Anda di halaman 1dari 2

A.

Patofisiologi Thalasemia
Hemoglobin manusia terdiri dari persenyawaan hem dan globin. Hem terdiri dari zat
besi (atom Fe) sedangkan globin suatu protein yang terdiri dari rantai polipeptida.
Hemoglobin manusia normal pada orang dewasa terdiri dari 2 rantai alfa (α) dan 2
rantai beta (β) yaitu HbA (α2β2 = 97%), sebagian lagi HbA2 (α2δ2 = 2,5%) dan
sisanya HbF (α2γ2) kira-kira 0,5%. Sintesa globin ini telah dimulai pada awal
kehidupan masa embrio di dalam kandungan sampai dengan 8 minggu kehamilan dan
hingga akhir kehamilan. Organ yang bertanggung jawab pada periode ini adalah hati,
limpa, dan sumsum tulang, karena rantai globin merupakan suatu protein maka
sintesisnya dikendalikan oleh gen tertentu. Ada 2 kelompok gen yang bertanggung
jawab dalam proses pengaturannya, yaitu kluster gen globin-α yang terletak pada
lengan pendek autosom 16 (16 p 13.3) dan kluster gen globin-β yang terletak pada
lengan pendek autosom 11 (11 p 15.4). Kluster gen globin-α secara berurutan mulai
dari 5’ sampai 3’ yaitu gen 5’-ζ2-ψζ1-αψ2-αψ1-α2-α1-θ1-3’ (Evans et al., 1990).
Sebaliknya kluster gen globin-β terdiri dari gen 5’-ε-Gγ-Aγ-ψβ-δ-β-3’(Ganie, 2014).
Hemoglobin normal adalah terdiri dari Hb-A dengan dua polipeptida rantai alpha dan
dua rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta
dalam molekul hemoglobin, sehingga ada gangguan kemampuan eritrosit membawa
oksigen. Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpha, tetapi rantai beta
memproduksi secara terus-menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defektif.
Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi.
Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia
dan atau hemosiderosis (Behrman et al, 2010).
Kelebihan pada rantai alpha ditemukan pada beta thalasemia dan kelebihan rantai beta
dan gama ditemukan pada alpha thalasemia. Kelebihan rantai polipeptida ini
mengalami presippitasi dalam sel eritrosit. Globin intra eritrosik yang mengalami
presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari
hemoglobin tak stabil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan
hemolisis. Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC
yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC secara
terus-menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC,
menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan
destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan
produksi dan destruksi RBC menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah
pecah atau rapuh (Hoffband, 2015).
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Penyebab primer
adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis yang tidak efektif disertai
penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler. Penyebab sekunder adalah karena
defisiensi asam folat,bertambahnya volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan
hemodilusi, dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limfa dan
hati. Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen sehingga
produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. Tejadinya hemosiderosis
merupakan hasil kombinasi antara transfusi berulang,peningkatan absorpsi besi dalam
usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia kronis serta proses hemolisis
(Behram et al, 2010).
Hemoglobin yang defective mengakibatkan ketidakseimbangan polipetida, eritrosit
tidak stabil yang berakibat pada pecahnya sel darah merah (hemolisis), akibatnya
suplai okesigen keseluruh tubuh berkurang. Berkurangnya suplai oksigen ini
menyebabkan terganggunya lairan perfusi jaringan dan ketidakseimbangan oksigen
dengan kebutuhan yang menyebabkan pasien thalasemia mengalami intoleransi dalam
beraktivitas, kelemahan yang terjadai pada tubuh penderita menyebabkan penderita
mudah lelah dan berdampak pada malas makan/mengunyah sehingga sangat berisiko
terjadi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Hal demikian menyebabkan
banyak orang tua yang memiliki anak thalasemia khawatir akan kondisi anaknya,
kekhawatiran tersebut akibat kurangnya informasi/pengetahuan (Ngastiyah, 2015).

Anda mungkin juga menyukai