Anda di halaman 1dari 36

Tugas : Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif

Dosen : hera herianti S.Kep.Ns,.M.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN CA MAMAE

DISUSUN OLEH :

Kelompok 8

Inayanti (K.18.01.012)

Mince (K.18.01.15)

Putri Wulan Dari (k.18.01.021)

PROGRAM STUDI (S1 ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS)

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN AJARAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh dosen kami dengan
materi “Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Ca Mamae”

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang membantu dalam


mengerjakan tugas makalah ini, sehingga tugas makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Tugas makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam tugas makalah ini.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami tentang


Asuhan Keperawatan Paliatif Pada Pasien Ca Mamae menjadi keterbatasan kami pula, untuk
itu kami meminta saran dan kritik dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, berkah dan
karunianya kepada kita semua dan memberikan imbalan yang setimpal atas semua jeri payah
dari pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada kami serta senantiasa
menambah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan menjadikan kita sebagai hambanya yang
selalu bersyukur.

Masamba , 3 februari 2021

Penyusun

Kelompok 8
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................I

A. Latar belakang.........................................................................................................I
B. Rumusan masalah....................................................................................................I
C. Tujuan.......................................................................................................................II
D. Manfaat.....................................................................................................................II

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................1

A. Defenisi......................................................................................................................1
B. Klasifikasi.................................................................................................................2
C. Etiologi......................................................................................................................3
D. Patofisiologi..............................................................................................................4
E. Manifestasi klinis.....................................................................................................5
F. Pemeriksaan penunjang..........................................................................................6
G. Pencegahan...............................................................................................................8
H. Penatalaksanaan......................................................................................................9
I. Komplikasi................................................................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................................11

A. Penkajian..................................................................................................................11
B. Diagnose....................................................................................................................12
C. intervensi...................................................................................................................13

BAB IV PENUTUP..............................................................................................................14

A. kesimpulan................................................................................................................14
B. saran..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ca mamae adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada payudara,
berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun
komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan
jaringan payudara (Rasjidi, 2010).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada ca mamae bergerak naik terus
sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka
tertingi pada usia 45-66 tahun.
Keperawatan paliatif adalah adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan
yangberkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha
untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri
atau memberikan menyembuhkan.Tujuan utama perawatan paliatif bukan untuk
menyembuhkan penyakit. Dan yang ditangani bukan hanya penderita, tetapi juga
keluarganya (WHO, 2010).
Keperawatan keluarga adalah suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada
kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak,
yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap,
mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan
lainnya. Johnson’s (1992)
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, ca mamae, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker hati.
Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima
besar kanker adalah kanker leher rahim, ca mamae, kanker getah bening, kulit dan kanker
nasofaring. Ca mamae merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita. Angka
kematian akibat ca mamae mencapai 5 juta pada wanita. Ca mamae merupakan penyebab
kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir
menunjukkan bahwa kema tian akibat ca mamae pada wanita menunjukkan angka ke 2
tertinggi (WHO).
Penyebab masalah Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt
menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa
perubahan genetik belum berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan
perubahan genetik masih belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan
atau mutasi dalam gen normal, dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan
perkembangan ca mamae.(Brunner dan Sudart, 2001).
Akibat dari ca mamae Kehilangan mammae dapat menjadi pukulan yang hebat
terhadap rasa percaya diri wanita karena wanitayang telah mengalami mastectomy merasa
kurang menarik, kurang seksual dan kurang puas dengan penampilan fisik mereka.
Menangani ca mammae bukan hanya sekedar menyelamatkan nyawa atau sebuah
mammae, melainkan usaha pencapaian kualitas hidup terbaik(Lincoln and Wilensky,
2007).

B. Rumusan Masalah
a. Apa Definisi dari ca mamae ?
b. Apa klasifikasi dari ca mamae ?
c. Apa etiologi dari ca mamae ?
d. Bagaimana patofisiologi ca mamae ?
e. Apa manifestasi klinis dari ca mamae ?
f. Apa pemeriksaan penunjang ca mamae ?
g. Bagaimana penatalaksanaan ca mamae ?
h. Bagaimana menyusun pengkajian dari ca mamae?
i. Apa saja diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
j. Bagaiamana cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari ca mamae?
C. Tujuan
a. Mampu menjelaskan Definisi dari ca mamae .
b. Mampu menjelaskan klasifikasi dari ca mamae
c. Mampu menjelaskan etiologi dari ca mamae
d. Mampu menjelaskan Patofisiologi dari ca mamae
e. Mampu menjelaskan manifestasi dari ca mamae
f. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang dari ca mamae
g. Mampu menjelaskan Penatalaksanaan dari ca mamae
h. Mampu menyusun pengkajian dari ca mamae?
i. Mampu menyusun analisis data dari ca mamae?
j. Mampu menyusun diagnosa yang muncul dari ca mamae ?
k. Mampu menyusun cara menyusun rencana asuhan keperawatan dari ca mamae?
D. Manfaat
a. Kami sebagai mahasiswa dapat mampu menjelaskan mulai dari definisi, klasifikasi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan
Penatalaksanaan dari ca mamae.
b. Selain itu,  kami juga dapat mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan dari Contoh
Kasus ca mamae.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Ca mamae merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan
dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan
payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ca mamae adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal
(Tucker dkk,1998).
Ca mamae adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam
jaringan mammae (Tapan, 2005).
Ca mamae adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu
tanggal 29-8-2005,sumber : Harianto,dkk).

B. Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1. Stadium 1
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada
fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm
dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening regional belum teraba.
Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker tidak dapat
menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.
Untuk mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi
dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang
tertinggal. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3)      Staium III A
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas
di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama
lain. Menurut data Depkes, 87% ca mamae ditemukan pada stadium ini.
4)      Stadium III B
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih
dari sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening
axila melekat satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5
cm. Kanker sudah menyebar pada seluruh bagian payudara, bahkan
mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.
5)      Stadium IV
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah
bening axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah
merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati,
otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang leher. Tindakan yang harus
dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada palliative
bukan lagi kuratif(menyembuhkan).
C. Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari ca mamae,sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya
kanker ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum
berkaitan dengan ca mamae, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih
belum diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal,
dan pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan ca mamae. Hormon
steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam ca mamae.Dua
hormone ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi factor pertumbuhan bagi camamae(Brunner
dan Sudart, 2001).
Faktor resiko timbul ca mamae terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di ubah
(unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
1. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko ca mamae. Wanita paling sering
terserang ca mamae adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita
40 tahun juga dapat terserang ca mamae, namun resikonya lebih rendah
dibandingkan wanita berusia diatas 40 tahun.
2. Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya ca mamae meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan
dengan lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
3. Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami ca
mamae. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis. Kurang dari 25% ca mamae terjadi pada masa sebelum
menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan
klinis.
4. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita ca mamae pada wanita yang keluarganya
menderita ca mamae tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu
kerentanan terhadap ca mamae, untuk terjadi ca mamae sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% ca mamae bersifat familial.
Pada studi genetik ditemukan bahwa ca mamae berhubungan dengan gen
probabilitas.
5. Riwayat penyakit payudara jinak
Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan
resiko untuk mengalami ca mamae. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika
Serikat dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis,
fibroadenoma, dan fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk
mengalami ca mamae 4,0 kali lebih besar untuk terkena ca mamae (RR=4,0).
Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable) :
1. Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami ca
mamae. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain
cohort, wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6
kali lebih besar dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun
untuk terkena ca mamae (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah
melahirkan mempunyai faktor resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita
multipara atau sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena ca mamae
(RR=4,0)
2. Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan ca mamae pada wanita
pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko
terjadinya ca mamae.
3. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya ca mamae. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami ca mamae. Kandungan estrogen
dan progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih
pada kelenjer payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu
yang lama mempunyai resiko untuk mengalami ca mamae sebelum menopause.
4. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami ca mamae daripada
waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi
Semarang dengan desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko
bagi wanita yang merokok untuk terkena ca mamae 2,36 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok (OR=2,36).
5. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian ca mamae. Pemajanan terhadap
radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan
resiko ca mamae.
D. Patofisiologi
Ca mamae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-
sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma
membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa
yang cukup besar untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu
kira-kira seperempat dari karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma
mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah (Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
ciri:proliferasi yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya.Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal
dengan meninfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar
keorgan-organ yang jauh.Didalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara
biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas
diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses
rumut yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan
progresi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang
memancing selmenjadi maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh
suatu gen yang disebut dengan karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi atau penyinaran dan sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki
kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus merupakan mutagen yang dapat
menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan
dipotong dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh
enzim-enzim pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein
regulator yang akan mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik
tersebut dari proses pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau
sel tersebut deprogram untuk melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat
pewarisan kesalahan sel-sel keturunan jika sel tersebut kembali lobs, maka sel
tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan di semua keturunan dan masuk
ketahap irreversible (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan
fisik menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu
keganasan. Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen
dan tidak menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000).
Suatu sel yang telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum
melewati tahap inisiasi tidak akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu,
diperlukan beberapa faktor untuk terj adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang
akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif
ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Ca mamae
menginvasi secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening
regional, aliran darah, atau keduanya. Ca mamae yang bermetastasis dapat mengenai
seluruh organ tubuh, terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M
2010).
Metastasis ca mamae biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade
setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia
Dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh
mana tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat
jauh.Stadium hanya di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor
jinak.Untuk menentukan suatu stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan
ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya,yaitu
histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan,Scintigrafi
(Sukarja,2000)

E. Manifestasi Klinis
Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada
stadium dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium
lanjut. Hal tersebut akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk
di sembuhkan. Bila kanker payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih
mudah dilakukan pengobatan (Ramli M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:
 Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama
benjolan makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
 Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena
terbentuk penebalan pada kulit payudara.
 Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi
pembengkakan.
 Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di
bawah ketiak.
 Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang
tadinya berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
 Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
tidak sedang hamil.
 Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
 Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau d’orange) akibat dari
neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

F. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang.Namun secara umum terbagi 2 yaitu non
invasive dan invasive :
a. Non Invasive
1. Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X yang
diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah kemampuan
mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm) sekalipun masih dalam
stadium dini.Waktu yang tepat untuk melakukan mammografi pada wanita
usia produktif adalah hari ke 1-14 dari siklus haid. Pada perempuan usia
nonproduktif dianjurkan untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini
berbeda-beda berkisar antara 83%-95%.
2. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat berguna
dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan akurat dalam
membedakan antara kista dengan massa padat. Namun untuk masa yang lebih
kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi dan massa pada jaringan lemak
payudara sulit dievaluasi. Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak
ada nyeri.
3. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans

Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi kelainan

payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini mengambil peran dalam

mengevaluasi axila, mediastinum dan area supralivikula untuk adenopati dan

membantu dalam melakukan stging pada proses keganasan.

b. Invasiv

1. Sitologi Aspirasi

Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau yang

lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang dicuriga, lalu

dismear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai untuk evaluasi sitologi.

Jika specimen diambil secara tepat, prosedur ini sangat akurat. Namun

pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa gambaran histopatologi jaringan

sebab pemeriksaan ini tidak mampu mengambil struktur jaringan sekitar.

Teknik stereotaktik untuk sampling lesi nonpalble sudah menjadi hal umum

diamerika serikat. Kelemahan teknik ini adalah ketidak mampuan untuk

menentukan secara akurat resptor estrogen dan progesterone pada specimen

yang sangat kecil. Untuk menegtahui resptor menggunakan teknik ini sudah

dikembangkan namun masih belum merata keberadaanya dilaboratorium

patologi anatomi.

2. Core Needle Biopsy (CNB)

Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering dilakukan.

Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires jarum. CNB lebih

akurat dan bisa digunakan untuk menentukan reseptor estrogen dan

progesterone serta bisa dilakukan untuk memeriksa gambaran histopatologi.


3. Biopsy

Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound. Biopsi

TerbukaTerdapat berbagai macam teknik biopsy terbuka yaitu:

a. Biopsy Eksisi

Istilah biopsy Eksisi merujuk pada istilah yang berarti dengan

mengangkat seluruh massa yang terlihat dan biasanya dengan sedikit

batas jaringan yang sehat. Hal tersebut perlu direncanakan secara hati-

hati dan curiga lesinya bersifat gana. Kebanyakan boipsi bisa

dilakukan dengan lokal anestesi. Namun dengan kenyamanan pasien

biasa dilakukan dengan sedasi intravena. Poting beku biasa dilakukan

dan bisa disimpan untuk tes resptor estrogen dan progesterone.

b. Biopsi Insisi

Untuk lesi yang besar dan sulit untuk dilakukan biopsy eksisi biasanya

dilakukan biopsy insisi dengan hanya mengambil sedikit jaringan. Hal

ini bisa dilakukan dalam anestesi lokal dan cukup nyaman pada pasien

poli.

c. Needle-Guided Biopsy (GNB)

Skrinning mammografi bisa digunakan untuk melihat lesi

mencurigakan sebelum muncul secara klinis. Dan hal tersebut bisa

dijadikan petokan dalam melakukan biopsy jarum dengan bantuan

mammografi. Teknik ini dilakukan atas dasar prinsip menghilangkan

lesi secara presisi tanpa mengorbankan jaringan sehat sekitar. Pasien

dilakukan mamografi yang disesuaikan dengan film aslinya dan


dilakukan introduks berdasarkan gambaran film tersebut. Jadi bisa

disimpulkan NGB merupakan biopsy dengan bantuan mamograf.

d. Ultrasound-Guided Biopsy (UGB)

Untuk lesi yang tidak teraba anamun terlihat gambarannya melalui

ultrasound. Bisa dilakukan dengan pasien pada posisi supine, dan

payudara discan menggunakan tranducer. Lalu kulitnya ditandai

dengan pensil; lalu dilakukan biopsy secara standard. Aspirasi kista

juga bisa dilakukan dengan bantuan ultrasound.

e. Nipple Discharge Smear (NDS)

Setelah menekan daerah puting maka akan keluar cairan .cairan yang

bisa keluar bisa diusap pada gelas kaca difikasi dan dapat dilihat untuk

dievaluasi secara sitologi. Dilaporkan, sitologi dari NDS memiliki hasil

negative palsu sebesar 18% dan positif sebesar 2,5% jadi dibutuhkan

ketelitian dan kehatihatian dalam menginterprestasi hasil tersebut.

f. Nipple Biopsy

Perubahan epithelium dari puting sering terkait dengan gatal atau

nipple discharge biasa diperbolehkan untuk dilakukan biopsy puting.

Sebuah potongan nipple /areola complex bisa dieksisi dalam lokal

anatesi dengan tepi minimal.

G. Pencegahan

Pencegahan kanker payudara adalah pencegahan yang bertujuan

menurunkan insidens kanker payudara dan secara tidak langsung akan menurun

angka kematian akibat kanker payudara.


a.      Pencegahan Primodial

Pencegahan primodial yaitu upaya pencegahan yang ditujukan kepada orang

sehat yang memiliki faktor resiko. Upaya yang dimaksudkan dengan menciptakan

kondisi pada masyarakat yang memungkinkan kanker payudara tidak mendapat

dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Pencegahan

primodial dilakukan melalui promosi kesehatan yang ditunjukan pada orang sehat

melalui upaya pola hidup sehat.

b.      Pencegahan Primer

Pencegahan primer pada kanker payudara dilakukan pada orang sehat yang sudah

memiliki faktor resiko untuk terkena kanker payudara. Pencegahan primer dilakukan

melalui upaya menghindari diri dari keterpaparan berbagai faktor resiko dan

melaksanakan pola hidup sehat. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah

menurunkan insiden kanker payudara yang dapat dilakukan dengan:

1. Mengurangi makanan yang mengandung lemak tinggi.

2.   Memperbanyak aktivitas fisik dengan berolahraga.

3.   Menghindari terlalu banyak terkena sinar X atau jenis radiasi lainnya.

4. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak serat.Serat akan menyerap zat-zat

yang bersifat karsinigen dan lemak, yang kemudian membawanya keluar melalui

feces.

5. Mengkonsumsi produk kedelai serta produk olahan seperti tahu atau tempe. Kedelai

mengandung flonoid yang berguna untuk mencegah kanker dan genestein yang

berfungsi sebagai ektrogen nabati (fitoestrogen). Ektrogen nabati ini akan menempel

pada reseptor estrogen sel-sel epitel saluran kelenjer susu, sehingga akan menghalangi

estrogen asli untuk menempel pada saluran susu yang akan merangsang tumbuhnya

sel kanker.
6. Memperbanyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran, terutama yang

mengandung vitamin C, zat antioksidan dan fitokimia, seperti jeruk, wortel, tomat,

labu, pepaya, mangga, brokoli, lobak, kangkung, kacang-kacangan dan biji-bijian.

Hampir setiap kanker payudara ditemukan pertama kali oleh penderita sendiri dari pada

oleh dokter. Karena itu, wankita hares mewaspadai setiap [perubahan yang terjadi pada

payudara. Untuk mampu menjelaskan perubahan-perubahantersebut dilakukan pemeriksaan

sederhana yang disebut pemeriksaan payudar sendiri (SADARI).

SADARI sebaiknya dilakukan setiap bulan secara teratur. Cara ini sangat efektif di

Indonesia karena tidak semua rumah sakit menyediakan fasilitas pemeriksaan memadai.

Kebiasaan ini memudahkan kita untuk menemukan perubahan pada payudara dan bulan ke

bulan. Pemeriksaan optimum dilakukan pada sekitar 7-14 hari setelah awal siklus menstruasi

karena pada masa itu retensi cairan minimal dan payudara dalam keadaan lembut dan tidak

membengkak sehingga jika ada pembengkakan akan lebih mudah ditemukan. Jikan suadah

menopause maka pilihlah satu hari tertentu, misalnya hari pertama untuk mengingatkan

melakukan SADARI setiap bulan. 17,23 SADARI dapat dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Langkah 1 : Berdiri didepan cermin, pandanglah kedua payudara. Letakkan kedua

tangan dipinggang dan dorong siku ke depan agar otot-otot dada menegang.

Perhatikan kemungkinan adanya perubahan yang tidak biasa seperti cairan dari

puting, pengerutan, penarikan atau pengelupasan kulit

2. Langkah 2 : Lebih diarahkan perhatian kecermin, tangkaplah kedua tangan di

belakang kepal dan tekan ke depan (gambar 2).

3. Langkah 3 : Angkat lengan kanan. Pergunakan 3-4 jari tangan kiri

untuk memeriksa payudara kanan secara lembut, hati- hati dan secara menyeluruh.

Dimulai dari bagian tepi sisi luar, tekankan ujung jari tangan membentuk
lingkaran itu secara lambat seputar payudara. Secara bertahap lakukan kearah

puting. Pastikan mencakup seluruh payudara. Berikan perhatian khusus di daerah

antara payudara dengan ketiak, termasuk bagian ketiak kiri. akan untuk setiap

ganjalan yang tidak biasa atau di bawah kulit (gambar 3 dan 4).

4. Langkah 4 : Dengan lembut, pijit puting susu dan lihat jika ada cairan yang keluar.

Tidak normal apabila keluar darah atau adanya cairan yang spontan (gambar 5).

5. Langkah 5 : Ulangi langkah (3) dan (4) dengan posisi berbaring. Berbaringlah di

tempat dengan permukaan rata. Berbaringlah dengan lengan kanan dibelakang

kepala dan bantal kecil atau lipatan handuk diletakan di bawah pundak. Posisi

menyebabkan payudara menjadi rata dan membuat pemeriksaan lebih mudah.

Lakukan gerakan melingkar yang sama seperti pada tahap (3) dan (4). Lakukan

pula untuk payudara kiri (gambar 6)

c. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-

akibat yang lebih serius dari penyakit kanker payudara melalui diagnosa dan deteksi dini dan

pemberian pengobatan.

H. Penatalaksanaan

A. Penatalaksanaan Medis

Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang penerapannya

tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker payudara

biasanya meliputi pembedahan/ operasi, radioterapi/ penyinaran, kemoterapi,

dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak dalam bentuk

tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi yaitu :

1. Pembedahan/operasi

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh payudara

yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama dilakukan


pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat bersifat kuratif

(menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-gejala penyakit).

Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara dapat dilakukan

dengan 3 cars yaitu:

 Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan

sebagian dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan

pemberian pemberian terapi. Biasanya lumpektomi

direkomendasikan pada penderita yang besar tumornya kurang dari

2 cm dan letaknya di pinggir payudara.

 Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh

payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.

 Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan

seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang

selangka dan tulang iga, serta benjolan disekitar ketiak.

2. Radioterapi

Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena kanker

dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh

sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah payudara.tindakan ini

mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan

berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan

leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi. Pengobatan ini

biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau masektomi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam

bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh

sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker
yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dampak dari

kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut

rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

4. Terapi hormonal

Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone estrogen,

oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone dapat

menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut juga

dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat atau

menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam

menstimulus perkembangan kanker pada payudara.

I. Komplikasi

1. Limpedema

limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe

bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus axilaris dan sistem limfe

di angkat maka sistem kolater dan axilaris harus mengambil ahli fungsi mereka.

Limfedema dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi

yang prokximal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan

jumlah saluran limfatik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Brunner &

Suddharta,2011).

2. Sidroma hiperkalsemik

Sidroma hiperkalsemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang

meningkatkan kadar kalsium darah/ hormon yang secara langsung mempengaruhi

tulang.
WOC

Faktor Reproduksi : Penggunaan hormon Makanan dan berat badan :


Penyakit Fibrokistik : Radiasi : Riwayat
menarche pada umur muda, esterogen : penggunaan berat badan >>, hormon
papiloma, hiperplasia merangsang keluarga dan
menopause pada umur lebih obat antikoseptiva oral
atipik estrogen >>, gangguan pertumbuhan sel faktor genetik
tua, kehamilan pertama jangka panjang poliferasi sel (Hiperplasia) abnormal/ tumor
pada umur tua

Gangguan
Terpapar lebih
poliferasi sel
lama dengan
hormon estrogen

Hiperplasia pada sel mamae

Suplai nutrisi ke Mendesak Pembedahan MRM Mendesak sel Mendesak


jaringan ca jaringan sekitar (modified radical saraf Pembuluh darah
mastectomy

Suplai nutrisi ke Konsistensi Penekanan pada Aliran darah ke


jaringan lain mamae Ukuran mamae MK : sel saraf jaringan
mengecil ANSIETAS terhambat
BB menurun Odem pada MK: Gangguan MK: Nyeri Hipoksia
mamae Body Image jaringan

MK: Nutrisi Kurang


Dari Kebutuhan Massa tumor Nekrotik
Tubuh mendesak jaringan
jaringan luar

Bakteri patogen
Perfusi jaringan

ulkus MK: Resiko


Infeksi

MK:
Kerusakan
Integritas kulit
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Ny.D keluaga Bapak X,berumur 35 tahun mempunyai 2 anak laki-laki. Anak A (27 thn) dan
anak B(25 thn) pekerjaan anak A sebagai SPG dan An.B sebagai Penjual nasi. Suatu ketika
Ny.D tidak dapat menahan rasa nyeri sehingga Ny.D datang ke rumah sakit WM, ibu datang
dengan keluhan nyeri pada payudara sebelah kiri. Nyeri menjalar sampai ke punggung
belakang,keadaan umum pasien tampak lemah, wajah pasien tampak merintih kesakitan dan
sulit melakukan aktifitas. Awalnya Ny. D mengatakan timbul benjolan kecil di payudara
sebelah kiri tapi oleh Ny.D tidak pernah mengontrol kesehatannya dan mengira benjolan
biasa akhirnya lama kelamaan benjolan semakin besar dan nyeri

A. Pengkajian :
a) Identitas pasien
Nama : Ny. L
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku : bugis
b) Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti
penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal.
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker
payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali
lipat untuk mengalami penyakit ini
Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian
hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen
suplemen.
c) Riwayat Kesehatan Sekarang :
Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba
dengan tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak
beraturan, Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai
membesar, Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting
susu pada wanita yang tidak hamil, Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
akibat neoplasma menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan
piting kulit, biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan
, mual, muntah, ansietas.Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan
kulit, ruam kulit, dan ulserasi.
d) Riwayat kesehatan keluarga :
Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak
perempuan serta saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika
ibunya terkena kanker pada usia kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6
kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium.
Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau
ovarium dibawah 40 tahun.
Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau
ovarium.Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
e) Pemeriksaan Fisik
 umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi
badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi, Kepala, Rambut.Biasanya kulit
kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh
kemoterapi, kulit kepala tidak tampak bersih.Wajah biasanya tidak
terdapat edema atau hematon.
 Mata :Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema.
 Hidung : Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya
pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak nafas terutama
pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke paru-paru.
 Bibir : Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
 Gigi :Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya
pembuluh darah dan caries positif
 Lidah : Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
 Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
 Dada atau Thorak.
f) Dada atau Thorak
a) Inspeksi
Pada stadium 1 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan pada payudara,dengan ukuran 1-2
cm.
Pada stadium 2 : biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan
yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A : biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah meluas dalam
payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B : bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah melebar ke seluruh
bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan
otot dada.Pada stadium 4 Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh keorgan lain seperti
paru-paru.
g) Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien
tidak elastis
B. Analisis Data

Data KEMUNGKINAN DIAGNOSA


PENYEBAB KEPERAWATAN
KELUARGA
Data subyektif : Ketidakmampuan Nyeri pada Ibu Y di
 Keluarga mengatakan keluarga dalam keluarga bapak X.
belum mengerti tentang merawat anggota
perawatan penyakit Ca keluarga dengan Ca
mamae mamae
 keluarga mengatakan
belum mampu menjelaskan
cara-cara untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien .
 Ibu Y tidak
memeriksakan ke dokter saat
merasakan nyeri.
 Ibu Y tidak minum obat
anti nyeri
 Ibu y mengatakan nyeri
hebat terjadi pada saat
melakukan aktivitas.

Data Obyektif :
 Wajah Ibu Y tampak
meringis kesakitan
 TD : 130/90 mmHg
 Nadi : >100x/mnt
 RR : > 20x/mnt
 Skala nyeri : 6

Data subjektif : keluarga klien Ketidakmampuan Kerusakan integritas kulit


mengatakan luka pada payudara keluarga dalam pada keluarga bapak x
klien semakin membesar dan merawat anggota Ny. Y
terasa gatal. keluarga dengan Ca
mamae
Data objektif :
 Luka pasien berbau
 Luka tampak kemerahan
 Terdapat push pada luka
 Luka teraba hangat
 Luka melebar dan
membengkak.
Rumusan Diagnosa Keperawatan :

Nyeri pada Ibu Y keluarga bapak X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan Ca Mama

Kerusakan integritas kulit pada ibu Y keluarga bapak X berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Skoring prioritas masalah

Nyeri pada Ibu Y keluarga bapak X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga dengan Ca Mamae.
Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
a. Sifat masalah : 3 1 3/3x1=1 Ibu Y mengalamiCa Mamae
aktual ditandaidenganwajah ibu Y
tampak meringis kesakitan, skala
nyeri pada ibu Y. : 6
Bp. IbdanIbu Y
memilikikeinginanuntuksembuh
danadaperawat yang
memberikaninformasitentangper
awatanuntukCa mamae
Masalah lebih lanjut belum
terjadi, adanya keinginan
keluarga untuk sembuh serta
adanya dukungan dari keluarga

b. Kemungkinan 1 2 1/2x2= 1 Keluarga merasakan adanya


masalah dapat masalah, tapi tidak ditangani.
diubah : sebagian keluarga saat ini tidak minum
obat dan tidak memeriksakan
kondisinya ke dokter

c. Potensial masalah
untuk dicegah : tinggi 3 1 3/3x1=1
Masalah lebih lanjut belum
terjadi, adanya keinginan
keluarga untuk sembuh serta
adanya dukungan dari keluarga

d. Menonjolnya
masalah: Tidak perlu Keluarga merasakan adanya
segera ditangani 1 1 1/2x1=1/2 masalah, tapi tidak ditangani.
keluarga saat ini tidak minum
obat anti diabetik, tidak diet dan
tidak olah raga

Total skor 31/2

Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


e. Sifat masalah : 3 1 3/3x1=1 Ibu Y mengalami Ca Mamae
aktual
ditandai dengan keluarga klien
mengatakan luka pada payudara
klien semakin membesar dan
terasa gatal.

f. Kemungkinan 1 3 1/2x3= 3/2


masalah dapat Luka pasien berbau, Luka
diubah : tidak dapat
tampak kemerahan, Terdapat
push pada luka,Luka teraba
hangat, Luka melebar dan
membengkak.
g. Potensial masalah
3 1 3/3x1=1 Bapak x dan ibu Y memiliki
untuk dicegah :
rendah keinginan untuk sembuh dan ada
perawat yang memberikan
informasi tentang perawatan untuk
Ca mamae, namun keadaan luka
semakin memburuk.

Masalah lebih lanjut belum


1 3 1/2x1=1/2
h. Menonjolnya terjadi, adanya keinginan
masalah: segera keluarga untuk sembuh serta
ditangani
adanya dukungan dari keluarga

TOTAL SKOR ½
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

D Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi

X Umum Khusus Kriteria Standar

1 Setelah dilakukan Tujuan Khusus :


tindakan keluarga
mampu merawat Setelah melakukan
anggota keluarga kunjungan 5 x 60 menit
yang mengalami keluarga dapat
nyeri mencapai:

Tuk 1 :

Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga dengan Ca
mamae

a. Menjelaskan
penyebab a. Keluarga dapat Diskusikan dengan keluarga :
terjadinya menyebutkan
perubahan nyeri penyebabnyeri yaitu  Penyebab terjadinya nyeri
b. Keluarga mampu Verbal  Penggunaan obat secara teratur
adanya tanda dan gejala
menggunakan obat  Cara-cara mengurangi nyeri
CA mamae
untuk mengatasi  Mengontrol kondisi ke dokter
b. Keluarga dapat
nyeri
mengunakan obat secara
teratur yaitu 2x sehari
c. Keluarga mampu untuk mengurangi nyeri
menjelaskan cara-
cara mengurangi
c. Keluarga dapat
nyeri.
menyebutkan cara-cara
Verbal mengurangi nyeri yaitu
eknik distraksi seperti :
membaca buku, dan
teknik relaksas seperti :
d. Keluarga mampu nafas dalam.
mengontrol
kondisinya ke
dokter d. Keluarga dapat
mengontrol kondisinya
ke dokter
BAB IV
PENUTUP

A. kesimpulan

Ny.D keluaga Bapak X,berumur 35 tahun mempunyai 2 anak laki-laki. Anak A (27
thn) dan anak B(25 thn) pekerjaan anak A sebagai SPG dan An.B sebagai Penjual
nasi. Suatu ketika Ny.D tidak dapat menahan rasa nyeri sehingga Ny.D datang ke
rumah sakit WM, ibu datang dengan keluhan nyeri pada payudara sebelah kiri. Nyeri
menjalar sampai ke punggung belakang,keadaan umum pasien tampak lemah, wajah
pasien tampak merintih kesakitan dan sulit melakukan aktifitas. Awalnya Ny. D
mengatakan timbul benjolan kecil di payudara sebelah kiri tapi oleh Ny.D tidak
pernah mengontrol kesehatannya dan mengira benjolan biasa akhirnya lama kelamaan
benjolan semakin besar dan nyeri. Setelah di lakukan pemeriksaan Ny. D terdiagnosa
Ca Mammae Stadium 4, TTV klien RR :20x /menit, N:100x/menit,TD:130/90 mmHg,
Skala nyeri : 6, payudara klien semakin membesar dan terasa gatal. Luka pasien
berbau,luka tampak kemerahan,Terdapat push pada luka, luka teraba hangat, luka
melebar dan membengkak.

B. Saran
Adapun saran yang di berikan untuk kasus yang akan datang sebagai berikut :
1. Dalam melakukan pengkajian keperawatan di harapkan di lakukan secara
menyaluruh dan teliti untuk mendapatkan data yang sesuai
2. Dalam menentukan diagnose keperawatan, baik actual maupun resiko harus
berdasarkan masalah yang di peroleh saat pengkajian
DAFTAR PUSTAKA
American cancer society, (2013). Breast cancer fact dan figures 2013-2014.
Rini. I, Henry. S, dan djoko. H. (2015). Factor-faktor risikoy yang berpengaruh
terhadap kejadian kanker payudara pada wanita. Program pasca sarjana universitas
di ponegoro semarang. Jornal keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai