Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL VERIFIKASI LAPANGAN – PROPER 2013

PT. BUKIT ASAM (Persero) Tbk.

INFORMASI UMUM

Kegiatan pertambangan batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan dalam sejarah


singkat yang ada di PT. Bukit Asam (Persero), Tbk., telah dimulai sejak tahun 1916
diawali dengan kegiatan eksplorasi oleh Belanda, dan mulai berproduksi pada tahun
1918. Kemudian setelah merdeka tahun 1945 tambang diambil alih oleh pemerintah
Republik Indonesia dengan nama Tambang Arang Bukit Asam (PN. TABA).

Pada tahun 1958 diterbitkan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang


Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia Tambang Batubara Bukit Asam
dikelola badann tambang dapat dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia, dan
dikelola oleh badan Tahun 1958-1961 oleh Badan Urusan Perusahaan-perusahaan
Tambang Negara (BUPTAN).

Tahun 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23/1968, BPU Batubara dilebur
menjadi PN. Tambang Arang Bukit Asam menjadi salah satu Unit Produksi PN.
Tambang Batubara.

Tahun 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42/1980 didirikan PT. Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero) disingkat PTBA pada tanggal 2 Maret 1981 yang
berkantor Pusat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, selanjutnya tahun 1990,
pemerintah menggabungkan Perum Tambang Batubara, yang memiliki unit
penambangan batubara di Ombilin Sumatera Barat, kedalam PTBA dan selanjutnya
PTBA tahun 2001 melakukan penjualan sahamnya 35%, di Bursa Efek Jakarta,
dengan berbagai kemajuan yang dicapai PTBA memasuki lembaran sejarah baru
sebagai Perusahaan Terbuka (Tbk) yang diberinama PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.

Merujuk pada hasil penilaian sumber daya (resources) dan cadangan (reserve) oleh
pihak independen yaitu “International Mining Consultant (IMC)” pada Desember
2008, total sumber daya batubara (resources) PTBA mencapai 7,3 miliar ton
sedangkan jumlah cadangan tertambang mencapai 1,8 miliar ton.

Penambangan Batubara dilakukan dengan sistem tambang terbuka “Open-PIT”,


dengan menggunakan peralatan seperti excavator/backhoe sebagai alat gali muat dan
dump truck sebagai alat angkut. Kegiatan diawali pembersihan lahan (land clearing)
dengan menggunakan bulldozer dan atau excavator kecil, peledakan tanah penutup
dan atau pemindahan tanah penutup, pembersihan Batubara, pemuatan dan
pengangkutan Batubara menuju ROM Stockpile.

Kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin dilakukan setelah lahan tersebut
tidak terganggu lagi (final). Setiap kegiatan ini memiliki perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi keberhasilan dan pelaporan sesuai dengan dokumen RKTTL
(Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan).

Dalam operasionalnya PT PTBA dapat membuktikan bahwa kegiatan yang dilakukan


telah memenuhi kaedah-kaedah penambangan yang baik dan benar. PT PTBA
berhasil membangun citra perusahaan tambang ramah lingkungan dengan
mendapatkan predikat terbaik dalam evaluasi lingkungan, empat tahun berturut-turut
(2009-2012) mendapat predikat HIJAU dalam evaluasi PROPER KLH, tiga tahun
berturut-turut (2010-2012) mendapat predikat HIJAU dalam evaluasi PROPER dari
Pemerintah Provinsi serta mendapatkan Predikat Aditama dari Kementerian ESDM.

STATUS PENAATAN PERIODE 2012-2013

A. Dokumen Lingkungan/Izin Lingkungan


Kegiatan operasi penambangan PT. Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. didukung
dokumen AMDAL dengan SK Amdal Pengembangan UPT Keputusan Gubernur
Sumatera Selatan No. 574/KPTS/Bapedalda/2004 Tanggal 30 Oktober 2004 tentang
Kelayakan Lingkungan Hidup Pengembangan Unit Pertambangan Tanjung Enim PT.
Tambang Bukit Asam (Persero) Tbk. Di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten
Lahat Sumatera Selatan

No. Kewajiban penanggungjawab usaha Penaatan Temuan


sesuai PP 27/2012
1. Memiliki dokumen lingkungan/Izin Taat SK Amdal Pengembangan UPT
Lingkungan. Keputusan Gubernur Sumatera
Selatan No.
574/KPTS/Bapedalda/2004
Tanggal 30 Oktober 2004 tentang
Kelayakan Lingkungan Hidup
Pengembangan Unit
Pertambangan Tanjung Enim PT.
Tambang Bukit Asam (Persero)
Tbk. Di Kabupaten Muara Enim
dan Kabupaten Lahat Sumatera
Selatan

2. Melaksanakan ketentuan dalam dokumen Taat Melaksanakan secara rutin


lingkungan/izin lingkungan: ketentuan RKL/RPL
A. Deskripsi kegiatan (luas area dan
kapasitas produksi)
B. Pengelolaan lingkungan terutama
terutama aspek pengendalian
pencemaran air, pengendalian
pencemaran udara, dan Pengelolaan
LB3
3. Melaporkan pelaksanaan dokumen Taat Melaporkan secara rutin
lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pelaksanaan RKL/RPL
pengendalian pencemaran air,
pengendalian pencemaran udara, dan
Pengelolaan LB3)

B. Pengendalian Pencemaran Air


Sebagai bentuk makin tingginya komitmen PTBA terhadap pengelolaan lingkungan
pada umumnya dan konservasi air pada khususnya, tugas dan tanggungjawab tersebut
sekarang ini dilaksanakan oleh Divisi Pengelolaan Lingkungan dan Penunjang
Tambang yang dipimpin oleh Senior Manager. Divisi tersebut beserta struktur di
bawahnya dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi PTBA Nomor:
128/KEP/Int-0100/OT.01/2011 Tanggal 19 Juli 2011.
Pengelolaan air limbah dari areal pertambangan sudah dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Tahapan awal adalah melakukan kajian pola aliran
permukaan yang masuk ke areal tambang. Kajian dimaksudkan untuk menetapkan
titik penaatan-titik penaatan air limbah yang akan dibuang ke lingkungan. Saat ini
terdapat 32 (tiga puluh dua) titik penaatan yang semuanya sudah mendapatkan izin
pembuangan air limbah (IPAL) dari Bupati Muara Enim. Air limbah yang di buang
melalui semua lokasi titik penaatan sudah dilakukan pengujian laboratorium eksternal
setiap 1 (satu) bulan sekali. Hasil analisasi menunjukkan bahwa air limbah yang
dibuang tersebut telah memenuhi baku mutu air limbah yang ditetapkan.

Kebijakan managemen PTBA terhadap pelaksanaan konservasi air juga termasuk


sebagai salah satu bagian dalam efisiensi sumber daya. Beberapa aktivitas terkait
konservasi air adalah sebagai berikut :

a. Recycle air tambang menjadi air bersih untuk perkantoran tambang


b. Reuse air tambang untuk pembersihan TLS 1, TLS II, dan BWE
c. Pembuatan Biopori
d. Pemanfaatan air permukaan dengan pembuatan embung-embung
e. Penyiraman jalan menggunakan air tambang untuk mengurangi penggunaan air dari
sungai.

Gambar WTP Limoa: Recycle Air Tambang menjadi air bersih (air baku dari KPL
Stockpile I)

Kegiatan pengelolaan air asam tambang di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, dilakukan
secara komprehensif melalui berbagai upaya, mulai dari tindakan pencegahan di area
timbunan, pengelolaan aktif melalui pengapuran, hingga pengelolaan pasif dengan
memanfaatkan area lahan basah (wetland). Berdasarkan hasil tabel dan grafik beban
pencemaran, nilai TSS menunjukkan bahwa adanya kecendrungan penurunan rasio
beban pencemaran dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sedangkan nilai parameter Fe
dan Mn mengalami kenaikan, namun masih berada dibawah nilai ambang batas baku
mutu lingkungan.

Hasil Absolute Tahun


Kegiatan Parameter Satuan
2009 2010 2011 2012
Rasio Beban TSS 3,70 7,14 4,28 1,84 Kg/Tahun
Pencemaran (kg
parameter / tonase Fe 1,13 0,11 0,25 0,31 Kg/Tahun
batubara) Mn 0,03 0,10 0,12 0,31 Kg/Tahun
Status Penaatan:
No. Pengelolaan Limbah Cair Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap Izin Taat Izin pembuangan No
660.31/2875/203.2/2010 namun
2. Ketaatan terhadap titik 100% Perusahaan mempunyai 32 (tigapuluh
penaatan pemantauan dua) titik outlet IPAL dan seluruhnya
sudah dilakukan pemantauan, kecuali
outlet temporary mulai dipantau bulan
Februari 2013
3. Ketaatan terhadap parameter 100% Parameter yang dipantau sudah
Baku Mutu lengkap sesuai dengan PerGub Sumsel
No. 8 Tahun 2012
4. Ketaatan terhadap pelaporan 100%
5. a. Ketaatan terhadap 100%
pemenuhan Baku Mutu
b. Pemenuhan Baku Mutu ------ - Dilakukan pengambilan sampel air
berdasarkan Pemantauan limbah.
Tim KLH - Parameter yang diuji pH, TSS, Fe
dan Mn
- Data primer yang dipantau Tim KLH
memenuhi bakumutu air limbah
6. Ketaatan terhadap Ketentuan Taat Telah memenuhi ketentuan teknis
Teknis dengan melengkapi alat ukur debit
manual

C. Pengendalian Pencemaran Udara


Upaya pengendalian pencemaran udara dilakukan untuk mengurangi pencemaran dari
aktivtas penambangan maupun aktivitas penunjang kegiatan penambangan. Dilakukan
penyiraman jalan-jalan tambang untuk mengurangi polusi debu. Hasil pengukuran
udara ambient setiap 6 bulan sekali masih memenuhi baku mutu kualitas udara yang
ditetapkan. Sedangkan untuk kegiatan penunjang operasional seperti pembangkit
listrik telah dilakukan pengelolaan sesuai ketentuan yang berlaku.

Status Penaatan:
No. Pengendalian Pencemaran Udara Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap titik penaatan 100%  Sumber Emisi : 5 unit genset
pemantauan  Seluruh sumber emisi sudah
dipantau
2. Ketaatan terhadap pelaporan 100% Semua parameter dari hasil
pemantauan semua sumber emisi
sudah dilaporkan sesuai peraturan
3. Ketaatan terhadap parameter Baku 100% Parameter yang dipantau dari
Mutu Emisi semua sumber emisi sudah sesuai
peraturan (PerGub Sumsel No. 6
Tahun 2012 tentang BME STB)
4. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku 100% Hasil pemantauan emisi seluruh
Mutu Emisi sumber emisi telah memenuhi baku
mutu emisi
5. Ketaatan terhadap ketentuan Teknis Semua cerobong sudah dilengkapi
yang dipersyaratkan Taat dengan sarana dan prasarana
sampling
D. Pengelolaan Limbah B3

PT. Bukit Asam (Persero) TBK Unit Pertambangan Tanjung Enim (PT. BA)
merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara di Indonsia. Dalam
operasionalnya perusahaan menghasilkan beberapa jenis limbah baik itu limbah
domestik maupun yang termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Limbah B3 dominan yang dihasilkan diantaranya adalah oli bekas, aki bekas, filter oli
bekas, abu sisa pembakaran limbah B3 di insinerator, grease bekas, limbah klinis,
limbah terkontaminasi limbah B3 (majun terkontaminasi, sarung tangan, kertas filter
bekas) dan pemanfaatan oli bekas sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan
(ANFO) . Limbah B3 yang dihasilkan umumnya diolah sendiri dengan dibakar di
insinerator dan dimanfaatkan. Untuk pengolahan limbah B3 secara insinerasi telah
mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH nomor.
533 Tahun 2012 dan pemanfaatan limbah B3 berupa oli bekas yang dimanfaatkan
sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan mempunyai izin dengan SK MENLH
nomor 92 tahun 2009.
Sebagai sebuah perusahaan tambang batu bara PT. Bukit Asam (Persero) TBK Unit
Pertambangan Tanjung Enim melakukan beberapa kegiatan pengelolaan limbah B3 :
1. Penyimpanan sementara limbah B3 (TPS LB3):
Limbah yang dihasilkan disimpan terlebih dahulu di TPS LB3 sesuai dengan izin
kemeterian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH nomor 409 tahun 2009
dengan masa penyimpanan 90 hari sebelum dilakukan pengelolaan lanjutan,
terdapat 15 TPS limbah B3 yang digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang
berupa gudang dan tangki).
2. Pengolahan Limbah B3 secara insinerarsi
PT. BA dalam hal pengelolaan lanjutan limbah B3 yang dihasilkan seperti majun,
sarung tangan terkontaminasi, serbuk gergaji terkontaminasi, kertas filter bekas
terkontaminasi dengan metode thermal limbah B3 menggunakan insinerator yang
telah mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH
No. 533 tahun 2012 serta dalam operasional di site perusahaan memiliki rumah
sakit yang menghasilkan limbah medis yang dikelola dengan metode thermal
menggunakan insinerator yang juga memiliki izin SK MENLH No. 533 tahun
2012.
3. Pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan bakar pembantu peledakan (ANFO)
PT. BA melakukan pemanfaatan limbah B3 sebagai perwujudan dari metode 3R
(reuse, Recycle, recovery). Limbah B3 yang dimanfaatkan antara lain minyak
pelumas bekas sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan (ANFO).
Kegiatan pemanfaatan ini tesebut telah dilengkapi dengan izin SK MENLH nomor
92 tahun 2009. Namun semenjak tahun 2012 perusahaan sudah tidak lagi
menafaatkan minyak pelumas sebagai bahan bakar pembantu peledakan.

Berdasarkan data sampai periode Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 limbah B3
yang dihasilkan dan dikelola dapat dilihat pada tabel berikut

Limbah
Jenis Limbah Limbah
Satuan Belum Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola
Dikelola
A. Sumber Dari Proses Produksi

B. Sumber Dari Luar Proses Produksi


Oli bekas Ton 1048.602 945.067 0 1. 945.067 ton diserahkan ke
Limbah
Jenis Limbah Limbah
Satuan Belum Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola
Dikelola
1.329 PT. WGI dan CV. Bumi
102.206 Khatulistiwa (no. manifest
QI)
2. 1.329 ton dimanfaatkan
sebagai ANFO
3. 102.206 ton di simpan di
TPS LB 3 dan waktunya
masih sesuai dengan izin
(no. manifest JM)
Aki bekas Ton 4.275 4.08 0 1. 1.84 ton diserahkan kepada
0.195 CV. Bumi Khatulistiwa (no.
manifest QI)
2. 0.145 ton disimpan di TPS
Limbah B3
Bahan Ton 39.474 34.245 0 1. 34.245 ton limbah dibakar
terkontaminas di insinerator
i LB3 (majun, 2. 5.229 ton diimpan di TPS
5.229
sarung LB3
tangan,
kertas, dan
filter bekas
terkontaminas
i limbah B3
Filter oli Ton 63.955 42.932 0 1. 42.932 ton limbah dibakar
bekas 21.024 di insinerator
2. 21.024 ton diimpan di TPS
Limbah B3
Catridge / Ton 0.135 0.135 0 Disimpan di TPS Limbah B3
toner bekas
Grease Ton 8.544 4.760 0 1. 4.760 ton limbah
Bekas 3.784 diserahkan kepada PT.
Logam Jaya (no. manifest
JM)
2. 3.784 ton disimpan di TPS
Limbah B3
Limah Ton 0.067 0.067 0 Masih disimpan di TPS LB3
Laboratorium
Abu Ton 9.988 7.539 0 1. 7.539 limbah diserahkan
insinerator 2.450 kepada PT. Logam Jaya
tambang (no. manifest JM) (no.
manifest JM)
2. 2.450 disimpan di TPS
Limbah B3
Baterai kering Ton 0.120 0.120 0 diserahkan kepada PT. Logam
Jaya (no. manifest JM)
Radiator Ton 0.40 0.40 0 diserahkan kepada PT. Logam
cleaning Jaya (no. manifest JM)
Limbah Ton 15.020 15.020 0 diserahkan kepada PT. Logam
elektronik Jaya (no. manifest JM)
Lampu Tl Ton 0.109 0.109 0 Masih disimpan di TPS LB3
bekas
Limbah
Jenis Limbah Limbah
Satuan Belum Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola
Dikelola
Hose Ton 9.627 4.023 0 1. 5.604 ton diserahkan
5.604 kepada PT. Logam Jaya
(no. manifest JM)
2. 4.023 ton Masih disimpan di
TPS LB3
Sludge Ton 3.220 2.20 0 1. 2.20 limbah diserahkan
1.020 kepada PT. Logam Jaya
2. 1.02 disimpan di TPS LB3
Asbes Ton 40.886 40.886 0 diserahkan kepada PT. Logam
Jaya (no. manifest JM)

Limbah Ton 0.313 0.97 Diolah diinsinerator


infeksius
Abu Ton 0.097 0.097 Masih di TPS LB3
insinerator
dari limbah
infeksius
Developer Ton 4.169 3.029 0 1. 3.029 ton diserahkan
dan fixer 1.140 kepada PT. Logam Jaya
(no. manifest JM)
2. 1.140 ton Masih disimpan
di TPS LB3
TOTAL Ton 1156.415 1156.415 0
Persentase % 100%

Status penaatan PT. BA berdasarkan kriteria penilaian PROPER sebagai berikut

Belum
No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Taat Keterangan
Taat
1. a. Pendataan jenis dan volume limbah B3 yang √ --- ---
dihasilkan
b. Pelaporan √ ---
2. Status perizinan pengelolaan limbah B3 √ --- ---
3. Pelaksanaan ketentuan dalam izin
a. Pemenuhan Ketentuan Teknis √ --- Penaatan 100 %
b. Pemenuhan Baku Mutu Emis --- ---
c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah --- --- ---
d. Pemenuhan Pemanfaatan --- --- ---
4. Penanganan open dumping, pengelolaan
tumpahan, dan penanganan media/tanah
terkontaminasi limbah B3
a. Rencana pengelolaan --- --- ---
b. Pelaksanaan pengelolaan --- --- ---
c. Jumlah limbah B3 dan tanah terkontaminasi --- --- ---
yang dikelola
d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT --- --- ---
5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan √ --- Limbah B3 sudah
peraturan dikelola sesuai
ketentuan, kinerja
100 %
6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan √ --- ---
Belum
No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Taat Keterangan
Taat
pengangkutan limbah B3
7. Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara --- --- ---
lain : Dumping, Re-injeksi, dll)
Kesimpulan Penaatan Pengelolaan Limbah √ ---
Bahan Berbahaya dan Beracun

E. Pengendalian Kerusakan Lingkungan

Rekapitulasi Penilaian
KRITERIA PENILIAI
Tidak Potensi Potensi
Nilai Potensi Rusak Rusak
No. Tahapan Lokasi Rusak Ringan Berat Keterangan
Total
(X ≥ 80) (55 < X < (X < 55)
80)x

1. Penambangan Pit 93 √  Untuk Aspek Teknis,


Tambang Kriteria K5 (Erosi):
Air Layar terdapat indikasi
(Fleet adanya erosi didinding
Prebench) lereng penambangan

2. Penimbunan Pit 93 √  Untuk Aspek Teknis,


Tambang Kriteria K5 (Erosi):
Air Layar terdapat indikasi
(Fleet adanya erosi didinding
Prebench) lereng penambangan

3. Penambangan Pit 93 √  Untuk Aspek Teknis,


Tambang Kriteria K5 (Erosi):
Air Layar terdapat indikasi
(Talsel)) adanya erosi didinding
lereng penambangan

4. Penambangan Pit 93 √  Untuk Aspek Teknis,


Tambang Kriteria K5 (Erosi):
Air Layar terdapat indikasi
(Air Layar adanya erosi didinding
Putih) lereng penambangan

5. Pembersihan Pit MTBS 93 √  Untuk Aspek Teknis,


Lahan Kriteria K5 (Erosi):
terdapat indikasi
adanya erosi didinding
lereng penambangan

6. Penambangan Pit MTBS 93 √  Untuk Aspek Teknis,


Kriteria K5 (Erosi):
terdapat indikasi
adanya erosi didinding
lereng penambangan

7. Penimbunan Pit MTBS 93 √  Untuk Aspek Teknis,


Kriteria K5 (Erosi):
terdapat indikasi
KRITERIA PENILIAI
Tidak Potensi Potensi
Nilai Potensi Rusak Rusak
No. Tahapan Lokasi Rusak Ringan Berat Keterangan
Total
(X ≥ 80) (55 < X < (X < 55)
80)x

adanya erosi didinding


lereng penambangan

8. Penambangan Pit 1 Barat 93 √  Untuk Aspek Teknis,


(Bangko Kriteria K5 (Erosi):
Barat) terdapat indikasi
adanya erosi didinding
lereng penambangan

9. Penimbunan Pit 1 93 √ Untuk Aspek Teknis,


Timur Kriteria K5 (Erosi):
(Bangko terdapat indikasi
Barat) adanya erosi didinding
lereng penambangan
10. Penimbunan Pit 3 93 √  Untuk Aspek Teknis,
Timur Kriteria K5 (Erosi):
(Bangko terdapat indikasi
Barat) adanya erosi didinding
lereng penambangan

11. Penambangan Pit 3 Barat 93 √  Untuk Aspek Teknis,


(Bangko Kriteria K5 (Erosi):
Barat) terdapat indikasi
adanya erosi didinding
lereng penambangan

12. Penimbunan Pit 3 Barat 93 √  Untuk Aspek Teknis,


(Bangko Kriteria K5 (Erosi):
Barat) terdapat indikasi
adanya erosi didinding
lereng penambangan

JUMLAH DATA 12 12 0 0 Taat

Evaluasi aspek Pengendalian Kerusakan Lingkungan meliputi 2 (dua) aspek yaitu


aspek manajemen dan aspek tekins. Hasil penilaian untuk semua lokasi
memperoleh nilai total > 80, sehingga masuk kategori TAAT terhadap kriteria
kerusakan lahan, Rincian sebagai berikut :
Aspek Manajemen :
 K1 (Perencanaan);
o Telah memiliki Peta Triwulanan Rencana dan Realisasi dengan skala 1 :
2000, dan ditandatangani oleh KTT
o Telah memenuhi target rencana Penimbunan dan realisasinya sesuai
dengan kondisi lapangan
 K2 (Kontinyuitas) : Pada setiap lokasi tahapan kegiatan terus dilakukan
aktifitas tahapan berikutnya
Aspek Teknis :
 K3 (Potensi Longsor) semua lokasi yang dinilai sudah memenuhi kriteria
penilaian,
 K4 (Pengendalian batuan potensi asam) semua lokasi yang dinilai telah
memenuhi aspek kriteria penilaian,
 K5 (Indikasi Erosi) pada semua lokasi yang dinilai belum memenuhi aspek
kriteria adanya indikasi erosi
 K6 (Kebencanaan) semua lokasi yang dinilai telah memenuhi aspek
kebencanaan.

F. Pasca Tambang

PT. Bukit Asam, memiliki komitmen yang tinggi dengan memegang prinsip
“MENAMBANG ADALAH BAGIAN DARI RENCANA PENUTUPAN TAMBANG” dan
“REKLAMASI ADALAH INVESTASI UNTUK PEMANFAATAN LAHAN BEKAS
TAMBANG”. Dengan prinsip yang demikian, kegiatan yang relevan di perusahaan akan
diarahkan kepada upaya pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai TAHURA setelah
tambang ditutup nantinya. Dengan kata lain, PT. Bukit Asam akan memulai implementasi
rencana pembangunan TAHURA Enim sedini mungkin, bahkan ketika kegiatan
penambangan masih berlangsung. Sebagai contoh, kegiatan penggalian batubara dan bahan
non-tambang yang diikuti dengan penimbunan harus memperhatikan keberadaan tanah
pucuk dan memperlakukannya sedemikian rupa agar bahan tersebut tetap berada di lapisan
teratas tanah timbunan.

Melalui konsep “Menambang adalah Bagian dari Rencana Penutupan Tambang” dan
“Reklamasi adalah Investasi untuk Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang”, implementasi
penanganan lingkungan untuk persiapan pembangunan TAHURA Enim dimulai sejak
aktivitas penambangan masih berjalan, aktivitas penambangan di lokasi tertentu dinyatakan
selesai, hingga izin usaha penambangan (IUP) di suatu areal dinyatakan berakhir. Untuk
mewujudkan konsep tersebut, PT. Bukit Asam telah menetapkan Pra-Rencana penataan
lingkungan agar lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan TAHURA
Enim. Pertama adalah melakukan reklamasi terhadap lahan bekas tambang, seperti
penanganan tanah pucuk (topsoil), penangan erosi, pembuatan kolam pengendap lumpur,
pengendalian air asam tambang, dan revegetasi. Kegiatan reklamasi tersebut dilaksanakan
setelah lahan terbebas dari aktivitas penambangan.

Pra-rencana penataan lingkungan ke dua adalah membagi kawasan yang dicadangkan untuk
pembangunan TAHURA Enim menjadi tiga blok, yakni Blok Perlindungan, Blok
Pemanfaatan dan Blok Koleksi. Pembagian blok tersebut dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik wilayah dicadangkan untuk TAHURA, yang meliputi kondisi tapak,
kelerengan, potensi wilayah serta keseimbangan sistem ekologi yang ada. Pembagian blok
ini dilakukan agar keseimbangan fungsi-fungsi TAHURA, baik untuk kepentingan
konservasi maupun kepentingan ekonomi, dapat terjaga. Blok Perlindungan merupakan
wilayah dengan ciri khas pada suatu kawasan, serta memiliki potensi keindahan alam,
tumbuhan, satwa dan gejala alam. Blok Perlindungan harus mudah dijangkau dan dekat
dengan pusat-pusat permukiman penduduk. Blok Pemanfaatan merupakan kawasan lain
dalam TAHURA selain kawasan Blok Perlindungan, dengan fungsi untuk menampung
semua aktivitas pemanfaatan kawasan dan potensinya termasuk untuk tujuan ekonomi, Blok
Koleksi merupakan wilayah dengan luas wilayah yang memungkinkan untuk koleksi
tumbuhan dan/atau satwa, baik asli Kabupaten Muara Enim maupun jenis bukan asli. Blok
Perlindungan, Blok Pemanfaatan dan Blok Koleksi selanjutnya dibagi lagi menjadi beberapa
kawasan yang lebih kecil dan lebih spesifik, fungsi setiap kawasan dalam TAHURA Enim
dapat dijelaskan secara lebih rinci.

Implementasi rencana pembangunan TAHURA Enim harus dimonitor dan dievaluasi, baik
secara internal perusahaan maupun secara eksternal, agar benar-benar sesuai dengan
dokumen-dokumen perencanaan yang telah dibuat. Monitoring dan evaluasi secara internal
dijadikan kegiatan rutin tahunan di PT. Bukit Asam. Dalam melaksanakan monitoring dan
evaluasi secara internal, PT. Bukit Asam dapat melakukan kerjasama dengan lembaga
profesional seperti perguruan tinggi agar diperoleh hasil monitoring dan evaluasi yang
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Monitoring dan evaluasi secara eksternal dilakukan institusi yang terkait dengan TAHURA
Enim, yakni oleh Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi eksternal dapat pula dilakukan secara terpadu dengan
membentuk sejenis Tim Monitoring dan Evaluasi Persiapan Pembangunan TAHURA Enim
yang beranggotakan personil dari kedua institusi diatas. Tim monitoring dan evaluasi ini
diharapkan dapat selalui berkoordinasi dengan tim monitoring dan evaluasi yang dibentuk
oleh perusahaan.

Mekanisme Penetapan Kawasan Taman Hutan Raya Enim


 Berdasarkan Perda Kabupaten Muara Enim Nomor 4 tahun 2004, luas lahan bekas
tambang yang dicadangkan untuk TAHURA Enim adalah 5.640 ha yang terdiri dari dua
status kawasan, yakni:
 Kawasan pinjam pakai kehutanan (hutan produksi) seluas 2.291 ha
 Kawasan yang berada di areal penggunaan lain (APL) seluas 3.349 ha
DARI KOTA MUARA ENIM

KE KOTA BATURAJA

Mekanisme penetapan kawasan pinjam pakai kehutanan (hutan produksi)


menjadi TAHURA mengikuti tahapan sebagai berikut:
 Setelah tambang ditutup pada tahun 2030 (IUP Air Laya) dan 2040 (IUP
Banko Barat), PT. Bukit Asam mengembalikan kawasan pinjam pakai
kehutanan ke Menteri Kehutanan dengan mengikuti syarat dan ketentuan yang
berlaku.
 Setelah pengembalian tersebut diterima oleh Menteri Kehutanan, Bupati
Muara Enim mengajukan usulan perubahan fungsi (antar fungsi pokok)
kawasan hutan dari kawasan hutan produksi menjadi kawasan hutan
konservasi ke Menteri Kehutanan.
 Setelah kawasan hutan produksi ditetapkan menjadi kawasan hutan konservasi
oleh menteri Kehutanan, Bupati Muara Enim mengusulkan pengelolaan
kawasan hutan konservasi tersebut menjadi TAHURA.
 Blok TAHURA yang akan dibangun di kawasan pinjam pakai kehutanan
adalah Blok Hutan Tanaman sehingga fungsi kawasan tidak berubah.
 Bekas galian yang terdapat di kawasan pinjam pakai kehutanan akan
digunakan untuk membangun Blok Wisata Air.

Mekanisme penetapan kawasan APL menjadi TAHURA mengikuti tahapan


sebagai berikut:
 Setelah tambang ditutup pada tahun 2030 (IUP Air Laya) dan 2040 (IUP
Banko Barat), PT. Bukit Asam mengembalikan kawasan APL ke Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan selaku pemberi izin usaha pertambangan dengan
mengikuti syarat dan ketentuan yang berlaku.
 Bupati Muara Enim mengajukan usulan perubah peruntukan kawasan di
wilayah Kabupaten Muara Enim dari kawasan APL menjadi kawasan hutan
konservasi ke Menteri Kehutanan.

Setelah usulan perubahan peruntukan kawasan APL menjadi kawasan hutan


konservasi disetujui oleh Menteri Kehutanan, Bupati Muara Enim mengajukan
usulan pengelolaan kawasan hutan konservasi tersebut menjadi TAHURA.

G. Community Development/Coorporate Social Responsibility

PT Tambang Batubara Bukit Asam didirikan pada tanggal 2 Maret 1981


berdasarkan Peraturan Pemerintah No.42 tahun 1980. Tambang Batubara Bukit Asam
mulai produksi pertama kali tahun 1919 oleh Pemerintah Hindia Belanda. Secara
operasional Tambang Batubara Bukit Asam pernah dikelola oleh beberap institusi
Pemerintah: BPUTAN (Biro urusan Perusahaan-Batubara 1961-1967, PN (Perusahaan
Negara) Tambang Batubara 1968-1980, PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
1981-1990). Sejak tahun 1990 Perum Tambang Batubara ang mengelola Tambang
Ombilin dan kontraktor batubara dalam PKP2B (Perjanjian Kerjasama Perusahaan
Pertambangan Batubara digabungkan dalam PT Tambang Batubara Bukit Asam
(Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.56 Tahun 1990.
Pada tahun 1993 Pemerintah memberika penugasan untuk pengembangan
Briket Batubara dan PTBA telah membangun tiga Pabrik Briket di Tanjung Enim,
Tarahan dan Gresik. Sejak tahun 1996 melalui Peraturan Pemerintah No.75 tahun
1995 pengelolaan PKP2B dikembalikan kepada Pemerintah cq Departemen
Pertambangan.
Perusahaan ini didirikan dengan tujuan untuk mendukung dan melaksanakan
kebijakan serta program pemerintah dalam mengembangkan pertambangan nasional,
terutama batubara. Maksud dan tujuan tersebut kemudian diterjemahkan dalam
Kegiatan Usaha Perusahaan sesuai pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan.Kegiatan
Usaha meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan,
pemurnian, pengangkutan dan perdagangan. Perusahaan juga mengsahan pengolahan
lebih lanjut atas hasil produksi bahan-bahan galian, terutama batubara serta
memperdagangkan hasil produksi, baik hasil sendiri maupun hasil produksi pihak
lain. Kegiatan usah alainnya adalah mengoperasikan dermaga dan pelabuhan khusus
batubara, baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, mengoperasikan
pembangkit listrik tenaga uap serta memberikanjasa konsultasi dalam bidang industry
pertambangan batubara. Pada akhir tahun 2002 PTBA menjadi perusahaan public
denga kode saham”PTBA yang dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa
Efek Surabaya (BES).
Tujuan , Visi dan Misi PTBA
Tujuan pendirian perusahaan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA)
sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar Perusahaan adalah untuk melaksanakan
dan menunjang kebijakan serta program pemerintah dibidang pertambangan bahan-
bahan galian, terutama pertambangan batubara sesuai dengan ketentuan dalam
perundang-undangan yang berlaku dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan
Terbatas.
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA) merupakan
perusahaan yang mapan dan berpengalaman dibidang industry batubara thermal.
PTBA telah beroperasi lebih dari 20 tahun secara terus menerus mampu
mengoptimalkan tingkat profitabilitas dan menjaga kesinambungan usaha.
Perusahaan menguasai beberapa KP(kuasa Pertambangan) dengan jumlah sumberdaya
batubara sebesar +/- 7,3 milyar ton dan cadangan batubara yang dapat ditambang
sebesar +/- 1,5 milyar ton. Cadangan batubara PTBA meruapakanjenis batubara uap
(steam coal) yang sangat ideal bagi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap(PLTU) khususnya di Mulut Tambang. Sebagian besar produksi batubara berasal
dari tambang di Tanjung Enim, Sumatra Selatan denga tingkat produksi +/- 10 juta
ton per tahun. Perusahaan memiliki dan mengoperasikan 3(tiga) dermaga batubara
untuk memuat dan memasarkan batubara baik domestik maupun ekspor, sedangkan
angkutan batubara dari tambang ke dermaga dilakukan dengan kereta api yang
dimiliki dan dioperasikan oleh PT Kereta Api.
Sesuai dengan tujuan pendirian perusahaan, maka ditetapkan Visi jangka
panjang CSR PTBA kedepan yaitu “Mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri
dan berwawasan lingkungan”. Sedangkan misi CSR PTBA:
a) Mendukung program pemerintah untuk menngkatkan taraf ekonomi, social,
pendidikan masyarakat serta pelestarian lingkungan.
b) Memberdayakan potensi local dan memperluas pasar untuk perluasan
kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar Perusahaan.
c) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung rencana jangka
panjang perusahaan dan pengembangan lokasi pasca tambang.
Sistem Tata Kelola Comdev
Manajemen PTBA sadar bahwa keberadaan PTBA hingga saat ini bukan
hanya ditentukan oleh kualitas produk dan Pelanggan saja tetapi juga karena
masyarakat luas yang memberikan penghargaan dan hak hidup kepada Perseroan.
Mempertahankan keberlangsungan bisnis bukanlah suatu hal yang mudah, dengan
variable yang demikian banyak serta kompleks maka diperlukan strategi yang tepat
dan sesuai dengan faktor-faktor internal maupun eksternal yang ada. Menyadari
pentingnya resiko sosial tersebut maka manajemen memutuskan bahwa cara terbaik
untuk melaksanakan bisnis yang sustainable adalah dengan memiliki jiwa
tanggungjawab social.
Esensi dari penerapan tanggungjawab social adalah tercapainya keseimbangan
yang harmonis antara kinerja ekonomi, lingkungan dan social Perusahaan.
Manajemen PTBA menyadari bahwa kesuksesan bidang Ekonomi tidak bermakna
bila pada proses bisnisnya merusak “lingkungan” dimana terjadi suatu kesenjangan
social yang tajam antara Pemilik dengan Karyawan maupun dengan Masyarakat luas.
Prinsip tersebut dikenal sebagai Korporasi yang memiliki tanggungjawab social atau
Corporate Social Responsibility. Dengan menerapkan prinsip tersebut merupakan
salah satu pilihan yang digunakan Manajemen PTBA secara formal sejak tahun 1999.
Pedoman CSR PTBA ini dibuat untuk memenuhi aturan hukum diatasnya, yaitu :
Undang-undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007, Peraturan Meneg BUMN
No.Per 05/MDU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan
Program Bina Lingkungan.
Untuk tetap menciptakan hubungan Perseroan yang serasi, seimbang dan sesuai
dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat, maka penerapan
kebijakan CSR PTBA bertujuan :
a. Melaksanakan pembangunan ekonomi secara berkelanjutan untuk
meningkatkan kesejahteraaan pegawai dan keluarganya, komunitas local serta
masyarakat secara luas.
b. Melakukan pengelolaan pelestarian lingkungan.
c. Melakukan efisiensi penggunaan sumberdaya energy dan air.
d. Melakukan pengelolaan limbah B3 dan limbah non B3 serta fugitive emission.
e. Menjamin pelaksanaan non diskriminasi dan menghargai Hak Azasi Manusia.
f. Menjamin kondisi kerja yang layak sesuai dengan standar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja serta Lingkungan.
g. Menjamin produk memenuhi persyaratan Keselamatan dan Kesehatan
Stageholders.
h. Menjalin kerja yang harmonis dengan masyarakat yang dilandasi dengan
melaksanakan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Selanjutnya penyusunan program CSR PTBA 2011-2015 memperhatikan prinsip dan


nilai-nilai sebagai berikut :
a. Good Mining Practice
b. Profit, People & Planet
c. Bukan biaya tetapi asset
d. Bukan kewajiban tapi penyertaan
e. ISO 26000 tentang CSR
f. Kemitraan dengan pemberdayaan masyarakat
g. Mempertahankan dukungan masyarakat

Dalam dua tahun terakhir ini, system tata kelola CSR PTBA terutama dalam
mengelola program-programnya lebih menekankan proses partisipatif yang
sebelumnya dijalankan dengan dasar proposal yang diajukan dan masuk ke PTBA,
diikuti pula dengan pendekatan yang dilihat dari aspek prospek dan manfaat. Pada sisi
perencanaan program CSR senantiasa diawali secara periodic dengan kegiatan Social
Mapping untuk mengidentifikasi dan menggali potensi-potensi yang ada di
lingkungan masyarakat ring satu PTBA, untuk disusun suatu program yang
berkelanjutan, dengan metode survai, FGD dan PRA.
PTBA memiliki Renstra lima tahunan (2011-2015) yang disusun oleh tim
asesmen dengan menggunakan pendekatan SWOT analisis. Adapun Renstra ini
disusun untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan program kerja CSR tahunan. Tim
asesmen dilakukan oleh pihak eksternal seperti Universitas Sriwijaya dan nantinya
akan diajukan bersama-sama dalam pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten.
Kehadiran PTBA sangat direspon oleh Pemerintah Daerah bahkan bersama
pemerintah daerah telah membentuk forum musrenbang dan forum CSR unuk dapat
mensinergikan program-program CSR dengan program pemerintah yang ada di
lingkungan ring satu PTBA. Adapun jenis program yang dilakukan PTBA dalam
kategori :
a. Pengembangan infrastruktur dan lingkungan : peningkatan kepedulian
lingkungan, pembangunan infrastruktur dan sarana umum, bantuan bencana
alam.
b. Peningkatan kapabilitas dan hubungan: penyelarasan organisasi PKBL dan
pembinaan Forum Komunikasi, Peningkatan kapabilitas dan Kompetensi
Masyarakat.
c. Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan : Pembinaan Masyarakat Melalui
Mitra Kerja Perusahaan, Pengembangan Lembaga keuangan untuk pendanaan
Usaha Kecil, Pengembangan Usaha Mandiri.

Adapun mengenai perbandingan jenis program/kegiatan antara karitatif, fisik,


capacity building dan pemberdayaan tidak diperoleh informasi karena PTBA selama
ini tidak melakukan secara khusus alokasi besaran dana peruntukan dari masing-
masing kategori tersebut tetapi yang diperhatikan adalah jumlah penerima manfaat
yang lebih banyak, seperti misalnya untuk pembangunan rumah ibadah. Tetapi
sasaran inti yang hendak dicapai melalui berbagai program CSR PTBA adalah
mewujudkan masyarakat sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan. Adapun
struktur organisasi CSR PTBA adalah sebagai berikut
Struktur Organisasi PTBA:
Struktur organisasi CSR PTBA di atas, telah mengalami banyak kemajuan
yang sangat berarti karena perhatian yang begitu besar dari Perusahaan, sejak tahun
2003 bahkantahun 2011 strukturnya dinaikkan satu level langsung dibawah Direksi,
hal ini sekaligus merespon dengan persoalan yang semakin komplek yang dialami
Perusahaan, apalagi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat sekitar
perusahaan. Hanya saja dengan struktur organisasi yang makin mapan untuk
pengelolaan berbagai program CSR nya, masih didapati jumlah personil sumberdaya
manusia yang kurang memiliki kompetensi didalam melaksanakan program-program
dan kegiatan CSR. Dominasi lulusan SMA sederajad masih berada dalam satuan
organisasi CSR PTBA dari jumlah total 51 orang, dengan keadaan seperti ini,
kemungkinan bisa menjadikan beban dalam pengimlementasian berbagai program
CSR PTBA, termasuk kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat sekitar. Ada
baiknya apabila PTBA mulai berbenah untuk memperbaiki kualitas sumber daya
manusia sebagai daya dukung dalam pengelolaan CSR agar proses pendokumentasian
berbagai kegiatan CSR dapat dilaksanakan dengan baik.
Beberapa staf CSR mulai ditingkatkan kapasitas dan komitmennya untuk
mewujudkan misi dan kebijakan yang akan dilakukan CSR PTBA, sehingga dengan
kualitas sumber daya yang dimiliki CSR PTBA senantiasa diharapkan akan lebih
responsive terhadap program maupun kebutuhan masyarakat di kawasan ring satu
PTBA. Sehingga daya dukung masyarakat sekitar diharapkan akan terwujud pula.
Apalagi daya dukung financial dari perusahaan yang demikian besar untuk
pelaksanaan program-program CSR. Secara teoritik laba bersih 4% dari keuntungan
Perusahaan PTBA dan ditambah biaya operasional, yang dipergunakan untuk program
CSR sesungguhnya mampu mendorong masyarakat untuk lebih memiliki wawasan
dan keberdayaan untuk mencapai masyarakat sejahtera mandiri dan berwawasan
lingkungan. Tentu saja dengan ekstra pedampingan yang lebih kuat disbanding
sebelum ini, sehingga dengan pendampingan yang dilakukan CSR PTBA diharapkan
mendapatkan dukungan masyarakat yang luar biasa dalam penerapan berbagai
programnya.
Apabila dilihat dari potensi sumber daya alam dan ekonomi, di kawasan ring
satu PTBA sangatlah bermacam-macam, seperti : industry, jasa, perdagangan,
perkebunan, pertanian, perikanan. Kesemuanya dapat dijadikan daya dorong dan daya
dukung bersama CSR PTBA untuk meraih masyarakat sejahtera mandiri dan
berwawaan lingkungan. Beberapa kisah sukses dalam program kemitraan bisa mejadi
rujukan dan motivasi dalam kegiatan pendampingan, misal cerita sukses usaha mebel
Ani dan Pak Haji Sularna dalam pengelolaan lahan pasca tambang. Apalagi saat ini
PTBA sedang giat-giatnya mengembangkan program SIBA (Sentra Industry Bukit
Asam yang meliputi : bidang manufactur dan suku cadang, Agro Industri padi SRI
dan Bokashi, Umum dan Jasa Boga) diharapkan nantinya bisa menjadi program
rintisan yang dapat diunggulkan karena bisa memiliki multyplier effect terhadap
aktivitas ekonomi yang lain secara positif.
Dilihat dari rencana pasca tambang, PTBA telah menyiapkan model
pengelolaan fisik melalui kegiatan reklamasi dengan mendayagunakan penanaman
kembali dan pemupukan dengan pupuk bokashi binaan CSR PTBA. Secara
konseptual dan secara fisik telah disiapkan melalui program TAHURA (Taman Hutan
Rakyat) maupun persiapan program manusianya melalui pengembangan investasi
program pendidikan yang diharapkan nantinya bisa mengakses Taman Hutan Rakyat
dan peruntukannya. Disamping itu PTBA sudah membuat model replika
pengembalian lahan pasca tambang seperti yang dilakukan Pak Haji Sularna, yang
telah mengembalikan ekosistem lahan pasca tambang sehingga dapat dimanfaatkan
kembali untuk kehidupan manusia. Meskipun model ini masih minimal akan tetapi
bisa dijadikan inspirasi untuk mewujudkan kembali penciptaan lingkungan
masyarakat yang baik pasca tambang.
Dengan adanya berbagai program CSR PTBA secara signifikan yang dapat
diperhatikan adalah :
a. Sektor Pengembangan Usaha Kecil : penyaluran dana kemitraan bagi usaha
kecil, pelatihan manajemen kewirausahaan. Promosi produk mitra binaan
untuk memperluas akses pasar melalui kegiatan manusia.
b. Sektor Penciptaan Lapangan Kerja : pembinaan kelompok budi daya ikan di
lokasi bekas kolam pengendap lumpur, Pembinaan kelompok usaha pupuk
bokashi, pembinaan kelompok usaha pembibitan tanaman produktif.
c. Sektor Pemberdayaan ekonomi masyarakat : pemanfaatan produk mitra binaan
untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan, pemanfaatan lahan tidur
milik perusahaan untuk kegiatan yang produktif bagi masyarakat.

Berbagai program di atas kiranya perlu penanganan dan pengelolaaan serta


pendampingan yang cukup sehingga relisasi dan tujuan yang dikehendaki niscaya
akan dapat terwujud. Sudah tentu semua kegiatan dan berbagai program ini akan
berproses bersama dengan masyarakat oleh karenanya perlu kiranya dukungan
tenaga-tenaga lapangan yang handal dalam proses pencapaian keberhasilan program
yang diinginkan. Sehingga harapan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, mandiri
dan berwawasan lingkungan dapat terealisir.Secara informative kemungkinan
program dapat dipetakan dengan menggunakan Geographic Information System (GIS)
untuk dapat memudahkan dalam proses monitoring dan evaluasi, sehingga proses
keberlangsungan program dapat terukur dan senantiasa terpantau, sekaligus untuk
keperluan dokumentasi program yang lebih akurat.

Penanganan Konflik
Konflik beberapa tahun akhir yang muncul di kawasan PTBA sesugguhnya
lebih disebabkan karena ketidak puasan dan perbedaan kepentingan masyakat sekitar.
Dan isu yang muncul dari konflik itu adalah mengenai rekruitmen pegawai PTBA.
Namun konflik yang muncul itu segera direspon oleh PTBA dengan mengadakan
komunikasi dalam Forum Komunikasi Masyaraka dan dijelaskan segala persoalan
yang ada. Dan sebagai solusinya bahkan ` PTBA telah mengakomodir tuntutan yang
dikehendaki masyarakat sepanjang sesuai dengan criteria dan kapasitas yang
dikehendaki oleh perusahaan. Dengan mengakomodasi berbagai kepentingan
masyarakat dalam isu rekruitmen ini hasilnya ernyata telah mencairkan kembali
hubngan perusahaan dengan masyarakat. Akan tetapi persoalan ini senantiasa akan
menjadikan konflik laten yang berkepanjangan sekiranya perusahaan lalai dalam
mengakomodir tuntutan masyarakat khususnya dalam proses rekruitmen nantinya di
masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu kiranya peran CSR PTBA yang lebih
memasyarakat agar representasi PTBA betul-betul dikenal dan disayang oleh
masyarakat sekitar melalui petugas-petugas lapangan yang betul-betul handal.
Sehingga nantinya diharapkan masyarakat memiliki rasa handarbeni dan perusahaan
dapat berproduksi dengan nyaman dan lancar berkat dukungan masyarakat sekitar.

Sinergi dan Kerjasama CSR PTBA


CSR PTBA telah bersinergi dan mampu melakukan kerjasama yang baik
dengan pemerintah kabupaten Muara Enim dan kabupaten lainnya. Ini merupakan
modal yang sangat positif bagi CSR merupakan mitra yang positif untuk pelaksanaan
program pembangunan infrastruktur dan pembedayaan masyarakat. Terlebih CSR
PTBA bersama pemerintah daerah telah menginisiasi terbentuknya Forum Komunkasi
CSR untuk mensinergikan program-program CSR perusahaan dengan program–
program pemerintah terutama di lingkungan ring satu. Keuntungan yang dapat
diperoleh adalah program dapat berjalan dengan lancar karena mendapat dukungan
dari pemerintah dan masyarakat sebagai penerima manfaat dari program yang
digulirkan oleh CSR PTBA.
Selain bersinergi dengan pemerintah daerah, CSR PTBA telah menjalin
kerjasama juga dengan berbagai CSO dan LSM yang memilii kepedulian dan
komimen yang sama dalam memberdayakan masyarakat. CSO Kelompok Tani
Karang Raja dalam mengembangkan padi SRI maupun dengan LSM Muara Enim
Bangkit yang berkaitan dengan pelaksanaan program-program pemberdayaan
masyarakat.Hasil positif yang dirasakan CSR PTBA adalah imlementasi program
dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan kepentingan perusahaan.

Kontribusi Perusahaan dalam MDGs


Program-program CSR PTBA yang berlangsung selama ini senantiasa telah
mengacu juga untuk kepetingan pencapaian MDGs. Adapun program-programnya
meliputi :
a) Pengentasan Kemiskinan : menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
b) Pendidikan : mencapai pendidikan dasar untuk semua, yang diwujudkan dalam
beasiswa Ayo Sekolah untuk SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Mobil
baca Keliling, Rumah Baca Bukt Asam dan Pengembangan Sarana pendidikan
formal dan non formal.
c) Pemberdayaan Perempuan : pelatihan pengasuhan (parenting), Lembaga
Keuangan Mikro, pelatihan jasa Boga dan catering.
d) Kesehatan (menurunkan angka kematian anak) : pemberian makanan
tambahan, Eyes Clinic Goes to School.
e) Kesehatan Ibu (meningkatkan kesehatan Ibu) : kegiatan posyandu dan
pelatihan Periska.
f) Kesehatan (memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit menular lainnya) :
kegiatan sosialisasi tentang narkoba dan malaria, Pencegahan preventif dengan
menanam kayu putih.
g) Lingkungan (memastikan kelestarian lingkungan) : sosialisasi tentang
pengetahuan lingkungan kesekolah dan masyarakat, penghijauan DAS,
membangun sanitasi yang layak.
h) Globalisasi(membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan): bantuan
computer ke desa dan internet, membantu mitra binaan ke luar negri.

Anda mungkin juga menyukai