Anda di halaman 1dari 6

Idn. J.

of Legality of law 1(2):65-72, Juni 2019

ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG


PERSEROAN TERBATAS PADA KLAUSULA CIRCULAR RESOLUTION
RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
the analysis of the implementation of Act No. 40 Year 2007 Regarding limited liability company
Circular Resolution Clause on the General Meeting of Shareholders (GMS)
Andi Muhammad Irsan1, Andi Muh. Arfah Pattenreng 2, Zulkifli Makkawaru2
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana
2
Prodi Ilmu Hukum Universitas Bosowa
Email: 90.irsan@gmail.com
Diterima: 5 Mei 2019/Disetujui: 25 Juni 2019

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi ketentuan Circular Resolution dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas perihal Mekanisme pelaksanaan RUPS melalui Circular Resolution, Pengambilan keputusan
RUPS melalui Circular Resolution. Serta mengetahui dan menjelaskan dampak yang ditimbulkan dengan adanya klausula
mengenai kebijakan Circular Resolution tersebut perihal Akibat terhadap klausula mekanisme RUPS lainnya dan indikasi
kewenangan/kebijakan Perusahaan yang timbul. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan
Normatif Yuridis dan Sosio Empiris. Data diperoleh melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas dan beberapa Narasumber yang berasal dari Bagian Legal Perusahaan, Notaris, serta Direksi dan Pemegang saham di
Perusahaan Swasta. Hasil penelitian menunjukkan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) melalui Circular Resolution tidak
memiliki pengaturan lanjutan di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UUPT) serta di
peraturan tambahan lainnya diluar UUPT. Sehingga dalam pelaksanaannya menimbulkan penafsiran baru oleh pihak yang
menyelenggarakan RUPS dan pihak terkait lainnya sampai pada hasil keputusan yang dituangkan dalam sebuah Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham oleh Notaris. Dengan metode Circular Resolution yang tidak memiliki
ketentuan lebih lanjut, serta tidak diatur secara ketat dan detil, menyebabkan adanya kontradiksi dengan klausula RUPS melalui
rapat forum dalam UUPT yang diatur secara teknis. Tidak adanya pengawasan dan batasan-batasan dalam penyelenggaraannya,
serta tidak adanya ketentuan lanjutan tersebut juga menjadi celah potensi penyalahgunaan kewenangan berupa, manipulasi
dokumen, pemalsuan tanda tangan Pemegang Saham, yang berdampak pada arah dan kebijakan Perusahaan.
Kata Kunci: Circular Resolution, RUPS, Perseroan Terbatas

ABSTRACT
This research aims to know the existence of the provisions of the Circular Resolution in Act No. 40 Year 2007 Regarding limited
liability company about implementation of the GMS Mechanism through Circular Resolution of shareholders, decision making
through Circular Resolution. As well as knowing and explains the impact posed by the existence of the clause regarding the
policy Circular Resolution subject Result against clause other GMS mechanism and indication of authority/company policy
that arise. This research is both a descriptive analysis by using Juridical Normative and Socio Empirical approach. The data
obtained through Act No. 40 Year 2007 Regarding limited liability and some Interviewees who came from parts of the Legal
company, notary public, as well as directors and shareholders in a private company. The results showed the general meeting
of shareholders (GMS) through Circular Resolution has no further settings are technically in Act No. 40 Year 2007 On limited
liability companies (UUPT) as well as in other additional regulations outside of the UUPT. So in its implementation raises a
new interpretation by the party which hosts the GMS and other related parties to the results of a decision that is poured in a
deed of statement of the decision of the general meeting of shareholders by a notary. With the method of Circular Resolution
that has no further provisions, as well as not strictly regulated and detailed, leading to the existence of a contradiction with
clause GMS through the meeting of the forum in the UUPT is set by technicality. The lack of supervision and limitations in its
commissioning, as well as the absence of provisions also advanced into the crack of the potential abuse of authority in the form
of documents, manipulation, falsification of signatures, which affects Shareholders on the direction and policies of the
company.
Keywords: Circular Resolution, GMS, A Limited Liability Company

65
Analisis Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.... (A.Muhammad Irsan, A. Muh. Arfah P., Zulkifli Makkawaru)

1. PENDAHULUAN 2. Manfaat Teoritis


Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
Semakin menggeliatnya iklim usaha dan perdagangan
kepustakaan dan bahan referensi hukum bagi mereka yang
dunia, kerjasama dan persaingan usaha antar Negara hingga
berminat pada kajian-kajian ilmu hukum pada umumnya dan
dalam cakupan antar para pengusaha itu sendiri, serta
hukum perdata khusunya.
semakin hari semakin banyaknya orang-orang yang ingin
berkecimpung di dunia usaha, direspon positif oleh 2. METODE PENELITIAN
pemerintah dengan membuka keran investasi selebar-
Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan khususnya Kota
lebarnya dengan membenahi sistem dan regulasi yang ada
Makassar dan Kabupaten Maros dan sekitarnya untuk
agar memudahkan para pelaku usaha untuk berinvestasi
mengumpulkan bahan-bahan literatur dan di Perusahaan PT
mulai dari pelayanan administratif yang dipersingkat hingga
Semen Bosowa Maros, Perusahaan Swasta lainnya serta
penerbitan perizinan yang cukup dimudahkan. Hal tersebut
Kantor Notaris setempat.. Metode penelitian yang digunakan
memberikan efek positif bagi perkembangan Negara kita
adalah hukum Yuridis Normatif dan Sosio Empiris yaitu
namun dibalik hal tersebut tidak menutup kemungkinan ada
merupakan penelitian yang mengkaji studi dokumen, yakni
dampak negatif yang ditimbulkan.
menggunakan berbagai sumber yakni data primer dan
Kehadiran Perseroan Terbatas (PT) sebagai salah satu
sekunder, adapun data yang digunakan yaitu data primer
wadah bisnis memberikan kontribusi pada hampir di seluruh
melalui wawancara langsung kepada narasumber yang
aspek kehidupan manusia. PT telah menciptakan dan
berkaitan dengan tulisan ini, dan data sekunder data yang
memberikan lapangan pekerjaan yang mumpuni bahkan
diperoleh melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
membantu Negara dalam mengurangi jumlah pengangguran,
Tentang Perseroan Terbatas serta penelitian kepustakaan
mengentaskan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan dan
berupa bahan-bahan tertulis berkaitan dengan masalah yang
taraf hidup masyarakat, serta berperan besar dalam
akan dibahas dalam penelitian. Sumber data sekunder yang
pembangunan ekonomi dan sosial bangsa dan Negara.
terdiri dari dokumen-dokumen resmi, hasil-hasil penelitian
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
yang berwujud laporan, jurnal, melalui internet serta
Perseroan Terbatas (UUPT) terdapat 17 Pasal yang mengatur
dokumen hukum penunjang lainnya.
tentang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan
banyaknya pengaturan mengenai RUPS yang diatur dari
Pasal 75 hingga Pasal 90 secara ketat dan detail. Namun 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
pengaturan tersebut seakan terhapuskan oleh fasilitas yang 3.1. Eksistensi Ketentuan Circular Resolution dalam
diberikan di dalam Pasal 91 UUPT ini, yang memberikan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
ruang bagi para pemegang saham untuk mengambil Perseroan Terbatas.
keputusan dalam sebuah kebijakan perseroan hanya dengan
secarik kertas yang diedarkan. Sehingga penulis tertarik Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
mengangkat judul mengenai, “Analisis Pelaksanaan Perseroan Terbatas (UUPT) disahkan pada tanggal 16
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Agustus 2007, mengatur tentang seluk beluk dan aktifitas
Terbatas Pada Klausula Circular Resolution Rapat Umum dalam suatu Perseroan dengan segala kewenangan, tugas dan
Pemegang Saham”. tanggungjawab di dalamnya. Tugas dan tanggungjawab
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dalam sebuah perseroan diemban oleh organ perseroan yang
masalah dalam penelitian ini adalah : terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan
1. Bagaimana Eksistensi Ketentuan Circular Resolution Dewan Komisaris seperti yang dijelaskan pada Pasal 1 angka
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang 2.
Perseroan Terbatas ? Pentingnya peran organ perseroan terutama organ RUPS
2. Bagaimanakah Dampak yang ditimbulkan dengan karena dianggap memiliki kewenangan yang tidak diberikan
adanya klausula mengenai kebijakan Circular Resolution organ lain dijelaskan pada Pasal 1 angka 4, dimana
tersebut ? ditegaskan kembali pada BAB VI UUPT pada Pasal 75 Ayat
Adapun Tujuan Penelitian ini Sebagai Berikut : 1.
1. Untuk mengetahui eksistensi ketentuan Circular Adapun pertimbangan dimasukkannya RUPS dengan
Resolution dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun mekanisme Circular Resolution tersebut yang Penulis
2007 Tentang Perseroan Terbatas. dapatkan berdasarkan Pendapat Akhir Presiden atas
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan dampak yang Rancangan Undang-Undang Tentang Perseroan Terbatas
ditimbulkan dengan adanya klausula mengenai kebijakan dalam Rapat Paripurna Terbuka Dewan Perwakilan Rakyat
Circular Resolution tersebut. Republik Indonesia dengan maksud bahwa “Sebagai upaya
Dari hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dalam mengantisipasi perkembangan Ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat sebagai berikut : teknologi yang bersifat futuristik (terkait dengan
1. Manfaat Praktis keterbatasan jarak, tempat dan waktu penyelenggaraan Rapat
Penelitian ini nantinya dapat menjadi referensi bagi para Umum Pemegang Saham (RUPS) maka ditentukan cara
perancang aturan agar dapat merumuskan aturan yang alternatif dalam penyelenggaraan RUPS tanpa kehadiran
konsisten dalam menciptakan sebuah regulasi. Serta bagi Pemegang Saham secara fisik yakni melalui media
pelaku usaha dalam menjaga keberlangsungan usaha yang elektronik atau melalui keputusan yang diedarkan (Circular
dijalaninya dilindungi oleh aturan-aturan dan regulasi yang Resolution). Cara alternatif ini dapat diselenggara apabila
sesuai dengan koridor tanpa ada celah yang dapat merugikan memenuhi syarat kuorum dan risalah rapatnya disetujui oleh
para pelaku usaha itu sendiri.
66
Idn. J. of Legality of law 1(2):65-72, Juni 2019

semua Pemegang Saham yang terlibat dalam RUPS yang 1. Terkait dengan kemudahan dalam pengambilan
bersangkutan”. keputusan semua Pemegang Saham sepakat jika Circular
Terdapat dua mekanisme penyelenggaraan RUPS dalam Resolution memberikan kemudahan dalam pengambilan
UUPT yang dapat ditempuh yakni melalui rapat itu sendiri keputusan karena sifatnya yang hanya menandatangani
secara langsung yang diatur pada BAB VI UUPT pada Pasal usul yang diedarkan,
75 hingga Pasal 90 dan RUPS melalui mekanisme Circular 2. Dalam hal rentang waktu yang cukup lama dalam
Resolution yang terdapat pada Pasal 91 UUPT yang pengambilan keputusan melalui Circular Resolution 3
disebutkan: dari 5 Pemegang Saham menjawab ragu-ragu yakni PT.
“Pemegang saham dapat juga mengambil keputusan yang BR, PT. BPB dan NH, karena hal tersebut bersifat relatif
mengikat di luar RUPS dengan syarat semua pemegang tergantung dari keberadaan Pemegang Saham lain yang
saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan juga terlebih dahulu harus mempelajari isi Circular
menandatangani usul yang bersangkutan”. lebih lanjut Resolution tersebut sebelum ditandatangani. sementara 2
dijelaskan pada bagian penjelasan UUPT, yang disebutkan: Pemegang Saham lainnya yakni PT. BC dan PT. BBM
Yang dimaksud dengan ‘pengambilan keputusan di luar menjawab setuju karena perihal pengiriman dan
RUPS’ dalam praktik dikenal dengan usul keputusan yang peredaran dokumen yang cukup memakan waktu
diedarkan (circular resolution). menyesuaikan keberadaan Pemegang Saham lainnya
Pengambilan keputusan seperti ini dilakukan tanpa 3. Adapun penyelenggaraan RUPS melalui Circular
diadakan RUPS secara fisik, tetapi keputusan diambil Resolution yang dianggap lebih baik dari RUPS melalui
dengan cara mengirimkan secara tertulis usul yang akan Rapat Forum, 5 Pemegang Saham menjawab ragu-ragu,
diputuskan kepada semua pemegang saham dan usul tersebut hal tersebut terjadi karena pelaksanaan RUPS melalui
disetujui secara tertulis oleh seluruh pemegang saham. Circular Resolution maupun melalui rapat forum tersebut
Yang dimaksud dengan ‘keputusan yang mengikat’ adalah bersifat situasional, tergantung urgensi dari sebuah
keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang sama kebijakan yang akan diambil.
dengan keputusan RUPS. 4. Untuk metode RUPS yang lebih dipilih melalui Circular
Penulis melihat sifat Circular Resolution yang hanya Resolution dibandingkan melalui rapat forum, 4 dari 5
berupa dokumen tekstual yang tidak melibatkan komunikasi yakni PT. BC, PT. BBM, PT. BR, dan PT. BPB
dua arah antar Para Pemegang Saham menyebabkan adanya menjawab tidak setuju karena menganggap esensi RUPS
tarik ulur dokumen hanya untuk merevisi isi atau klausula tetaplah melalui rapat dan tatap muka antar pemegang
dari Circular Resolution jika ada Pemegang Saham yang saham serta mudahnya para Pemegang Saham untuk
tidak setuju dengan isi Circular Resolution tersebut, dan hal bertukar pikiran secara langsung, sedangkan NH
itu cukup memakan waktu dalam hal diedarkannya Circular menjawab ragu-ragu dengan mengembalikan pada situasi
Resolution hingga pengambilan keputusan berupa dan kondisi yang dibutuhkan.
ditandatanganinya Circular Resolution oleh seluruh 5. RUPS melalui Circular Resolution dianggap aman dari
Pemegang Saham terutama jika Pemegang Saham tidak segi pengambilan keputusan dan pengesahannya dalam
berada di wilayah Republik Indonesia, sehingga waktu hal ini 4 dari 5 Pemegang Saham tersebut menjawab
pengiriman dokumen Circular Resolution juga cukup ragu-ragu karena menganggap tergantung dari staf
memakan waktu. penyelenggara RUPS itu sendiri atau yang menjalankan
Pelaksanaan RUPS melalui Circular Resolution dengan Circular Resolution tersebut serta PT. BBM dalam hal ini
pertimbangan efektifitas dan efisiensi pada pengambilan tidak setuju karena tidak adanya jaminan mengenai hal
keputusan secara cepat dalam hal penentuan kebijakan tersebut
sebuah perusahaan, Penulis melihat hal tersebut juga tidak 6. Mengenai RUPS melalui Circular Resolution yang rentan
bisa dijadikan sebagai indikator efektif dan efisiennya pemalsuan tanda tangan dan manipulasi dokumen, disini
metode RUPS dengan Circular Resolution ini, hal tersebut 5 pemegang saham setuju dan menyadari mengenai
bisa terjadi karena belum tentu semua Pemegang Saham potensi tersebut karena tidak adanya aturan mengenai
setuju dengan isi dari dokumen Circular Resolution yang pengawasan dalam peredarannya
diedar tersebut, pengedaran Circular Resolution yang cukup 7. Mengenai perlunya aturan lebih lanjut mengenai
memakan waktu pengiriman, terlebih lagi jika Pemegang penyelenggaraan RUPS melalui Circular Resolution ini 4
Saham tidak berada diwilayah kedudukan Perseroan, dari 5 Pemegang Saham yakni PT. BC, PT. BBM, PT.
wilayah usaha Perseroan, bahkan tidak berada di Wilayah BR, dan PT. BPB setuju dan menganggap perlu agar ada
Negara Republik Indonesia. kejelasan mengenai hal teknis dan pengawasan,
Mengenai hal tersebut Penulis menguraikan hasil sementara NH menganggapi ragu-ragu dan menganggap
penelitian melalui kuesioner (dilakukan pada tanggal 12 untuk saat ini aturan tersebut cukup relevan.
Maret 2019 pukul 14:00) dengan melibatkan beberapa Dari pemaparan tersebut diatas, Penulis menganggap
Pemegang Saham mayoritas di 3 Perusahaan di Wilayah bahwa pengambilan keputusan Circular Resolution dianggap
Kota Maros dan Makassar (hanya bersedia disebutkan inisial memudahkan dalam pengambilan keputusan dalam sebuah
Perusahaan) yakni PT. BC, PT. BBM, yang merupakan perseroan terutama hal tersebut berkaitan dengan hal yang
Pemegang Saham mayoritas di PT. SBM, PT. BR, PT. BPB memiliki tingkat urgensi yang tinggi pada pengambilan
yang merupakan Pemegang Saham mayoritas di PT. BM dan keputusan dalam sebuah perseroan, namun disisi lain
NH yang merupakan Pemegang Saham minoritas di PT. BIF memiliki kelemahan yang bersifat esensial yakni tidak
dengan uraian sebagai berikut: adanya tatap muka secara langsung dari Pemegang Saham

67
Analisis Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.... (A.Muhammad Irsan, A. Muh. Arfah P., Zulkifli Makkawaru)

untuk bertukar pendapat dan menyampaikan sanggahan serta 3.2. Dampak yang ditimbulkan dengan hadirnya klausula
pertimbangan-pertimbangannya masing-masing dan dari mengenai kebijakan Circular Resolution tersebut.
segi pengawasan sangat rentan terjadi manipulasi dokumen Penulis menganggap keberadaan klausula yang mengatur
dan pemalsuan tanda tangan karena tidak adanya tentang mekanisme RUPS melalui rapat dan tatap muka
pengawasan dan batasan dalam peredaran RUPS tersebut. secara langsung yang diatur pada BAB VI UUPT dimana
Dalam hal ini Sakinah Safarinah selaku Head Legal mekanisme yang harus diperhatikan antara lain:
Department PT. Semen Bosowa Maros (pada Wawancara 1. Dibatasinya tempat pelaksanaan RUPS itu sendiri, yang
tanggal 28 Februari 2019 pukul 11:30) menguraikan bahwa mengharuskan terletak di wilayah Negara Republik
mekanisme Circular Resolution yang biasa dilakukan Indonesia, diadakan di tempat kedudukan perseroan atau
dilingkup perseroannya adalah dengan tetap kembali di tempat usaha perseroan dan tempat kedudukan bursa
mengacu kepada ketentuan yang ada pada mekanisme RUPS dimana saham dicatatkan, akan tetapi dalam tidak diatur
melalui forum pada umumnya, penafsiran-penafsiran dalam mekanisme Circular Resolution yang mengatur
tersebut dilakukan karena tidak adanya pengaturan khusus tempat dan batasan peredarannya. Seperti yang
lebih lanjut yang mengatur tentang mekanisme teknis dari termaktub dalam Pasal 76 Ayat 1 sampai 3
Circular Resolution sehingga dari pihak Legal perusahaan 2. Penyelenggaraan RUPS melalui media telekonferensi,
kembali mengacu kepada mekanisme RUPS umum dimana video konferensi, atau sarana media elektronik lainnya,
RUPS dilakukan oleh Direksi yang pada Pasal 79 Ayat 1 dan yang dapat diartikan bahwa penyelenggaraan RUPS
2 tersebut tetap mengedepankan tatap muka dan interaksi
Sejalan dengan itu, Abdurrifai selaku Notaris di wilayah para Pemegang Saham secara langsung sesuai yang
Kabupaten Maros juga memaparkan (pada Wawancara tercantum dalam Pasal 77 Ayat 1
tanggal 04 Maret 2019 pukul 16:30) bahwa dalam hal 3. Pengaturan tenggang waktu yang diatur sedemikian rupa
pelaksanaan RUPS melalui Circular Resolution menyatakan pada penyelenggaraan RUPS melalui forum namun
bahwa Notaris hanya menerima Circular Resolution yang dalam hal pelaksanaan RUPS melalui Circular
telah disetujui secara bulat oleh seluruh Pemegang Saham Resolution tidak terdapat pengaturan mengenai
oleh Penghadap yang telah diberikan kuasa oleh perusahaan pembatasan atau tenggang waktu secara jelas, seperti
untuk menjalankan dokumen Circular Resolution dengan yang diatur dalam beberapa Pasal dalam UUPT
meminta persetujuan dari para Pemegang Saham, lalu 4. Mekanisme RUPS yang diharapkan keputusannya
menghadap ke Notaris setempat untuk dituangkan dalam berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak pula
Akta Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham. ditemukan unsurnya dalam metode Circular Resolution
Namun sebelum Notaris menerima Circular Resolution yang sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Pasal 87
telah disetujui secara bulat dari Penghadap, dalam hal ini Ayat 1
Abdurrifai memberikan persyaratan yang dibuat berdasarkan 5. Serta ketentuan-ketentuan lainnya yang diatur secara
inisiatif pribadi sebagai Notaris yakni dengan meminta surat ketat mulai dari penggunaan iklan dalam surat kabar,
pernyataan Penghadap dan surat pengantar dari Direksi pemanggilan RUPS yang didahului dengan
Perseroan. Hal tersebut dilakukan karena tidak adanya pengumuman, pelibatan ketua pengadilan dalam jika
mekanisme lanjutan secara teknis yang mengatur, serta demi terdapat ketidaksesuaian dalam hal pemanggilan dan
menjamin kedudukan dan pertanggungjawaban terhadap penyelenggaraan RUPS yang terdapat pada Pasal-Pasal
keabsahan dokumen yang dibawa oleh Penghadap. didalam UUPT
Penulis tidak menemukan klausula teknis mengenai Jika keputusan tersebut dianggap sangat genting,
Circular Resolution yang diatur di dalamnya. Dari segi aspek menyangkut kebijakan strategis pada suatu perseroan,
penyelenggaraan Penulis juga melihat tidak adanya batasan apalagi dengan peredaran Circular Resolution yang tanpa
waktu yang ditentukan dalam UUPT mengenai pengawasan, tidak menutup kemungkinan bagi para
penyelenggaraan RUPS melalui Circular Resolution Pemegang Saham menandatangani sebuah Circular
diantaranya: Resolution berada di bawah tekanan atau ancaman dari
1) Rentang waktu sejak diedarkannya Circular Resolution pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan sepihak
tersebut, dari langkah kebijakan yang akan diambil oleh suatu
2) Berapa lama tenggang waktu Pemegang Saham harus Perseroan.
memberikan persetujuan, Penulis melihat dengan pengawasan yang minim pada
3) Berapa lama batas waktu penarikan dokumen dan Circular Resolution yang tidak memiliki ketentuan teknis
diedarkannya kembali Circular Resolution tersebut jika lanjutan memunculkan potensi penyalahgunaan yang
salah satu Pemegang Saham tidak menyetujui isi klausula dilakukan oleh Pihak yang merasa berkepentingan dengan
dalam Circular Resolution tersebut, tujuan menyalahgunakan kebijakan perusahaan dengan
4) Serta batas waktu hingga ditandatanganinya dokumen melakukan pemalsuan tanda tangan Pemegang Saham yang
Circular Resolution tersebut, menyebabkan adanya berakibat seolah-olah kebijakan tersebut dibuat dan disetujui
kesimpangsiuran akan kepastian mengenai waktu dari oleh para Pemegang Saham, sementara di sisi lain Pemegang
pelaksanaan RUPS melalui Circular Resolution tersebut. Saham tidak mengetahui sama sekali kebijakan yang
dikeluarkan oleh Perseroan yang mengatasnamakan dirinya.

68
Idn. J. of Legality of law 1(2):65-72, Juni 2019

4. KESIMPULAN DAN SARAN Saham, dan kecurangan lainnya tanpa sepengetahuan


Pemegang Saham dalam sebuah Perseroan.
4.1. Kesimpulan
1. Mekanisme yang diatur dalam UUPT pada Pasal 91 5. DAFTAR PUSTAKA
adalah dengan mengedarkan usul keputusan yang 5.1. Buku
diedarkan dan harus disetujui secara bulat oleh seluruh Abdulkadir Muhammad. 2002. Hukum Perusahaan
Pemegang Saham, usul tersebut memiliki keputusan yang Indonesia. Citra Aditya Bakti, Bandung.
mengikat dan mempunyai kekuatan hukum yang sama
dengan RUPS melalui Rapat. Namun Penulis dalam hal Agus Budiarto. 2002. Kedudukan Hukum dan
ini tidak menemukan pengaturan lebih lanjut, baik dalam Tanggung Jawab Pendirian Perseroan. Ghalia
UUPT pada bagian penjelasan, dan Peraturan Tambahan Indonesia, Jakarta.
lainnya diluar UUPT, mengenai mekanisme dan tata cara Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja. 2006. Seri Hukum
teknis penyelenggaraannya sehingga dalam Bisnis PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
pelaksanaannya hanya menimbulkan penafsiran- Binoto Nadapdap. 2016. Hukum Perseroan Terbatas.
penafsiran baru oleh pihak yang menyelenggarakan serta Jala Permata Aksara, Jakarta
pihak-pihak yang terkait lainnya sampai pada penetapan Burton Richard Simatupang. 2003. Aspek Hukum
hasil keputusan yang dituangkan dalam sebuah Akta Dalam Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta.
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham
oleh Notaris. C.S.T. Kansil. 1992. Hukum Perusahaan Indonesia.
2. Dampak yang ditimbulkan dengan hadirnya klausula Pradnya Paramita, Jakarta.
mengenai kebijakan Circular Resolution terhadap H. Man. S. Sastrawijaya dan Rai Mantili. 2008.
mekanisme RUPS melalui Rapat Forum adalah Perseroan Terbatas menurut Tiga Undang-
terjadinya kontradiksi karena klausula RUPS melalui undang. Alumni, Bandung.
rapat dalam UUPT yang diatur secara teknis dengan H.M.N. Purwostjipto. 2008. Pengertian Pokok Hukum
sedemikian rupa secara ketat dan detail beserta dengan Dagang di Indonesia 2. Djambatan, Jakarta.
tenggang waktu dan pengawasannya namun hal tersebut
M. Udin Silalahi. 2005. Badan Hukum Organisasi
tidak sejalan dengan metode Circular Resolution yang
Perusahaan. IBLAM, Jakarta.
tidak memiliki ketentuan lebih lanjut, serta tidak diatur
secara ketat dan detail. Dengan dengan tidak adanya Munir Fuady. 2003. Perseroan Terbatas Paradigma
ketentuan lebih lanjut itu pula muncul indikasi dan Baru. Citra Aditya Bakti, Bandung.
menjadi celah potensi penyalahgunaan kewenangan M. Yahya Harahap. 2013. Hukum Perseroan Terbatas.
berupa, manipulasi dokumen, pemalsuan tanda tangan Sinar Grafika, Jakarta.
Pemegang Saham, yang bisa berdampak pada arah dan R. Soekardono. 1983. Hukum Dagang Indonesia Jilid I
kebijakan perusahaan karena tidak adanya klausula yang (bagian Pertama). Dian Rakyat, Jakarta.
mengatur mengenai pengawasan serta batasan-batasan
Rai Widjaya. 2006. Berbagai peraturan dan
dalam penyelenggaraannya.
Pelaksanaan Undang-undang di Bidang Usaha,
4.2. Saran Hukum Perusahaan. Megapoin, Bekasi.
1. Hendaknya terdapat mekanisme lanjutan yang mengatur
secara teknis penyelenggaraan RUPS melalui metode Rochmat Soemitro. 1993. Hukum PT, Yayasan dan
Circular Resolution yang dituangkan dalam aturan atau Wakaf. Eresco, Bandung.
penjelasan tambahan, baik pada bagian penjelasan UUPT Satjipto Rahardjo. 1996. Ilmu Hukum. Citra Aditya
itu sendiri melalui revisi Undang-Undang, melalui Bakti, Bandung.
penerbitan Peraturan Pelaksanaan baik berupa Peraturan Sri Redjeki Hartono. 2007. Hukum Ekonomi Indonesia.
Pemerintah, maupun Peraturan Menteri atau dengan Bayumedia Publishing, Malang.
keterlibatan pejabat independen yang berwenang seperti 5.2. Perundang-Undangan
Notaris untuk ikut serta terlibat dalam mengedarkan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau
Circular Resolution demi memastikan keaslian dan Wetboek van Koophandel Indonesia (WvK),
keabsahan dokumen Circular Resolution tersebut. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib
2. Perihal keterbatasan waktu dan tempat yang dimiliki oleh Daftar Perusahaan.
para Pemegang Saham untuk bertatap muka secara Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 Tentang
langsung dalam membahas mengenai kebijakan Dokumen Perusahaan
perusahaan yang harus diselesaikan secara cepat, maka Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
penulis memberikan penekanan pada optimalisasi Koperasi
penyelenggaraan RUPS melalui teknologi media Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang
telekonferensi, video konferensi, atau sarana media Perseroan Terbatas yang diubah menjadi Undang-
elektronik lainnya, yang tetap menjaga esensi dari RUPS Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
dengan melalui tatap muka dengan interaksi secara Terbatas
langsung, serta komunikasi dua arah antar para Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Pemegang Saham sehingga meminimalisir adanya Modal
manipulasi dokumen, pemalsuan tanda tangan Pemegang

69
Analisis Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.... (A.Muhammad Irsan, A. Muh. Arfah P., Zulkifli Makkawaru)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha


Mikro Kecil Menengah
PP Nomor 26 Tahun 1998 Tentang Pemakaian Nama
Perseroan Terbatas
PP Nomor 27 Tahun 1998 Tentang Penggabungan,
Peleburan, dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
PP Nomor 57 Tahun 2010 Tentang Penggabungan Badan
Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang
dapat mengakibatkan terjadinya Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha tidak sehat
PP Nomor 47 Tahun 2012 Tentang Corporate Sosial
Responsibility
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Modal Dasar Perseroan Terbatas.
PERMEN BUMN Nomor. PER-09/MBU/2012 Tentang
Good Corporate Governance

5.3. Karya Ilmiah


Rizal Fadhilah dkk, Makalah Teori Perusahaan,
Universitas Singaperbangsa, Karawang, 2015.
Benny Agus Setiono, Teori Perusahaan/Theory of the
Firm, Universitas Hang Tuah, Surabaya, 2005.

Internet
https://id.wikipedia.org/wiki/Perseroan_terbatas diakses
tanggal 22 November 2018
http://artonang.blogspot.com/2015/12/jenis-jenis-
perusahaan.html diakses tanggal 22 November 2018

70

Anda mungkin juga menyukai