Manuskrip SDKI Cikwanto
Manuskrip SDKI Cikwanto
Cikwanto
Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Indonesia
e-mail: cikwanto@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Penegakan diagnosis keperawatan yang sesuai standar bahasa keperawatan masih merupakan masalah di
dalam dokumentasi keperawatan. Supaya bisa menghasilkan dokumentasi keperawatan yang baik, perlu didukung
dengan adanya instrumen dokumentasi yang baik pula. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun pengembangan
instrumen penegakan diagnosis keperawatan berbasis SDKI. Metode: Desain penelitian ini adalah deskriftif analitik
dilaksanakan dalam 2 tahap. Populasi tahap 1 adalah 29 partisipan dan 42 responden. Populasi tahap 2 adalah 47
partisipan dan 26 responden. Partisipan dan sampel dipilih dengan purposive sampling. Analisa data menggunakan
analisis deskriptif, analisis statistik product moment pearson correlation untuk uji validitas dan cronbach alpha untuk
uji reliabilitas. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen penegakan diagnosis keperawatan di RSUDAM
provinsi Lampung cukup sesuai standar, pengembangan instrumen penegakan diagnosis keperawatan yang disusun
melalui kegiatan FGD dinyatakan valid dan reliabel, hasil pelatihan pengisian instrumen dokumentasi keperawatan
membuat sebagian besar perawat (100%) memiliki kemampuan baik dan instrumen tersebut dinyatakan baik oleh
seluruh perawat (100%). Diskusi: Rekomendasi bagi pihak RSUDAM provinsi Lampung adalah selalu rutin dalam
mengevaluasi instrumen penegakan diagnosis keperawatan sesuai standar dan mengembangkannya sesuai kebijakan
yang berlaku.
Tabel 5.5 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0027 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Hasil uji validitas dengan bantuan Glukosa Darah memiliki hasil uji korelasi
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s pearson’s product moment dengan r hitung > r
product moment, dimana r tabel dengan tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid.
responden sejumlah 15 orang adalah 0,4409. Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis menunjukan nilai alpha cronbach> r tabel
keperawatan D.0027 Ketidakstabilan Kadar sehingga item tersebut dinyatakan reliabel
Tabel 5.6 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0038 Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
Hasil uji validitas dengan bantuan korelasi pearson’s product moment dengan r
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s hitung > r tabel sehingga item tersebut
product moment, dimana r tabel dengan dinyatakan valid. Hasil uji statistik dengan
responden sejumlah 15orang adalah 0,4409. alpha cronbach menunjukan nilai alpha
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis cronbach> r tabel sehingga item tersebut
keperawatan D.0038 Risiko Ketidakstabilan dinyatakan reliable
Kadar Glukosa Darah memiliki hasil uji
Hasil uji validitas dengan bantuan hasil uji korelasi pearson’s product moment
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dengan r hitung < r tabel sehingga item
product moment, dimana r tabel dengan tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil uji
responden sejumlah 4 orang adalah 0,900. statistik dengan alpha cronbach menunjukan
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis nilai alpha cronbach < r tabel sehingga item
keperawatan D.0019 Defisit Nutrisi memiliki tersebut dinyatakan tidak reliable
Tabel 5.8 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0032 Risiko Defisit Nutrisi
Hasil uji validitas dengan bantuan memiliki hasil uji korelasi pearson’s product
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s moment dengan r hitung < r tabel sehingga
product moment, dimana r tabel dengan item tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil uji
responden sejumlah 4 orang adalah 0,900. statistik dengan alpha cronbach menunjukan
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis nilai alpha cronbach < r tabel sehingga item
keperawatan D.0032 Risiko Defisit Nutrisi tersebut dinyatakan tidak reliable
Tabel 5.11 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak efektif
Hasil uji validitas dengan bantuan efektif memiliki hasil uji korelasi pearson’s
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s product moment dengan r hitung > r tabel
product moment, dimana r tabel dengan sehingga item tersebut dinyatakan valid. Hasil
responden sejumlah 16 orang adalah 0,4259. uji statistik dengan alpha cronbach menunjuka
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis nilai alpha cronbach> r tabel sehingga item
keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak tersebut dinyatakan reliable
Tabel 5.13 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0128 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Hasil uji validitas dengan bantuan Kulit/Jaringan memiliki hasil uji korelasi
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s pearson’s product moment dengan r hitung > r
product moment, dimana r tabel dengan tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid.
responden sejumlah 15 orang adalah 0,4409. Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis menunjukan nilai alpha cronbach> r tabel
keperawatan D.0128 Gangguan Integritas sehingga item tersebut dinyatakan reliable
Tabel 5.14 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0141 Risiko Infeksi
Hasil uji validitas dengan bantuan hasil uji korelasi pearson’s product moment
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dengan r hitung > r tabel sehingga item
product moment, dimana r tabel dengan tersebut dinyatakan valid. Hasil uji statistik
responden sejumlah 28 orang adalah 0,3172. dengan alpha cronbach menunjukan nilai alpha
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis cronbach > r tabel sehingga item tersebut
keperawatan D.0141 Risiko Infeksi memiliki dinyatakan reliable
Hasil uji validitas dengan bantuan reliabel. Sedangkan pada indikator 2r hitung
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s >r tabel sehingga item tersebut
product moment, dimana r tabel dengan dinyatakantidak valid. Hasil uji statistik
responden sejumlah 18 orang adalah 0,400. dengan alpha cronbach menunjukan indikator
Hasil analisis didapatkan indikator 1, 3,4 dan 5 1, 3,4 dan 5 nilai alpha cronbach > r tabel
pada instrumen diagnosis keperawatan D.0057 sehingga item tersebut dinyatakan reliabel,
Keletihan memiliki hasil uji korelasi pearson’s sedangkan indikator 2 nilai alpha cronbach > r
product moment dengan r hitung > r tabel tabel sehingga item tersebut dinyatakan tidak
sehingga item tersebut dinyatakan valid dan reliable.
Tabel 5.16 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0092 Ketidakberdayaan
Hasil uji validitas dengan bantuan tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dan reliabel. Sedangkan pada indikator 3r
product moment, dimana r tabel dengan hitung > r tabel sehingga item tersebut
responden sejumlah 16 orang adalah 0,4259. dinyatakantidak valid. Hasil uji statistik
Hasil analisis didapatkan indikator 1, 2,4 dan 5 dengan alpha cronbach menunjukan indikator
pada instrumen diagnosis keperawatan D.0092 1, 2,4 dan 5 nilai alpha cronbach > r tabel
Ketidakberdayaan memiliki hasil uji korelasi sehingga item tersebut dinyatakan reliabel,
pearson’s product moment dengan r hitung > r sedangkan indikator 3 nilai alpha cronbach > r
tabel sehingga item tersebut dinyatakan tidak reliable
Hasil uji validitas dengan bantuan item tersebut dinyatakan valid. Hasil uji
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s statistik dengan alpha cronbach menunjukan
product moment, dimana r tabel dengan nilai alpha cronbach > r tabel sehingga item
responden sejumlah 17 orang adalah 0,4124 tersebut dinyatakan reliable
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis Penjelasan tentang hasil uji validitas
keperawatan D.0110 Defisit Pengetahuan instrumen penegakan diagnosis keperawatan
memiliki hasil uji korelasi pearson’s product pada pasien chronic heart failure terlihat pada
moment dengan r hitung > r tabel sehingga table-tabel di bawah ini:
Tabel 5.18 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0008 Penurunan Curah Jantung
Hasil uji validitas dengan bantuan product moment dengan r hitung < r tabel
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s sehingga item tersebut dinyatakan tidak valid.
product moment, dimana r tabel dengan Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
responden sejumlah 20 orang adalah 0,3783. menunjukan nilai alpha cronbach < r tabel
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis sehingga item tersebut dinyatakan tidak
keperawatan D.0008 Penurunan Curah reliable.
Jantung memiliki hasil uji korelasi pearson’s
Hasil uji validitas dengan bantuan Seluruh item soal pada instrumen diagnosis
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s keperawatan D.0056 Intoleran Aktivitas
product moment, dimana r tabel dengan memiliki hasil uji korelasi pearson’s product
responden sejumlah 17 orang adalah 0,4124 moment dengan r hitung > r tabel sehingga
item tersebut dinyatakan valid. Hasil uji nilai alpha cronbach> r tabel sehingga item
statistik dengan alpha cronbach menunjukan tersebut dinyatakan reliable
Hasil uji validitas dengan bantuan hasil uji korelasi pearson’s product moment
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dengan r hitung > r tabel sehingga item
product moment, dimana r tabel dengan tersebut dinyatakan valid. Hasil uji statistik
responden sejumlah 18 orang adalah 0,4000 dengan alpha cronbach menunjukan nilai
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis alpha cronbach> r tabel sehingga item tersebut
keperawatan D.0022 Hipervolemia memiliki dinyatakan reliable
Hasil uji validitas dengan bantuan product moment dengan r hitung < r tabel
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s sehingga item tersebut dinyatakan tidak valid.
product moment, dimana r tabel dengan Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
responden sejumlah 4 orang adalah 0,900. menunjukan nilai alpha cronbach< r tabel
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis sehingga item tersebut dinyatakan tidak
keperawatan D.0003 Gangguan Pertukaran reliable
Gas memiliki hasil uji korelasi pearson’s
Tabel 5.22 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak Efektif
Hasil uji validitas dengan bantuan keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s Efektif memiliki hasil uji korelasi pearson’s
product moment, dimana r tabel dengan product moment dengan r hitung < r tabel
responden sejumlah 16 orang adalah 0,4259. sehingga item tersebut dinyatakan valid. Hasil
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis uji statistik dengan alpha cronbach
menunjukan nilai alpha cronbach < r tabel sehingga item tersebut dinyatakan reliable
Hasil uji validitas dengan bantuan dinyatakan valid. Sedangkan pada indikator
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s 2,3 dan 4 nilai r hitung < r tabel sehingga item
product moment, dimana r tabel dengan tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil uji
responden sejumlah 10 orang adalah 0,5214. statistik dengan alpha cronbach menunjukan
Hasil analisis pada indikator 1 dan 5 pada nilai r hitung > r tabel sehingga item tersebut
instrumen diagnosis keperawatan D.0128 dinyatakan reliabel. Sedangkan pada indikator
Gangguan Integritas Kulit memiliki hasil uji 2,3 dan 4 nilai r hitung < r tabel sehingga item
korelasi pearson’s product moment dengan r tersebut dinyatakan tidak reliable.
hitung > r tabel sehingga item tersebut
Hasil uji validitas dengan bantuan program lama kerja 16-20 tahun, sebagian
SPSS dengan uji korelasi pearson’s product besarpartisipan (51,1%) pendidikan terakhir
moment, dimana r tabel dengan responden adalah D3 Keperawatan, dan ssebagian
sejumlah 16 orang adalah 0,4259. Seluruh item besarpartisipan merupakan pegawai tetap
soal pada instrumen diagnosis keperawatan (83%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
D.0110 Defisit Pengetahuan memiliki hasil uji usia yang masih tergolong muda, dengan
korelasi pearson’s product moment dengan r pendidikan terakhir D3 keperawatan
hitung > r tabel sehingga item tersebut diharapkan mampu menerima ilmu baru
dinyatakan valid. Hasil uji statistik dengan dengan baik sehingga mampu
alpha cronbach menunjukan nilai alpha mengaplikasikan instrumen yang
cronbach > r tabel sehingga item tersebut dikembangkan peneliti dengan baik..
dinyatakan reliable. karakteristik responden dilihat dari segi
usia, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan
Hasil dan Analisis Penelitian tahap 2 terakhir dan status kepegawaian perawat yang
karakteristik partisipan dilihat dari segi mana didapatkan hasil bahwa. Tabel di atas
usia, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan dapat menginformasikan bahwa hampir
terakhir dan status kepegawaian perawat. sebagian responden (61,5%) berusia 36-40
Tabel di atas dapat menginformasikan bahwa tahun, sebagian besar responden (92,3%)
sebagian perawat (46,8%) berusia 36-40 tahun, adalah perempuan, hampir sebagian responden
sebagian besar berjenis kelamin perempuan (65,4%) lama kerja >16-20 tahun, sebagian
(74,5%), sebagian perawat (51,1%) memiliki besar pendidikan terakhir adalah D3
Keperawatan, dan seluruh responden (100%) user view adalah baik, dilihat dari aspek
adalah pegawai tetap. Hal tersebut functionallity, efficiency, dan usability.
menunjukkan bahwa respondenmasih Rekomendasi FGD tahap 2, Ruang
termasuk dalam kategori usia produktif, rawat inap perlu untuk mendata daftar
dengan pengalaman kerja yang cukup lama. diagnosis keperawatan pada pasien diabetes
Sosialisasi dan pelatihan pengisian mellitus dan chronic heart failureuntuk
instrumen penegakan diagnosis keperawatan membantu dalam penyusunan Standar Asuhan
berbasis SDKI di RSUD Dr. H. Abdul Keperawatan dengan bahasa yang telah
Moeloek Provinsi Lampung dimulai & terstandar.
dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2017. Secara
hasil, peserta sangat antusias dengan kegiatan DISKUSI
pelatihan dan mengikuti kegiatan dari awal
hingga akhir. Jumlah total peserta sebanyak 47 Evaluasi Standar Penegakan Diagnosis
peserta. Peserta terdiri dari seluruh perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
yang ada di RSUD AM. Secara garis besar, di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
peserta mampu menerima materi yang Lampung
disampaikan oleh peneliti, namun yang Hasil identifikasi yang terlihat pada
menjadi kendala adalah kurangnya informasi tabel 5.3 halaman 84 menunjukkan bahwa
tentang text book SDKI. Instrumen yang instrumen penegakan diagnosis keperawatan
dikembangkan adalah untuk pasien dengan yang dipakai oleh RSUD Dr. H. Abdul
diagnosa medis diabetes mellitus dan chronic Moeloek Provinsi Lampung yaitu instrumen
heart failure, sehingga perawat ditugaskan diagnosis keperawatan cukup sesuai standar.
untuk menegakan diagnosis keperawatan pada Kriteria dari standar diagnosa
pasien diabetes mellitus dan chronic heart keperawatan menurut Depkes RI (1998) yaitu
failure. Satu perawatbertugas menpenegakan diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
diagnosiskan satu pasien diabetes mellitusdan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
atau chronic heart failureyang mana kebutuhan pasien, diagnosa dibuat sesuai
penegakan diagnosis tersebut diselesaikan dengan wewenang perawat, komponen terdiri
dalam satu shift. Peneliti ikut mendampingi dari masalah, penyebab, gejala (PES) atau
para perawat selama proses penegakan masalah dan penyebab (PE).
diagnosis keperawatan pada masing-masing Instrumen diagnosis keperawatan
responden yang penegakan diagnosis dikatakan cukup sesuai standar dikarenakan
keperawatan pasien diabetes mellitus dan atau diagnosis keperawatan belum dihubungkan
cronic heart failure sebagai pembanding dengan penyebab kesenjangan secara benar
apakah yang dipenegakan diagnosis oleh dan pemenuhan kebutuhan pasien, dan masih
perawat sudah benar atau belum. Proses ini ada komponen masih terdiri dari 2 statement
berlangsung mulai dari tanggal 9 Juli-16 Juli saja. Penggunaan bahasa diagnosis
2017 keperawatan sebagian besar belum sesuai
Keberhasilan dari program sosialisasi dengan standar NANDA International.
dan pelatihan tersebut dilihat berdasarkan Idealnya terdapat 2 part statement dimana
evaluasi kemampuan dan pendapat perawat seperti yang dijelaskan oleh Depkes RI (1998)
dalam penerapan penegakan diagnosis yang menyatakan bahwa diagnosis
keperawatan berbasis SDKI di RSUD Dr. H. keperawatan aktual idealnya terdiri dari
Abdul Moeloek Provinsi Lampung yang problem, etiology, symtomp dan diagnosis
diukur menggunakan istrumen penelitian risiko terdiri dari problem dan etiology.
Pengisian instrumen penegakan diagnosis
keperawatan, hampir seluruh responden Pengembangan Diagnosis Keperawatan dan
(100%) memiliki kemampuan yang baik dalam Intervensi Instrumen Berdasarkan SDKI.
mengisi instrumen penegakan diagnosis Rekomendasi dari focus group
keperawatan dan seluruh responden (100%) discussion tentang bentuk susunan instrumen
menyatakan bahwa mutu instrumen menurut penegakan diagnosis berbasis SDKI yang akan
diaplikasikan di ruang rawat inap RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, yaitu: harus diisi lebih dari 80% tanda & gejala, dan
partisipan sependapat dengan susunan 4) komponen tanda & gejala (symptom) Minor
instrumen yang dipaparkan oleh peneliti yaitu pada sebelah kanan kolom berupa check list
perumusan diagnosis keperawatan yang sesuai yang jika ditemukan tanda & gejala tersebut.
SDKI dengan pilihan check list sesuai standar Pada kolom 5 perawat wajib memberi tanda
penyusunan diagnosis keperawatan yaitu tangan dan nama perawat yang mengisi
terdiri dari problem, etiology, symptom untuk instrumen tersebut.
diagnosis aktual dan problem, etiology untuk Para peneliti mengembangkan diagnosa
diagnosis risiko dengan format check list. keperawatan dan intervensi instrumen
Instrumen menyesuaikan format yang berdasarkan SDKI berdasarkan hasil FGD dan
telah digunakan di ruang rawat inap RSUD Dr. berdasarkan teori yang dijelaskan dalam
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan paragraf sebelumnya. Instrumen telah
disesuaikan SDKI. Pada kolom 1 berisi dirancang oleh para peneliti disajikan dan
komponen waktu yang terdiri terdiri Tanggal ditawarkan kepada peserta. Sesuai dengan
dan Jam yang diisi saat diagnosis tersebut harapan para perawat yang ingin diagnosis
ditemukan pada pasien. Untuk diagnosis mereka dan keperawatan instrumen intervensi
keperawatan Aktual pada kolom 2 terdiri dari yang sederhana, mudah digunakan, menurut
komponen diagnosis keperawatan yang terdiri teori dan efisien.
dari 1) kode diagnosis keperawatan SDKI, 2)
komponen label diagnosis (problem) yang Analisis validitas dan reliabilitas
disertai dengan definisi masing-masing Prinsip penyusunan instrumen menurut
diagnosis, 3) komponen penyebab (etiology) Nursalam (2014) yaitu validitas (kesahihan)
berupa check list yang diisi sesuai dengan dan reliabilitas. Prinsip validitas adalah
faktor penyebab pada masing-masing pasien, pengukuran dan pengamatan yang berarti
4) komponen tanda & gejala (symptom) Mayor prinsip keandalan instrumen dalam
pada sebelah kiri kolom berupa check list yang mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
harus diisi lebih dari 80% tanda & gejala, dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Dua
5) komponen tanda & gejala (symptom) Minor hal penting yang harus dipenuhi dalam
pada sebelah kanan kolom berupa check list menentukan validitas pengukuran yaitu
yang jika ditemukan tanda & gejala tersebut. relevan isi instrumen (isi instrumen harus
Pada kolom 5 perawat wajib memberi tanda disesuaikan dengan tujuan penelitian agar
tangan dan nama perawat yang mengisi dapat mengukur apa yang seharusnya diukur
instrumen tersebut. dan isi tersebut biasanya dapat dijabarkan
Untuk diagnosis keperawatan Risiko dalam definisi operasional) dan relevan
pada kolom 2 terdiri dari komponen diagnosis sasaran subjek dan cara pengukuran
keperawatan yang terdiri dari 1) kode (instrumen yang disusun harus dapat
diagnosis keperawatan SDKI, 2) komponen memberikan gambaran terhadap perbedaan
label diagnosis (problem) yang disertai dengan subjek penelitian). Reliabilitas adalah
definisi masing-masing diagnosis, 3) kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
komponen penyebab (etiology) berupa check bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur
list yang diisi sesuai dengan faktor penyebab atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
pada masing-masing pasien. Pada kolom 5 berlainan.
perawat wajib memberi tanda tangan dan nama Instrumen yang baik adalah instrumen
perawat yang mengisi instrumen tersebut. yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Oleh
Untuk diagnosis keperawatan Promkes karena itu dalam proses penyusunannya sangat
pada kolom 2 terdiri dari komponen diagnosis penting untuk memperhatikan isi dari
keperawatan yang terdiri dari 1) kode instrumen apakah mampu untuk mengukur apa
diagnosis keperawatan SDKI, 2) komponen yang seharusnya diukur, dan hasil dari
label diagnosis (problem) yang disertai dengan pengukuran tersebut mampu memberikan
definisi masing-masing diagnosis, 3) informasi yang akurat. Sebanyak 42 responden
komponen tanda & gejala (symptom) Mayor yang dipakai peneliti dalam pengukuran
pada sebelah kiri kolom berupa check list yang validitas dan reliabilitas instrumen guna
memperoleh hasil yang benar-benarsignifikan. Evaluasi kemampuan dan pendapat
Responden tersebut terdiri dari ketua tim perawat tentang penerapan diagnosa
perawat beberapa perawat pelaksana di inap di keperawatan dan intervensi berdasarkan
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi SDKI
Lampung. Instrumen diagnosis keperawatan Kemampuan responden dalam mengisi
disusun oleh peneliti sesuai dengan kajian instrumen diagnosis keperawatan secara
peneliti di lapangan. Item soal yang dinilai keseluruhan (100%) yang baik, seluruh
pada setiap soal pada instrumen diagnosis responden (100%) berpendapat bahwa mutu
didasarkan pada komponen yang wajib ada instrumen menurut user view adalah baik,
pada setiap instrumen diagnosis keperawatan. dilihat dari aspek functionallity, efficiency, dan
Apabila terdapat hasil pengukuran instrumen usability..
yang tidak valid, maka dilakukan pengubahan Pada dasarnya pengisian instrumen
bahasa yang dipakai dalam item soal pada penegakan diagnosis keperawatan bukanlah
instrumen atau membuang item yang tidak hal yang baru bagi perawat. Setiap hari
sesuai. Melalui langkah tersebutlah maka perawat dihadapkan pada aktivitas tersebut.
didapatkan hasil yang valid dan reliabel Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan
instrumen penegakan diagnosis keperawatan meskipun mendapat informasi baru mengenai
yang dikembangkan. cara pengisian instrumen penegakan diagnosis
dengan format baru, bukanlah merupakan hal
Diseminasi dan Pelatihan Pengembangan yang sulit untuk diaplikasikan. Pada
Diagnosis Keperawatan Berbasis SDKI kenyatannya para responden mampu mengisi
Diseminasi dan pelatihan pengembangan dengan mudah dan lancar instrumen yang
diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI di dikembangkan.
RSUD Abdul Moeloek Lampung berjalan
lancar dan diadakan pada 13 April 2016 yang Rekomendasi
dihadiri oleh 47 peserta. Hasil temuan penelitian untuk
Pelatihan adalah persiapan untuk pengembangan instrumen penegakan diagnosis
meningkatkan kompetensi dan keterampilan keperawatan berbasis SDKI dari aspek
staf, promosi untuk peningkatan kinerja diagnosis keperawatan yaitu sesuai dengan
kepemimpinan (Danim, 2008) Indikator SDKI diagnosis keperawatan aktual
metode pelatihan dapat dilihat di bawah ini menggunakan 3 statement diagnosis
(Hasibuan, 2005) atau kepentingan pada keperawatan yaitu label diagnosis keperawatan
metode yang digunakan; 2) harmonisasi sebagai masalah dan faktor yang berhubungan
kegiatan pelatihan dengan keberlanjutan untuk menerangkan etiologi dan di sertai
kegiatan di lapangan; 3) fasilitas ruang praktek indikator mayor dan indikator minor.
yang memadai; 4) ketepatan waktu dengan Diagnosis keperawatan risiko menggunakan 2
peserta pelatihan. statement diagnosis keperawatan yaitu label
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan guna diagnosis keperawatan sebagai masalah dan
memfasilitasi perawat di ruang rawat inap faktor yang berhubungan untuk menerangkan
yang saat itu sedang bertugas pada shift pagi. etiologi.
Secara etika dan tanggung jawab, tidak Sebagian besar partisipan dan responden
mungkin mewajibkan semua perawat ruang dalam penelitian adalah perawat vokasional
rawat inap untuk mengikuti sosialisasi pada dengan latar belakang DIII keperawatan. Hal
satu waktu dimana perawat harus ini menjadi kendala saat pengisian instrumen
meninggalkan pasien yang sedang dirawat di penegakan diagnosis keperawatan. Peneliti
ruang. Adanya pelatihan tersebut diharapkan harus menjelaskan setiap komponen instrumen
dapat meningkatkan pengetahuan perawat dan komponen diagnosis keperawatan secara
tentang bahasa standar dan penerapannya. berulang. Responden dalam hal ini perawat
rata-rata hanya mampu menegakkan satu
diagnosis keperawatan tanpa melihat kembali
hasil pengkajian keperawatan yang dapat
menenukan berbagai macam diagnosis
keperawatan. Tentunya hal ini perlu penelitian penegakan diagnosis keperawatan adalah
tindak lanjut tentang pengetahuan perawat perawat profersional.
terhadap kemampuan penegakan diagnosis
keperawatan. REFERENCES