Oleh :
Joshu Leonardy (4211420067)
B. LANDASAN TEORI
Sinar-X adalah salah satu jenis gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang
gelombang 0.02 – 10 Ǻ. Sinar-X tidak dapat dilihat secara kasat mata karena berada di
luar range cahaya tampak (Lestari Sri, 2019). Dengan menggunakan pencitraan sinar-X
maka dapat memotret gambar bagian-bagian tubuh manusia maupun makhluk hidup
lainnya dalam seperti tulang dan organ dalam dan barang yang bisa ditembus. Hasil dari
pencitraan sinar-X ini menghasilkan gambar hitam putih yang terbentuk karena
jaringan- jaringan pada tubuh menyerap atau terkena jumlah radiasi yang berbeda
misalnya, kalsium dalam tubuh menyerap sinar-X paling banyak, sehingga tulang
tampak putih. Sementara lemak dan jaringan lunak lainnya menyerap lebih sedikit,
sehingga terlihat abu-abu. Salah satu aplikasi sinar-X dalam dunia medis adalah sebagai
alat untuk mendiagnosa penyakit pada bagian tubuh dalam.
Pada zaman modern saat ini banyak rumah sakit yang sudah jarang menggunakan
teknologi diagnostik dengan menggunakan radiografi konvensional karena banyaknya
kendalaseperti masalah geografik dan kebutuhan diagnosis yang cepat (Susilo. et al.,
2013). Maka dari itu pada saat ini banyak rumah sakit yang mengubah system radiografi
mereka menjadi radiografi digital. Radiografi digital adalah bentuk radiografi yang
menggunakan intensifying screen untuk menangkap data secara langsung, dan segera
mentransfernya ke sistem komputertanpa menggunakan kaset perantara.
Salah satu kelemahan radiografi digital sinar-X adalah munculnya noise pada citra
output. Derau akan muncul dan merusak citra yang dihasilkan. Noise pada citra
bergantung pada banyak hal, mulai dari sumber cahaya sampai kepada sensor penerima
bayangan (Louk et al., 2014). Agar bisa mengurangi noise pada citra maka dibutuhkan
suatu pengolah citra untuk menghasilkan citra digital yang mampu untuk melakukan
pengolahan lebih lanjut untuk kepentingan medis. Pengolahan citra merupakan proses
pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual (Nugroho &
Akhlis, 2012). Pengolahan citra digital biasanya didefinisikan juga sebagai pemrosesan
citra dua dimensi dengan komputer.
D. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Menghubungkan kabel saklar Radig ke sumber listrik
2. Menekan tombol “ON” pada Radig sinar-X
3. Mengatur posisi tabung sinar-X pada posisi yang tepat
4. Menyalakan lampu lokalisasi untuk memastikan posisi kaset
5. Mengatur jarak sumber-kaset (SID) menggunakan measuring tape (misalkan dengan
jarak 90 cm)
6. Mengeset luas lapangan radiasi sesuai keinginan (misalkan 10 x10 cm2)
7. Meletakkan fantom stepwedge pada posisi yang tepat
8. Mengeset nilai kV dan mA sesuai standar ( untuk standar pada laboratorium medik
UNNES adalah tegangan = 45kV dan Arus = 16mA)
9. Melakukan eksposi dengan menekan penuh tombol eksposi saat terdengan suara
beep, beep (melakukan ekposi sinar-x dan pemotretan dengan kamera secara
bersama).
10. Selanjutnya file radiograf siap ditampilkan dan diproses dengan pengolah citra pada
komputer.
Radius Radius
Ulna Ulna
F. PEMBAHASAN
Pengambilan citra asli pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan settingan
radiografi digital atau radig sesuai dengan prosedur praktikum di lab fisika medik
UNNES, dengan faktor eksposi yaitu tegangan 45kV, arus 16mA, waktu 0,2 sekon dan
jarak sejauh 80 cm. Setelah dilakukan pengambilan citra menggunakan alat radig dapat
dilihat pada Figure 1 bahwa pada bagian tulang radius, ulna dan carpal bones masih
belum terlihat jelas.
Setelah dilakukan pengolahan citra dengan menggunakan aplikasi Adobe
Lightroom dengan menggunakan setting pencahayaan = -1.58 EV (exposure value) dan
kontras = 49 tersebut maka didapatkanlah hasil gambar seperti pada Figure 2 bahwa
pada bagian tulang radius, ulna dan carpal bones sudah terlihat jelas dibandingkan pada
Figure 1 dikarenakan pada settingan pencahayaan membuat nilai ISO pada gambar
diturunkan sehingga bagaian gambar yang berwarna putih akan redup dan warna yang
gelap akan ikut turun sehingga terlihat jelas dan nilai kontras sendiri digunakan untuk
menurunkan kontras gambar agar gambar dapat diperjelaskan lebih signifikan.
G. KESIMPULAN
Radiografi digital adalah bentuk radiografi yang menggunakan intensifying screen
untuk menangkap data secara langsung, dan segera mentransfernya ke sistem komputer
tanpa menggunakan kaset perantara. Prinsip dari radiografi digital adalah
memanfaatkan perbedaan penyerapan sinar-X pada bagian-bagian tulang dan jaringan
lainnya. Salah satu kelemahan radiografi digital sinar-X adalah munculnya derau atau
noise pada citra output.
Pada praktikum ini pengolahan citra dilakukan menggunakan aplikasi Adobe
Lightroom dengan menggunakan setting pencahayaan = -1.58 EV (exposure value) dan
kontras = 49 tersebut maka didapatkanlah hasil gambar seperti pada Figure 2 bahwa
pada bagian tulang radius, ulna dan carpal bones sudah terlihat jelas dibandingkan pada
Figure 1.
H. DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Sri. (2019). Teknik Radigrafi Medis. Yogyakarta: Penerbit ANDI
Louk, A. C., Suparta, G. B., Fisika, J., Mipa, F., Gadjah, U., Sekip, M., & Yogyakarta,
U. (2014). Pengukuran Kualitas Sistem Pencitraan Radiografi Digital Sinar-X. 24(2),
149–166.
Nugroho, E. C., & Akhlis, I. (2012). Pengembangan Program Pengolahan Citra Untuk
Radiografi Digital. Jurnal MIPA Unnes, 35(1), 114921.
Setiowati, E., & Lestari, L. (2012). APLIKASI ALAT RADIOGRAFI DIGITAL DALAM
PENGEMBANGAN Pendahuluan Metode. 35(0215), 145–150.
Susilo., Budi, W. S., G.B. Suparta., & Kusminarto. (2013). Kajian Radiografi Digital
TulangTangan. Berkala Fisika, 16(1), 15–20.