283-Article Text-505-1-10-20191115
283-Article Text-505-1-10-20191115
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi ketentuan Circular Resolution dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas perihal Mekanisme pelaksanaan RUPS melalui Circular Resolution, Pengambilan keputusan
RUPS melalui Circular Resolution. Serta mengetahui dan menjelaskan dampak yang ditimbulkan dengan adanya klausula
mengenai kebijakan Circular Resolution tersebut perihal Akibat terhadap klausula mekanisme RUPS lainnya dan indikasi
kewenangan/kebijakan Perusahaan yang timbul. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan
Normatif Yuridis dan Sosio Empiris. Data diperoleh melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas dan beberapa Narasumber yang berasal dari Bagian Legal Perusahaan, Notaris, serta Direksi dan Pemegang saham di
Perusahaan Swasta. Hasil penelitian menunjukkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) melalui Circular Resolution tidak
memiliki pengaturan lanjutan di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) serta di
peraturan tambahan lainnya diluar UUPT. Sehingga dalam pelaksanaannya menimbulkan penafsiran baru oleh pihak yang
menyelenggarakan RUPS dan pihak terkait lainnya sampai pada hasil keputusan yang dituangkan dalam sebuah Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham oleh Notaris. Dengan metode Circular Resolution yang tidak memiliki
ketentuan lebih lanjut, serta tidak diatur secara ketat dan detil, menyebabkan adanya kontradiksi dengan klausula RUPS melalui
rapat forum dalam UUPT yang diatur secara teknis. Tidak adanya pengawasan dan batasan-batasan dalam penyelenggaraannya,
serta tidak adanya ketentuan lanjutan tersebut juga menjadi celah potensi penyalahgunaan kewenangan berupa, manipulasi
dokumen, pemalsuan tanda tangan Pemegang Saham, yang berdampak pada arah dan kebijakan Perusahaan.
Kata Kunci: Circular Resolution, RUPS, Perseroan Terbatas
ABSTRACT
This research aims to know the existence of the provisions of the Circular Resolution in Act No. 40 Year 2007 Regarding limited
liability company about implementation of the GMS Mechanism through Circular Resolution of shareholders, decision making
through Circular Resolution. As well as knowing and explains the impact posed by the existence of the clause regarding the
policy Circular Resolution subject Result against clause other GMS mechanism and indication of authority/company policy
that arise. This research is both a descriptive analysis by using Juridical Normative and Socio Empirical approach. The data
obtained through Act No. 40 Year 2007 Regarding limited liability and some Interviewees who came from parts of the Legal
company, notary public, as well as directors and shareholders in a private company. The results showed the general meeting
of shareholders (GMS) through Circular Resolution has no further settings are technically in Act No. 40 Year 2007 On limited
liability companies (UUPT) as well as in other additional regulations outside of the UUPT. So in its implementation raises a
new interpretation by the party which hosts the GMS and other related parties to the results of a decision that is poured in a
deed of statement of the decision of the general meeting of shareholders by a notary. With the method of Circular Resolution
that has no further provisions, as well as not strictly regulated and detailed, leading to the existence of a contradiction with
clause GMS through the meeting of the forum in the UUPT is set by technicality. The lack of supervision and limitations in its
commissioning, as well as the absence of provisions also advanced into the crack of the potential abuse of authority in the form
of documents, manipulation, falsification of signatures, which affects Shareholders on the direction and policies of the
company.
Keywords: Circular Resolution, GMS, A Limited Liability Company
65
Analisis Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.... (A.Muhammad Irsan, A. Muh. Arfah P., Zulkifli Makkawaru)
semua Pemegang Saham yang terlibat dalam RUPS yang 1. Terkait dengan kemudahan dalam pengambilan
bersangkutan”. keputusan semua Pemegang Saham sepakat jika Circular
Terdapat dua mekanisme penyelenggaraan RUPS dalam Resolution memberikan kemudahan dalam pengambilan
UUPT yang dapat ditempuh yakni melalui rapat itu sendiri keputusan karena sifatnya yang hanya menandatangani
secara langsung yang diatur pada BAB VI UUPT pada Pasal usul yang diedarkan,
75 hingga Pasal 90 dan RUPS melalui mekanisme Circular 2. Dalam hal rentang waktu yang cukup lama dalam
Resolution yang terdapat pada Pasal 91 UUPT yang pengambilan keputusan melalui Circular Resolution 3
disebutkan: dari 5 Pemegang Saham menjawab ragu-ragu yakni PT.
“Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang BR, PT. BPB dan NH, karena hal tersebut bersifat relatif
mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang tergantung dari keberadaan Pemegang Saham lain yang
saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan juga terlebih dahulu harus mempelajari isi Circular
menandatangani usul yang bersangkutan”. lebih lanjut Resolution tersebut sebelum ditandatangani. sementara 2
dijelaskan pada bagian penjelasan UUPT, yang disebutkan: Pemegang Saham lainnya yakni PT. BC dan PT. BBM
Yang dimaksud dengan ‘pengambilan keputusan di luar menjawab setuju karena perihal pengiriman dan
RUPS’ dalam praktik dikenal dengan usul keputusan yang peredaran dokumen yang cukup memakan waktu
diedarkan (circular resolution). menyesuaikan keberadaan Pemegang Saham lainnya
Pengambilan keputusan seperti ini dilakukan tanpa 3. Adapun penyelenggaraan RUPS melalui Circular
diadakan RUPS secara fisik, tetapi keputusan diambil Resolution yang dianggap lebih baik dari RUPS melalui
dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang akan Rapat Forum, 5 Pemegang Saham menjawab ragu-ragu,
diputuskan kepada semua pemegang saham dan usul tersebut hal tersebut terjadi karena pelaksanaan RUPS melalui
disetujui secara tertulis oleh seluruh pemegang saham. Circular Resolution maupun melalui rapat forum tersebut
Yang dimaksud dengan ‘keputusan yang mengikat’ adalah bersifat situasional, tergantung urgensi dari sebuah
keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang sama kebijakan yang akan diambil.
dengan keputusan RUPS. 4. Untuk metode RUPS yang lebih dipilih melalui Circular
Penulis melihat sifat Circular Resolution yang hanya Resolution dibandingkan melalui rapat forum, 4 dari 5
berupa dokumen tekstual yang tidak melibatkan komunikasi yakni PT. BC, PT. BBM, PT. BR, dan PT. BPB
dua arah antar Para Pemegang Saham menyebabkan adanya menjawab tidak setuju karena menganggap esensi RUPS
tarik ulur dokumen hanya untuk merevisi isi atau klausula tetaplah melalui rapat dan tatap muka antar pemegang
dari Circular Resolution jika ada Pemegang Saham yang saham serta mudahnya para Pemegang Saham untuk
tidak setuju dengan isi Circular Resolution tersebut, dan hal bertukar pikiran secara langsung, sedangkan NH
itu cukup memakan waktu dalam hal diedarkannya Circular menjawab ragu-ragu dengan mengembalikan pada situasi
Resolution hingga pengambilan keputusan berupa dan kondisi yang dibutuhkan.
ditandatanganinya Circular Resolution oleh seluruh 5. RUPS melalui Circular Resolution dianggap aman dari
Pemegang Saham terutama jika Pemegang Saham tidak segi pengambilan keputusan dan pengesahannya dalam
berada di wilayah Republik Indonesia, sehingga waktu hal ini 4 dari 5 Pemegang Saham tersebut menjawab
pengiriman dokumen Circular Resolution juga cukup ragu-ragu karena menganggap tergantung dari staf
memakan waktu. penyelenggara RUPS itu sendiri atau yang menjalankan
Pelaksanaan RUPS melalui Circular Resolution dengan Circular Resolution tersebut serta PT. BBM dalam hal ini
pertimbangan efektifitas dan efisiensi pada pengambilan tidak setuju karena tidak adanya jaminan mengenai hal
keputusan secara cepat dalam hal penentuan kebijakan tersebut
sebuah perusahaan, Penulis melihat hal tersebut juga tidak 6. Mengenai RUPS melalui Circular Resolution yang rentan
bisa dijadikan sebagai indikator efektif dan efisiennya pemalsuan tanda tangan dan manipulasi dokumen, disini
metode RUPS dengan Circular Resolution ini, hal tersebut 5 pemegang saham setuju dan menyadari mengenai
bisa terjadi karena belum tentu semua Pemegang Saham potensi tersebut karena tidak adanya aturan mengenai
setuju dengan isi dari dokumen Circular Resolution yang pengawasan dalam peredarannya
diedar tersebut, pengedaran Circular Resolution yang cukup 7. Mengenai perlunya aturan lebih lanjut mengenai
memakan waktu pengiriman, terlebih lagi jika Pemegang penyelenggaraan RUPS melalui Circular Resolution ini 4
Saham tidak berada diwilayah kedudukan Perseroan, dari 5 Pemegang Saham yakni PT. BC, PT. BBM, PT.
wilayah usaha Perseroan, bahkan tidak berada di Wilayah BR, dan PT. BPB setuju dan menganggap perlu agar ada
Negara Republik Indonesia. kejelasan mengenai hal teknis dan pengawasan,
Mengenai hal tersebut Penulis menguraikan hasil sementara NH menganggapi ragu-ragu dan menganggap
penelitian melalui kuesioner (dilakukan pada tanggal 12 untuk saat ini aturan tersebut cukup relevan.
Maret 2019 pukul 14:00) dengan melibatkan beberapa Dari pemaparan tersebut diatas, Penulis menganggap
Pemegang Saham mayoritas di 3 Perusahaan di Wilayah bahwa pengambilan keputusan Circular Resolution dianggap
Kota Maros dan Makassar (hanya bersedia disebutkan inisial memudahkan dalam pengambilan keputusan dalam sebuah
Perusahaan) yakni PT. BC, PT. BBM, yang merupakan perseroan terutama hal tersebut berkaitan dengan hal yang
Pemegang Saham mayoritas di PT. SBM, PT. BR, PT. BPB memiliki tingkat urgensi yang tinggi pada pengambilan
yang merupakan Pemegang Saham mayoritas di PT. BM dan keputusan dalam sebuah perseroan, namun disisi lain
NH yang merupakan Pemegang Saham minoritas di PT. BIF memiliki kelemahan yang bersifat esensial yakni tidak
dengan uraian sebagai berikut: adanya tatap muka secara langsung dari Pemegang Saham
67
Analisis Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.... (A.Muhammad Irsan, A. Muh. Arfah P., Zulkifli Makkawaru)
untuk bertukar pendapat dan menyampaikan sanggahan serta 3.2. Dampak yang ditimbulkan dengan hadirnya klausula
pertimbangan-pertimbangannya masing-masing dan dari mengenai kebijakan Circular Resolution tersebut.
segi pengawasan sangat rentan terjadi manipulasi dokumen Penulis menganggap keberadaan klausula yang mengatur
dan pemalsuan tanda tangan karena tidak adanya tentang mekanisme RUPS melalui rapat dan tatap muka
pengawasan dan batasan dalam peredaran RUPS tersebut. secara langsung yang diatur pada BAB VI UUPT dimana
Dalam hal ini Sakinah Safarinah selaku Head Legal mekanisme yang harus diperhatikan antara lain:
Department PT. Semen Bosowa Maros (pada Wawancara 1. Dibatasinya tempat pelaksanaan RUPS itu sendiri, yang
tanggal 28 Februari 2019 pukul 11:30) menguraikan bahwa mengharuskan terletak di wilayah Negara Republik
mekanisme Circular Resolution yang biasa dilakukan Indonesia, diadakan di tempat kedudukan perseroan atau
dilingkup perseroannya adalah dengan tetap kembali di tempat usaha perseroan dan tempat kedudukan bursa
mengacu kepada ketentuan yang ada pada mekanisme RUPS dimana saham dicatatkan, akan tetapi dalam tidak diatur
melalui forum pada umumnya, penafsiran-penafsiran dalam mekanisme Circular Resolution yang mengatur
tersebut dilakukan karena tidak adanya pengaturan khusus tempat dan batasan peredarannya. Seperti yang
lebih lanjut yang mengatur tentang mekanisme teknis dari termaktub dalam Pasal 76 Ayat 1 sampai 3
Circular Resolution sehingga dari pihak Legal perusahaan 2. Penyelenggaraan RUPS melalui media telekonferensi,
kembali mengacu kepada mekanisme RUPS umum dimana video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya,
RUPS dilakukan oleh Direksi yang pada Pasal 79 Ayat 1 dan yang dapat diartikan bahwa penyelenggaraan RUPS
2 tersebut tetap mengedepankan tatap muka dan interaksi
Sejalan dengan itu, Abdurrifai selaku Notaris di wilayah para Pemegang Saham secara langsung sesuai yang
Kabupaten Maros juga memaparkan (pada Wawancara tercantum dalam Pasal 77 Ayat 1
tanggal 04 Maret 2019 pukul 16:30) bahwa dalam hal 3. Pengaturan tenggang waktu yang diatur sedemikian rupa
pelaksanaan RUPS melalui Circular Resolution menyatakan pada penyelenggaraan RUPS melalui forum namun
bahwa Notaris hanya menerima Circular Resolution yang dalam hal pelaksanaan RUPS melalui Circular
telah disetujui secara bulat oleh seluruh Pemegang Saham Resolution tidak terdapat pengaturan mengenai
oleh Penghadap yang telah diberikan kuasa oleh perusahaan pembatasan atau tenggang waktu secara jelas, seperti
untuk menjalankan dokumen Circular Resolution dengan yang diatur dalam beberapa Pasal dalam UUPT
meminta persetujuan dari para Pemegang Saham, lalu 4. Mekanisme RUPS yang diharapkan keputusannya
menghadap ke Notaris setempat untuk dituangkan dalam berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak pula
Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. ditemukan unsurnya dalam metode Circular Resolution
Namun sebelum Notaris menerima Circular Resolution yang sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pasal 87
telah disetujui secara bulat dari Penghadap, dalam hal ini Ayat 1
Abdurrifai memberikan persyaratan yang dibuat berdasarkan 5. Serta ketentuan-ketentuan lainnya yang diatur secara
inisiatif pribadi sebagai Notaris yakni dengan meminta surat ketat mulai dari penggunaan iklan dalam surat kabar,
pernyataan Penghadap dan surat pengantar dari Direksi pemanggilan RUPS yang didahului dengan
Perseroan. Hal tersebut dilakukan karena tidak adanya pengumuman, pelibatan ketua pengadilan dalam jika
mekanisme lanjutan secara teknis yang mengatur, serta demi terdapat ketidaksesuaian dalam hal pemanggilan dan
menjamin kedudukan dan pertanggungjawaban terhadap penyelenggaraan RUPS yang terdapat pada Pasal-Pasal
keabsahan dokumen yang dibawa oleh Penghadap. didalam UUPT
Penulis tidak menemukan klausula teknis mengenai Jika keputusan tersebut dianggap sangat genting,
Circular Resolution yang diatur di dalamnya. Dari segi aspek menyangkut kebijakan strategis pada suatu perseroan,
penyelenggaraan Penulis juga melihat tidak adanya batasan apalagi dengan peredaran Circular Resolution yang tanpa
waktu yang ditentukan dalam UUPT mengenai pengawasan, tidak menutup kemungkinan bagi para
penyelenggaraan RUPS melalui Circular Resolution Pemegang Saham menandatangani sebuah Circular
diantaranya: Resolution berada di bawah tekanan atau ancaman dari
1) Rentang waktu sejak diedarkannya Circular Resolution pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan sepihak
tersebut, dari langkah kebijakan yang akan diambil oleh suatu
2) Berapa lama tenggang waktu Pemegang Saham harus Perseroan.
memberikan persetujuan, Penulis melihat dengan pengawasan yang minim pada
3) Berapa lama batas waktu penarikan dokumen dan Circular Resolution yang tidak memiliki ketentuan teknis
diedarkannya kembali Circular Resolution tersebut jika lanjutan memunculkan potensi penyalahgunaan yang
salah satu Pemegang Saham tidak menyetujui isi klausula dilakukan oleh Pihak yang merasa berkepentingan dengan
dalam Circular Resolution tersebut, tujuan menyalahgunakan kebijakan perusahaan dengan
4) Serta batas waktu hingga ditandatanganinya dokumen melakukan pemalsuan tanda tangan Pemegang Saham yang
Circular Resolution tersebut, menyebabkan adanya berakibat seolah-olah kebijakan tersebut dibuat dan disetujui
kesimpangsiuran akan kepastian mengenai waktu dari oleh para Pemegang Saham, sementara di sisi lain Pemegang
pelaksanaan RUPS melalui Circular Resolution tersebut. Saham tidak mengetahui sama sekali kebijakan yang
dikeluarkan oleh Perseroan yang mengatasnamakan dirinya.
68
Idn. J. of Legality of law 1(2):65-72, Juni 2019
69
Analisis Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.... (A.Muhammad Irsan, A. Muh. Arfah P., Zulkifli Makkawaru)
Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Perseroan_terbatas diakses
tanggal 22 November 2018
http://artonang.blogspot.com/2015/12/jenis-jenis-
perusahaan.html diakses tanggal 22 November 2018
70