DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
SURIANTI (K.18.01.028)
TAHUN AJARAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen
kami dengan materi “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL/PALIATIF
(TRAUMA THORAX)”
Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, berkah dan
karunianya kepada kita semua dan memberikan imbalan yang setimpal atas semua jeri
payah dari pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada kami serta
senantiasa menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan menjadikan kita sebagai
hambanya yang selalu bersyukur.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................2
BAB IV PENUTUP..........................................................................................54
A. Kesimpulan...........................................................................................54
iii
B. Saran ....................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................55
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan
tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
karena gejala-gejala umum dan rancu (Brunner & Suddarth, 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep medis dari Trauma Thorax ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Trauma Thorax ?
3. Apa yang dimaksud penatalaksanaan nyeri ?
4. Apa saja penatalaksanaan keluhan fisik?
5. Bagaimana Dukungan persiapan dan masa selama duka cita pada keluarga pasien?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Bagaimana Konsep medis dari Trauma Thorax
2. Dapat meberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Trauma Thorax
3. Mengetahui Apa saja penatalaksanaan nyeri
4. Mengetahui Apa saja penatalaksanaan keluhan fisik
5. Mengetahui Bagaimana Dukungan persiapan dan masa selama duka cita pada
keluarga pasien
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun
isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan
gangguan system pernafasan.
3
Struktur thoraks yang menyerupai sangkar atau tulang-tulang dada, terdiri
atas 12 verthebrathorakalis, 12 pasang tulang iga (costae), dan sternum. Tulang iga
dan sternum membentuk susunan sangkar dan menyokong rongga thoraks. Ruang
antara tulang-tulang iga disebut ruang interkostalis dan diberi nomor berdasarkan
tulang iga diatasnya (contoh: ruang intercostalis kedua berada dibawah tu;ang iga
kedua). Diafragma adalah otot yang memisahkan rongga toraks dari abdomen dan
digunakan selama inspirasi.
Dinding dada.
Dasar toraks
4
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi
oleh pleura visceralis dan parietalis.Rongga Mediastinum dan isinya
terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior,
medius, posterior dan superior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung. Pernafasan berlansung dengan
bantuan gerak dinding dada. Jaringan paru dibentuk oleh jutaan alveolus yang
mengembang dan mengempis tergantung mengembang dan mengecilnya rongga
dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan , yaitu m.intercostalis dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar dan paru-paru mengembang
sehingga udara terhisap ke alveolus melalui trakea dan bronkus.
Sebaliknya bila m.intercostalis melemas, dinding dada mengecil kembali dan
udara terdorong keluar. Sementara itu, karena tekanan intra abdomen, diafragma akan
naik ketika m.intercostalis akan tidak berkontraksi. Ketiga faktor ini, yaitu
kelenturan dinding toraks, kekenyalan jaringan paru, dan tekanan intraabdomen,
menyebabkan ekspirasi jika otot intracostal dan diafragma kendur dan tidak
mempertahankan keadaan inspirasi. Dengan demikian ekspirasi merupakan kegiatan
pasif (Sjamsuhidajat, 2004).
3. Etiologi
1. Tamponade jantung: disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks: disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau
spontan
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga
dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif). (http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)
4. Manifestasi klinis
1. Tamponade jantung
Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
Gelisah.
Pucat,
Keringat dingin.
Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
5
Pekak jantung melebar.
Bunyi jantung melemah.
Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
ECG terdapat low voltage seluruh lead.
Perikardiosentesis keluar darah
2. Hematotoraks :
Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
Gangguan pernapasan
3. Pneumothoraks :
Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
Gagal pernapasan dengan sianosis.
Kolaps sirkulasi.
Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
pada auskultasi terdengar bunyi klik. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun
terdapat luka internal hebat seperti aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi
melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal.
(http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada).
5. Patofisiologi/ Pathway
Trauma thorax
6
karena tekanan negatif intrapleura terjadi perdarahan : (perdarahan
7
- ketidakefektifan pola pernafasan
- gangguan mobilitas fisik
6. Komplikasi
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar; ruptur klep
jantung.
5. Esofagus : mediastinitis.
(http://www.qirtin.com/askep-trauma-dada)
7. Prognosis
Banyak penderita maninggal setelah sampai dirumah sakit dan banyak
kematian ini seharusnya dapat dicegah dengan meningkatkan kemapuan dignostik dan
terpi. Kurang dari 10% dari trauma tumpul toraks dan hanya 15-30% dari trauma
tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi. Mayoritas kasus trauma
toraks dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur yang akan diperoleh oleh dokter
yang mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus trauma toraks.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik awal yang dilakukan, yaitu:
1. Rontgen dada
2. HSD
3. Urinalisis
4. Elektrolit dan osmolalitas
5. Saturasi oksigen
8
6. Gas darah arteri
7. EKG
8. CT Scan juga dpt dilakukan
9. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengevaluasi kondisi pasien dan melakukan
resusitasi agresif. Sebuah jalan nafas segera ditetapkan dengan dukungan oksigen dan
pada beberapa kasus, dukungan ventilator. Tetapkan kembali volume cairan,
memulihkan seal pleura dalam dada, dan mengalirkan cairan intrapleura serta darah.
Untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi jantung paru, jalan nafas
yang adekuat dibuatdan dilakukan ventilasi. Tindakan ini termasuk stabilisasi dan
menstabilkan kembali intregitas dinding dada, menyumbat setiap lubang pada dada
(pneumotoraks terbuka), dan mengalirkan atau membuang setiap udara atau udara
atau cairan dari dalam toraks untuk menghilangakan pneumotoraks/hemotoraks serta
tamponade jantung. Hipovolemia dan curah jantung yang rendah diperbaiki.
(keperawatan medikal bedah, 2001)
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri pada
dada dan gangguan bernafas.
Riwayat kesehatan sekarang
9
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST,
paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau
kualitas (Q) yaitu bagaimana (nyeri yang dirasakan klien, Regional (R) yaitu
penyebaran nyeri, safety (S) yaitu posisi yang sesuai untuk mengurangi nyeri
dan dapat membuat klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan
klien merasakan nyeri.
Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah
terdapat riwayat sebelumnya.
3. Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernafasan
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk.
Terdapat retraksi klavikula/dada.
Pengambangan paru tidak simetris.
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
Pada perkusi ditemukan adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks
Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang.
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
2. Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
Takhikardia, lemah
Pucat, Hb turun /normal.
Hipotensi.
3. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
4. Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan
10
5. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan
6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
Kemampuan sendi terbatas.
Ada luka bekas tusukan benda tajam.
Terdapat kelemahan.
Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
7. Sistem Endokrin :
Terjadi peningkatan metabolisme.
Kelemahan.
8. Sistem Sosial / Interaksi.
Tidak ada hambatan.
9. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
7. Pemeriksaan Diagnostik :
Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.
Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya).
Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi cairan/udara
2. ketidakefektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret dan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan
11
3. Perubahan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal
4. Resikolaboratif: atelektasis dan penggeseran mesiatinum
5. Kerusakan integritas kulit berhubngan dengan trauma mekanik terpasang bullow
drainage
6. Resiko terdapatnya infeksi berhubungan tempat masuknya infeksi sekunder
terhadap trauma
3. Intervensi keperawatan
14
banyaknya mukus, adanya Mendemonstrasikan batuk dengan baik
jalan nafas buatan, sekresi efektif dan suara nafas yang Memonitor kelemahan otot
bronkus, adanya eksudat bersih, tidak ada sianosis dan respirasi
di alveolus, adanya benda dyspneu (mampu
asing di jalan nafas. mengeluarkan sputum, Pastikan kebutuhan oral / tracheal
DS: bernafas dengan mudah, tidak suctioning.
- Dispneu ada pursed lips) Berikan O2 ……l/mnt,
DO:
Menunjukkan jalan nafas yang metode………
- Penurunan suara nafas
paten (klien tidak merasa Anjurkan pasien untuk istirahat dan
- Orthopneu
tercekik, irama nafas, napas dalam
- Cyanosis
frekuensi pernafasan dalam Posisikan pasien untuk
- Kelainan suara nafas
rentang normal, tidak ada memaksimalkan ventilasi
(rales, wheezing)
suara nafas abnormal)
- Kesulitan berbicara Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Mampu mengidentifikasikan
- Batuk, tidak efekotif atau Keluarkan sekret dengan batuk atau
dan mencegah faktor yang
tidak ada suction
penyebab.
- Produksi sputum Auskultasi suara nafas, catat
Saturasi O2 dalam batas
- Gelisah adanya suara tambahan
normal
- Perubahan frekuensi dan Berikan bronkodilator :
Foto thorak dalam batas
irama nafas - ………………………
normal
- ……………………….
- ………………………
Monitor status hemodinamik
Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
Berikan antibiotik :
…………………….
…………………….
Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
15
Pertahankan hidrasi yang adekuat
untuk mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.
4. Implementasi Keperawatan
Dilakukan sesuai dengan intervensi
5. Evaluasi Keperawatan
1. Menunjukkan ketidakefektifan pola pernapasan
2. menunjukkan inefektif bersihan jalan napas
3. Adanya perubahan kenyamanan : Nyeri akut
4. Tidak adanya gangguan mobilitas fisik
5. Tidak adanya kerusakan integritas kulit
6. Penatalaksanaan Nyeri
1. Penatalaksanaan Nyeri
Nyeri merupakan masalah utama pada perawatan paliatif. Tujuan perawatan
paliatif yang terutama adalah mengurangi penderitaan pasien. Nyeri dan gejala
fisik lain yang tidak tertangani dengan baik adalah sumber penderitaan pasien dan
keluarga. Di dalam perawatan paliatif, nyeri dikategorikan dalam kondisi darurat
yang harus segera mendapatkan tatalaksana. Bila tidak, nyeri akan menimbulkan
atau memperberat gejala fisik lain seperti mual/muntah, gangguan tidur,
kehilangan nafsu makan, gangguan mobilisasi dan dalam melakukan aktifitas
yang pada akhirnya mengurangi kualitas hidup. pasien dan meningkatkan beban
keluarga. Sebaliknya, nyeri akan meningkat bila gejala lain tidak tertata laksanan
dengan baik. Penyebab nyeri atau gejala lain pada pasien kanker dapat
16
diakibatkan oleh kanker itu sendiri, tindakan diagnosa atau pengobatan yang
diberikan, kondisi tirah baring dan komorbiditas.
Prinsip penatalaksanaan nyeri dan gejala lain meliputi:
1) Atasi penyebabnya bila memungkinkan,
2) Medikamentosa dan
3) Non medikamentosa
2. Upaya penatalaksanaan nyeri :
a. Tentukan penyebab nyeri :
b. sakit kepala berat pada kriptokokus menigitis
c. nyeri neurogenik akibat mielopati, efek ARV
d. Tentukan jenis nyeri : somatik, viseral, propioseptif, neurogenik
e. Tentukan beratnya nyeri :
f. Numeric rating scale
g. Perilaku non-verbal
3. Wong Baker Faces pain scale
a. Gunakan analgesik sesuai panduan penatalaksanaan nyeri dari WHO : “ anak
tangga analgesik “
- Step 1. : aspirin, parasetamol +adjuvan
- Step 2. : kodein +adjuvan + NSAID
- Step 3. : morfin, pethidin, fentanyl +non-opioid (NSAID)
b. Obat diberikan rutin tiap 3 –6 jam, jangan hanya bila perlu
c. Mulai dengan dosis rendah lalu dititrasi
d. Pada nyeri terobosan, berikan dosis ekstra ( dosis /4 jam)
e. Adjuvan : anti-depresant, steroid, terapi kognitif , akupuncture, TENS,
hipnosis, dll.
4. Mengatasi nyeri
Tatalaksana nyeri, perhatian khusus perlu diberikan dengan menjamin bahwa
perawatannya tepat dan sesuai dengan budaya pasien, yang pada prinsipnya
adalah:
17
a.Memberi analgesik melalui mulut, jika mungkin (pemberian IM menimbulkan
rasa sakit)
b. Memberi secara teratur, sehingga anak tidak sampai mengalami kekambuhan
dari rasa nyeri yang sangat, untuk mendapatkan dosis analgetik berikutnya
c.Memberi dosis yang makin meningkat, atau mulai dengan analgetik ringan dan
berlanjut ke analgetik yang kuat karena kebutuhan untuk mengatasi nyeri
meningkat atau terjadi toleransi
d. Atur dosis untuk tiap anak, karena anak mempunyai kebutuhan dosis berbeda
untuk mendapatkan efek yang sama.
5. Gunakan obat berikut ini untuk mengatasi nyeri secara efektif:
a. Anestesi lokal: untuk luka kulit atau mukosa yang nyeri atau pada saat
melakukan prosedur yang menimbulkan rasa sakit.
b. Lidokain: bubuhkan pada kain kasa dan oleskan ke luka di mulut yang nyeri
sebelum makan (gunakan sarung tangan, kecuali jika anggota keluarga atau
petugas kesehatan sudah Positif HIV dan tidak membutuhkan pencegahan
terhadap infeksi); dan akan mulai memberi reaksi setelah 2–5 menit.
c. TAC (tetracaine, adrenaline, cocaine): bubuhkan pada kain kasa dan letakkan
di atas luka yang terbuka, hal ini terutama berguna saat menjahit luka.
d. Analgetik: untuk nyeri yang ringan dan sedang (seperti sakit kepala,nyeri
pasca trauma, dan nyeri akibat kekakuan/spastik).
- Parasetamol
- obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen.
e. Analgetik yang kuat seperti opium: nyeri yang sedang dan berat yang
tidak memberikan respons terhadap pengobatan dengan analgetik.
- morfin, merupakan analgetik yang murah dan kuat: beri secara oral
atau IV setiap 4-6 jam, atau melalui infus
- petidin: beri secara oral setiap 4-6 jam
- kodein: beri secara oral setiap 6-12 jam, dikombinasikan dengan
obat non opioid untuk menambah efek analgetik.
18
- Catatan: Pantau hati-hati adanya depresi pernapasan. Jika terjadi
toleransi, dosis perlu ditingkatkan untuk mempertahankan bebas
nyeri.
f. Obat lain: untuk masalah nyeri yang spesifik. Termasuk di sini diazepam
untuk spasme otot, karbamazepin atau amitriptilin untuk nyeri saraf, dan
kortikosteroid (seperti deksametason) untuk nyeri karena penekanan pada
syaraf oleh pembengkakan akibat infeksi.
19
b. Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama mendampinginya. Misalnya,
lanjut usia ingin memperbincangkan tentang kehidupan di masa lalu dan
kemudian hari. Bila pembicaraan tersebut berkenaan, luangkan waktu sejenak.
Ingat, tidak semua orang senang membicarakan kematian.
c. Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.
20
9. Peran Keluarga Dalam Paliatif Care
1. Masalah keluhan fisik
Dalam perawatan paliatif banyak cara yang dapat dilakukan, oleh keluarga untuk
membantu mengurangi keluahan yang ada, misalnya dengan relaksasi,
pengaturan posisi, penyesuaian lingkungan dll. Hal tersebut dapat dilakukan
keluarga dengan bimbingan dan tenaga kesehatan Tim paliatif.
2. Masalah Perawatan Pasien
Memandikan, melakukan perawatan mulut,kulit, membantu buang air kecil/besar
pada mereka yang mengalami kelumpuhan, melakukan pembalutan pada bagian
tubuh yang membengkak karena adanya sumbatan aliran getah bening adalah hal
hal lain yang perlu dilakukan oleh keluarga. Pemakaian alat kedokteran misalnya
oksigen nebulizer (penguap) tertentu dan perawatan stoma (lubang pada bagian
tubuh tertentu untuk tujuan sesuai lokasinya), kateter, selang yang dimasukkan
melalui hidung dengan berbagai tujuan juga menjadi tugas keluarga jika pasien
berada di rumah
3. Masalah Gangguan Psikologis
Komunikasi yang baik antara pasien, keluarga dan tim paliatif lain akan sangat
membantu mengurangi stress psikologis pasien. Selain komunikasi, menciptakan
suasanan keterbukaan anggota keluarga, dan melibatkan pasien dalam
mengambil keputusan terhadap tindakan yang akan dilakukan juga sangat
bermanfaat.
4. Masalah Kesulitan Sosial
Bagaimana keluarga bereaksi terhadap kondisi pasien akan mempengaruhi
bagaimana pasien menerima keadaannya dan bagaimana berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya. Jadi keluarga mempunyai peran besar dalam membantu
pasien.
5. Masalah Spiritual
21
Pasien kanker mungkin menyalahkan diri sendiri karena kondisi saat ini
dianggap akibat atau hukuman dosa yang pernah dilakukan di masa lampau dan
muncul ketakutan akan kematian. Anggapan bahwa dirinya tidak memiliki lagi
arti dalam keluarga dan menjadi beban keluarga serta penyesalan belum dapat
memenuhi keinginan keluarga sering dialami pasien kanker stadium lanjut.
Keluarga sangat berperan dalam mengatasi hal ini dibantu oleh rohaniawan.
10. Bantuan Perawat Kepada Pasien Yang Menjelang Ajal
1. Bantuan Emosional:
a. Pada Fase Denial.
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Pada Fase Marah atau anger.
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me
rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang
kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai
orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima
kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien
dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Fase Menawar.
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa
bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d. Pada Fase Depresi.
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non
verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-
reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan.
22
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga
dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima
keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program
pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas
kemampuannya.
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis :
a. Kebersihan Diri.
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan
sebagainya.
b. Mengontrol Rasa Sakit.
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan
sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg.Pemberian obat ini diberikan
sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien.Obat-obatan lebih
baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular atau
Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas.
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim
dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak,
seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus
dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk
menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
e. Nutrisi.
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik.Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan
merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein
23
serta vitamin.Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia,
perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan,
kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena atau Invus.
f. Eliminasi.
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses.Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi.Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal,
pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau
dilakukan kateterisasi.Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar
perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori.
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak
atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang.Klien masih
dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan
keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan :
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan
klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat,
atau anggota keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu
diisolasi.
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan
teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk
membersihkan diri dan merapikan diri.
d. Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila
klien mampu membacanya.
4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual.
24
a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-
rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA THORAX PADA TN. D
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus
bengkulu pada tanggal 01 Januari 2019 karena mengalami kecelakaan bermobil. Dari
pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada
korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian
pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami penurunan
kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien
ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan
GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD :120/80 mmHg,
o
nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7 C, akral teraba dingin, tampak
sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
25
B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR
35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan
jalan napas.
E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral
teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya baik
2. Pengkajian Sekunder
1. Anamnesis
a) Identitas klien
Nama : Tn. D
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Bahasa : Melayu
26
Pendidikan : SMA
Golongan darah :B
No. register :
Agama : Islam
c) Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD Dr. M. Yunus kota bengkulu, dengan
kecelakaan bermobil, pasien mengalami penurunan kesadaran dan ada
bengkak dan jejas di bagian dad sebelah kiri.
d) Riwayat kesehatan
o
35x/menit, suhu : 38,7 C, akral teraba dingin, tanpak sianosis,
B. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Sopor
TTV :
c). Hidung
lendir
f). Leher
29
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan
dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan.
Abdomen
i). Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase j).
Ekstremitas
30
1. Data psikologi
2. Data social
3. Data spiritual
C. Analisa data
31
2 Ds : - Penolong mengatakan dada Trauma thorak Gangguan
32
3 Ds : - penolong mengatakan bahwa Trauma thorak Gangguan
Reabsorsi darah
- Pasien tampak sesak, pucat
Hemathorak
- Napas cepat dan dangkal
dengan frekuensi nadi
Ekspensi paru
35x/menit
4 Ds : - penolong mengatakan bahwa Trauma tajam dan Gangguan
Reabsorsi darah
- SPo2 85%
Hemathorak
Gangguan
ventilasi
32
- CRT > 3 detik
- Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
N : 110x/m
P : 35x/m
5 Ds : - Penolong mengatakan ada Trauma thorak Nyeri dada
Merangsang
reseptor nyeri
dada pleura
viseralis dan
33
D. Diagnosa keperawatan
E. Tindakan keperawatan
34
1 Ketidakefektifan Status - Pastikan kebutuhan
mengidentifikasi suction
35
2 Gangguan pola Respiratory Airway Management
36
napas, frekuansi respirasi
37
3 Gangguan Respiratory Airway Management
38
Memelihara - Auskultasi suara
Sirkulasi status
baik
42
5 Nyeri dada Pain level Pain management
43
tanda nyeri) kontrol nyeri masa
Menyatakan lampau
rasa nyaman
setelah nyeri Analgesic administration
berkurang
- Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
- Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
44
F. Implementasi dan Evaluasi
- Momposisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasikeluarkan secret
45
Dx. - Membuka jalan nafas, S : - keluarga
46
tambahan - RR : 30x/m
- Monitoring rata-
rata,kedalaman, irama
dan usaha respirasi
- Mengauskultasi suara
nafas, catat area
penurunan/tidak adanya
ventilasi dan suara
tambahan
- Mengauskultasi suara
paru setelah tindakan
47
Dx. - Membuka jalan nafas, S :- Klien mengatakan
48
ventilasi bernapas
- Monitoring rata-
rata,kedalaman, irama
dan usaha respirasi
- Mengauskultasi suara
nafas, catat area 49
untuk mengetahui
hasilnya.
Dx. - Mengkolaborasikan S : - Klien tidak
- Membantu untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Membantu
pasien/keluarga untuk
50
Dx. - Melakukan pengkajian S : - - keluarga
51
dan faktor presipitasi - Pasien
- Mengevaluasi bersama
pasien dan tim kesehatan
lain tentang
ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
- Menentukan lokasi,
karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Menentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
53
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan
tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya
Cedera pada dada sering mengancam jiwa dan mengakibatkan satu atau lebih
mekanisme ptologi berikut:
Hipoksemia akibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru, sangkar iga,
dan otot pernapasan , kolaps paru dan pneumonia.
Hipovolemia akibat kehilangan cairan masif dari pembuluh besar, ruptur jantung,
atau hemotoraks.
Gagal jantung akibat tamponade jantung, kontusio jantung, atau tekanan intra
toraks yang meningkat.
B. Saran
54
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Smeltzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .
Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Volume 1. EGC. Jakarta .
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan
Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC
Fitri Nur Cemy, (2010), Palliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal, Gaster, (7), 1,
527 – 535
55