Anda di halaman 1dari 13

PEMENUHAN KEBUTUHAN BODY ALIGNMENT DAN BODY MEKANIK

A. Body Alignment (Postur Tubuh)


1. Definisi
Postur tubuh merupakan susunan geometris dari bagian-bagian tubuh yang
berhubungan dengan bagian tubuh lain. Bagian yang dipelajari dari postur tubuh
adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot. Apabila keempat bagian tersebut
digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi
tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri dan berbaring yang benar.

2. Manfaat Body Alignment


Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik,
mengurangi jumlah energi yang digunakan, mempertahankan keseimbangan,
mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi paru, dan memingkatkan sirkulasi
renal dan gastrointestinal.

3. Prinsip Body Alignment


a. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity -garis
imaginer vertikal) mclewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada
di pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi
menyangga atau menopang tubuh).
b. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar.
c. Jika gravitasi bc:rada di luar pusat dasar tumpuan, enc:rgi akan lebih banyak
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
d. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
e. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mcncegah ketidaknyamanan otot.
f. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu menc;egah kekakuan otot dan
ligamen.
g. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot
dan mencegah kelelahan.
h. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan.
i. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk
mencegah beban belakang.
j. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri,
kelelahan otot, dan kontraktur.

4. Teknik Mengangkat
Angka cedera dalam pekerjaan meningkat pada tahun-tahun terakhir, dan lebih
dari setengahnya adalah cedera punggung yang langsung akibat teknik
mengangkat dan membungkuk yang tidak tepat (Owen dan Garg, 1991).
Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot
lumbal, termasuk otot di sekitar vertebra lumbal (Owen dan Garg, 1991).
Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat,
memindahkan, atau mengubah posisi klien imoblisasi. Sebelum mengangkat,
perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat klien atau objek yang akan
diangkat dengan menentukan kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut :
a. Posisi beban. Beban yang akan diangkat berada sedekat mungkin dengan
pengangkat. Posisikan objek pada keadaan seperti di atas ketika perawat
menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan
sama (Stamp,1989). Tinggi objek. Tinggi yang paling baik untuk mengangkat
vertikal adalah sedikit di atas jari tengah seseorang dengan lengan tergantung
disamping (Owen dan Garg, 1991).
b. Posisi tubuh. Ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas
mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum berikut mampu dipakai
untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak
sehingga kelompok otot-otot multipel sama dengan cara yang sinkron.
c. Berat maksimum. Setiap peawat harus mengetahui berat maksimum yang
aman untuk diangkat, aman bagi perawat dan klien. Objek yang terlalu berat
adalah jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35 % berat badan orang yang
mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba
mengangkat klien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya
perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan berisiko klien jatuh atau
menyebabkan cedera punggung perawat.
d. Ketika mengangkat perawat harus mengikuti prosedur yang dibuat untuk
melindungi sistem muskuloskeletal. Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi
meningkatkan resiko karena lebih sulit mempertahankan keseimbangan tubuh.
Untuk meraih objek yang berada di atas kepala, orang sering berdiri menjinjit
dengan kakinya bersamaan sehingga menurunkan dasar topangan, menaikkan
pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
e. Hati-hati saat menggunakannya pada klien yang mengalami trauma medula
spinalis. Jika klien harus dipindahkan maka papan pemindah harus
ditempatkan di bawah klien untuk mempertahankan kesejajaran spinal
sebelum memindahkan ke brankar.
f. Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika
memungkinkan. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang
tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus
ditempatkan sudut kanan tempat tidur sehingga pengangkat dapat berputar ke
depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat.

5. Teknik Mengubah Posisi


Klien yang mengalami gangguan fungsi sistem skeletal, saraf atau otot dan
peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat
untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat
tidur atau duduk. Restrain adalah alat bantu tangan digunakan untuk imobilisasi,
terutama pada klien bingung atau disorientasi.

6. Teknik Memindahkan
Perawat biasa memberi perawatan pada klien imobilisasi yang harus diubah
posisi, dipindahkan di atas tempat tidur, dan harus dipindahkan dari tempat tidur
ke kursi ataupun brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat
untuk mengangkat, menggerakkan, atau memindahkan klien dengan aman dan
juga melindungi perawat dari cedera sistem muskuloskeletal.
a. Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
Memindahkan Klien dari Tempat Tidur ke Kursi oleh perawat
membutuhkan bantuan klien dan tidak dilakukan pada klien yang tidak
dapat membantu. Perawat menjelaskan prosedur pada klien sebelum
pemindahan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi
sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi
memungkinkan perawat berputar dengan klien dan memindahkan berat
badan klien dengan cepat.
Pemindahan yang aman adalah prioritas pertama. Perawat yang ragu-
ragu dengan kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu,
harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan menjuntaikan kakinya di
sisi tempat tidur sebentar sebelum berdiri. Kemudian klien harus berdiri di
sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan cepat
menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan.
Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda
perawat harus menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila
memungkinkan kerjasama diperoleh sebanyak mungkin.
b. Memindahkan klien dari tempat tidur ke brangkar
Klien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau
dari tempat tidur ke tempat tempat tidur harus membutuhkan tiga orang
pengangkat. Teknik ini bagus dilakukan jika orang-orang yang
memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka
sama, mereka mengangkat sebagai suatu tim. Cara lain memindahkan
klien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan di
bawah klien.
Kain pengangkat berguna sebagai ayunan ketika klien dipindahkan ke
brankar. Pada teknik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari
tempat tidur dan berpegang pada kain pengangkat ketika memindahkan
klien ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan
sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan
menggunakan kain pengangkat.

B. Body Mekanik
1. Definisi
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan
aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama
aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan
aktivitas manusia.
2. Prinsip-prinsip Body Mekanik
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi
tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk
mendukung kesehatan dan mencegah kecacatan.
Perawat menggunakan berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas
keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat,
mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari
berat dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan
benar, kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak
benar dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan,
dan mengubah posisi klien. Perawat juga mengganbungkan pengetahuan tentang
pengaruh fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip
yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :
a. Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam
melakukann mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi
sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu
diperhatikan dalam gravitasi:

1) Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan

tubuh
2) Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer

vertikal melalui pusat gravitasi.


3) Dasar tumpuan ( base of suport ), merupakan dasar tempat seseorang

dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh

b. Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar
tumpuan.
c. Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan
mempengaruhi mekanika tubuh.
3. Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan
dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :
a. Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai contoh,
keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki berbeda.
Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang berjalan,
karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke
sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat
berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun, yang
akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.
b. Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai contoh,
posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan
tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang
perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan.
Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
c. Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di
antaranya ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di depan orang yang
akan menarik ), posisi kaki dan tubuh dalam menarik ( seperti condong
kedepan dari panggul ), sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah
pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat
tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.
d. Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot besar
dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.
e. Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu
pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga
unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada
postur tubuh.

4. Factor Yang Mempengaruhi Body Mekanik


a. Status Kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal dan
sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari – hari dan lain – lainnya.
b. Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh
yang kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
c. Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika tubuh
dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman,
tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan
dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
d. Situasi dan Kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering mengankat
benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh dan
ambulasi.
e. Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress dan
kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas,
sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan
neurologi, yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
f. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang
memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang
beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.
5. Akibat Body Mekanik Yang buruk
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran
energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
mekanika tubuh yang salah adalah sbb :
a. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan
dalam sistem muskulusletal.
b. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah
dalam berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan
dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

6. Pengaturan Posisi
a. Posisi Fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur
lebih tinggi atau di naikkan. Fungsinya untuk mempertahankan kenyamanan
dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
b. Posisi Sims
Adalah Posisi miring kekanan atau kekiri. Posisi ini dilakukan untuk
memeberi kenyamanan dan untuk memberikan obat melalui anus.
c. Posisi Trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepla lebih rendah
daripada bagian kaki.
d. Posisi Dorsal recumbent
Adalah Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi ( ditarik atau
direnggangkan) diatas tempat tidur.
e. Posisi Litotomi
Adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya keatas bagian perut.
f. Posisi Genu Pectural
kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
g. Posisi terlentang (Supinasi)
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan
kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.
h. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien
duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
i. Posisi Pronasi (Telungkup)
Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan
kepala menoleh kesamping.
j. Posisi Lateral (Side Lying)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian
tubuh dengan kepala menoleh kesamping.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Rentang gerak
Rentang gerak merupakan jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan
sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan tranversal.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan kebelakang,
membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan prontal melewati tubuh
dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan
trasversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan
bawah.

b. Gaya berjalan
Istilah gaya berjalan digunakan untuk menggambarkan cara utama atau gaya
ketika berjalan (Fish & Nielsen, 1993). Dengan mengkaji gaya berjalan klien
memungkinkan perawat untuk membuat kesimpulan tentang keseimbangan,
postur, keamanan, dan kemampuan berjalan tanpa bantuan. Mekanika gaya
berjalan manusia mengikuti kesesuaian system skeletal, syaraf dan otot tubuh
manusia (Fish & Nielsen, 1993)
c. Latihan dan Toleransi Aktivitas
Latihan adalah aktivitas fisik untuk membuat kondisi tubuh, meningjatkan
kesehatan dan mempertahankan kesehatas jasmani. Sedangkan toleransi aktivitas
adalah jenis dan jumlah latihan atau kerja yang dapat dilakukan seseorang.
Prngkajian toleranssi aktivitas diperlukan jika ada perencanaan aktivitas seprti
jalan, latihan rentang gerak, atau aktivitas sehari-hari dengan penyakit akut dan
kronik.
d. Kesejajaran Tubuh
Pengkajian kesejajaran tubuh dapat dilakukan pada klien yang berdiri, duduk, atau
berbaring.
e. Berdiri
Hal-hal yang harus dikaji berfakus pada kesejajaran tubuh klien yang berdiri
antara lain:
1. Kepala tegak dan midline

2. Ketika dilihat dari arah posterior, bahu dan pinggul lurus dan sejajar

3. Ketika dilihat dari arah posterior tulang belakang lurus

4. Ketika klien dari arah lateral kepala tegak dan garis tulang belakang di garis
dalam pola s terbalik.

5. Ketika dilihat dari arah lateral, perut berlipat ke bagian dalam dengan nyaman
dan lutut dengan pergelangan kaki agak melengkung.

6. Lengan klien nyaman di samping

7. Kaki di tempatkan sedikit berjauhan untuk mendapatkan dasar penopang, dan


jari-jari kaki menghadap ke depan.

8. Ketika klien dilihat dari arah anterior, pusat gravitasi berada di tengan tubuh,
dan garis gravitasi mulai dari tengah kepala bagian depan sampai titik tengah
antara kedua kaki.

f. Duduk
Perawat mengkaji kesejajjaran pada klien yang duduk dengan mengobservasi hal-
hal sebagai berikut:
1. Kepala tegak, leher dan tulang belakang berada dalam kesejajaran yang lurus.
2. Berat badan terbagi rata pada bokong dan paha

3. Paha sejajar dan berada pada potongan horizontal

4. Kedua kaki ditopang dilantai.

5. Jarak 2-4 cm dipertahankan antara sudut tempat duduk dan ruang popliteal
pada permukaan lutut bagian posterior.

6. Lengan bawah klien ditopang pada pegangan tangan, dipangkuan, atau diatas
meja depan kursi.

g. Berbaring
Pada orang sadar mempunyai kontrol otot volunter dan persepsi normal terhadap
tekan. Pengkajian kesejajaran tubuh ketika berbaring membutuhkan posisi lateral
pada klein dengan menggunakan satu bantal dan semua penompagnya diangkat
dari tempat tidur.

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer
c. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai
kelemahan otot
d. Perencanaan Keperawatan

Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang


Definisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.
Tujuan:
1. Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2. Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
3. Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
4. Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Intervensi:

1. Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)


2. Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri
3. Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4. Pantau tanda-tanda vital.
5. Berikan tindakan kenyamanan.
6. Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
7. Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri
8. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi

Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.


Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara
mandiri dan terarah
Tujuan:

1. Aktivitas fisik meningkat


2. ROM normal
3. Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.
4. Klien bisa melakukan aktivitas.

Intervensi:

1. Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.


2. Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.
3. Pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.
4. Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan
aktif
5. Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.
6. Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7. Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8. Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9. Kolaborasi dengan fisioterapi
5. Implementasi

Adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry,
1997).

6. Evaluasi

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian
tujuan dan kriteria hasil

Anda mungkin juga menyukai