Pusat Penelitian Limnologi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kabupaten Bogor; e-mail:
ade@limnologi.lipi.go.id
ABSTRAK
Lahan Basah Terapung atau Floating Treatment Wetlands (FTWs) merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah secara
alamiah untuk mengurangi kadar polutan pada suatu badan air dengan memanfaatkan akar tanaman sebagai penyerap
polutan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi penyisihan konsentrasi nutrien nitrogen, antara lain
ammonia, nitrat, dan total nitrogen (TN), di dalam limbah cair artifisial NPK menggunakan sistem FTWs dengan pemanfaatan
tanaman melati air (Echinodorus berteroi (Spreng.) Fassett) dan pisang–pisangan (Helliconia psittaforum) sebagai penyerap
nutrien tersebut. Kolam percobaan sejumlah 4 (empat) diisi pupuk NPK sebagai limbah artifisial dengan konsentrasi N sebesar
2 mg/L. Kolam 1 merupakan kolam kontrol, kolam 2 berisi FTWs tanpa tanaman, kolam 3 berisi FTWs dengan tanaman melati
air, dan kolam 4 berisi FTWs dengan tanaman pisang-pisangan. Sampling air dilakukan pada hari ke 3, 10, 24, 35, dan 112.
Parameter yang diukur adalah pH, suhu air, kekeruhan, konduktivitas, oksigen terlarut, ammonia, nitrat, dan TN. Tanaman
melati air dapat menyisihkan ammonia sebesar 91,19%, nitrat sebesar 100% dan TN sebesar 77,04%. Sedangkan, tanaman
pisang-pisangan dapat menyisihkan ammonia sebesar 90,30%, nitrat sebesar 100% dan TN sebesar 67,12%. Kedua jenis
tanaman menunjukkan pertumbuhan yang baik, yang ditandai dengan tumbuhnya daun, batang, bunga, dan akar tanaman. Hal
ini menunjukkan bahwa kedua jenis tanaman tersebut memiliki kemampuan menyerap nutrien nitrogen secara efektif melalui
sistem pengolahan FTWs.
Kata kunci: Nutrien N, Limbah cair artifisial NPK, Floating Treatment Wetlands
ABSTRACT
Floating Treatment Wetlands (FTWs) is an alternative natural waste treatment which is able to reduce contaminants
contained in a water body by utilizing plant roots as an absorber of any pollutants. This study aims to determine the efficiency
of removal of nitrogen nutrients, including ammonia, nitrate, and total nitrogen (TN), in NPK artificial wastewater using the
FTW system. This FTW system utilized Echinodorus teroi (Spreng.) Fassett and Helliconia psittaforum as absorbers of nitrogen
nutrient. Four experimental ponds were filled with NPK fertilizer as an artificial waste with nitrogen concentration of 2 mg/L.
Pool 1 was a control pool, pool 2 contained FTW without plants, pool 3 contained FTW with Echinodorus teroi (Spreng.)
Fassett, and pool 4 contains FTW with Helliconia psittaforum. Water sampling was carried out on days 3, 10, 24, 35, and 112.
The parameters measured were pH, air temperature, turbidity, conductivity, dissolved oxygen, ammonia, nitrate, and TN.
Echinodorus teroi (Spreng.) Fassett can remove ammonia by 91.19%, nitrate by 100% and TN by 77.04%. Meanwhile,
Helliconia psittaforum can remove ammonia by 90.30%, nitrate by 100% and TN by 67.12%. Both types of plants showed good
growth, which was indicated by the leaves growth, as well as the stems, flowers and roots. This showed that both types of
plants have the ability to absorb nutrients effectively through the FTWs processing system.
Citation: Sugiarti, Setiadewi, N., Oktaviyani, D., dan Rohaningsih, D. (2020). Penyisihan Nutrien Nitrogen Pada Limbah Cair Artifisial NPK
Menggunakan Sistem Floating Treatment Wetlands (FTWs). Jurnal Ilmu Lingkungan, 18(3), 595-601, doi:10.14710/jil.18.3.595-601
ground (tempat pengasuhan) dan refuge ground jenis Heliconia juga mampu menyisihkan kandungan
(tempat perlindungan) bagi ikan-ikan yang ada di nutrient pada air limbah melalui sistem pengolahan
perairan tersebut. Hal ini dikarenakan tanaman yang lahan basah. Laju penyisihan nutrient TN
tumbuh pada FTWs memiliki perakaran yang rimbun menggunakan Heliconia diperoleh sebesar 0.0093
dan menjadi tempat berkumpulnya banyak organisme m/hari. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
akuatik. Sistem ini juga dapat menjadi salah satu tanaman air Heliconia mampu tumbuh dengan baik
alternatif untuk memecahkan masalah eutrofikasi dengan juga adanya produksi biomassa selama proses
yang terjadi pada perairan terutama di wilayah penyisihan berlangsung.
perkotaan karena tidak memerlukan lahan yang besar Sebagai kajian awal, penelitian ini bertujuan
danluas. FTW juga memiliki kelebihan dibandingkan untuk mengetahui efisiensi penyisihan kadar
constructed wetland karena dapat mengikuti fluktuasi nitrogenyang terdapat pada limbah pupuk NPK.Hasil
tinggi muka air dan dapat diaplikasikan pada lokasi- penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk
lokasi yang memiliki keterbatasan lahan, khususnya rekomendasi alternatif teknologi pengolahan dalam
di kota-kota besar (Keizer-vlek et al.,2014). Winston mengatasi masalah pencemaran di perairan.
et al.(2013) juga menyatakan sistem FTW berfungsi
sebagai sistem hidroponik, dimana tanaman dan 2. Bahan dan Metode
mikroba tumbuh pada media terapung dan menyerap Sistem FTW dilakukan pada skala laboratorium di
nutrien untuk tumbuh bersama-sama.Tanaman air Pusat Penelitian Limnologi – LIPI, Cibinong. Waktu
dapat menurunkan kadar pencemar secara langsung percobaan dari bulan Juli hingga pertengahan Oktober
yaitu dengan menyerap unsur-unsur pencemar tahun 2019. Penelitian ini menggunakan kolam beton
sebagai sumber nutrien atau secara tidak langsung sebanyak 4 (empat) buah, dengan dimensi panjang x
dengan menjadi media tumbuh bagi mikroorganisme lebar x kedalaman sebesar 1,8 x 1,2 x 1,0 meter.
yang akan mengurai bahan pencemar serta memasok Berdasarkan studi literatur oleh Pusparinda dan
oksigen untuk proses-proses penguraian yang Santoso (2016), bahwa kedalaman air menurut
bersifat anaerobik (Sunanisari dkk, 2008). kriteria desain perencanaan FTW adalah > 0.8 meter.
Penelitian ini merupakan kajian awal pengolahan Masing-masing kolam dimasukkan limbah buatan
limbah pupuk NPK (dengan dasar senyawa N pada berupa pupuk NPK dengan konsentrasi N sebesar 2
konsentrasi tertentu), menggunakan sistem FTW. mg/L sebanyak 2000 Liter. Tanaman yang digunakan
Media tanam yang digunakan yaitu tanah, media pada penelitian ini adalah tanaman melati air
apungnya berupa pipa paralon dan bouyant mat yang (Echinodorus berteroi (Spreng.) Fassett) dan pisang–
terdiri atas tali, lapisan karet, dan sekam.Tanaman air pisangan (Helliconia psittaforum). Kolam 1
yang digunakan adalah melati air dan pisang-pisangan merupakan kolam kontrol, kolom 2 berisi FTWs tanpa
merupakan jenis tumbuhan air yang termasuk ke tanaman air, kolam 3 berisi FTWs dengan tanaman
dalam tipe emergent. Secara morfologi tipe emergent melati air dan kolam 4 berisi FTWs dengan tanaman
lebih mudah bertahan hidup pada air yang berarus pisang-pisangan. Jumlah tanaman air yang ditanam
dibandingkan tipe lainnya, karena akarnya yang pada media FTW sebanyak 15 lubang. Pada tahap
menempel pada substrat akan menahannya untuk awal penelitian, panjang batang diseragamkan
tetap berada di posisi semula sedangkan batang dan menjadi sepanjang 20 cm dan telah tumbuh akar pada
daunnya mencuat di atas permukaan airtidak akan kedua jenis tanaman tersebut (Gambar 1).
terlalu dipengaruhi oleh arus. Perakaran tanaman air Sampling air dilakukan pada hari ke 3, 10, 24, 35
tanaman melati air (Echinodorus berteroi (Spreng.) dan 112 dengan pertimbangan pada hari – hari
Fassett) dan pisang-pisangan (Helliconia psittaforum) tersebut telah terjadi reaksi penyisihan nutrient N
yang rimbun dapat mengurangi kecepatan aliran air pada kolam pemantauan. Pengukuran parameter
sehingga padatan yang tersuspensi mempunyai kualitas air, antara lain pH, suhu air, kekeruhan,
kesempatan untuk mengendap. konduktivitas dan DO, dilakukan secara in situ
Penelitian sebelumnya oleh Handajani dkk menggunakan instrumen WQC (Water Quality
(2018), bahwa sistem FTW dengan menggunakan Checker) merk YSI Pro. Analisis nutrien N dilakukan di
tanaman melati air atau water jasmine (Echninodorus laboratorium dengan alat utama yaitu
palaefolius) mampu menyisihkan nutrient dari limbah Spektrofotometer UV-VIS. Parameter ammonia
yang dihasilkan dari aktivitas perikanan. Penyisihan dianalisis dengan metode phenat, nutrien nitrat
total nitrogen, nitrit, dan nitrat yang dihasilkan dianalisis dengan metode brucine yang dimodifikasi,
berturut-turut sebesar 27%, 45%, dan 21%, dalam dan TN dianalisis dengan metode destruksi yang
periode pengamatan 60 hari. Pada penelitian tersebut dilanjutkan dengan metode brucine yang dimodifikasi
juga disebutkan bahwa kemampuan tanaman melati (APHA, 2017).
air dalam menyerap polutan, lebih besar bila Efisiensi penyisihan (Efficiency Removal atau ER)
dibandingkan dengan tanaman lain (dalam penelitian nutrien ammonia, nitrat dan TN dalam % dihitung
digunakan Echinodorus amazonicus). Hal ini juga dengan rumus berikut ini:
ditandai dengan pertumbuhan tanaman tersebut −
% =
sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem FTW.
Sementara itu, penelitian lain oleh Konnerupet al.
(2009), dijelaskan bahwa penggunaan tanaman air
596
© 2020, Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan (2020), 18 (3): 595-601, ISSN 1829-8907
Dimana, Cin adalah konsentrasi nutrient awal dan proses pengolahan masih pada kisaran suhu normal
Cout adalah konsentrasi nutrient akhir, dalam satuan yakni sebesar 25,50–29,85oC. Suhu sangat berperan
mg/L. mengendalikan kondisi ekosistem perairan yang
berpengaruh bagi pertumbuhan organisme akuatik
3. Hasil dan Pembahasan (Effendi, 2002). Parameter suhu berpengaruh
3.1. Pengukuran Kualitas Air Pada Sistem FTWs terhadap aktivitas baik mikroorganisme maupun
Pengukuran kualitas air dilakukan untuk melihat tanaman. Hal ini akan berdampak bagi performa suatu
pengaruh sistem FTWs terhadap kualitas air. Hasil sistem pengolahan air limbah (Astuti et al., 2017).
pengukuran suhu, pH, ORP, Total Dissolved Solid Penelitian oleh Setiyanto (2016), disebutkan bahwa
(TDS), kekeruhan, dan konduktivitas dapat dilihat suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman melati
pada Gambar 2-3. air berada pada kisaran 25-35oC. Dengan demikian,
Hasil pengukuran suhu pada eksperimen FTW berdasarkan hasil pengamatan pada penelitian ini,
menunjukkan tren fluktuatif yang cenderung menandakan bahwa kondisi lingkungan dalam sistem
menurun (Gambar 2). Namun, rentang suhu selama FTW berlangsung dengan baik dan optimal.
Suhu pH
30,5 Kontrol 9,00
30,0 Tanpa Tanaman
29,5 8,00
Melati Air
29,0 7,00
Pisang-pisangan
28,5 6,00
28,0 5,00
oC
27,5 Kontrol
27,0 4,00 Tanpa Tanaman
26,5 3,00 Melati Air
26,0 2,00 Pisang-pisangan
25,5 1,00
25,0
0,00
0 5 10 15
0 5 10 15
Waktu (Hari Ke-) Waktu (Hari Ke-)
Nilai pH rata-rata yang dihasilkan pada penelitian 2015). Kaswinarni (2007) menjelaskan bahwa pada
ini berada pada nilai yang stabildan tidak ada pH yang berada diluar batas normal, seperti dibawah
perubahan yang dratis. Besaran pH pada perairan 4.0 atau diatas 9.5, dapat mengganggu kestabilan
merupakan indikator penting dalam penentuan pertumbuhan mikroorganisme. Nilai pH pada
kualitas air dan pencemaran badan air (Fisesa et al., penelitian cenderung netral pada kisaran 7-8.5.
2014). Pada sistem pengolahan menggunakan lahan Dengan demikian, berdasarkan hasil pengamatan
basah, nilai pH diharapkan berada pada kondisi atau pada penelitian ini, menandakan bahwa kondisi
mendekati netral, karena hal ini akan berpengaruh lingkungan dalam sistem FTW berlangsung dengan
terhadap proses fotosintesis tanaman dan aktivitas baik.
mikroorganisme dalam sistem pengolahan (Sari dkk,
597
© 2020, Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan (2020), 18 (3): 595-601, ISSN 1829-8907
Konduktivitas TDS
0,35 0,35
0,30 0,30
0,25 0,25
ms.cm-1
0,20 0,20
0,15 0,15
Kontrol
0,10 Tanpa Tanaman 0,10
0,05 Melati Air 0,05 Kontrol Tanpa Tanaman
Pisang-pisangan Melati Air Pisang-pisangan
0,00 0,00
0 5 10 15 0 5 10 15
Waktu (Hari Ke-) Waktu (Hari Ke-)
Nilai konduktivitas menunjukkan pola yang yang sama cenderung meningkat. Kondisi air
cukup stabil yakni pada rentang 0,143 – 0,132 mS/cm, kemungkinan menjadi anaerob dengan banyaknya
dapat dilihat pada Gambar 3. Pola yang stabil juga material tersuspensi yang menyebabkan naiknya nilai
terjadi pada hasil pengukuran parameter TDS yakni turbiditas. Berdasarkan Gambar 2, 3 dan 4, bahwa
pada kisaran 0,106 – 0,203 g/L. Nilai konduktivitas tren nilai pH, konduktivitas, ORP dan turbiditas serta
memiliki hubungan linier dengan TDS (Irwan, 2016). konsentrasi kurang lebih sama. Nilai pH,
Konduktivitas dipengaruhi oleh konsentrasi ion yang konduktivitas dan ORP serta konsentrasi TDS
terkandung di dalam larutan. Dalam hal ini, limbah cenderung stabil dari hari ke-1 sampai ke-15 untuk
NPK pada air sistem FTWs akan terionisasi dan setiap kolam. Pada hari ke-19 sampai hari ke-22,
mempengaruhi konduktivitasnya. Semakin tinggi nilai dengan naiknya nilai turbiditas yang ditandai dengan
TDS, maka semakin besar pula konduktivitas perairan perubahan warna air dari keempat kolam, maka nilai
tersebut (Nicola et al., 2015). pH, konduktivitas dan ORP serta konsentrasi TDS
Nilai ORP erat kaitannya dengan substansi cenderung menurun. Warna air pada keempat kolam
pengoksidasi, yaitu oksigen. Nilai ORP sedikit mulai hijau yang kemungkinan disebabkan material
dipengaruhi oleh suhu, namun sangat dipengaruhi tersuspensi di kolom air. Pada hari ke-23 dan
oleh kadar oksigen (Effendi, 2002). Pada pengamatan seterusnya nilai pH, konduktivitas dan ORP serta
hari ke 19 s/d 22, nilai ORP cenderung menurun konsentrasi TDS cenderung stabil kembali.
(Gambar 4). Sedangkan, nilai turbiditas pada hari
350 ORP Turbiditas
25,0
300 Kontrol
20,0 Tanpa Tanaman
250
Melati Air
200 15,0 Pisang-pisangan
NTU
150 10,0
100
5,0
50 Kontrol Tanpa Tanaman
Melati Air Pisang-pisangan
0 0,0
0 5 10 15 0 5 10 15
Waktu (Hari Ke-) Waktu (Hari Ke-)
3,0
dlihat pada Gambar 5, 6 dan 7. Nitrat penyisihannya 2,5
100% di semua kolam pada hari ke 112.Tanaman 2,0
melati air dapat menyisihkan konsentrasi ammonia 1,5
sebesar 91,19%, konsentrasi nitrat sebesar 100% dan 1,0
konsentrasi TN sebesar 77,04%, sedangkan tanaman 0,5
pisang-pisangan dapat menyisihkan konsentrasi 0,0
ammonia sebesar 90,30%, konsentrasi nitrat sebesar 0 50
Waktu (hari)
100 150
100% dan konsentrasi TN sebesar 67,12%. Kontrol FTW
FTW Melati FTW Heliconia
Gambar 5. Tren efisiensi konsentrasi ammonia pada
sistem FTWs untuk pengolahan limbah artifsial NPK
598
© 2020, Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan (2020), 18 (3): 595-601, ISSN 1829-8907
nutrient pada air limbah melalui sistem pengolahan tanaman air Heliconia mampu tumbuh dengan baik
lahan basah. Laju penyisihan nutrient TN dengan juga adanya produksi biomassa selama proses
menggunakan Heliconia diperoleh sebesar 0.0093 penyisihan berlangsung.
m/hari. Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
Gambar 8. Pertumbuhan tanaman melati air (kiri dan kanan atas) dan pisang – pisangan (kiri dan kanan bawah) dalam
sistem FTWs
600
© 2020, Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP
Jurnal Ilmu Lingkungan (2020), 18 (3): 595-601, ISSN 1829-8907
Sample, D.J. and L.J. Fox. 2013. Innovative Best Management Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal). 4(1): 436–
Fact Sheet No.1: Floating Treatment Wetlands. 441.
Publication BSE-76P. Tanggal Diunduh 26 September Sunanisari S,A. B.Santoso,E.Mulyana,S.Nomosatryo, dan
2019. http://www.ext.vt.edu. Y.Mardiyati. 2008. Penyebaran Populasi Tumbuhan
Sari, P., Sudarno, Wisnu, I. 2015. Pengaruh Jumlah Tanaman Air di Danau Singkarak. Limnotek. 15 (2): 112-119.
Cyperus Alternifolius Dan Waktu Tinggal Limbah Sunjono, D.D dan S.S. Moersidik. 2015. Kajian Karaktersitik
Dalam Penyisihan Kadar Ammoniak, Nitrit, Dan Nitrat Muara Ciliwung dengan Model Budget Nitrogen. J.
(Studi Kasus : Pabrik Minyak Kayu Putih). Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol.22 N0.1: 32 – 38.
Teknik Lingkungan, 4(2): 1–9. Winston, R.J., William F. Hunt, Shawn G. Kennedy, Laura S.
Setiyanto, R. A., Darundiati, Y. H., Joko, T. 2016. Efektivitas Merriman, Jacob Chandler, David Brown. 2013.
Sistem Constructed Wetlands Kombinasi Malati Air Evaluation of Floating Treatment Wetlands as
(Echinodorus Palaefolius) dan Karbon Aktif Dalam Retrofits to Existing Stormwater Retention Ponds.
Menurunkan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand) Ecological Engineering. 54 : 254–265
Limbah Cair Rumah Sakit Banyumanik Semarang.
601
© 2020, Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP