAL DBD: 33. Arie. PM. Efektivitas Pestisida
Jakarta.1999. Malathion Terhadap Daya
Bunuh Vektor DBD. Jakarta:
23. Kemenkes RI.Peraturan Menteri Buletin Human Media.2006.
Kesehatan RI Nomor
374/Menkes/Per/III/2010 34. Kementerian Kesehatan RI.
tentang Pengendalian Vektor. Pedoman Penggunaan
Ditjen PP & PL : Jakarta . 2012. Insektisida (Pestisida) Dalam
Pengendlian Vektor. Jakarta:
24. Depkes RI. Ekologi dan aspek Kemenkes RI.2012
perilaku Vektor. Ditjen PP & PL :
Jakarta 2007. 35. Tandy.Spray Clasiiification and
Droplet Characteristics Ultra
25. B2P2VRP. Modul Pelatihan Low Volume Spraying and
Entomologi. Salatiga . 2012. Thermal Fogging. Geneva:
WHO.1999
26. B2P2VRP. Morfologi Nyamuk :
Salatiga. 2011. 36. Hoedoyo. Vektor Demam
Berdarah Dengue Dan Upaya
27. Arazendall. Vektor Control Penanggulangannya. Jakarta:
Methode For Use By Indiciduals Parasitologi Indonesia. 1993.
An Communities. WHO-Geneva
: Geneva. 1997. 37. Widiyanto. Kajian Manajemen
Lingkungan Terhadap Kejadian
28. Sastroutomo,Pestisida: Dasar- DBD di Kota Purwokerto .
Dasar Penggunaannya, PT Semarang: Program Pasca
Gramedia Pustaka Utama Sarjana Undip.2007.
:Jakarta.1999.
38. Kemenkes RI. Pedoman
29. Swingtec, GmbHC. Fontan Survei Entomologi Demam Berdarah
Instruction Manual Spare Part Dengue dan kunci identifikasi
List.lement. Swingtec GmbH : nyamuk Aedes. Dirjen P2PL. sub
Germany.2012. Direktorat Pengendalian vektor.
2013.
30. Depkes RI. Ekologi Vektor dan
Beberapa Aspek Perilaku. Dit

173
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

39. Lukman, Budi, Asep. Hubungan


Kepadatan Penghuni Rumah,
Keberadaan Larva Nyamuk Dan
Lingkungan Abiotik dengan
Status Penularan Virus Dengue
. 2011..

40 . Boesri. Penelitian Untuk


Menentukan Indikator
Entomologi Penyakit
DemamBerdarah Dengue (DBD)
di Daerah Endemis, Jurnal
Kedokteran Yarsi, Jakarta.
2000.

41. Balai Besar Pelatihan


Kesehatan Ciloto. Modul
Pelatihan Entomologi
Kesehatan.2012.

42. Kementerian Kesehatan RI.


Modul Entomologi Malaria.
Dirjen P2PL . Sub Direktorat
Pengendalian Vektor. 2013 .

43. Endang Puji Astuti Toksisitas,


Rita Juliawati. Insektisida
Organofosfat Dan Karbamat
Terhadap Nyamuk Aedes
aegypti, Surabaya. 2010.

44. Shinta, Supratman Sukowati,


Asri Fauzia. Kerentanan
Nyamuk Aedes aegypti di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta
dan Bogor terhadap insektisida
Malathion dan
Lamdacyhalothrin. 2008.

45. WHO. Chemical Methods For


Control Of Arthropod vectors.
WHO Geneva. 1992.

174

Anda mungkin juga menyukai