Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENEGAKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN

BERBASIS STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI)

(Development of Nursing Diagnosis Instrument Based on Standardized


Nursing Diagnosis Indonesia)

Cikwanto
Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Indonesia
e-mail: cikwanto@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Penegakan diagnosis keperawatan yang sesuai standar bahasa keperawatan masih merupakan masalah di
dalam dokumentasi keperawatan. Supaya bisa menghasilkan dokumentasi keperawatan yang baik, perlu didukung
dengan adanya instrumen dokumentasi yang baik pula. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun pengembangan
instrumen penegakan diagnosis keperawatan berbasis SDKI. Metode: Desain penelitian ini adalah deskriftif analitik
dilaksanakan dalam 2 tahap. Populasi tahap 1 adalah 29 partisipan dan 42 responden. Populasi tahap 2 adalah 47
partisipan dan 26 responden. Partisipan dan sampel dipilih dengan purposive sampling. Analisa data menggunakan
analisis deskriptif, analisis statistik product moment pearson correlation untuk uji validitas dan cronbach alpha untuk
uji reliabilitas. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen penegakan diagnosis keperawatan di RSUDAM
provinsi Lampung cukup sesuai standar, pengembangan instrumen penegakan diagnosis keperawatan yang disusun
melalui kegiatan FGD dinyatakan valid dan reliabel, hasil pelatihan pengisian instrumen dokumentasi keperawatan
membuat sebagian besar perawat (100%) memiliki kemampuan baik dan instrumen tersebut dinyatakan baik oleh
seluruh perawat (100%). Diskusi: Rekomendasi bagi pihak RSUDAM provinsi Lampung adalah selalu rutin dalam
mengevaluasi instrumen penegakan diagnosis keperawatan sesuai standar dan mengembangkannya sesuai kebijakan
yang berlaku.

Kata Kunci : Instrumen Diagnosis Keperawatan, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

PENGANTAR mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan


Penegakan diagnosis merupakan aspek yang telah diberikan dalam aspek legal
penting dalam praktik keperawatan. Sepanjang perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika
waktu, format dan kualitas penegakan klien menuntut ketidakpuasan akan pelayanan
diagnosis telah berkembang, tetapi fokusnya keperawatan (Nursalam, 2008; Iyer, 2001).
terus berdampak terhadap perawatan klien Diagnosis keperawatan merupakan
(Potter & Perry; 2009). Sistem penegakan penilaian klinis terhadap pengalaman/respon
diagnosis yang ideal harus memberikan individu, keluarga, atau komunitas pada
informasi klien yang komprehensif, masalah kesehatan/risiko masalah kesehatan
menunjukkan hasil dan standar klien, atau pada proses kehidupan. Diagnosis
memfasilitasi reimbursement dari pemerintah keperawatan merupakan bagian vital dalam
dan dari perusahaan asuransi pembayar, serta menentukan asuhan keperawatan yang sesuai
berfungsi sebagai dokumen legal (Twardon untuk membantu klien mencapai kesehatan
dan Gartner, 1993: Potter & Perry; 2009). yang optimal. Perawatan yang profesional
Mutu asuhan keperawatan dapat tergambar dicerminkan dalam pendokumentasian yang
dari penegakan diagnosis proses keperawatan profesional, yang membuktikan tentang apa
(Gillies, 1994). Penegakan diagnosis dalam yang dilakukan oleh perawat dan secara efektif
keperawatan memegang peranan penting menggambarkan status dan kemajuan klien.
terhadap segala macam tuntutan masyarakat Informasi yang menggambarkan masalah klien
yang semakin kritis dan mempengaruhi atau diagnosis keperawatan kemudian
kesadaran masyarakat akan hak-haknya dari mengarah pada pemberian asuhan keperawatan
suatu unit kesehatan. Pendokumentasian yang untuk memilih suatu rencana perawatan yang
tidak dilakukan dengan lengkap dapat sesuai dengan terapi keperawatan (Potter &
menurunkan mutu pelayanan keperawatan Perry; 2009).
karena tidak dapat mengidentifikasi sejauh
Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk pasien. Penegakan diagnosis yang juga
(PPNI) merupakan Organisasi Profesi (OP) belum diselesaikan oleh perawat adalah
yang diakui dalam UU Keperawatan memiliki diagnosis, intervensi, implementasi
bertanggung jawab dalam meningkatkan dan keperawatan, dan evaluasi. Hasil pengamatan
mengembangkan pengetahuan dan yang dilakukan oleh peneliti dari instrumen
keterampilan, martabat, dan etika profesi diagnosis keperawatan hanya berisi kolom
perawat di Indonesia. Dalam mencapai tujuan kosong tanpa ada daftar masalah yang
dan menjalankan fungsi tersebut, salah satunya memudahkan perawat dalam memilih
PPNI berkewajiban untuk menyusun standar- diagnosis keperawatan yang tepat. Satu format
standar yang meliputi standar kompetensi, lembar terdiri dari kolom diagnosis
standar asuhan keperawatan, dan standar keperawatan, kolom tujuan dan kolom rencana
kinerja profesional. Standar asuhan intervensi keperawatan. Dalam beberapa
keperawatan dibutuhkan Standar Diagnosis format keperawatan yang telah sebagian diisi
Keperawatan, oleh karena PPNI menerbitkan tapi ada yang tidak sesuai dengan diagnosis
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia keperawatan NANDA.
(SDKI). Diagnosis keperawatan telah Konsep solusi yang dikembangkan
diterapkan di berbagai rumah sakit dan dalam penelitian ini adalah untuk
fasilitas kesehatan lainnya, namun mengembangkan instrumen penegakan
pengetahuan perawat terkait indikator- diagnosis keperawatan berbasis SDKI dalam
indikator diagnostik untuk penegakan format dalam bentuk daftar checklist (√) pada
diagnosis masih perlu ditingkatkan agar pasien dengan kasus diabetes mellitus dan
penegakan dapat dilakukan secara tepat dan chronic heart failure. Manfaat dari
terstandarisasi, serta proses penegakan penggunaan instrumen penegakan diagnosis
diagnosisi tidak dianggap sulit. Tanpa keperawatan berbasis SDKI adalah untuk
terminologi dan indikator yang terstandarisasi, meningkatkan komunikasi antara perawat,
penegakan diagnosis keperawatan menjadi meningkatkan mutu intervensi keperawatan,
tidak seragam, tidak akurat dan ambigu dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
sehingga menyebabkan ketidaktepatan Strategi untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengambilan keputusan dan ketidaksesuaian keterampilan perawat melalui sosialisasi dan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada pelatihan, serta praktek pengisian instrumen
klien. penegakan diagnosis keperawatan sesuai
Pendataan awal tentang penegakan diagnosis keperawatan menurut SDKI.
diagnosis penegakan diagnosis keperawatan Pengembangan instrumen penegakan
yang di lakukan pada tangga 15 Maret 2017 di diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI
ruang Kenanga dan ruang Tulip Rumah Sakit diharapkan meningkatkan kualitas diagnosis
dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung di keperawatan dan meningkatkan mutu
lakukan dengan teknik wawancara dan intervensi keperawatan. Berdasarkan uraian
observasi. Hasil wawancara dengan Ketua Tim yang telah dijelaskan sebelumnya sehingga
ruang Kenanga RSUDAM mengatakan bahwa perlu pengembangkan instrumen penegakan
perawat pelaksana memahami bahwa tugas diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI.
mereka setelah melakukan pengkajian adalah
menentukan dan menegakkan diagnosis BAHAN DAN METODE
keperawatan dan harus dipenegakan Desain penelitian ini deskriptif analitik
diagnosiskan.Tetapi hal-hal lainnya tertentu yang dilakukan dalam dua tahap. Tahap
saja seperti pemberian obat, pengukuran TTV, pertama adalah mengembangkan instrumen
dan kegiatan rutin lainnya yang juga di penegakan diagnosis keperawatan yang di
dokumentasikan dalam instrumen dukung dengan analisis stastik menggunakan
keperawatan. Hasil wawancara dengan 4 dari pearson product moment correlation test
14 perawat diruang Tulip, bahwa perawat untuk menentukan validitas dan uji alpha
mengatakan mereka tidak banyak waktu untuk cronbach untuk menentukan reabilitas. Pada
menulis diagnosis keperawatan secara lengkap tahap kedua adalah proses sosialisasi dan
dan benar di format yang telah disediakan pelatihan dalam menggunakan instrumen
sehingga perawat dapat menggunakan HASIL
instrumen penegakan diagnosis keperawatan Fase hasil & Analisis Penelitian 1
menurut SDKI. Analisa deskriptif digunakan Karakteristik partisipan FGD yang
untuk menentukan distribusi frekuensi dari mana didapatkan hasil bahwa hampir sebagian
setiap variabel sub-kategori. partisipan (37,9%) berusia 31-35 tahun,
Populasi tahap pertama kegiatan FGD sebagian besar partisipan 24 (82,8%) adalah
terdiri dari bidang keperawatan, komite perempuan, hampir sebagian partisipan
keperawatan, supervisor dan ketua tim (41,4%) lama kerja antara 16-20 tahun,
perawat. Sampel dipilih berdasarkan teknik sebagian besar pendidikan terakhir adalah D3
purposive sampling. Peserta dalam FGD Keperawatan sebanyak 16 orang (55,2), dan
sebanyak 29 perawat. Populasi tahap pertama seluruh partisipan (100%) adalah pegawai
untuk menguji validitas dan reliabilitas dan tetap. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pemilihan sampel menggunakan teknik partisipan focus group discussion masih
purposive sampling diperoleh 46 perawat. termasuk dalam kategori usia produktif,
Populasi tahap kedua yang digunakan untuk dengan pengalaman kerja yang cukup lama
mengevaluasi kemampuan perawat dalam sehingga bisa memberikan gambaran tentang
pengisian keperawaban diagnosis dan kebutuhan mengenai instrumen penegakan
instrumen intervensi berdasarkan SDKI adalah diagnosis keperawatan yang sesuai dengan
perawat di RSUDAM propinsi Lampung dan kondisi di setiap ruangan.
pemilihan sampel menggunakan teknik Karakteristik responden didapatkan
purposive sampling yang diperoleh 26 hasil bahwa hampir sebagian responden (50%)
perawat. Populasi tahap kedua untuk kegiatan berusia > 36-40 tahun, sebagian besar
FGD terdiri dari bidang keperawatan, komite partisipan 24 (80%) adalah perempuan, hampir
keperawatan, supervisor dan ketua tim perawat sebagian responden (50%) lama kerja antara
sebesar 47 peserta. 15-20 tahun, sebagian besar pendidikan
Variabel dalam penelitian ini adalah terakhir adalah D3 Keperawatan (53,3%), dan
pengembangan instrumen diagnosis hampir seluruh responden (90%) adalah
keperawatan berbasis SDKI. Tahap 1 terdiri pegawai tetap. Hal tersebut menunjukkan
dari evaluasi diagnostik keperawatan standar bahwa responden dengan kategori usia
dan penilaian dari intervensi keperawatan yang produktif, pengalaman kerja yang cukup lama
digunakan di RSUDAM propinsi Lampung, yaitu lebih dari 5 tahun bisa dijadikan sebagai
penyusunan instrumen diagnosis keperawatan tolak ukur dari validitas dan reliabilitas
melalui focus group discussion, untuk menguji instrumen.
validitas dan reliabilitas dari diagnosis Hasil identifikasi penegakan diagnosis
instrumen dan intervensi keperawatan. Tahap keperawatan yang digunakan di RSUDAM
2 terdiri dari pelatihan mengisi instrumen propinsi Lampung masih cukup sesuai standar
diagnosis keperawatan, evaluasi kemampuan tetap perlu untuk disesuaikan dengan standar
perawat dan rekomendasi yang dihasilkan dari asuhan keperawatan. Instrumen diagnosis
penelitian ini. keperawatan masih berupa isian tertulis yang
Pengolahan data pada satu fase terdiri cukup mengurangi waktu perawat untuk
dari analisis deskriptif hasil standar evaluasi menegakan diagnosis dibandingkan dengan
untuk diagnosis keperawatan yang digunakan kegiatan langsung kepada pasien.
dalam diagnosis RSUDAM propinsi Lampung Rekomendasi dari focus group
melalui FGD. Analisis inferensial dilakukan discussion tentang bentuk susunan instrumen
untuk menguji validitas dengan uji korelasi penegakan diagnosis berbasis SDKIyang akan
pearson’s product moment untuk menentukan diaplikasikan di RSUDAM propinsi Lampung
validitas dan uji alpha cronbach untuk yaitu: partisipan sependapat dengan susunan
menentukan keandalan. Pengolahan data fase 2 instrumen yang dipaparkan oleh peneliti yaitu
dilakukan dengan analisis deskriptif untuk perumusan diagnosis keperawatan yang sesuai
menentukan distribusi frekuensi dari setiap SDKI dengan pilihan check list sesuai standar
variabel sub-kategori. penyusunan diagnosis keperawatan yaitu
terdiri dari problem, etiology, symptomp untuk
diagnosis aktual dan problem, etiology untuk diagnosis keperawatan berbasis SDKI pada
diagnosis risiko dengan format check list. pasien diabetes mellitus sebagai berikut:
Hasil validitas dan reliabilitas dari instrumen

Tabel 5.5 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0027 Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=15)
1 Indikator 1 0,587 0,815 0,4409 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,587 0,815 0,4409 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,496 0,815 0,4409 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,639 0,815 0,4409 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,718 0,815 0,4409 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,605 0,815 0,4409 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan Glukosa Darah memiliki hasil uji korelasi
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s pearson’s product moment dengan r hitung > r
product moment, dimana r tabel dengan tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid.
responden sejumlah 15 orang adalah 0,4409. Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis menunjukan nilai alpha cronbach> r tabel
keperawatan D.0027 Ketidakstabilan Kadar sehingga item tersebut dinyatakan reliabel

Tabel 5.6 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0038 Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=15)
1 Indikator 1 0,647 0,850 0,4409 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,660 0,850 0,4409 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,867 0,850 0,4409 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,654 0,850 0,4409 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan korelasi pearson’s product moment dengan r
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s hitung > r tabel sehingga item tersebut
product moment, dimana r tabel dengan dinyatakan valid. Hasil uji statistik dengan
responden sejumlah 15orang adalah 0,4409. alpha cronbach menunjukan nilai alpha
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis cronbach> r tabel sehingga item tersebut
keperawatan D.0038 Risiko Ketidakstabilan dinyatakan reliable
Kadar Glukosa Darah memiliki hasil uji

Tabel 5.7 Validitas instrumen diagnosis keperawatanD.0019 Defisit Nutrisi

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=4)
1 Indikator 1 0,000 -1,563 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel
2 Indikator 2 -0,577 -1,563 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,000 -1,563 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel
4 Indikator 4 -0,927 -1,563 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel
5 Indikator 5 0,333 -1,563 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel
Rata-rata r hitung -0,149 -1,563 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan hasil uji korelasi pearson’s product moment
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dengan r hitung < r tabel sehingga item
product moment, dimana r tabel dengan tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil uji
responden sejumlah 4 orang adalah 0,900. statistik dengan alpha cronbach menunjukan
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis nilai alpha cronbach < r tabel sehingga item
keperawatan D.0019 Defisit Nutrisi memiliki tersebut dinyatakan tidak reliable
Tabel 5.8 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0032 Risiko Defisit Nutrisi

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=4)
1 Indikator 1 0,000 0,273 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel
2 Indikator 2 0,000 0,273 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,588 0,273 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel
Rata-rata r hitung 0,111 0,273 0,900 Tidak Valid &Tidak Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan memiliki hasil uji korelasi pearson’s product
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s moment dengan r hitung < r tabel sehingga
product moment, dimana r tabel dengan item tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil uji
responden sejumlah 4 orang adalah 0,900. statistik dengan alpha cronbach menunjukan
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis nilai alpha cronbach < r tabel sehingga item
keperawatan D.0032 Risiko Defisit Nutrisi tersebut dinyatakan tidak reliable

Tabel 5.11 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak efektif

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=16)
1 Indikator 1 0,580 0,831 0,4259 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,672 0,831 0,4259 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,678 0,831 0,4259 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,678 0,831 0,4259 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,566 0,831 0,4259 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,502 0,831 0,4259 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan efektif memiliki hasil uji korelasi pearson’s
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s product moment dengan r hitung > r tabel
product moment, dimana r tabel dengan sehingga item tersebut dinyatakan valid. Hasil
responden sejumlah 16 orang adalah 0,4259. uji statistik dengan alpha cronbach menunjuka
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis nilai alpha cronbach> r tabel sehingga item
keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak tersebut dinyatakan reliable

Tabel 5.13 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0128 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=15)
1 Indikator 1 0,577 0,812 0,4409 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,644 0,812 0,4409 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,617 0,812 0,4409 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,518 0,812 0,4409 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,652 0,812 0,4409 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,454 0,812 0,4409 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan Kulit/Jaringan memiliki hasil uji korelasi
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s pearson’s product moment dengan r hitung > r
product moment, dimana r tabel dengan tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid.
responden sejumlah 15 orang adalah 0,4409. Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis menunjukan nilai alpha cronbach> r tabel
keperawatan D.0128 Gangguan Integritas sehingga item tersebut dinyatakan reliable
Tabel 5.14 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0141 Risiko Infeksi

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=15)
1 Indikator 1 0,674 0,849 0,3172 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,811 0,849 0,3172 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,674 0,849 0,3172 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,849 0,849 0,3172 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan hasil uji korelasi pearson’s product moment
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dengan r hitung > r tabel sehingga item
product moment, dimana r tabel dengan tersebut dinyatakan valid. Hasil uji statistik
responden sejumlah 28 orang adalah 0,3172. dengan alpha cronbach menunjukan nilai alpha
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis cronbach > r tabel sehingga item tersebut
keperawatan D.0141 Risiko Infeksi memiliki dinyatakan reliable

Tabel 5.15 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0057 Keletihan

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=18)
1 Indikator 1 0,548 0,682 0,400 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,032 0,682 0,400 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,469 0,682 0,400 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,574 0,682 0,400 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,611 0,682 0,400 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,446 0,682 0,400 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan reliabel. Sedangkan pada indikator 2r hitung
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s >r tabel sehingga item tersebut
product moment, dimana r tabel dengan dinyatakantidak valid. Hasil uji statistik
responden sejumlah 18 orang adalah 0,400. dengan alpha cronbach menunjukan indikator
Hasil analisis didapatkan indikator 1, 3,4 dan 5 1, 3,4 dan 5 nilai alpha cronbach > r tabel
pada instrumen diagnosis keperawatan D.0057 sehingga item tersebut dinyatakan reliabel,
Keletihan memiliki hasil uji korelasi pearson’s sedangkan indikator 2 nilai alpha cronbach > r
product moment dengan r hitung > r tabel tabel sehingga item tersebut dinyatakan tidak
sehingga item tersebut dinyatakan valid dan reliable.
Tabel 5.16 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0092 Ketidakberdayaan

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=16)
1 Indikator 1 0,770 0,672 0,4259 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,612 0,672 0,4259 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 -0,084 0,672 0,4259 Tidak Valid &Tidak Reliabel
4 Indikator 4 0,506 0,672 0,4259 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,489 0,672 0,4259 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,458 0,672 0,4259 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan tabel sehingga item tersebut dinyatakan valid
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dan reliabel. Sedangkan pada indikator 3r
product moment, dimana r tabel dengan hitung > r tabel sehingga item tersebut
responden sejumlah 16 orang adalah 0,4259. dinyatakantidak valid. Hasil uji statistik
Hasil analisis didapatkan indikator 1, 2,4 dan 5 dengan alpha cronbach menunjukan indikator
pada instrumen diagnosis keperawatan D.0092 1, 2,4 dan 5 nilai alpha cronbach > r tabel
Ketidakberdayaan memiliki hasil uji korelasi sehingga item tersebut dinyatakan reliabel,
pearson’s product moment dengan r hitung > r sedangkan indikator 3 nilai alpha cronbach > r
tabel sehingga item tersebut dinyatakan tidak reliable

Tabel 5.17 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0110 Defisit Pengetahuan

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=17)
1 Indikator 1 0,502 0,879 0,4124 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,919 0,879 0,4124 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,726 0,879 0,4124 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,702 0,879 0,4124 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,726 0,879 0,4124 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,591 0,879 0,4124 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan item tersebut dinyatakan valid. Hasil uji
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s statistik dengan alpha cronbach menunjukan
product moment, dimana r tabel dengan nilai alpha cronbach > r tabel sehingga item
responden sejumlah 17 orang adalah 0,4124 tersebut dinyatakan reliable
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis Penjelasan tentang hasil uji validitas
keperawatan D.0110 Defisit Pengetahuan instrumen penegakan diagnosis keperawatan
memiliki hasil uji korelasi pearson’s product pada pasien chronic heart failure terlihat pada
moment dengan r hitung > r tabel sehingga table-tabel di bawah ini:

Tabel 5.18 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0008 Penurunan Curah Jantung

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=20)
1 Indikator 1 0,278 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
2 Indikator 2 0,075 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,128 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
4 Indikator 4 0,069 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
5 Indikator 5 0,033 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel
Rata-rata r hitung 0,061 0,248 0,3783 Tidak Valid &Tidak Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan product moment dengan r hitung < r tabel
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s sehingga item tersebut dinyatakan tidak valid.
product moment, dimana r tabel dengan Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
responden sejumlah 20 orang adalah 0,3783. menunjukan nilai alpha cronbach < r tabel
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis sehingga item tersebut dinyatakan tidak
keperawatan D.0008 Penurunan Curah reliable.
Jantung memiliki hasil uji korelasi pearson’s

Tabel 5.19 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0056 Intoleran Aktivitas

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=17)
1 Indikator 1 0,573 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,546 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,573 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,637 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,694 0,814 0,4124 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,467 0,814 0,4124 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan Seluruh item soal pada instrumen diagnosis
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s keperawatan D.0056 Intoleran Aktivitas
product moment, dimana r tabel dengan memiliki hasil uji korelasi pearson’s product
responden sejumlah 17 orang adalah 0,4124 moment dengan r hitung > r tabel sehingga
item tersebut dinyatakan valid. Hasil uji nilai alpha cronbach> r tabel sehingga item
statistik dengan alpha cronbach menunjukan tersebut dinyatakan reliable

Tabel 5.20 Validitas instrumen diagnosis keperawatanD.0022 Hipervolemia

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=18)
1 Indikator 1 0,591 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,506 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,635 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,493 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,585 0,784 0,4000 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,423 0,784 0,4000 Valid & Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan hasil uji korelasi pearson’s product moment
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s dengan r hitung > r tabel sehingga item
product moment, dimana r tabel dengan tersebut dinyatakan valid. Hasil uji statistik
responden sejumlah 18 orang adalah 0,4000 dengan alpha cronbach menunjukan nilai
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis alpha cronbach> r tabel sehingga item tersebut
keperawatan D.0022 Hipervolemia memiliki dinyatakan reliable

Tabel 5.21 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0019Gangguan Pertukaran Gas

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=4)
1 Indikator 1 -0,333 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
2 Indikator 2 0,577 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,577 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
4 Indikator 4 0,000 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
5 Indikator 5 -0,775 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel
Rata-rata r hitung -0,067 -0,455 0,9000 Tidak Valid &Tidak Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan product moment dengan r hitung < r tabel
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s sehingga item tersebut dinyatakan tidak valid.
product moment, dimana r tabel dengan Hasil uji statistik dengan alpha cronbach
responden sejumlah 4 orang adalah 0,900. menunjukan nilai alpha cronbach< r tabel
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis sehingga item tersebut dinyatakan tidak
keperawatan D.0003 Gangguan Pertukaran reliable
Gas memiliki hasil uji korelasi pearson’s

Tabel 5.22 Validitas instrumen diagnosis keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak Efektif

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=16)
1 Indikator 1 0,569 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
2 Indikator 2 0,867 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
3 Indikator 3 0,635 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
4 Indikator 4 0,523 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
5 Indikator 5 0,622 0,835 0,4259 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,511

Hasil uji validitas dengan bantuan keperawatan D.0009 Perfusi Perifer Tidak
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s Efektif memiliki hasil uji korelasi pearson’s
product moment, dimana r tabel dengan product moment dengan r hitung < r tabel
responden sejumlah 16 orang adalah 0,4259. sehingga item tersebut dinyatakan valid. Hasil
Seluruh item soal pada instrumen diagnosis uji statistik dengan alpha cronbach
menunjukan nilai alpha cronbach < r tabel sehingga item tersebut dinyatakan reliable

Tabel 5.23 Validitas instrumen diagnosis keperawatanD.0128 Gangguan Integritas Kulit

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=10)
1 Indikator 1 0,730 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel
2 Indikator 2 0,031 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel
3 Indikator 3 0,193 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel
4 Indikator 4 0,312 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel
5 Indikator 5 0,730 0,622 0,5214 Valid & Reliabel
Rata-rata r hitung 0,240 0,622 0,5214 Tidak Valid &Tidak Reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan dinyatakan valid. Sedangkan pada indikator
program SPSS dengan uji korelasi pearson’s 2,3 dan 4 nilai r hitung < r tabel sehingga item
product moment, dimana r tabel dengan tersebut dinyatakan tidak valid. Hasil uji
responden sejumlah 10 orang adalah 0,5214. statistik dengan alpha cronbach menunjukan
Hasil analisis pada indikator 1 dan 5 pada nilai r hitung > r tabel sehingga item tersebut
instrumen diagnosis keperawatan D.0128 dinyatakan reliabel. Sedangkan pada indikator
Gangguan Integritas Kulit memiliki hasil uji 2,3 dan 4 nilai r hitung < r tabel sehingga item
korelasi pearson’s product moment dengan r tersebut dinyatakan tidak reliable.
hitung > r tabel sehingga item tersebut

Tabel 5.24 Validitas instrumen diagnosis keperawatanD.0110 Defisit Pengetahuan

Indikator Uji korelasi Pearson’s Alpha r tabel


No Kesimpulan
Diagnosis Product Moment Cronbach (N=15)
1 Indikator 1 0,536 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
2 Indikator 2 0,666 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
3 Indikator 3 0,629 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
4 Indikator 4 0,837 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
5 Indikator 5 0,583 0,846 0,4259 Valid dan reliabel
Rata-rata r hitung 0,524 0,846 0,4259 Valid dan reliabel

Hasil uji validitas dengan bantuan program lama kerja 16-20 tahun, sebagian
SPSS dengan uji korelasi pearson’s product besarpartisipan (51,1%) pendidikan terakhir
moment, dimana r tabel dengan responden adalah D3 Keperawatan, dan ssebagian
sejumlah 16 orang adalah 0,4259. Seluruh item besarpartisipan merupakan pegawai tetap
soal pada instrumen diagnosis keperawatan (83%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
D.0110 Defisit Pengetahuan memiliki hasil uji usia yang masih tergolong muda, dengan
korelasi pearson’s product moment dengan r pendidikan terakhir D3 keperawatan
hitung > r tabel sehingga item tersebut diharapkan mampu menerima ilmu baru
dinyatakan valid. Hasil uji statistik dengan dengan baik sehingga mampu
alpha cronbach menunjukan nilai alpha mengaplikasikan instrumen yang
cronbach > r tabel sehingga item tersebut dikembangkan peneliti dengan baik..
dinyatakan reliable. karakteristik responden dilihat dari segi
usia, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan
Hasil dan Analisis Penelitian tahap 2 terakhir dan status kepegawaian perawat yang
karakteristik partisipan dilihat dari segi mana didapatkan hasil bahwa. Tabel di atas
usia, jenis kelamin, lama bekerja, pendidikan dapat menginformasikan bahwa hampir
terakhir dan status kepegawaian perawat. sebagian responden (61,5%) berusia 36-40
Tabel di atas dapat menginformasikan bahwa tahun, sebagian besar responden (92,3%)
sebagian perawat (46,8%) berusia 36-40 tahun, adalah perempuan, hampir sebagian responden
sebagian besar berjenis kelamin perempuan (65,4%) lama kerja >16-20 tahun, sebagian
(74,5%), sebagian perawat (51,1%) memiliki besar pendidikan terakhir adalah D3
Keperawatan, dan seluruh responden (100%) user view adalah baik, dilihat dari aspek
adalah pegawai tetap. Hal tersebut functionallity, efficiency, dan usability.
menunjukkan bahwa respondenmasih Rekomendasi FGD tahap 2, Ruang
termasuk dalam kategori usia produktif, rawat inap perlu untuk mendata daftar
dengan pengalaman kerja yang cukup lama. diagnosis keperawatan pada pasien diabetes
Sosialisasi dan pelatihan pengisian mellitus dan chronic heart failureuntuk
instrumen penegakan diagnosis keperawatan membantu dalam penyusunan Standar Asuhan
berbasis SDKI di RSUD Dr. H. Abdul Keperawatan dengan bahasa yang telah
Moeloek Provinsi Lampung dimulai & terstandar.
dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2017. Secara
hasil, peserta sangat antusias dengan kegiatan DISKUSI
pelatihan dan mengikuti kegiatan dari awal
hingga akhir. Jumlah total peserta sebanyak 47 Evaluasi Standar Penegakan Diagnosis
peserta. Peserta terdiri dari seluruh perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
yang ada di RSUD AM. Secara garis besar, di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
peserta mampu menerima materi yang Lampung
disampaikan oleh peneliti, namun yang Hasil identifikasi yang terlihat pada
menjadi kendala adalah kurangnya informasi tabel 5.3 halaman 84 menunjukkan bahwa
tentang text book SDKI. Instrumen yang instrumen penegakan diagnosis keperawatan
dikembangkan adalah untuk pasien dengan yang dipakai oleh RSUD Dr. H. Abdul
diagnosa medis diabetes mellitus dan chronic Moeloek Provinsi Lampung yaitu instrumen
heart failure, sehingga perawat ditugaskan diagnosis keperawatan cukup sesuai standar.
untuk menegakan diagnosis keperawatan pada Kriteria dari standar diagnosa
pasien diabetes mellitus dan chronic heart keperawatan menurut Depkes RI (1998) yaitu
failure. Satu perawatbertugas menpenegakan diagnosa keperawatan dihubungkan dengan
diagnosiskan satu pasien diabetes mellitusdan penyebab kesenjangan dan pemenuhan
atau chronic heart failureyang mana kebutuhan pasien, diagnosa dibuat sesuai
penegakan diagnosis tersebut diselesaikan dengan wewenang perawat, komponen terdiri
dalam satu shift. Peneliti ikut mendampingi dari masalah, penyebab, gejala (PES) atau
para perawat selama proses penegakan masalah dan penyebab (PE).
diagnosis keperawatan pada masing-masing Instrumen diagnosis keperawatan
responden yang penegakan diagnosis dikatakan cukup sesuai standar dikarenakan
keperawatan pasien diabetes mellitus dan atau diagnosis keperawatan belum dihubungkan
cronic heart failure sebagai pembanding dengan penyebab kesenjangan secara benar
apakah yang dipenegakan diagnosis oleh dan pemenuhan kebutuhan pasien, dan masih
perawat sudah benar atau belum. Proses ini ada komponen masih terdiri dari 2 statement
berlangsung mulai dari tanggal 9 Juli-16 Juli saja. Penggunaan bahasa diagnosis
2017 keperawatan sebagian besar belum sesuai
Keberhasilan dari program sosialisasi dengan standar NANDA International.
dan pelatihan tersebut dilihat berdasarkan Idealnya terdapat 2 part statement dimana
evaluasi kemampuan dan pendapat perawat seperti yang dijelaskan oleh Depkes RI (1998)
dalam penerapan penegakan diagnosis yang menyatakan bahwa diagnosis
keperawatan berbasis SDKI di RSUD Dr. H. keperawatan aktual idealnya terdiri dari
Abdul Moeloek Provinsi Lampung yang problem, etiology, symtomp dan diagnosis
diukur menggunakan istrumen penelitian risiko terdiri dari problem dan etiology.
Pengisian instrumen penegakan diagnosis
keperawatan, hampir seluruh responden Pengembangan Diagnosis Keperawatan dan
(100%) memiliki kemampuan yang baik dalam Intervensi Instrumen Berdasarkan SDKI.
mengisi instrumen penegakan diagnosis Rekomendasi dari focus group
keperawatan dan seluruh responden (100%) discussion tentang bentuk susunan instrumen
menyatakan bahwa mutu instrumen menurut penegakan diagnosis berbasis SDKI yang akan
diaplikasikan di ruang rawat inap RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung, yaitu: harus diisi lebih dari 80% tanda & gejala, dan
partisipan sependapat dengan susunan 4) komponen tanda & gejala (symptom) Minor
instrumen yang dipaparkan oleh peneliti yaitu pada sebelah kanan kolom berupa check list
perumusan diagnosis keperawatan yang sesuai yang jika ditemukan tanda & gejala tersebut.
SDKI dengan pilihan check list sesuai standar Pada kolom 5 perawat wajib memberi tanda
penyusunan diagnosis keperawatan yaitu tangan dan nama perawat yang mengisi
terdiri dari problem, etiology, symptom untuk instrumen tersebut.
diagnosis aktual dan problem, etiology untuk Para peneliti mengembangkan diagnosa
diagnosis risiko dengan format check list. keperawatan dan intervensi instrumen
Instrumen menyesuaikan format yang berdasarkan SDKI berdasarkan hasil FGD dan
telah digunakan di ruang rawat inap RSUD Dr. berdasarkan teori yang dijelaskan dalam
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan paragraf sebelumnya. Instrumen telah
disesuaikan SDKI. Pada kolom 1 berisi dirancang oleh para peneliti disajikan dan
komponen waktu yang terdiri terdiri Tanggal ditawarkan kepada peserta. Sesuai dengan
dan Jam yang diisi saat diagnosis tersebut harapan para perawat yang ingin diagnosis
ditemukan pada pasien. Untuk diagnosis mereka dan keperawatan instrumen intervensi
keperawatan Aktual pada kolom 2 terdiri dari yang sederhana, mudah digunakan, menurut
komponen diagnosis keperawatan yang terdiri teori dan efisien.
dari 1) kode diagnosis keperawatan SDKI, 2)
komponen label diagnosis (problem) yang Analisis validitas dan reliabilitas
disertai dengan definisi masing-masing Prinsip penyusunan instrumen menurut
diagnosis, 3) komponen penyebab (etiology) Nursalam (2014) yaitu validitas (kesahihan)
berupa check list yang diisi sesuai dengan dan reliabilitas. Prinsip validitas adalah
faktor penyebab pada masing-masing pasien, pengukuran dan pengamatan yang berarti
4) komponen tanda & gejala (symptom) Mayor prinsip keandalan instrumen dalam
pada sebelah kiri kolom berupa check list yang mengumpulkan data. Instrumen harus dapat
harus diisi lebih dari 80% tanda & gejala, dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Dua
5) komponen tanda & gejala (symptom) Minor hal penting yang harus dipenuhi dalam
pada sebelah kanan kolom berupa check list menentukan validitas pengukuran yaitu
yang jika ditemukan tanda & gejala tersebut. relevan isi instrumen (isi instrumen harus
Pada kolom 5 perawat wajib memberi tanda disesuaikan dengan tujuan penelitian agar
tangan dan nama perawat yang mengisi dapat mengukur apa yang seharusnya diukur
instrumen tersebut. dan isi tersebut biasanya dapat dijabarkan
Untuk diagnosis keperawatan Risiko dalam definisi operasional) dan relevan
pada kolom 2 terdiri dari komponen diagnosis sasaran subjek dan cara pengukuran
keperawatan yang terdiri dari 1) kode (instrumen yang disusun harus dapat
diagnosis keperawatan SDKI, 2) komponen memberikan gambaran terhadap perbedaan
label diagnosis (problem) yang disertai dengan subjek penelitian). Reliabilitas adalah
definisi masing-masing diagnosis, 3) kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan
komponen penyebab (etiology) berupa check bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur
list yang diisi sesuai dengan faktor penyebab atau diamati berkali-kali dalam waktu yang
pada masing-masing pasien. Pada kolom 5 berlainan.
perawat wajib memberi tanda tangan dan nama Instrumen yang baik adalah instrumen
perawat yang mengisi instrumen tersebut. yang teruji validitas dan reliabilitasnya. Oleh
Untuk diagnosis keperawatan Promkes karena itu dalam proses penyusunannya sangat
pada kolom 2 terdiri dari komponen diagnosis penting untuk memperhatikan isi dari
keperawatan yang terdiri dari 1) kode instrumen apakah mampu untuk mengukur apa
diagnosis keperawatan SDKI, 2) komponen yang seharusnya diukur, dan hasil dari
label diagnosis (problem) yang disertai dengan pengukuran tersebut mampu memberikan
definisi masing-masing diagnosis, 3) informasi yang akurat. Sebanyak 42 responden
komponen tanda & gejala (symptom) Mayor yang dipakai peneliti dalam pengukuran
pada sebelah kiri kolom berupa check list yang validitas dan reliabilitas instrumen guna
memperoleh hasil yang benar-benarsignifikan. Evaluasi kemampuan dan pendapat
Responden tersebut terdiri dari ketua tim perawat tentang penerapan diagnosa
perawat beberapa perawat pelaksana di inap di keperawatan dan intervensi berdasarkan
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi SDKI
Lampung. Instrumen diagnosis keperawatan Kemampuan responden dalam mengisi
disusun oleh peneliti sesuai dengan kajian instrumen diagnosis keperawatan secara
peneliti di lapangan. Item soal yang dinilai keseluruhan (100%) yang baik, seluruh
pada setiap soal pada instrumen diagnosis responden (100%) berpendapat bahwa mutu
didasarkan pada komponen yang wajib ada instrumen menurut user view adalah baik,
pada setiap instrumen diagnosis keperawatan. dilihat dari aspek functionallity, efficiency, dan
Apabila terdapat hasil pengukuran instrumen usability..
yang tidak valid, maka dilakukan pengubahan Pada dasarnya pengisian instrumen
bahasa yang dipakai dalam item soal pada penegakan diagnosis keperawatan bukanlah
instrumen atau membuang item yang tidak hal yang baru bagi perawat. Setiap hari
sesuai. Melalui langkah tersebutlah maka perawat dihadapkan pada aktivitas tersebut.
didapatkan hasil yang valid dan reliabel Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan
instrumen penegakan diagnosis keperawatan meskipun mendapat informasi baru mengenai
yang dikembangkan. cara pengisian instrumen penegakan diagnosis
dengan format baru, bukanlah merupakan hal
Diseminasi dan Pelatihan Pengembangan yang sulit untuk diaplikasikan. Pada
Diagnosis Keperawatan Berbasis SDKI kenyatannya para responden mampu mengisi
Diseminasi dan pelatihan pengembangan dengan mudah dan lancar instrumen yang
diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI di dikembangkan.
RSUD Abdul Moeloek Lampung berjalan
lancar dan diadakan pada 13 April 2016 yang Rekomendasi
dihadiri oleh 47 peserta. Hasil temuan penelitian untuk
Pelatihan adalah persiapan untuk pengembangan instrumen penegakan diagnosis
meningkatkan kompetensi dan keterampilan keperawatan berbasis SDKI dari aspek
staf, promosi untuk peningkatan kinerja diagnosis keperawatan yaitu sesuai dengan
kepemimpinan (Danim, 2008) Indikator SDKI diagnosis keperawatan aktual
metode pelatihan dapat dilihat di bawah ini menggunakan 3 statement diagnosis
(Hasibuan, 2005) atau kepentingan pada keperawatan yaitu label diagnosis keperawatan
metode yang digunakan; 2) harmonisasi sebagai masalah dan faktor yang berhubungan
kegiatan pelatihan dengan keberlanjutan untuk menerangkan etiologi dan di sertai
kegiatan di lapangan; 3) fasilitas ruang praktek indikator mayor dan indikator minor.
yang memadai; 4) ketepatan waktu dengan Diagnosis keperawatan risiko menggunakan 2
peserta pelatihan. statement diagnosis keperawatan yaitu label
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan guna diagnosis keperawatan sebagai masalah dan
memfasilitasi perawat di ruang rawat inap faktor yang berhubungan untuk menerangkan
yang saat itu sedang bertugas pada shift pagi. etiologi.
Secara etika dan tanggung jawab, tidak Sebagian besar partisipan dan responden
mungkin mewajibkan semua perawat ruang dalam penelitian adalah perawat vokasional
rawat inap untuk mengikuti sosialisasi pada dengan latar belakang DIII keperawatan. Hal
satu waktu dimana perawat harus ini menjadi kendala saat pengisian instrumen
meninggalkan pasien yang sedang dirawat di penegakan diagnosis keperawatan. Peneliti
ruang. Adanya pelatihan tersebut diharapkan harus menjelaskan setiap komponen instrumen
dapat meningkatkan pengetahuan perawat dan komponen diagnosis keperawatan secara
tentang bahasa standar dan penerapannya. berulang. Responden dalam hal ini perawat
rata-rata hanya mampu menegakkan satu
diagnosis keperawatan tanpa melihat kembali
hasil pengkajian keperawatan yang dapat
menenukan berbagai macam diagnosis
keperawatan. Tentunya hal ini perlu penelitian penegakan diagnosis keperawatan adalah
tindak lanjut tentang pengetahuan perawat perawat profersional.
terhadap kemampuan penegakan diagnosis
keperawatan. REFERENCES

KESIMPULAN & SARAN


Alimul Aziz, H. (2008). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Kesimpulan
Salemba Medika.
Rekomendasi hasil dari kegiatan focus
group discussion dalam pengembangan Berman.A, Snyder.S dan Frandsen. G, (2016)
instrumen penegakan diagnosis keperawatan Kozier & Erb’s Fundamentals of
berbasis SDKI di RSUD Dr. H. Abdul Nursing Concepts, Process, and Pratice,
Moeloek Provinsi Lampung berupa check list tenth edition. Mosby Company
yaitu instrumen diagnosis keperawatan
berdasarkan SDKI. Instrumen penegakan Black,J.M,HawksJ.H,( 2006),Medical Surgical
diagnosis keperawatan berbasis SDKI valid Nursing,Clinical Management for
th
dan reliabel. Pelatihan pengisian instrumen Positive Outcomes (8 Edition),
penegakan diagnosis keperawatan berbasis Philadelpia: WB. Saunders Company
SDKI di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Burton. MA dan Ludwig.LJM, (2015),
Provinsi Lampung berjalan lancar dan Fundamentals of Nursing Concepts,
dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2017 dihadiri Connections, & skill. Second edition,
oleh 47 peserta. Penerapan penegakan Philadelphia : Davis Company.
diagnosis keperawatan berbasis SDKIdi ruang
rawat inap RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Craven.R, et al (2013).Fundamental of
Provinsi Lampung menunjukkan bahwa Nursing Human Health and Function.7th
sebagian besar perawat (100%) di RSUD Dr. . Lippincot Williams & Wilkins
H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Carpenito, L. J., (2000), Diagnosis
memiliki kemampuan yang baik dalam Keperawatan Aplikasi pada Praktek
menerapkan penegakan diagnosis keperawatan Klinis, Edisi 8,Alih Bahasa: Monica
berbasis SDKI dan instrumen penegakan Ester, EGC, Jakarta.
diagnosis keperawatan berbasis SDKI dinilai
baik oleh perawat (100%). Rekomendasi Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary
pengembangan instrumen penegakan diagnosis Frances., Murr., Alice C. (2013)
keperawatan hasil dari kegiatan focus group Nursing Diagnosis Manual: Planning,
discussion yaitu instrumen diagnosis Individualizing, and Documenting Client
keperawatan sesuai SDKI. Care4th Edition
Gillies, D. A. (2006).Manajemen Keperawatan
Saran. Suatu Pendekatan Sistem Edisi Kedua.
Bagi komite keperawatan untuk mulai Terjemahan Illiois W. B. Saunders
mendata diagnosis keperawatan yang pernah Company
muncul di setiap ruangan supaya bisa mulai
menyusun rumusan asuhan keperawatan Herdman & Kamit suru, 2015, ‘Nursing
berbasis SDKI sehingga mampu menghasilkan Diagnoses; definition and classification
rumusan asuhan keperawatan berupa check list 2015-2017. Tenth edition’, UK: Wiley
dan sesuai dengan standar, serta memudahkan Blackwell
perawat dalam pengisiannya. Bagi perawat Irwan, Maulana, S, 2011, ‘Pengantar
untuk melakukan penegakan diagnosis Dokumentasi Proses Keperawatan’,
keperawatan yang lengkap dan akurat pada EGC, Jakarta
instrumen penegakan diagnosis keperawatan
yang telah disediakan di ruangan. Bagi rumah Iyer Patricia W dan Nancy H Camp,
sakit harus menetapkan standar operasional (2005).Penegakan diagnosis
prosedur bahwa perawat untuk melakukan Keperawatan, Jakarta : EGC.
Kozier B., Erb G., Berman A.,&Snyder S.J, Price, S. A. dan Wilson, L. M. (2006).
(2004), Fundamentals of Nursing Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Concepts, Process and Practice Proses Penyakit, Edisi 6, Jakarta: EGC.
th
(7 Edition), New Jersey: Pearson Rachmania D, (2016) Pengembangan
Education Line Instrumen Penegakan diagnosis
LeMone, P., Burke, KM., Bauldoff, G., (2011) Keperawatan Berbasis SDKI Penelitian
Medical-surgical Nursing: Critical Action Research Di Ruang Teratai
Thinking in Patient Care.5th edition. RSUD AM Pare Kediri.Thesis ,
Pearson Universitas Airlangga
Mahlinda, 2010, Instrumen penelitian. Rachmania, D., Nursalam., Yunitasari, E.,
http://mahlinda- (2016), Pengembangan Instrumen
setulushati.blogspot.co.id/2010/06/instru Diagnosis & Intervensi Keperawatan
men-penelitian.ht ml. Diakses 3 Januari Berbasis Standardized Nursing
2015. Diakses tanggal 6 Oktober 2015 Lenguage (NANDA-I, NOC, NIC),
Surabaya: Universitas Airlangga
Maulana, Heri, d.j, (2009). Promosi
Kesehatan, Jakarta : Penerbit Buku Smeltzer, S. C. Bare, B. G. Hinkle, J. L &
Kedokteran EGC. Cheever, K. H. (2010), Brunner &
suddarth’s textbook of medical surgical
Muhith, Abdul. (2015), Pendidikan nursing. 11th edition. Philadelphia :
Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi, Lippincott Williams & Wilkins.
EGC : Jakarta
Tim Departemen Kesehatan RI, 1998, Standar
Nursalam. (2009). Proses dan Penegakan Asuhan Keperawatan, Direktorat Rumah
diagnosis Keperawatan Konsep dan Sakit Umum dan Pendidikan Direktorat
Praktikedisi 2. Jakarta : Salemba Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Medika. Kesehatan RI
PPNI.(2016). Standar Diagnosis Keperawatan Wahid, A & Suprapto, I, 2012, Dokumentasi
Indonesia.Jakarta : DPP PPNI Proses Keperawatan, Nuha Medika,
Potter, & Perry, A. G. 2007.Buku Ajar Jakarta
Fundamental Keperawatan: Konsep,. Wilkinson. JM, et al. (2016), Fundamentals of
Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.1. Nursing Concepts, Process, and
Jakarta: EGC. Applications, Philadelphia : Davis
Raharjo, Sahid, 2014, Cara Melakukan Uji Company.
Validitas Product Momen dengan SPSS.
http://www.spssindonesia.com/2014/01/
uji-validitas-productmomen-spss.html,.
Diakses tanggal 10 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai