Anda di halaman 1dari 1

∙ Scheme

∙ Key Issue / Background


Permasalahan lingkungan di Indonesia yang semakin lama semakin kompleks perlu dikurangi salah
satunya memiliki sistem sanitasi yang baik dimana membutuhkan suatu inovasi teknologi tepat guna seperti yang
dapat diterapkan adalah toilet ekologis. Toilet ekologis dapat mengubah tinja dan air seni menjadi pupuk dan
bahan pengubah struktur tanah yang mana dapat memperbaiki kesehatan masyarakat serta lingkungan dengan cara
mencegah penyebaran kuman dan mengubah limbah yang berbahaya menjadi sumber daya yang berharga. Toilet
ekologis juga dapat melindungi dan melestarikan air karena tidak diperlukan air dalam pemakaiannya, kecuali
untuk membilas atau mencuci tangan. Toilet jenis ini lebih aman bagi air tanah karena ditempatkan di atas tanah
atau menggunakan lubang yang dangkal. Tanah yang kaya unsur hara membutuhkan materi – materi organik
(material yang tersisa ketika tanaman dan mahluk hidup lain mati dan terurai), proses alamiah penguraian materi
organic menjadi tanah ini dikenal sebagai penguraian atau pengomposan.
Jenis toilet ekologis lainnya ialah toilet kering (urine-diverting
∙ Key Findings atau dry toilet) yang mana sistemnya juga menyerupai dengan
toilet kompos (composting toilet) namun perbedannya air seni
Sanitasi berwawasan lingkungan adalah sanitasi yang ditampung terpisah dengan tinja dimana, air seni ditampung dan
berfokus kepada keberlanjutan, efisien, dan efektif dimana diolah dan digunakan sebagai pupuk. Sedangkan tinja masuk ke
didasarkan pada ide bahwa urin dan tinja merupakan dalam tendon yang tidak akan bocor ke dalam air tanah dimana
sumber daya dalam rantai makanan. Salah satu jenis toilet pemakainya menambahkan campuran tanah dengan bahan-
ekologis adalah toilet kompos (composting toilet) dimana bahan kering dan abu pada tinja setelah toilet digunakan
cara kerjanya ialah tinja dan air seni masuk ke dalam sebuah sehingga dapat mengurangi bau dan membantu kotoran cepat
tendon, misalnya sumur dangkal atau wadah besar dari mengering. Campuran kering akan membunuh sebagian besar
beton yang tidak akan bocor ke air tanah. Pemakainya kuman serta tinja ditampung selama 1 tahun hingga teksturnya
menambahkan campuran bahan-bahan kering seperti jerami, menyerupai tanah kering yang dapat diolah menjadi biogas
serbuk gergaji, tanah, dan abu setelah menggunakannya dengan sistem pengolahan anaerobik.
sehingga dapat mengurangi bau dan membantu kotoran
terurai menjadi kompos. Dengan berjalannya waktu,
sebagian besar kuman akan mati, termasuk telur cacing
perut (yang paling sulit dimatikan). Setelah campuran
tersebut memiliki cukup waktu untuk mematikan kuman
dalam tinja (biasanya 1 tahun), bahan-bahan yang telah
kering diambil untuk digunakan sebagai pupuk.

Adapun keutungan toilet ekologis ialah dalam ∙ References


pencapaian target Milenniums Development Goals nomor 7
∙ yaitu mengenai jaminan keberlanjutan lingkungan. Jaminan Del Porto, D. A. and C. J. Steinfeld. 1998. The Composting Toilet Book. Chelsea Green Publishing, Inc. Whiteriver Junction,
tersebut terkait dengan penurunan penggunaan air, mengurangi Vermont.
polusi air tanah, dapat bermanfaat bagi sistem pertanian dimana
bahan kompos organic dapat digunakan untuk menyuburkan Felton, D. (editor). 1981. “State-Of-The Art Assessment of Compost Toilets and Greywater Treatment Systems.”
tanah. Sedangkan kekurangannya membutuhkan biaya yang TheWinthrop Rockefeller Foundation. Little Rock, Arkansas.
mahal dalam operasional dan pemeliharannya sehingga, di
Indonesia sulit untuk mendapatkan penerimaan dari masyarakat Guttormsen, D. 1979. “Evaluation of Compost Toilets—A Field and Laboratory Update.” Individual Onsite Wastewater
untuk menerapkan toilet ekologis tersebut. Systems: Proceedings of the Sixth National Conference. Ann Arbor Science Publishers, Inc. Ann Arbor Michigan.

Hoxie, D. C. and W. W. Hinckley. 1977. “Factors Affecting Acceptance of Waterless Toilets—The Maine Experience.”
∙ Summary Individual Onsite Wastewater Systems: Proceedings of the Fourth National Conference. National Sanitation Founda- tion
(NSF).
Sebuah toilet ekologis merupakan jenis toilet kering yang menggunakan sistem pengolahan aerobik untuk
mengolah kotoran manusia menjadi kompos. Melalui pengumpulan terpisah feses dan urine yang umumunya Rockefeller, A. 1980. “Separated Treatment: Composting Toilets and Greywater.” Conference Proceedings. pp.104–118.
menggunakan sedikit air sehingga dapat menghemat penggunaan air untuk menyiram toilet. Kotoran manusia Environmental Policy Institute and Clean Water Fund. Cambridge, Massachusetts.
biasanya dicampur dengan serbuk gergaji, sabut kelapa atau gambut untuk memudahkan sistem pengolahan secara
aerobik dan mencegah bau. Jenis toilet ini dapat digunakan untuk pemulihan sumber daya dengan menggunakan
kembali kotoran untuk irigasi pertanian, menyuburkan tanah

Anda mungkin juga menyukai