Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS PALIATIF

GAGAL GINJAL KRONIK

OLEH:

HALILA WUSURWUT

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MALUKU HUSADA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Atas berkat dan Rahmat-Nya saya bisa
menyelesaikan Tugas Laporan dengan berjudul “KEPERAWATAN PALIATIF DAN
MENJELANG AJAL DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS’’ Penyusunan tugas laporan ini
adalah suatu upaya untuk memperluas dan memperdalam ilmu pengetahuan di bidang psikiatri
paliatif yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Akhir kata penulis menyadari bahwa tinjauan pustaka ini jauh dari sempurna sehingga
memerlukan bimbingan, kritik dan saran dari seluruh pembaca. Atas masukannya penulis
mengucapkan banyak terima kasih.

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar lampiran

BAB I PENDAHULUAN

a) Latar Belakang …………………………………………………….


b) Tujuan penulisan……………………………………………………
c) Metode penulisan…………………………………………………...
d) Sistematika penulisan……………………………………………….

BAB II TINJAUAN TEORI

a) Defenisi ………………………………………………………
b) Etiologi ……………………………………………………….
c) Manifestasi Klinis …………………………………………….
d) Komplikasi ……………………………………………………
e) Pemeriksaan penunjang ………………………………………
f) Penataklasanaan ………………………………………………

BAB III PEMBAHASAN


a) Resume Kasus…………………………………………………………….
b) Tujuan keperawatan paliatif berdasarkan kasus …………………………
c) Karakteristik perawatan paliatif…………………………………………..
d) Prinsip perawatan paliatif berdasarkan kasus……………………………
e) Karakteristik perawatan paliatif berdasarkan kasus………………………
f) Pelaksanaan perawatan paliatif……………………………………………
g) Jenis perawatan paliatif……………………………………………………
h) Hambatan perawatan paliatif berdasarkan kasus………………………….

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan……………………………………………………………………….
Saran………………………………………………………………………………

Lampiran
Daftar pustaka

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jurnal Peningkatan Kualitas Hidup Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Terapi Hemodialisa Melalui Psychological Intervention Di Unit Hemodialisa
Rsud Gambiran Kediri

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia Retensi uremia dan sampah
nitrogen lain dalam darah.
Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara
meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial
dan spiritual yang dimulai sejak tegaknya diagnose hingga akhir kehidupan pasien
(World Health Organization, 2014). Perawatan paliatif juga merupakan suatu pendekatan
dalam perawatan pasien yang terintegrasi dengan terapi pengobatan untuk
mengoptimalkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis atau mengancam jiwa
(National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2009).

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan ini adalah mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan
keperawatan paliatif pada pasien dengan GAGAL GINJAL KRONIK.

C. METODE PENULISAN
Metode yang dipakai dalam karya tulis ini adalah metode pustaka Yaitu metode yang
dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan
dengan alat, baik berupa buku maupun informasi dari internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB II (TINJAUAN TEORI)
BAB III (PEMBAHASAN)
BAB IV (KESIMPULAN DAN SARAN)
BAB V (LAMPIRAN)
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit sehingga terjadi uremia Retensi uremia dan sampah nitrogen lain dalam darah.
National Kidney Foundation (NKF) mendefinisikan dampak dari kerusakan ginjal adalah sebagai
kondisi mikroalbuminuria/ over proteinuria, abnormalitas sedimentasi, dan abnormalitas
gambaran ginjal. Oleh karena itu, perlu diketahui klasifikasi dari drajat gagal ginjal kronis untuk
mengetahui tingkat prognosanya.

B. Etiologi

Menurut Black dan Hawks penyebab gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis kronik,
GGA, penyakit ginjalPolycistic, Obstruksi ginjal, pyelonephritis yang berulang, dan nephrotoxin;
penyakit-penyakit sistemik juga menyumbang terjadinya GGK, seperti diabetes melitus,
hipertensi, lupus erythematous, polyarthritis, penyakit sickle cell dan amiloidosis.

C. Patofisiologi

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
kedalam urin)tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis. Gangguan klirens renal,banyak masalah muncul
pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang
menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin.
Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir; respons ginjal yang
sesuaiterhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidakterjadi. Asidosis,
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring dengan
ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Anemia terjadi
sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik
pasien,terutama dari saluruan gastroenstestinal.
Ketidak seimbangan kalsium dan fosfat. Abnormalitas utama yang lain pada gagal ginjal
kronis adalah gangguuan metabolisme kalsium dan fosfat.Penyakit tulang uremik sering disebut
osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormon

2
3

D. Manifestasi klinis

Menurut Prabowo, manifestasi klinik akan menggambarkan kerusakan berbagai sistem


organ. Pada sistem urinari, tanda-tanda yang paling tampak adalah poliuria dan nocturia akibat
dari ginjal tidak mampu memekatkan urine. Akibat lanjut dari ketidak mampuan ginjal
memekatkan urine adalah BJ urine perlahan-lahan menjadi sekitar 1.010 (konsentrasi plasma
osmolar). Begitu gagal ginjal bertambah pesat terjadilah oliguria dan akhirnya terjadi anuria. Jika
pasien tetap mengeluarkan urine, maka akan sering ditemukan proteinuria dengan endapan-
endapan pyuria dan hematuria. Gangguan metabolik yang terjadi antara lain Azotemia,
Intoleransi terhadap karbohidrat dan Kadar trigliserida meningkat.
Gangguan Imbalanselektrolit yang terjadi antara lain Potasium, Metabolikasidosis,
Magnesium dan Sodium. Gangguan sistem Hematologiyang terjadi antara lain Anemia,
Kecendrungan Pendarahan dan Infeksi. Gangguan sistem yang terjadipada sistem kardiovaskuler
adalah ketidaknormalan kardiovaskuler yang paling sering adalah hipertensi yang biasanya
berkaitan dengan retensi sodium dan peningkatan volume cairan ekstrasel. Hipertensi
mempercepat penyakit arterosklerosis vaskuler mengakibatkan spasme arteri internal dan
akhirnya mengarak ke atrofi ventrikel kiri dan CHF, Hiperensi juga menyebabkan retinopati
danenchepalopati.
Gangguan sistem yang terjadipada sistem respiratori adalah perubahan-perubahan
repsiratori meliputi : pernafasan kusmaul, dispnea akibat CHF, pulmonary odem, uremic pleuritis
(pleurisy), efusi pleura dan suatu predisposisi terhadap infeksi respiratori yang biasa dikaitkan
dengan menurunnya aktifitas makrofag pulmonari.
Gangguan sistem yang terjadi pada sistem gastrointestinal adalah setiap bagian
gastrointestinal terpengaruh sebagai akibat peradangan pada mukosa oleh urea yang berlebihan.
Ulcerase mukosa ditemukan sepanjang gastrointestinal tract, disebabkan oleh peningkatan
amonia yang dihasilkan oleh pemecahan urea oleh bakteri. Stomatitis dengan exudat dan ulcersi,
rasa metalik pada mulut, dan bau urin pada pernafasan. Umumnya ditemukan anoreksia, mual,
muntah, penurunan BB. Gangguan sistem yang terjadi pada system neurologic aladalah depresi
umum sistem saraf pusat (CNS) mengakibatkan letargi, apatis, kemampuan konsentrasi
menurun, fatiquw dan gangguan kemampuan mental.
Convulsive, coma terjadi akibat hipertensi encevalopati dan peningkatan BUN yang
ekstrim. Gangguan sistem yang terjadi pada system musculoskeletal adalah osteodystrophy
ginjal adalah suatu gejala gangguan skeletal yang ditemukan pada gagal ginjal kronik. Ini
berkaitan dengan perubahan metabolisme calsium fosfat. Secara normal ratio calcium fosfat
mempertahankan elektrolit dalam keadaan tidak dapat dilarutkan dalam air.
Gangguansistem yang terjadipadasistemintegumenadalah perubahan ini sehubungan
dengan penyerapan dan retensi chromogens urinari yang normalnya memberi karakteristik warna
urin. Kulit juga tampak pucat sebagai akibat anemia dan kering, bersisik karena kegiatan kelenjar
minyak berkurang. Berkurangnya keringat akibat menurunnya ukuran kelenjar keringat. Pruritus
paling lazim akibat campuran dari kulit kering, pengendapan, Ca Phosphate pada kulit dan
sensori neurophaty. Pasien bisa merasa sangat gatal yang dapat mengarah ke perdarahan atau
infeksi karena garukan. Pruritus juga bisa disebabkan oleh lapisan uremic, akibat kristalisasi urea
pada kulit.
GangguanSistem yang terjadi pada system reproduksi adalah wanita bisasnya mempunyai
kadar estrogen, progresteron, dan hormon luteinizing yang menurun, menyebabkan anvolusi dan
perubahan menstruasi (biasanya amenorrhea). Laki-laki mengalami hilangnya kemampuan testis,
4

menurunnya kadar testosteron, dan spermanya sedikit.Gangguansistem yang terjadi pada Sistem
endokrin adalah semua pasien dengan gagal ginjal kronik menunjukan beberapa manifestasi
klinik hipotiroidisme.
Test fungsi tiroid hasilnya rendah dibawah kadar normal untuk serum trioidthyronine
(T3) dan thyroxine (T4). Gangguan sistem yang terjadi pada perubahan psikososial adalah
perubahan-perubahan personality dan perilaku, emosional labil, menarik diri dan depresi
merupakan perubahan yang bisadiobservasi/diamati.

E. Pemeriksaan Diagnostik

Penyakit Gagal Ginjak Kronik (Chronic Kidney Disease) Pemeriksaan diagnostik


penyakit gagal ginjal kronik menurut Slamet Suyono (2001) yaitu :
1. LaboratoriumPemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya gagalginjal
kronik, menentukan ada tidaknya kegawatan, menentukan derajat GGk, menetapkan
gangguan sistem dan membantu menetapkan etiologi. Pemeriksaan laboratorium menurut
Barbara Engram (1999) meliputi, Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi
karenaberatnya, Klirens kreatinin menunjukan penyakit ginjal tahap akhi rbila berkurang
sampai 90%, Elektrolit serum menunjukan peningkatan kalium, fosfor, kalsium,
magnesium dan produk fosfor-kalsium, dengan natrium serum rendah, Gas darah arteri
menunjukan asidosis metabolik (nilaih pH, kadar bikarbonat dan kelebihan basa di bawah
rentang normal), Hemoglobin dan hematokrit dibawah rentang normal, Jumlah sel darah
merah dibawah rentang normal, Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolism
tulang dipengaruhi.

2. Radiology Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau
adanya suatu obstruksi). Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk
fungsi ginjal, Pielografi Intra-Vena (PIV) untuk menilai system pelviokalisis dan ureter,
USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat, EKG
untuk melihat kemungkinan hipertropiventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia,
gangguan elektrolit, Pemeriksaan Pielografi Retrograd dilakukan bila dicurigai ada
obstruksi yang reversibel, Pemeriksaan Foto Dada untuk melihat tanda-tanda bendungan
paru akibat kelebihan air (fluid overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi
perikardial. Tak jarang ditemukan juga infeksi spesifik oleh karena imunitas tubuh yang
menurun, Pemeriksaan radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama tulang jari),
dan klasifikasi metastatic.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Resume Kasus

Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia Retensi uremia dan sampah
nitrogen lain dalam darah.
Defenisi perawatan paliatif Perawatan untuk mencegah, memperbaiki,
mengurangi gejala-gejala suatu penyakit, namun bukan berupaya penyembuhan. Suatu
perawatan yang bertujuan mencapai kwalitas hidup optimal bagi ODHA dan
keluarganya, dengan meminimalkan penderitaan dengan perawatan klinis, psikologis,
spiritual, dan sosial sepanjang seluruh perjalanan penyakit HIV. ( HIV/AIDS palliative
care guideance. US Dept. of State 2006)
penyebab gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis kronik, GGA, penyakit
ginjalPolycistic, Obstruksi ginjal, pyelonephritis yang berulang, dan nephrotoxin;
penyakit-penyakit sistemik juga menyumbang terjadinya GGK, seperti diabetes melitus,
hipertensi, lupus erythematous, polyarthritis, penyakit sickle cell dan amiloidosis.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan kedalam urin)tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap system tubuh. Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis. Gangguan klirens
renal,banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
seharusnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat
dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin.
manifestasi klinik akan menggambarkan kerusakan berbagai sistem organ. Pada
sistem urinari, tanda-tanda yang paling tampak adalah poliuria dan nocturia akibat dari
ginjal tidak mampu memekatkan urine. Akibat lanjut dari ketidak mampuan ginjal
memekatkan urine adalah BJ urine perlahan-lahan menjadi sekitar 1.010 (konsentrasi
plasma osmolar). Begitu gagal ginjal bertambah pesat terjadilah oliguria dan akhirnya
terjadi anuria. Jika pasien tetap mengeluarkan urine, maka akan sering ditemukan
proteinuria dengan endapan-endapan pyuria dan hematuria. Gangguan metabolik yang
terjadi antara lain Azotemia, Intoleransi terhadap karbohidrat dan Kadar trigliserida
meningkat.
Pemeriksaan diagnostik penyakit gagal ginjal kronik yaitu Pemeriksaan
laboratorium dan Radiology Foto polos abdomen.

B. Tujuan keperawatan paliatif

1. Mengurangi rasa sakit yang di alami klien dan mengurang gejala tidak nyaman
lainnya.
2. Meningkatan kualitas hidup pasien.
3. Memperpanjang umur pasien.
4. Memberikan support kepada keluarga.

5
6

5. Menjaga agar mental pasien tidak down.


6. Menjaga agar pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya.

C. Karakteristik perawatan paliatif

a) Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan


keluarganya, termasuk konseling kedukaan bila diperlukan.
b) Meningkatkan kwalitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi
perjalanan penyakit.
c) Perawaatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
d) Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, social
e) Pendekatan multi-disipliner : medis, non-medis, keluarga

D. Prinsip keperawatan paliatif

a) Menghilangkan nyeri & gejala-gejala yang menyiksa lain


b) Menghargai kehidupan & menghormati kematian sebagai suatu proses normal
c) Tidak bermaksud mempercepat atau menunda kematian
d) Perawatan yang mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual, sosial,
budaya dari pasien dan keluarganya, termasuk dukungan saat berkabung.
e) Memberi sistim dukungan untuk mengusahakan pasien sedapat mungkin tetap
aktif sampai kematiannya.
f) Memberi sistim dukungan untuk menolong keluarga pasien melalui masa sakit
pasien, dan sewaktu masa perkabungan.

E. Karakteristik perawatan paliatif

1. Menggunakan pendekatan tim untuk mengetahui kebutuhan pasien dan


keluarganya, termasuk konseling kedukaan bila diperlukan.
2. Meningkatkan kwalitas hidup, dan juga secara positif mempengaruhi
perjalanan penyakit.
3. Merupakan komponen esensial dari perawatan konprehensif kontinyu
4. Perawaatan aktif, total bagi pasien yang menderita penyakit yang tidak dapat
disembuhkan
5. Pendekatan holistik : fisik, mental, spiritual, social
6. Pendekatan multi-disipliner : medis, non-medis, keluarga.

F. Pelaksanaan perawatan paliatif

1. Perencanaan
Perencanaan Program Paliatif Nasional harus mempertimbangkan kondisi secara
menyeluruh yang dibutuhkan untuk mengelola pasien kanker. Berbagai gejala kanker,
termasuk nyeri, mual/ muntah, delirium, insomnia, kelelahan, depresi, kecemasan
dsb, membutuhkan tata laksana secara baik mulai dari pelaksanaan terapi sampai
7

dengan ketersediaan obat yang dibutuhkan. Obat tersebut tercantum dalam


formularium obat nasional/daftar obat esensial untuk menjamin ketersediannya sesuai
kebutuhan medis. Penyusunan daftar obat esensial dan protokolperawatan paliatif
harus dilakukan oleh tim multidisiplin.

2. Penganggaran
Sistem pembiayaan pelayanan paliatif mencakup besaran tarif pelayanan paliatif,
alokasi dan sumber dana, serta tatalaksana pertanggungjawaban dana dengan
mengutamakan aspek kemandi-rian dan sumber lain yang tidak mengikat.

3. Monitoring dan Evaluasi


Dalam program paliatif kanker, diharapkan dapat memberikan data secara
berkelanjutan melalui pencatatan dan pelaporan rutin. Hal ini dapat memberikan
informasi penting antara lain tentang insiden, prevalesensi, tren pelayanan paliatif
dari tahun ke tahun, pola pengobatan, dan kelangsungan hidup pasien kanker.

G. Jenis perawatan paliatif

1. Pengobatan medikamentosa terutama penatalaksanaan nyeri dan gejala-gejala lain


2. Perawatan psikososial berupa :
a) psikologis
b) social
c) spiritual kedukaan/berkabung

H. Hambatan perawatan paliatif

1. Pelayanan paliatif belum mendapat perhatian khusus, umumnya hanya dilakukan


oleh dokter saja
2. Sulit membentuk tim, karena keterbatasan SDM
3. Faktor kerahasiaan membatasi upaya perawatan paliatif di rumah oleh anggota
keluarganya
4. Kesulitan mendapatkan obat analgesik golongan opioid karena masalah hokum
5. Perawatan paliatif masih diberikan pada menjelang ajal
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup  pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan
penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami memberi saran sebagai berikut.
1. Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan memperhatikan perawatan pada
pasien  paliatif dan menjelang ajal.
 
2. Mahasiswa mampu memahami tentang proses perawatan pasien paliatif dan
menjelang ajal.

8
DAFTAR PUSTAKA

KEPMENKES RI. Kebijakan Perawatan Paliatif. VII Indonesia: Menkes; 2007

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan Perawatan


Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Woodruff Asperula Melbourne 4th edn 2004. Standards for Providing Quality Palliative Care for
all Australians. Palliative Care Australia.Palliative Medicine.

Anda mungkin juga menyukai