131228120653PT Bukit Asam Persero TBK Unit Pertambangan Tanjung Enim
131228120653PT Bukit Asam Persero TBK Unit Pertambangan Tanjung Enim
INFORMASI UMUM
Tahun 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23/1968, BPU Batubara dilebur
menjadi PN. Tambang Arang Bukit Asam menjadi salah satu Unit Produksi PN.
Tambang Batubara.
Tahun 1981 berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42/1980 didirikan PT. Tambang
Batubara Bukit Asam (Persero) disingkat PTBA pada tanggal 2 Maret 1981 yang
berkantor Pusat di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, selanjutnya tahun 1990,
pemerintah menggabungkan Perum Tambang Batubara, yang memiliki unit
penambangan batubara di Ombilin Sumatera Barat, kedalam PTBA dan selanjutnya
PTBA tahun 2001 melakukan penjualan sahamnya 35%, di Bursa Efek Jakarta,
dengan berbagai kemajuan yang dicapai PTBA memasuki lembaran sejarah baru
sebagai Perusahaan Terbuka (Tbk) yang diberinama PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
Merujuk pada hasil penilaian sumber daya (resources) dan cadangan (reserve) oleh
pihak independen yaitu “International Mining Consultant (IMC)” pada Desember
2008, total sumber daya batubara (resources) PTBA mencapai 7,3 miliar ton
sedangkan jumlah cadangan tertambang mencapai 1,8 miliar ton.
Kegiatan reklamasi dan revegetasi sesegera mungkin dilakukan setelah lahan tersebut
tidak terganggu lagi (final). Setiap kegiatan ini memiliki perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi keberhasilan dan pelaporan sesuai dengan dokumen RKTTL
(Rencana Kerja Tahunan Teknik dan Lingkungan).
Gambar WTP Limoa: Recycle Air Tambang menjadi air bersih (air baku dari KPL
Stockpile I)
Kegiatan pengelolaan air asam tambang di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk, dilakukan
secara komprehensif melalui berbagai upaya, mulai dari tindakan pencegahan di area
timbunan, pengelolaan aktif melalui pengapuran, hingga pengelolaan pasif dengan
memanfaatkan area lahan basah (wetland). Berdasarkan hasil tabel dan grafik beban
pencemaran, nilai TSS menunjukkan bahwa adanya kecendrungan penurunan rasio
beban pencemaran dari tahun 2009 hingga tahun 2012. Sedangkan nilai parameter Fe
dan Mn mengalami kenaikan, namun masih berada dibawah nilai ambang batas baku
mutu lingkungan.
Status Penaatan:
No. Pengendalian Pencemaran Udara Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap titik penaatan 100% Sumber Emisi : 5 unit genset
pemantauan Seluruh sumber emisi sudah
dipantau
2. Ketaatan terhadap pelaporan 100% Semua parameter dari hasil
pemantauan semua sumber emisi
sudah dilaporkan sesuai peraturan
3. Ketaatan terhadap parameter Baku 100% Parameter yang dipantau dari
Mutu Emisi semua sumber emisi sudah sesuai
peraturan (PerGub Sumsel No. 6
Tahun 2012 tentang BME STB)
4. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku 100% Hasil pemantauan emisi seluruh
Mutu Emisi sumber emisi telah memenuhi baku
mutu emisi
5. Ketaatan terhadap ketentuan Teknis Semua cerobong sudah dilengkapi
yang dipersyaratkan Taat dengan sarana dan prasarana
sampling
D. Pengelolaan Limbah B3
PT. Bukit Asam (Persero) TBK Unit Pertambangan Tanjung Enim (PT. BA)
merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara di Indonsia. Dalam
operasionalnya perusahaan menghasilkan beberapa jenis limbah baik itu limbah
domestik maupun yang termasuk kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Limbah B3 dominan yang dihasilkan diantaranya adalah oli bekas, aki bekas, filter oli
bekas, abu sisa pembakaran limbah B3 di insinerator, grease bekas, limbah klinis,
limbah terkontaminasi limbah B3 (majun terkontaminasi, sarung tangan, kertas filter
bekas) dan pemanfaatan oli bekas sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan
(ANFO) . Limbah B3 yang dihasilkan umumnya diolah sendiri dengan dibakar di
insinerator dan dimanfaatkan. Untuk pengolahan limbah B3 secara insinerasi telah
mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH nomor.
533 Tahun 2012 dan pemanfaatan limbah B3 berupa oli bekas yang dimanfaatkan
sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan mempunyai izin dengan SK MENLH
nomor 92 tahun 2009.
Sebagai sebuah perusahaan tambang batu bara PT. Bukit Asam (Persero) TBK Unit
Pertambangan Tanjung Enim melakukan beberapa kegiatan pengelolaan limbah B3 :
1. Penyimpanan sementara limbah B3 (TPS LB3):
Limbah yang dihasilkan disimpan terlebih dahulu di TPS LB3 sesuai dengan izin
kemeterian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH nomor 409 tahun 2009
dengan masa penyimpanan 90 hari sebelum dilakukan pengelolaan lanjutan,
terdapat 15 TPS limbah B3 yang digunakan untuk menyimpan limbah B3 yang
berupa gudang dan tangki).
2. Pengolahan Limbah B3 secara insinerarsi
PT. BA dalam hal pengelolaan lanjutan limbah B3 yang dihasilkan seperti majun,
sarung tangan terkontaminasi, serbuk gergaji terkontaminasi, kertas filter bekas
terkontaminasi dengan metode thermal limbah B3 menggunakan insinerator yang
telah mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan Hidup dengan SK MENLH
No. 533 tahun 2012 serta dalam operasional di site perusahaan memiliki rumah
sakit yang menghasilkan limbah medis yang dikelola dengan metode thermal
menggunakan insinerator yang juga memiliki izin SK MENLH No. 533 tahun
2012.
3. Pemanfaatan limbah B3 sebagai bahan bakar pembantu peledakan (ANFO)
PT. BA melakukan pemanfaatan limbah B3 sebagai perwujudan dari metode 3R
(reuse, Recycle, recovery). Limbah B3 yang dimanfaatkan antara lain minyak
pelumas bekas sebagai bahan bakar pembantu dalam peledakan (ANFO).
Kegiatan pemanfaatan ini tesebut telah dilengkapi dengan izin SK MENLH nomor
92 tahun 2009. Namun semenjak tahun 2012 perusahaan sudah tidak lagi
menafaatkan minyak pelumas sebagai bahan bakar pembantu peledakan.
Berdasarkan data sampai periode Juli 2012 sampai dengan Juni 2013 limbah B3
yang dihasilkan dan dikelola dapat dilihat pada tabel berikut
Limbah
Jenis Limbah Limbah
Satuan Belum Perlakuan
Limbah Dihasilkan Dikelola
Dikelola
A. Sumber Dari Proses Produksi
Belum
No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Taat Keterangan
Taat
1. a. Pendataan jenis dan volume limbah B3 yang √ --- ---
dihasilkan
b. Pelaporan √ ---
2. Status perizinan pengelolaan limbah B3 √ --- ---
3. Pelaksanaan ketentuan dalam izin
a. Pemenuhan Ketentuan Teknis √ --- Penaatan 100 %
b. Pemenuhan Baku Mutu Emis --- ---
c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah --- --- ---
d. Pemenuhan Pemanfaatan --- --- ---
4. Penanganan open dumping, pengelolaan
tumpahan, dan penanganan media/tanah
terkontaminasi limbah B3
a. Rencana pengelolaan --- --- ---
b. Pelaksanaan pengelolaan --- --- ---
c. Jumlah limbah B3 dan tanah terkontaminasi --- --- ---
yang dikelola
d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT --- --- ---
5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan √ --- Limbah B3 sudah
peraturan dikelola sesuai
ketentuan, kinerja
100 %
6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan √ --- ---
Belum
No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Taat Keterangan
Taat
pengangkutan limbah B3
7. Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara --- --- ---
lain : Dumping, Re-injeksi, dll)
Kesimpulan Penaatan Pengelolaan Limbah √ ---
Bahan Berbahaya dan Beracun
Rekapitulasi Penilaian
KRITERIA PENILIAI
Tidak Potensi Potensi
Nilai Potensi Rusak Rusak
No. Tahapan Lokasi Rusak Ringan Berat Keterangan
Total
(X ≥ 80) (55 < X < (X < 55)
80)x
F. Pasca Tambang
PT. Bukit Asam, memiliki komitmen yang tinggi dengan memegang prinsip
“MENAMBANG ADALAH BAGIAN DARI RENCANA PENUTUPAN TAMBANG” dan
“REKLAMASI ADALAH INVESTASI UNTUK PEMANFAATAN LAHAN BEKAS
TAMBANG”. Dengan prinsip yang demikian, kegiatan yang relevan di perusahaan akan
diarahkan kepada upaya pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai TAHURA setelah
tambang ditutup nantinya. Dengan kata lain, PT. Bukit Asam akan memulai implementasi
rencana pembangunan TAHURA Enim sedini mungkin, bahkan ketika kegiatan
penambangan masih berlangsung. Sebagai contoh, kegiatan penggalian batubara dan bahan
non-tambang yang diikuti dengan penimbunan harus memperhatikan keberadaan tanah
pucuk dan memperlakukannya sedemikian rupa agar bahan tersebut tetap berada di lapisan
teratas tanah timbunan.
Melalui konsep “Menambang adalah Bagian dari Rencana Penutupan Tambang” dan
“Reklamasi adalah Investasi untuk Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang”, implementasi
penanganan lingkungan untuk persiapan pembangunan TAHURA Enim dimulai sejak
aktivitas penambangan masih berjalan, aktivitas penambangan di lokasi tertentu dinyatakan
selesai, hingga izin usaha penambangan (IUP) di suatu areal dinyatakan berakhir. Untuk
mewujudkan konsep tersebut, PT. Bukit Asam telah menetapkan Pra-Rencana penataan
lingkungan agar lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan TAHURA
Enim. Pertama adalah melakukan reklamasi terhadap lahan bekas tambang, seperti
penanganan tanah pucuk (topsoil), penangan erosi, pembuatan kolam pengendap lumpur,
pengendalian air asam tambang, dan revegetasi. Kegiatan reklamasi tersebut dilaksanakan
setelah lahan terbebas dari aktivitas penambangan.
Pra-rencana penataan lingkungan ke dua adalah membagi kawasan yang dicadangkan untuk
pembangunan TAHURA Enim menjadi tiga blok, yakni Blok Perlindungan, Blok
Pemanfaatan dan Blok Koleksi. Pembagian blok tersebut dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik wilayah dicadangkan untuk TAHURA, yang meliputi kondisi tapak,
kelerengan, potensi wilayah serta keseimbangan sistem ekologi yang ada. Pembagian blok
ini dilakukan agar keseimbangan fungsi-fungsi TAHURA, baik untuk kepentingan
konservasi maupun kepentingan ekonomi, dapat terjaga. Blok Perlindungan merupakan
wilayah dengan ciri khas pada suatu kawasan, serta memiliki potensi keindahan alam,
tumbuhan, satwa dan gejala alam. Blok Perlindungan harus mudah dijangkau dan dekat
dengan pusat-pusat permukiman penduduk. Blok Pemanfaatan merupakan kawasan lain
dalam TAHURA selain kawasan Blok Perlindungan, dengan fungsi untuk menampung
semua aktivitas pemanfaatan kawasan dan potensinya termasuk untuk tujuan ekonomi, Blok
Koleksi merupakan wilayah dengan luas wilayah yang memungkinkan untuk koleksi
tumbuhan dan/atau satwa, baik asli Kabupaten Muara Enim maupun jenis bukan asli. Blok
Perlindungan, Blok Pemanfaatan dan Blok Koleksi selanjutnya dibagi lagi menjadi beberapa
kawasan yang lebih kecil dan lebih spesifik, fungsi setiap kawasan dalam TAHURA Enim
dapat dijelaskan secara lebih rinci.
Implementasi rencana pembangunan TAHURA Enim harus dimonitor dan dievaluasi, baik
secara internal perusahaan maupun secara eksternal, agar benar-benar sesuai dengan
dokumen-dokumen perencanaan yang telah dibuat. Monitoring dan evaluasi secara internal
dijadikan kegiatan rutin tahunan di PT. Bukit Asam. Dalam melaksanakan monitoring dan
evaluasi secara internal, PT. Bukit Asam dapat melakukan kerjasama dengan lembaga
profesional seperti perguruan tinggi agar diperoleh hasil monitoring dan evaluasi yang
objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Monitoring dan evaluasi secara eksternal dilakukan institusi yang terkait dengan TAHURA
Enim, yakni oleh Kementerian Kehutanan dan Pemerintah Kabupaten Muara Enim.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi eksternal dapat pula dilakukan secara terpadu dengan
membentuk sejenis Tim Monitoring dan Evaluasi Persiapan Pembangunan TAHURA Enim
yang beranggotakan personil dari kedua institusi diatas. Tim monitoring dan evaluasi ini
diharapkan dapat selalui berkoordinasi dengan tim monitoring dan evaluasi yang dibentuk
oleh perusahaan.
KE KOTA BATURAJA
Dalam dua tahun terakhir ini, system tata kelola CSR PTBA terutama dalam
mengelola program-programnya lebih menekankan proses partisipatif yang
sebelumnya dijalankan dengan dasar proposal yang diajukan dan masuk ke PTBA,
diikuti pula dengan pendekatan yang dilihat dari aspek prospek dan manfaat. Pada sisi
perencanaan program CSR senantiasa diawali secara periodic dengan kegiatan Social
Mapping untuk mengidentifikasi dan menggali potensi-potensi yang ada di
lingkungan masyarakat ring satu PTBA, untuk disusun suatu program yang
berkelanjutan, dengan metode survai, FGD dan PRA.
PTBA memiliki Renstra lima tahunan (2011-2015) yang disusun oleh tim
asesmen dengan menggunakan pendekatan SWOT analisis. Adapun Renstra ini
disusun untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan program kerja CSR tahunan. Tim
asesmen dilakukan oleh pihak eksternal seperti Universitas Sriwijaya dan nantinya
akan diajukan bersama-sama dalam pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten.
Kehadiran PTBA sangat direspon oleh Pemerintah Daerah bahkan bersama
pemerintah daerah telah membentuk forum musrenbang dan forum CSR unuk dapat
mensinergikan program-program CSR dengan program pemerintah yang ada di
lingkungan ring satu PTBA. Adapun jenis program yang dilakukan PTBA dalam
kategori :
a. Pengembangan infrastruktur dan lingkungan : peningkatan kepedulian
lingkungan, pembangunan infrastruktur dan sarana umum, bantuan bencana
alam.
b. Peningkatan kapabilitas dan hubungan: penyelarasan organisasi PKBL dan
pembinaan Forum Komunikasi, Peningkatan kapabilitas dan Kompetensi
Masyarakat.
c. Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan : Pembinaan Masyarakat Melalui
Mitra Kerja Perusahaan, Pengembangan Lembaga keuangan untuk pendanaan
Usaha Kecil, Pengembangan Usaha Mandiri.
Penanganan Konflik
Konflik beberapa tahun akhir yang muncul di kawasan PTBA sesugguhnya
lebih disebabkan karena ketidak puasan dan perbedaan kepentingan masyakat sekitar.
Dan isu yang muncul dari konflik itu adalah mengenai rekruitmen pegawai PTBA.
Namun konflik yang muncul itu segera direspon oleh PTBA dengan mengadakan
komunikasi dalam Forum Komunikasi Masyaraka dan dijelaskan segala persoalan
yang ada. Dan sebagai solusinya bahkan ` PTBA telah mengakomodir tuntutan yang
dikehendaki masyarakat sepanjang sesuai dengan criteria dan kapasitas yang
dikehendaki oleh perusahaan. Dengan mengakomodasi berbagai kepentingan
masyarakat dalam isu rekruitmen ini hasilnya ernyata telah mencairkan kembali
hubngan perusahaan dengan masyarakat. Akan tetapi persoalan ini senantiasa akan
menjadikan konflik laten yang berkepanjangan sekiranya perusahaan lalai dalam
mengakomodir tuntutan masyarakat khususnya dalam proses rekruitmen nantinya di
masa yang akan datang. Oleh karena itu perlu kiranya peran CSR PTBA yang lebih
memasyarakat agar representasi PTBA betul-betul dikenal dan disayang oleh
masyarakat sekitar melalui petugas-petugas lapangan yang betul-betul handal.
Sehingga nantinya diharapkan masyarakat memiliki rasa handarbeni dan perusahaan
dapat berproduksi dengan nyaman dan lancar berkat dukungan masyarakat sekitar.