DISUSUN OLEH:
NIM : P071201180 70
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
1. Masalah penelitian : Seberapa dalam pengetahuan keluarga berpengaruh
terhadap tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi klien gangguan
jiwa
2. Rumusan masalah : bagaimana hubungan pengetahuan keluarga terhadap
tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarganya yang
mengalami gangguan jiwa
3. Tujuan penelitian : Mengidentifikasi hubungan pengetahuan keluarga
klien gangguan jiwa terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
4. Variebel :
a. Responden berdasarkan keluarga mengenal gangguan jiwa
b. Responden berdasarkan pengetahuan keluarga tentang gangguan
jiwa
c. Responden berdasarkan pengetahuan terhadap tingkat kecemasan
dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa
5. Populasi : keluarga inti yang salah satu anggota keluarganya mengalami
gangguan jiwa dan rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Propsu
Medan.
6. Sampel : keluarga inti yang salah satu anggota keluarga mengalami
gangguan jiwa
7. Besar sampel : 32 orang
8. Teknik sampling : purposive sampling
LAMPIRAN
ABSTRAK
Menurut hasil Studi Bank Dunia WHO menunjukkan bahwa beban yang
ditimbulkan gangguan jiwa sangat besar, di mana terjadi global burden of disease
akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1%. Angka ini lebih tinggi dari TBC
(7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%), dan malaria (2,6%) (Siswono,
2001).
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional
yaitu untuk mengidentifikasi pengetahuan dan tingkat kecemasan keluarga tentang
gangguan jiwa serta mengidentifikasi hubungan pengetahuan keluarga dengan
tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah keluarga inti yang salah satu anggota
keluarganya mengalami gangguan jiwa dan rawat jalan di Poliklinik Rumah Sakit
Jiwa Propsu Medan.
Penentuan jumlah sampel menggunakan derajat ketepatan () yang
besarnya 0.05
dan analisis kekuatan sebesar 80% serta effect size sebesar 50%, sehingga
didapatkan sampel sebanyak 32 orang (Polit & Hungler, 1995).
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan cara purposive
sampling. Teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara
populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah peneliti),
sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang ada
(Nursalam, 2003). Kriteria yang ditentukan untuk subyek penelitian adalah
keluarga inti yang salah satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa dan
bersedia menjadi responden.
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan.
Alasan peneliti memilih Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan sebagai tempat
penelitian karena merupakan rumah sakit jiwa pusat di Medan dan memiliki
jumlah penderita gangguan jiwa dengan anggota keluarganya relatif banyak
sehingga dapat memenuhi kriteria sampel yang diinginkan.
Pertimbangan Etik Penelitian
Peneliti terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada calon responden
penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian.
Kemudian peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian kepada
responden. Jika responden
bersedia diteliti maka terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan.
Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya. Peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner kepada
responden agar responden mengerti untuk mengisinya. Untuk menjaga kerahasian
responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya
diberi nomor kode tertentu. Kerahasian informasi yang diberikan oleh responden
dijamin oleh peneliti (Brink & Wood, 1994).
Instrumen Penelitian
Kuesioner penelitian
Bagian instrumen pertama berisi pernyataan untuk mengidentifikasi
pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa dimodifikasi berdasarkan tinjauan
pustaka mengenai gangguan jiwa. Pengetahuan yang peneliti ukur hanya sampai
tingkat
pengetahuan yang paling rendah yaitu tahap ‘tahu’ (know). Bagian ini terdiri dari
20 pernyataan dengan jawaban “ya/tidak”, terbagi atas 10 pernyataan favourable
(positif) pada pernyataan No. 1, 2, 4, 6, 7, 8, 10, 15, 18, dan No. 20 dengan
jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0, kemudian 10
pernyataan
unfavourable (negatif) pada pernyataan No. 3, 5, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 17, dan No.
19
dengan jawaban “ya” diberi skor 0 jawaban “tidak” diberi skor 1.
Bagian instrumen kedua berisi pernyataan untuk mengidentifikasi tingkat
kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. Bagian ini terdiri dari 12 pernyataan yang dimodifikasi dari model
instrumen Spielberger et al. (1970) State Trait Anxiety Inventory (STAI) dengan
pilihan jawaban “tidak pernah”, “kadangkadang”, “sering”, dan
“selalu/terusmenerus”. Skor tertinggi pada skala ini adalah 4 dan skor terendah
adalah 1. Skor pada skala ini adalah “terus-menerus” (TM) diberi skor 4, “sering”
(S) diberi skor 3, “kadang-kadang” (KK) diberi skor 2, dan “tidak pernah” (TP)
diberi skor 1.
Reliabilitas dan validitas instrumen
Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji
reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data
kepada 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel kemudian peneliti
menilai responsnya. Dari hasil uji Cronbach Alpha pada akhir penelitian diperoleh
untuk instrumen pengetahuan dan tingkat kecemasan didapatkan untuk instumen
pengetahuan nilai α = 0,719 dan untuk instrumen tingkat kecemasan nilai α =
0,881, ini menunjukkan bahwa kedua instrumen reliabel. Uji validitas instrumen
dilakukan oleh ahli dalam Keperawatan Jiwa dari departemen Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian
pada institusi pendidikan (Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan izin yang telah diperoleh
dikirimkan ke tempat penelitian (Rumah Sakit Jiwa Propsu Medan). Setelah
mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian. Peneliti
menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat sebelumnya.
Apabila peneliti menemukan calon responden yang memenuhi kriteria cukup
banyak maka calon responden tersebut dipilih sesuai dengan keinginan peneliti.
Selanjutnya peneliti menjelaskan pada calon responden tersebut tentang tujuan,
manfaat dan proses pengisian kuesioner, kemudian calon responden yang bersedia
diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Kemudian responden diminta
untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
Analisis Data
Pengetahuan keluarga gangguan jiwa dibagi dalam 3 kategori, yaitu “baik”
= 14-20, “sedang” = 7-13, dan “buruk” = 0-6. Tingkat kecemasan keluarga
gangguan jiwa dibagi dalam 4 kategori, yaitu “cemas ringan” = 1-12, “cemas
sedang” = 13-25, “cemas berat” = 26 - 38, dan “panik” = 39-48.
Data demografi disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan
presentase serta data usia dan penghasilan dalam bentuk mean. Hasil analisis data
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran
pengetahuan dan tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa. Hubungan pengetahuan keluarga dengan tingkat
kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan formula
korelasi Spearman. Nilai menginterpretasikan kekuatan hubungan. Jika nilai
berada pada level 0.70–1.00 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya
derajat hubungan yang kuat, level 0.40-<0.70 (baik plus ataupun minus)
menunjukkan adanya derajat hubungan yang sedang atau substansial, level 0.20-
<0.40 menunjukkan adanya derajat hubungan yang lemah dan level<0.20 berarti
dapat diabaikan.
Sedangkan untuk menginterpretasikan nilai signifikan (p) untuk uji 1 arah,
jika nilai p kurang dari atau sama dengan nilai (0.05) Jika nilai berada pada
level 0.70–1.00 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya derajat hubungan
yang kuat, level 0.40-<0.70 (baik plus ataupun minus) menunjukkan adanya
derajat hubungan yang sedang atau substansial, level 0.20-<0.40 menunjukkan
adanya derajat hubungan yang lemah dan level<0.20 berarti dapat diabaikan.
Sedangkan untuk menginterpretasikan nilai signifikan (p) untuk uji 1 arah,
jika nilai p kurang dari atau sama dengan nilai (0.05) berarti terdapat hubungan
yang signifikan dan bila nilai p lebih dari nilai (0.05) berarti terdapat hubungan
yang tidak signifikan (Devore, 1986; Sulaiman, 2003).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Karakteristik responden
Tabel 1 menunjukkan rata-rata usia responden adalah 38 tahun. Mayoritas
responden adalah laki-laki (53,1%), menikah (68,7%), beragama Islam (53,1%),
suku Jawa (53,1%), dengan latar belakang pendidikan SMU (34,4%). Responden
yang bekerja paling banyak sebagai wiraswasta sebanyak 18 orang (56,3%),
tingkat penghasilan < Rp 774.000 (43,7%) dan responden umumnya memiliki
hubungan sebagai anak sebanyak 12 orang (37.5%).
Tabel 1 Gambaran data demografi keluarga
No Data demogarafi Jumlah presentase
1 Usia
25 – 35 tahun 13 40,6 %
36 – 46 tahun 12 37,5 %
47 – 56 tahun 7 21,9 %
Mean : 38.25
SD : 9.45
2 Jenis Kelamin
Laki – laki 17 53,1%
Perempuan 15 46,9%
3 Status perkawinan
Belum menikah 3 9,4%
Sudah menikah 22 68,7%
Janda 3 9,4%
Duda 4 12,5%
4 Agama
Islam 17 53,1%
Protestan 15 46,9%
5 Suku bangsa 17
Jawa 53,1%
15
Batak 46,9%
6 Pendidikan terakhir
SD 2 6,2%
SMP 5 15,6%
SMU 14 43,8%
Sarjana 11 34,4%
7 Pekerjaan
PNS 8 5,0%
Pegawai swasta 5 15,6%
Wiraswasta 18 56,3%
Lain-lain (privat) 1 3,1%
8 Penghasilan
< Rp. 774.000 14 43,7%
Rp.774.000–Rp.1.548.000 18 56,3%
Mean : 1.56
SD : 1.50
9 Ikatan hubungan
Anak 12 12 37,6 %
Orangtua 6 6 18,7 %
Saudara 8 8 25,0 %
Suami / isteri 6 6 18,7 %
Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa
Dari 32 keluarga inti yang menjadi responden, 19 orang responden
(59,4%) memiliki pengetahuan yang baik mengenai gangguan jiwa dan 13 orang
responden (40,6%) yang memiliki pengetahuan sedang mengenai gangguan jiwa.
Tabel 2. Gambaran pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa di Rumah Sakit
Jiwa Propinsi Sumatera Utara, Medan
Baik Sedang Buruk
Pengetahuan 19 13 0
(59,4%) (40,6%) (0%)
Tingkat kecemasan keluarga dalam menghadapi anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
Dari 32 keluarga inti yang menjadi responden, 15 responden (46.9%) yang
mengalami tingkat kecemasan ringan dalam menghadapi anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, 15 responden (46,9%) mengalami tingkat kecemasan
sedang dan 2 responden (6,2%) mengalami tingkat kecemasan berat.
Tabel 3. Gambaran tingkat kecemasan keluarga.
Tingkat kecemasan Ringan Sedang Berat Panic
15 15 2 0
(46,9%) (46,9) (6,2) (0%)