Anda di halaman 1dari 6

Balza Achmad,dkk.

Densitometer Film Radiografi Portabel Berbasis Mikrokontroler

DENSITOMETER FILM RADIOGRAFI PORTABEL


BERBASIS MIKROKONTROLER

Balza Achmad1), Viktorinus Hardianto2) dan Agus Arif1)


1)
Lab. Instrumentasi, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
2)
Alumni Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK

Densitometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kehitaman suatu titik pada
sebuah film radiografi. Densitometer sangat diperlukan untuk menghasilkan citra radiografi yang
berkualitas baik. Penelitian ini bertujuan untuk membuat purwarupa densitometer berbasis mikrokontroler
sehingga bersifat portabel dan relatif murah serta mempelajari karakteristiknya. Perancangan dan
pembuatan prototype densitometer ini menggunakan densitometer digital Victoreen model 07-424 sebagai
pembanding. Hubungan yang diperoleh antara tegangan keluaran fototransistor (x) dan densitas optis (y),
yaitu y = 0,0118 x4 – 0,1478 x3 + 0,6395 x2 – 122037 x + 1,2423; dengan koefisien korelasi R2 = 0,9951.
Persamaan tersebut kemudian digunakan dalam perangkat lunak mikrokontroler untuk menghasilkan
keluaran berupa densitas optis. Hasil perbandingan keluaran purwarupa dengan densitometer digital
Victoreen model 07-424 menunjukkan perbedaan nilai densitas optis berkisar antara 0,011 sampai 0,045
dengan ralat relatif 3,4% sampai 22,9%. Rentang dapat ukur purwarupa yang dirancang adalah pada step 7
sampai dengan 16 yang bertepatan dengan densitas optis 0,124 sampai dengan 1,242.

Kata kunci : densitometer, film radiografi, mikrokontroler

Kesehatan masyarakat merupakan modal terbentuk akibat adanya perbedaan intensitas


yang sangat penting bagi pembangunan nasional. radiasi yang mengenai detektor setelah menembus
Untuk menjamin kualitas pelayanan kesehatan materi. Perbedaan intensitas tersebut
kepada rakyatnya, pemerintah telah menimbulkan perbedaan derajat keabuan atau
membelanjakan dana yang tidak sedikit untuk densitas fotografi yang terlihat sebagai perbedaan
mengadakan peralatan medis baik untuk kecemerlangan (brightness).
keperluan diagnostik maupun untuk terapi. Mesin Kualitas dari citra tersebut bergantung
roentgen merupakan salah satu contoh peralatan kepada tiga faktor, yaitu kontras, ketajaman
medis yang banyak tersedia di rumah sakit (sharpness) dan graininess. Kontras didefinisikan
maupun klinik kesehatan di berbagai tempat di sebagai perbedaan densitas antara alur gambar
seluruh pelosok Indonesia. Mesin ini digunakan dan latar belakang (background). Tingkat densitas
untuk mengambil citra bagian dalam tubuh pasien ini diukur dengan menggunakan alat yang disebut
sehingga dapat mendukung diagnosis yang densitometer. Densitometer merupakan alat yang
ditegakkan oleh dokter. Pengambilan citra bagian penting bagi operator radiografi karena dapat
dalam tubuh ini disebut radiografi karena membantu menghasilkan citra yang berkualitas
menggunakan radiasi. Prinsip kerja alat ini adalah sehingga mempermudah dokter dalam
dengan memanfaatkan sifat sinar-X yang dapat menginterpretasikan citra tersebut dengan baik.
menembus materi. Tingkat penetrasi sinar ini Alat ini juga penting untuk membantu operator
dalam tubuh manusia bergantung pada organ atau dalam mencari metode paling efektif dan aman
jaringan yang dilewatinya dan energi sinar-X itu dalam proses pemaparan radiasi untuk
sendiri. menghasilkan citra yang baik. Pada gilirannya,
Prosedur radiografi dilakukan dengan pasien yang akan sangat diuntungkan karena tidak
menempatkan sumber radiasi, dalam hal ini mendapat pemaparan radiasi yang berlebihan.
sumber sinar-X atau sinar gamma, pada salah satu Pada saat ini, akibat harganya yang terlalu
sisi dan detektor radiasi berupa film radiografi mahal dan secara ekonomis dianggap tidak sesuai
pada sisi lainnya. Citra pada film radiografi dengan fungsi yang akan diperoleh, banyak rumah
sakit yang tidak memprioritaskan pengadaan alat

1
MEDIA ELEKTRIK, Volume 2 Nomor 2, Juni 2008

ini. Sebagai akibatnya, operator radiografi di


rumah sakit terpaksa harus menggunakan
penilaian secara kualitatif yang subyektif dan
tidak standar. Hal ini tentu saja sangat merugikan
pasien.
Masalah yang kedua, selain dari segi
biaya, densitometer yang digunakan di rumah
sakit kebanyakan berukuran cukup besar sehingga
tidak mudah untuk dipindah-pindah. Densitometer
X-Rite 301 misalnya, seperti lihat pada Gambar 1,
memiliki ukuran panjang 38 cm, lebar 26 cm, dan
Gambar 2. Tampang lintang film radiografi
tinggi 13 cm; serta berat hampir 5 kg dan catu
(Halmshaw, 1986)
daya 110 VAC. Dengan ukuran dan catu daya
tersebut, alat ini tidak dapat digunakan secara
portabel. mengenai film sendiri bergantung pada materi
yang berada di antara film tersebut dan sumber
radiasi, dalam hal ini adalah tubuh pasien yang
diperiksa. Akibatnya, gambaran organ dalam
tubuh pasien akan terproyeksi pada citra yang
terdapat dalam film radiografi yang digunakan.
Setelah proses pencucian film tersebut
menggunakan zat kimia khusus, maka pada film
tersebut akan terbentuk citra tembus cahaya.
Ketika film tersebut ditempatkan di depan
suatu layar terang untuk pemeriksaan, akan
terbentuk citra dari area yang memiliki tingkat
Gambar 1. Densitometer X-Rite 301 kecemerlangan (brightness) yang berbeda
(www.tendt.com) bergantung dari kepadatan lokal lapisan emulsi
yang berubah. Kepadatan fotografis (dinotasikan
dengan D) didefinisikan sebagai
Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dirancang sebuah densitometer portabel yang æIf ö
D = logçç ÷÷ (1)
memanfaatkan teknologi mikrokontroler yang è I0 ø
mudah diperoleh di pasaran sehingga biaya
pembuatannya lebih murah. dengan If adalah intensitas cahaya yang
menembus film dan I0 adalah intensitas cahaya
yang digunakan sebagai sumber. Hubungan antara
Densitas fotografis (photographic density)
kepadatan fotografis pada film dan paparan
Film radiografi biasanya tersusun atas
radiasi yang menyebabkannya ditunjukkan oleh
tujuh lapisan (Gambar 2). Lapisan dasarnya
suatu grafik yang disebut kurva karakteristik
berupa cellulose triacetate atau polyester (d). Pada
(Gambar 3).
kedua sisi lapisan dasar ini terdapat lapisan
gelatin yang dikeraskan untuk melindungi emulsi
(a), lapisan emulsi yang terbuat dari campuran
kristal perak halida dan gelatin (b), serta lapisan
sangat tipis yang disebut substratum (c), yang
menyebabkan lapisan emulsi melekat pada lapisan
dasar.
Lapisan emulsi bersifat sensitif terhadap
radiasi sinar-X. Pada saat radiasi mengenai film
radiografi, partkel perak halida akan berubah
menjadi perak metalik. Banyaknya pembentukan
partikel perak metalik berbanding lurus terhadap Gambar 3. Kurva karakteristik film radiografi
intensitas radiasi yang mengenainya. (Yaffe, 2000)
Sedangkan intensitas radiasi yang

2
Balza Achmad,dkk. Densitometer Film Radiografi Portabel Berbasis Mikrokontroler

METODE 6. Tombol input digunakan sebagai interface


bagi operator untuk menjalankan dan
Tatacara penelitian mengendalikan alat.
Langkah yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut. Alat
1. Studi pustaka mengenai radiografi dan Solder, solder attractor, multimeter,
aplikasi mikrokontroler downloader mikrokontroler, komputer,
2. Perancangan perangkat keras densitometer digital Victoreen model 07-424
3. Perancangan perangkat lunak untuk
mikrokontroler Bahan
4. Pemaparan film radiografi menggunakan IC AT89C51, ADC 0804, resistor,
phantom standar berbentuk step, sehingga kapasitor, transistor FCS 9015, tombol switch,
diperoleh film standar untuk kalibrasi alat kristal osilator, fototransistor, LED super, peraga
yang dirancang. kristal cair M1632 (LCD), stabilizer tegangan
5. Pengukuran densitas film menggunakan alat (7805), pendingin stabilizer, soket, PCB, timah,
yang dirancang LED, konektor, jumper, IDC, kabel, kabel pelangi
6. Analisis data (data), baterai, konektor baterai, kotak fiber case,
green film
Film standar yang dihasilkan dari
Diagram skematik alat yang akan dibuat pemaparan radiasi terhadap phantom step terlihat
terlihat dalam Gambar 4. Sistem terdiri atas LED, pada Gambar 5. Pada film tersebut terlihat citra
phototransistor, ADC, mikrokontroler, tombol, keabuan yang bergradasi secara bertingkat mulai
dan LCD. dari yang paling terang pada step 1 sampai dengan
paling gelap pada step 21.
ADC AT89C Tombol
0804 51 input
Fototransistor

Film LCD
radiografi

LED

Gambar 4. Diagram skematik alat yang


diteliti

1 2 3 ... 21
1. LED digunakan untuk menghasilkan Step
intensitas cahaya yang dibutuhkan untuk Gambar 5. Film standar
mengukur densitas optis dari film radiografi.
2. Fototransistor digunakan untuk mengukur Terdapat dua jenis film yang digunakan
intensitas cahaya setelah menembus film dalam radiografi, yaitu blue-sensitive film dan
radiografi. green-sensitive film. Tetapi dalam prakteknya,
3. Keluaran dari fototransistor yang berupa green-sensitive film yang paling umum
tegangan analog diubah oleh ADC (Analog to digunakan. Oleh karena itu, akan dibatasi
Digital Converter) menjadi besaran digital. penelitian dengan hanya menggunakan green-
4. Setelah diubah menjadi besaran digital, maka sensitive film.
data tersebut diolah oleh mikrokontroler.
Mikrokontroler juga digunakan sebagai pusat HASIL DAN PEMBAHASAN
pengendalian alat.
5. Sebagai display digunakan LCD M1632 Pada bagian ini diuraikan hasil
buatan Seiko Instruments Inc. pengukuran yang telah dilakukan untuk
menguji kinerja purwarupa hasil perancangan

3
MEDIA ELEKTRIK, Volume 2 Nomor 2, Juni 2008

dengan cara mengkalibrasinya dengan terang dibandingkan pada step yang lebih tinggi,
densitometer digital Victoreen model 07-424 yang maka intensitas cahaya yang menembus film
terdapat di Jurusan Radiodiagnostik dan tersebut juga lebih besar. Fototransistor
Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang. meresponnya dengan mengalirkan arus yang lebih
besar sehingga tegangan keluaran yang diperoleh
juga lebih besar.
a. Pengukuran menggunakan densitometer
digital Victoreen model 07-424
5
Pengukuran menggunakan densitometer

T ega nga n k elua ran (V )


dilakukan terhadap tiga sampel green-sensitive 4
film standar yang sebelumnya telah dipapar
dengan radiasi. Pengukuran dilakukan untuk 3
setiap step. Gambar 6 menunjukkan hasil
2
pengukuran rata-rata dari ketiga sampel tersebut.
Terlihat bahwa kurva yang diperoleh memiliki 1
kemiripan bentuk dengan kurva karakteristik pada
Gambar 3. Pada rentang step 1 sampai dengan 8 0
tidak terlalu berbeda nilai densitas optisnya, 0 5 10 15 20
namun tidak demikian halnya pada rentang step Step
yang lain. Dengan demikian terlihat bahwa film
radiografi yang digunakan lebih sensitif pada
rentang step 9 sampai dengan 21. Gambar 7. Grafik tegangan keluaran
purwarupa yang dirancang
2,0

Gambar 7 juga menunjukkan bahwa


1,5 tegangan keluaran tidak berubah pada rentang
D e n sita s O p tis

step 1 sampai dengan 7 pada posisi jenuhnya.


1,0 Dengan kata lain, nilai keluaran pada rentang step
tersebut tidak dapat dibedakan satu sama lain.
0,5 Demikian pula pada rentang step 16 sampai
dengan 21 pada tegangan keluaran 0 volt. Oleh
0,0
karena itu dapat disimpulkan bahwa, purwarupa
0 5 10 15 20 densitometer yang dirancang hanya dapat bekerja
Step pada rentang step 7 sampai dengan 16. Hal ini
juga menjadi kelemahan alat ini karena tidak
Gambar 6. Grafik karakteristik rerata densitas dapat bekerja dengan rentang penuh seperti
optis green sensitive film densitometer digital yang digunakan untuk
mengkalibrasinya.
b. Pengukuran menggunakan purwarupa
c. Kalibrasi keluaran purwarupa dengan
densitometer hasil perancangan
densitometer digital Victoreen
Pengukuran menggunakan purwarupa
Setelah diperoleh tegangan keluaran
densitometer hasil perancangan terhadap sampel
purwarupa, perlu dicari hubungan antara tegangan
yang sama seperti sebelumnya, yaitu tiga sampel
keluaran tersebut dengan nilai densitas optis yang
green-sensitive film standar. Besaran yang diukur
terukur. Hubungan keduanya dapat diperoleh
adalah tegangan keluaran fototransistor sebelum
dengan menggabungkan data pengukuran pada
diolah menggunakan ADC. Gambar 7
Gambar 6 dan Gambar 7. Hasilnya terlihat pada
menunjukkan hubungan antara tegangan keluaran
Gambar 8. Sekali lagi terlihat tegangan keluaran 0
dengan step pada film radiografi. Secara umum
volt memberikan nilai yang tidak tunggal pada
grafik ini berkebalikan dengan kurva karakteristik
step 16 sampai dengan 21.
pada Gambar 6. Karena pada step rendah tingkat
keabuan pada citra dalam film radiografi lebih

4
Balza Achmad,dkk. Densitometer Film Radiografi Portabel Berbasis Mikrokontroler

2 2120 1,5
19 16 y = 0,0118x4 - 0,1478x3 + 0,6395x2 - 1,2037x + 1,2423
18
R 2 = 0,9951
1,5 17 15

D e n s ita s O p tis
1
D e n s i ta s O p ti s

16 14

15 13
1
0,5
14
13 12
98
0,5 12 11
10 7
11 0
10 9
8 1-7 0 1 2 3 4 5
0 Tegangan keluaran (V)
0 1 2 3 4 5
Tegangan keluaran (V)
Gambar 9. Grafik curve fitting polinomial orde 4
untuk rentang step 7 sampai dengan 16
Gambar 8. Grafik hubungan tegangan
keluaran alat dengan nilai Tabel 1. Perbandingan antara pengukuran densitas
densitas optis optis menggunakan densitometer digital Victoreen
model 07-424 dengan purwarupa yang dirancang
Untuk mendapatkan nilai pada tegangan Tegangan Densitas Optis
keluaran di antara data-data yang diperoleh, Step keluaran
(volt) Victoreen Purwarupa Selisih Ralat relatif
dilakukan curve fitting terhadap data pada rentang
7 4,7 0,096 0,124 0,028 22,9%
dapat ukur (applicable) pada step 7 sampai
dengan step 16. Setelah dilakukan curve fitting 8 4,592 0,109 0,135 0,026 19,3%

menggunakan fungsi yang berbeda, hasil terbaik 9 4,508 0,134 0,145 0,011 7,6%

diperoleh untuk fungsi polinomial orde 4 10 4,375 0,178 0,163 -0,015 9,3%

sebagaimana terlihat pada Gambar 9. Salah satu 11 3,65 0,259 0,276 0,017 6,1%
pertimbangan yang digunakan untuk menentukan 12 2,183 0,376 0,393 0,017 4,2%
fungsi untuk curve fitting adalah fungsi tersebut 13 1,108 0,555 0,510 -0,045 8,7%
harus bersifat monotonically decreasing atau 14 0,467 0,775 0,805 0,030 3,7%
menurun secara monoton sehingga tidak akan 15 0,167 1,017 1,058 0,041 3,9%
diperoleh nilai densitas obyek yang sama untuk 16 0 1,284 1,242 -0,042 3,4%
tegangan keluaran yang berbeda. Dengan
demikian hubungan antara tegangan keluaran (x)
dengan densitas optis (y) dapat dituliskan sebagai: Di sini terlihat bahwa ralat relatif yang
besar terdapat pada rentang step yang rendah. Hal
ini terjadi karena faktor pembagi untuk
y = 0,0118 x 4 - 0,1478 x 3 + 0,6395 x 2 - 1,2037 x + 1,2423
menghitung ralat relatif tersebut juga kecil pada
(2) step yang rendah tersebut. Sementara selisih
pengukuran secara absolut bernilai hampir sama
dengan koefisien korelasi R2 = 0,9951. untuk semua rentang step, yaitu berkisar dari
d. Perbandingan pengukuran purwarupa dan 0,011 sampai dengan 0,045.
densitometer Victoreen
e. Pengaruh nilai resistor yang digunakan
Relasi pada Persamaan (2) kemudian pada fototransistor
digunakan untuk memprogram mikrokontroler,
sehingga hasil pengukuran yang ditampilkan di Pada percobaan sebelumnya digunakan
LCD langsung berupa nilai densitas optis. Apabila resistor bernilai 100 Ω pada fototransistor.
hasil ini dibandingkan dengan hasil pengukuran Apabila resistor ini diganti, maka akan terjadi
menggunakan densitometer digital Victoreen pergeseran rentang dapat ukur dari purwarupa
model 07-424, maka diperoleh perbedaan dan yang dirancang. Hal ini terjadi karena perubahan
ralat sebagaimana tercantum dalam Tabel 1. nilai resistansi tersebut akan mengakibatkan

5
MEDIA ELEKTRIK, Volume 2 Nomor 2, Juni 2008

perubahan beda tegangan yang terjadi pada Sedangkan ralat relatifnya adalah 3,4%
rangkaian fototransistor yang pada akhirnya sampai dengan 22,9%.
mengubah tegangan keluaran dari rangkaian 4. Rentang dapat ukur purwarupa yang
fototransistor sebelum masuk ke rangkaian ADC. dirancang adalah pada step 7 sampai dengan
Gambar 10 menunjukkan tegangan 16 yang bertepatan dengan densitas optis
keluaran fototransistor pada pengukuran dengan 0,124 sampai dengan 1,242. Rentang dapat
resistor 100 Ω dan 1,1 kΩ. Terlihat rentang dapat ukur ini dapat digeser dengan mengubah nilai
ukur bergeser ke rentang step yang lebih rendah resistor pada rangkaian fototransistor.
(dari rentang step 7-16 menjadi rantang step 5-
14). Pemilihan rentang dapat ukur bergantung
pada citra yang akan diperiksa. Hal ini menjadi DAFTAR PUSTAKA
keuntungan dari desain alat ini. Namun, apabila anonim, www.tendt.com
rentang dapat ukur berubah, maka harus
dilakukan curve fitting lagi serta pemrograman Yaffe, M.S., Shroy, R. E. Jr., Van Lysel, M. J.
ulang mikrokontroler yang digunakan. 2000, “X-Ray.”, dalam The Biomedical
Engineering Handbook: Second Edition, Ed.
Joseph D. Bronzino, Boca Raton: CRC Press
5,0 LLC.
100 ohm
4,0
1,1 k ohm
D e n s ita s O p ti s

3,0

2,0

1,0

0,0
0 5 10 15 20
Step

Gambar 10. Pengaruh nilai resistor yang


digunakan pada fototransistor

SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1. Telah dapat dibuat sebuah purwarupa
densitometer optis portabel berbasis
mikrokontroler yang menggunakan komponen
yang terdapat di pasar lokal.
2. Dari kalibrasi yang dilakukan menggunakan
densitometer digital Victoreen model 07-424,
diperoleh hubungan antara tegangan keluaran
fototransistor (x) dan densitas optis (y), yaitu
y = 0,0118 x4 – 0,1478 x3 + 0,6395 x2 –
122037 x + 1,2423; dengan koefisien korelasi
R2 = 0,9951.
3. Selisih densitas optis hasil pengukuran
purwarupa dengan alat standar, yaitu
densitometer digital Victoreen model 07-424,
berkisar antara 0,011 sampai dengan 0,045.

Anda mungkin juga menyukai