Anda di halaman 1dari 10

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA

PRAMOEDYA ANANTA TOER DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA

Lucyana Indriastuti, Sri Mulyati, dan Syamsul Anwar


Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pancasakti Tegal
Surel: Lucyanaindriastuti29@gmail.com, Srimulyati03@gmail.com, Syamsulanwar590@gmail.com

ABSTRAK

Novel Bumi Manusia menceritakan kisah tentang kehidupan sosial-budaya masyarakat Jawa pada
saat zaman penjajahan Belanda. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai budaya Jawa
yang terkandung dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer serta implikasi nilai-
nilai tersebut terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA. Basis teori penelitian ini
menggunakan teori nilai budaya Jawa Koentjaraningrat yang memuat nilai tentang (1) nilai hakikat
hidup manusia; (2) nilai hakikat hubungan manusia dengan sesamanya; (3) nilai hakikat karya
manusia (4) nilai hakikat manusia dengan alam semesta (5) nilai hakikat manusia terkait ruang dan
waktu. Penelitian ini menggunakan metode analisis-deskriptif. Data yang diambil untuk menunjang
penelitian ini yaitu kutipan-kutipan dalam novel Bumi Manusia yang mengandung nilai-nilai
budaya Jawa. Teknik pengumpulan datanya adalah dokumentasi yang dilanjutkan membaca,
memahami, dan mencatat, serta mengklasifikasikan data. Teknik analisis data dengan teknik analisis
distribusional, yaitu pemilihan data berdasarkan kategori tertentu dari segi gramatikal sesuai dengan
ciri-ciri alami yang dimiliki oleh data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai
budaya Jawa yang terkandung dalam novel Bumi Manusia adalah nilai tentang keikhlasan,
kesederhanaan, saling menghormati, keselarasan dengan alam semesta, dan kesabaran. Implikasi nilai
tersebut terhadap pembelajaran bahasa Indonesia di SMA yaitu siswa mampu memahami,
menerjemahkan, dan mengimplementasikan pesan atau nilai yang terkandung di dalam novel Bumi
Manusia untuk kehidupan lingkungan sekitarnya.

Kata Kunci : budaya Jawa, novel, sastra

ABSTRACT

The novel, Bumi Manusia, tells the story of the socio-cultural life of the Javanese people during the
Dutch colonial era. This study aims to describe the Javanese cultural values contained in the novel
Bumi Manusia by Pramoedya Ananta Toer and the implications of these values for Indonesian
language learning in high school. They cover (1) human life; (2) the value of the nature of human
relations with others; (3) the value of the nature of human work (4) the value of the nature of man and
the universe (5) the value of the nature of man in relation to time and space. This research applies the
analysis-descriptive method. The data taken to support this research are quotes found in the novel
Bumi Manusia, which refers to the Javanese cultural values.. The data analysis technique used is
distributional analysis technique, namely the selection of data based on certain categories from a
programmatic perspective in accordance with the natural characteristics of the research data. The
results showed that the Javanese cultural values contained in the novel Bumi Manusia are values of

156
Lucyana Indriastuti, Sri Mulyati, dan Syamsul Anwar - Nilai-Nilai Budaya .... 157

sincerity, simplicity, mutual respect, harmony with the universe, and patience. The implication of this
value for learning Indonesian in high school is that students are able to understand, translate, and
implement the messages or values contained in the novel Bumi Manusia for the life of their
surroundings.

Keyword : Javanese culture, novels, literature

1. PENDAHULUAN dalam kamp kerja paksa di Pulau Buru, dia


menulis keempat karyanya tersebut. Karya-
Karya sastra selalu memberikan karya Toer, sapaan akrab Pramoedya Ananta
inspirasi bagi para penikmatnya. Karya sastra Toer, banyak menggambarkan tentang
seperti novel, puisi, maupun cerpen akan tindakan-tindakan tidak berperikemanusiaan,
selalu memberi pesan kepada pembacanya. feodalisme dan hegemoni imperalisme
Pesan tersebut tersampaikan melalui bahasa penjajah yang meletakkan kaum pribumi
indah yang disebut dengan asonansi. sebagai budak. Melihat pesan yang ditulis
Menurut Nirmala (2018: 4) ―Style dan dalam novelnya, Toer ingin memperlihatkan
keindahan bahasa ada pada asonansi yang kepada pembaca nilai-nilai kemanusiaan yang
terdapat di dalam karya sastra, hal itu sudah tidak dihargai lagi.
menjadi daya tarik pembaca‖. Begitu juga Toer memiliki tujuan penting dalam
dengan novel berjudul Bumi Manusia karya pembuatan novel Bumi Manusia. Seperti yang
Pramoedya Ananta Toer menjadi diungkapkan oleh Foulcher (1981: 1),
perbincangan di kalangan sastrawan maupun ―Pramoedya had said that he aimed through the
pembaca biasa karena pesan yang tersurat novel to confront young Indonesian readers with
dan tersirat di dalamnya. the historitical forces which had shaped their
Novel ini menceritakan kehidupan present and that he had consciously written in a
masyarakat Jawa yang penuh penderitaan manner he knew they could understand―. Toer
saat dijajah oleh bangsa Belanda. Selain menginginkan semangat dari generasi muda
menceritakan kehidupan kelam, novel ini Indonesia untuk mengulik sejarah masa lalu
menggambarkan pula budaya orang Jawa di agar dipahami secara baik dan benar.
masa dahulu yang penuh kearifan dan Toer sangat memahami kondisi
keharmonisan dalam menjalani kehidupan. masyarakat Jawa kala itu yang teraniaya oleh
Dalam perjalanannya, novel ini sempat kebiadaban tentara Belanda. Beliau
dilarang peredarannya oleh pemerintah menampilkan kondisi wanita-wanita Jawa
Indonesia karena novel karya Pram yang dijadikan budak nafsu oleh pejabat
bertentangan dengan kelas sosial tertentu dan Belanda. Toer menceritakan wanita Jawa yang
membahayakan. Meskipun banyak konflik tersiksa oleh perlakuan tidak manusiawi laki-
yang terjadi, novel Bumi Manusia tetap laki Belanda yang semena-mena melakukan
menjadi primadona bagi para penikmat pelecehan seksual. Akan tetapi, terlepas
sejarah dan budaya Jawa. Dalam Tetralogi bagaimana kondisi wanita Jawa di masa itu,
Buru, Bumi Manusia menjadi novel pertama secara tinjauan budaya, wanita Jawa memiliki
dari tiga novel lainnya, yaitu Anak Semua prinsip hidup yang diwariskan oleh nenek
Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. moyang mereka. Kekuatan wanita Jawa
Sewaktu Pramoedya Ananta Toer disekap digambarkan oleh Toer melalui sosok Nyai
158 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2020, hlm. 156-165

Ontosoroh. Nyai Ontosoroh merupakan bagi masyarakat, khususnya pelajar. Nilai


wanita dengan kepribadian yang kuat, budaya yang tertuang dalam novel Bumi
tangguh, berwibawa, berani, pintar, religius, Manusia sangat relevan untuk pengembangan
dan fasih berbahasa Belanda. Meskipun bahan ajar di sekolah, khususnya di Sekolah
semasa kecil Nyai Ontosoroh banyak Menengah Atas (SMA) karena Pramoedya
bersinggungan dengan gaya hidup orang Ananta Toer begitu kompleks menjelaskan
Belanda, dia tetap memegang teguh jati intisari prinsip-prinsip budaya Jawa yang
dirinya sebagai wanita Jawa. Ia diekspresikan melalui tokoh-tokoh dalam
mencerminkan pandangan hidup orang Jawa novel Bumi Manusia. Oleh karenanya, akan
dengan tetap memegang teguh ajaran agama ada sumbangsih besar dari penelitian ini
dan nilai-nilai kehidupan orang Jawa. untuk pengetahuan, sekaligus pembelajaran
Keteguhan dalam menjaga nilai-nilai leluhur budaya bagi siswa SMA.
Jawa itu menjadi pengetahuan untuk
masyarakat khususnya wanita Jawa, bahwa 2. TEORI
pandangan hidup orang Jawa begitu kuat dan
tidak bisa digantikan dengan nilai budaya lain Menurut Koentjaraningrat (1984: 8—25)
meskipun berada pada tempat yang asing nilai budaya merupakan lapisan abstrak yang
baginya. luas ruang lingkupnya, tingkat ini adalah ide
Berangkat dari gambaran sosok Nyai yang mengkonsepsikan hal yang paling
Ontosoroh tersebut, budaya Jawa memiliki bernilai dalam kehidupan masyarakat. Sistem
sistem nilai yang mengatur kehidupan nilai budaya hidup di alam pikiran sebagian
warganya agar selaras dengan dimensi besar masyarakat mengenai apa yang
kehidupan yang dijalaninya. Nilai religius, dianggap mempunyai makna penting dan
tata krama, disiplin, dan kemandirian berharga, tetapi juga mengenai apa yang
terkandung dalam sistem budaya Jawa dianggap remeh dan tidak berharga dalam
(Koentjaraningrat, 1994: 18). Nilai budaya itu hidup. Sistem nilai ini saling terkait satu sama
mengarahkan perilaku manusia agar sesuai lain dengan sikap dan perilaku manusianya.
dengan tata aturan atau norma positif Dengan demikian, dari perspektif
sehingga menjadi pedoman hidup yang Koentjaraningrat, sistem nilai kebudayaan
diyakini kebenarannya. Pada realitas berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi tata
masyarakat Jawa, nilai-nilai tadi tertata laku hidup manusia.
dengan baik dan diaktualisasikan melalui Menurut Kluckhohn (dalam
perilaku-perilaku orang Jawa yang khas dan Koentjaraningrat, 1984: 28) nilai budaya
berbeda dengan masyarakat lainnya. Orang terdiri atas lima pokok, yaitu:
Jawa selalu mengedepankan kebijaksanaan (1) Masalah mengenai hakikat dari hidup
dibanding arogansi dan egoisme pribadi yang manusia, di mana dalam setiap
akan merugikan diri sendiri dan orang kebudayaan menganggap bahwa hidup
sekitarnya. adalah sumber keprihatinan dan
Oleh karena itu, peneliti memilih novel penderitaan. Begitu juga sebaliknya
Bumi Manusia sebagai objek penelitian. hidup juga sumber kesenangan dan
Peneliti fokus terhadap nilai-nilai budaya keindahan.
yang tertuang dalam novel Bumi Manusia. (2) Masalah mengenai hakikat dari karya
Harapannya, kajian penelitian terhadap nilai manusia, yaitu setiap kebudayaan
budaya tersebut bisa memberikan dampak memiliki produk tangan atau olah
Lucyana Indriastuti, Sri Mulyati, dan Syamsul Anwar - Nilai-Nilai Budaya .... 159

kretivitas manusia yang dijadikan Untuk menyelesaikan penelitian yang


sebagai benda yang memiliki makna sesuai dengan prosedur ilmiah maka
terpenting bagi kehidupan. diperlukan desain penelitian. Oleh karena itu
(3) Masalah mengenai hakikat dari desain penelitian deskriptif kualitatif lebih
kedudukan manusia dalam ruang dan tepat digunakan untuk meneliti kandungan
waktu, hal ini berkaitan dengan situasi nilai-nilai budaya.
dan kondisi zaman di sekitar di mana
setiap masyarakat akan menarik situasi 4. HASIL PENELITIAN
zaman dahulu serta menengok masa DAN PEMBAHASAN
yang akan datang sebagai dasar
membentuk kultur sosialnya. Konteks: Minke tidak terima dengan
(4) Masalah mengenai hakikat dari perilaku kakaknya yang sengaja membaca
hubungan manusia dengan alam buku catatan harian di kamarnya tanpa
sekitarnya, yaitu manusia seizinnya. Minke beradu mulut dengan
memanfaatkan alam semesta sebagai kakaknya dan merasa kakaknya berperilaku
bagian dari sumber kehidupannya seperti orang yang tidak berpendidikan. Lalu
untuk menciptakan keselarasan hidup Bunda menasihati Minke atas ucapannya
antara manusia dengan alam dengan terhadap kakaknya tersebut.
berbagai tradisi yang diciptakan.
(5) Masalah mengenai hakikat dari a) ―Orang Jawa sujud berbakti pada yang
hubungan manusia dengan sesamanya, lebih tua, lebih berkuasa, satu jalan pada
nilai ini berkaitan dengan sifat manusia penghujung keluhuran. Orang harus
yang tidak bisa berdiri sendiri dalam berani mengalah, Gus. Nyanyian itu
menjalani kehidupan. Oleh karena itu, pun mungkin kau sudah tak tahu lagi
manusia bekerja sama, gotong royong, barangkali‖.
dan saling mengasihi satu sama lain (Toer, 2019: 193)
untuk membentuk suatu kebudayaan
yang harmonis. Kutipan data (a) menggambarkan
bahwa Bunda memperingatkan Minke agar
3. METODE PENELITIAN tetap bersikap rendah hati terhadap kakaknya
yang lebih tua. Bunda mengingatkan Minke
Peneliti akan menggunakan pendekatan agar tidak merasa sombong meskipun ia bisa
penelitian kualitatif sebagai dasar bersekolah di HBS (sekolah Belanda). Sebagai
penelitiannya. Adapun alasannya adalah orang tua, Bunda menginginkan Minke selalu
untuk memberikan akses kepada peneliti menghargai orang lain, apalagi terhadap
untuk mencari fakta-fakta baru dalam kakaknya yang lebih tua. Bunda berharap
penelitian. Penelitian kualitatif digunakan Minke harus mengenal batas sikap dan
untuk meneliti pada kondisi objek yang perilakunya terlepas dari gelar pendidikan
alamiah, dengan peneliti sebagai instrumen yang ia peroleh.
kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan Kutipan di atas mengajarkan bahwa
secara trianggulasi (gabungan), analisis data sebagai manusia jangan merasa sombong dan
bersifat induktif, dan hasil penelitian selalu menghargai orang lain. Nilai budaya ini
kualitatif lebih menekankan makna daripada juga mengisyaratkan dalam berperilaku tidak
generalisasi (Sukmadinata, 2007: 45). boleh berlebihan, harus mengenal batas-batas
160 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2020, hlm. 156-165

mana saja yang patut dilakukan dan mana sehingga menempatkan diri dalam rasa
saja yang harus dijauhi. Hal tersebut tenang dan puas atas segala apa yang dimiliki
menggambarkan untuk tidak merasa paling serta bersyukur pada apa yang diberikan oleh
tinggi di hadapan orang lain yang dianggap Tuhan Yang Maha Esa.
rendah meskipun mendapatkan jabatan, Konteks: Bunda melihat perilaku Minke
kekayaan, atau keturunan dari orang hebat. seperti sebelumnya. Bunda merasa Minke
Melalui ajaran ini orang dituntut untuk selalu sudah kehilangan harga dirinya sebagai orang
rendah hati dan peduli terhadap lingkungan Jawa yang selalu memiliki sopan santun.
sekitar.
Konteks: Nyai Ontosoroh berpesan c) ―Kau memang sudah bukan Jawa lagi.
kepada Annalies agar menentukan sendiri Dididik Belanda jadi Belanda, Belanda
calon pendamping hidupnya, jangan sampai coklat semacam ini. Barangkali kau pun
nasib Annalies seperti dirinya dulu yang sudah masuk Kristen. Itu tanda kau
hanya bisa menerima pasangan hidupnya dari bukan Jawa lagi, tak mengindahkan
kehendak ayahnya. siapa lebih tua, lebih berhak akan
kehormatan, siapa yang lebih
b) ―Tidak seperti ayahku, Ann, aku takkan berkuasa‖.
menentukan bagaimana harusnya (Toer, 2019: 193)
macam menantuku kelak. Kau yang
menentukan, aku yang menimbang- Pada kutipan (c) Bunda
nimbang. Begitulah keadaanku, kepada memperlihatkan sisi emosional dan
semua perawan waktu itu, Ann, hanya keprihatinannya melihat Minke yang berani
bisa menunggu datangnya seorang melawan kakak kandungnya. Sikap Minke
lelaki yang akan mengambilnya dari yang berani melawan kakaknya karena suatu
rumah, entah ke mana, entah sebagai permasalahan memperlihatkan bahwa Minke
istri nomor berapa, pertama atau sudah lupa ajaran orang Jawa yang selalu
keempat. Ayahku dan hanya ayahku bersikap sopan santun kepada orang yang
yang menentukan‖. lebih tua. Hal itulah yang menyebabkan rasa
(Toer, 2019: 119) kecewa Bunda sehingga menganggap Minke
orang Jawa yang sudah bukan Jawa lagi.
Kutipan data (b) memperlihatkan sikap Tingkah laku, moral, dan kepribadiannya
hidup Nyai Ontosoroh yang mau menerima sudah bukan orang Jawa yang sesungguhnya.
keputusan ayahnya dulu ketika ia akan Dari kutipan ini dapat dilihat nilai
dijodohkan oleh laki-laki pilihan ayahnya. budaya yang mengandung pesan moral, yaitu
Nyai Ontosoroh tidak mengelak maupun ketika individu kehilangan jati dirinya sebagai
melawan ayahnya, dia secara sukarela manusia yang beradab dan berakhlak maka
menerima kebijakan ayahnya tersebut. perilakunya berubah menjadi seseorang yang
Kutipan (b) menekankan untuk tidak mengerti tata krama. Dari sosok Minke
menerima segala apa yang ada dalam diri sebagai seorang pribumi, dia seakan
individu. Mereka menyerahkan diri atas meninggalkan adab dan akhlak berperilaku
ketentuan-ketentuan hidup yang diterima. yang baik kepada orang yang lebih tua.
Kutipan ini juga bermakna pada kemampuan Konteks: Minke menolak gemilangnya
menentramkan hati dan tidak iri hati terhadap pangkat dan jabatan ayahnya sebagai bupati.
nasib orang lain yang lebih beruntung Ia merasa tidak peduli dengan kedudukan
Lucyana Indriastuti, Sri Mulyati, dan Syamsul Anwar - Nilai-Nilai Budaya .... 161

yang diberikan Gubenur Jendral Hindia mempertahankan yang empat


Belanda tersebut. Baginya memulihkan sebelumnya‖.
keterpurukan kondisi masyarakat sekitarnya (Toer, 2019: 465)
lebih penting daripada pangkat dan jabatan.
Pada kutipan (e) Bunda memberi
d) ―Memang berita mutasi tidak pernah pengetahuan kepada Minke tentang benda
menarik perhatianku: pengangkatan, keris yang sangat sakral bagi orang Jawa.
pemecatan, perpindahan, pensiun. Keris seperti yang digambarkan Bunda adalah
Tidak ada urusan! Kepriyayian bukan lambang kewaspadaan dan kesiagaan. Keris
duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi itu sendiri digunakan untuk mengendalikan
mantri cacar atau diberhentikan tanpa dan mempertahankan diri dari musuh yang
hormat karena kecurangan? Duniaku mengancam. Selain itu pula, Bunda
bukan jabatan, pangkat, gaji, dan memaknai keris sebagai lambang keperwiraan
kecurangan. Duniaku bumi manusia karena keris juga bermakna keperkasaan dan
dengan persoalannya‖. keberanian bagi seorang kesatria Jawa.
(Toer, 2019: 186) Curiga atau biasa disebut Keris dalam
bahasa Jawa jarwadhasa adalah ‗kekeran aris‘.
Kutipan (d) memperlihatkan sifat Minke Kekeran berarti pagar, peghalang, peringatan,
yang tidak tertarik pada berita pengangkatan dan pengendalian. Aris berarti tenang , hati-
ayahnya sebagai bupati. Baginya hal tersebut hati, dan halus. Keris berarti seseorang dalam
tidaklah penting. Ia lebih empati kepada berhubungan dengan sesama manusia dapat
urusan ketidakadilan, keterpurukan, dan saling memagari, memperingatkan, dan
penjajahan yang dilakukan orang Belanda mengendalikan diri secara aris, jangan sampai
kepada kaum pribumi. Sikap Minke tersebut memamerkan dirinya. Keris adalah senjata
seperti halnya ajaran orang Jawa agar tidak tajam. Sebagai senjata tajam maka keris
terobsesi akan pangkat, kedudukan, dan mencerminkan sebuah kekuatan,
jabatan. Janganlah terobsesi atau terkungkung keperkasaan, kegagahan, keberanian, maupun
oleh keinginan untuk memperoleh kekuasaan (Siswanto, 2013: 86—87).
kedudukan, kebendaan, dan kepuasan Konteks: Minke bersiap menata diri untuk
duniawi. Sikap ini sebagai pembatas diri agar acara pengangkatan ayahnya yang akan
selalu waspada akan kemewahan pangkat diangkat menjadi Bupati. Ia merasakan
dan jabatan yang bisa menjerumuskan kembali wujudnya sebagai orang Jawa dan
manusia kepada sifat-sifat keserakahan orang pribumi asli dengan pakaian yang ia
materi. kenakan.
Konteks: Minke duduk di hadapan
f) ―Pakaian dan permunculanku sekarang
Bunda untuk mendengarkan nasihatnya.
ini aku anggap produk bumi manusia
Bunda menerangkan Minke tentang syarat
akhir abad sembilan belas, kelahiran
menjadi kesatria Jawa, yaitu harus memiliki
jaman modern. Twente telah
dan memaknai curiga atau keris sebagai
menenunkan untuk orang Jawa, juga
sesuatu yang harus dimiliki Minke.
memilihkan bahannya. Tenunan desa
e) ―Dan kelima curiga, keris itu, Gus,
tinggal dipakai orang desa. Hanya yang
lambang kewaspadaan, kesiagaan,
membatik tinggal orang Jawa. Dan
keperwiraan, alat untuk
tubuhku yang sebatang ini tetap asli‖.
(Toer, 2019: 198)
162 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2020, hlm. 156-165

Kutipan (f) menjelaskan tentang Dalam kutipan tersebut terkandung


kepribadian Minke yang kembali semula ajaran moral, yaitu jangan tergiur oleh hal-hal
sebagai orang Jawa asli. Dengan pakaian adat yang tampak mewah, cantik, dan indah
Jawa yang dikenakannya, Minke merasa jati gemerlap. Ajaran ini disampaikan untuk
dirinya kembali. Ia sungguh gembira dengan mengendalikan hawa nafsu manusia yang
pesona pakaian yang ia kenakan, ditambah gampang tergiur oleh sesuatu yang
dirinya diberi mandat oleh ayahnya sebagai dianggapnya mewah. Hal tersebut
penerjemah bahasa Belanda. disampaikan untuk senantiasa menjaga diri
Harga diri (kehormatan) seseorang agar tidak mudah terpengaruh oleh sesuatu
dilihat dari cara seseorang berpenampilan, yang belum tentu memberikan manfaat.
apakah sesuai dengan papan, adegan (tempat Konteks: Minke berkelahi dengan
dan kondisi). Orang yang berpakaian tidak kakaknya dan membuat Bunda menasihati
rapi serta terlihat kusut kurang mendapatkan Minke atas perilakunya yang tidak sopan
kehormatan dan penghargaan dari orang lain. terhadap saudara yang lebih tua. Minke
Sebaliknya, orang yang berpakaian rapi dan duduk sujud mendengarkan nasihat Bunda
sopan akan mendapatkan penghormatan, sambil meneteskan air mata.
penghargaan, dan pelayanan baik dari orang
lain. Busana juga melambangkan jati diri. h) ―Itu tanda kau bukan Jawa lagi, tak
Konteks: Minke pulang ke rumah dan mengindahkan siapa lebih tua, lebih
menceritakan latar belakang Nyai Ontosoroh berhak akan kehormatan, siapa yang
dan kekasihnya Annalies yang tinggal lebih berkuasa. Orang Jawa sujud
dengannya selama di Surabaya. Bunda lalu berbakti pada yang lebih tua, lebih
memperingatkan Minke agar jangan selalu berkuasa, suatu jalan pada penghujung
tergiur dengan pribadi Nyai Ontosoroh dan keluhurannya.‖
Annalies. (Toer, 2019: 193)

g) ―Juga jangan jadi kriminil dalam Kutipan (h) memperlihatkan Bunda


percintaan yang menaklukkan wanita menginginkan Minke menghormati kakak
dengan gemerincing ringgit, kilau harta kandungnya sebagai orang yang lebih tua.
dan pangkat. Lelaki belakangan ini Tindakan Minke yang berani melawan
adalah juga kriminil, sedang perempuan kakaknya tersebut tidak mencerminkan
yang tertaklukkan hanya pelacur‖. budaya orang Jawa yang selalu menghormati
(Toer, 2019: 440) orang yang lebih tua. Bunda mengingatkan
Minke agar ia selalu ingat akan hal tersebut
Kutipan (g) memperlihatkan bahwa sebagai sebuah nilai keluhuran manusia.
Bunda menasihati Minke agar selalu waspada Di dalam kutipan (h) terdapat nilai
dan menjaga diri dari pengaruh Nyai luhur, yakni tentang menghormati dan
Ontosoroh dan kekasihnya Annalies sebagai dihormati, rendah hati, tidak sombong, dan
orang terkemuka. Bunda memperingatkan sifat-sifat lainnya. Sikap ini diwariskan dari
Minke agar tidak terpukau oleh harta dan generasi ke generasi untuk menjaga tradisi
kedudukan wanita yang dicintainya. Sebab saling menghormati. Dalam praktiknya
jikalau salah memilih, Minke bisa merupakan ajaran yang muda harus
mendapatkan celaka dalam hidupnya. menghormati yang tua, terlepas dari
Lucyana Indriastuti, Sri Mulyati, dan Syamsul Anwar - Nilai-Nilai Budaya .... 163

kedudukan, pendidikan, dan identitas sosial sendiri semata, tetapi juga memberikan
lainnya yang melekat. manfaat untuk orang lain juga.
Konteks: Minke diangkat oleh Gubenur Konteks: Annalies mengajak Minke ke
Jendral Hindia Belanda sebagai sekretaris kandang kuda miliknya. Annalies
pemerintahan Hindia Belanda bagian Jawa menerangkan Minke ajaran ibunya tentang
Timur. Dengan predikatnya tersebut ia bisa kasih sayangnya terhadap apa pun ciptaan
membuat kebijakan-kebijakan untuk Tuhan di alam semesta ini, termasuk kepada
menyelamatkan masyarakat sekitarnya dari hewan kuda peliharaannya.
keterpurukan. Dalam hati ia merasakan hal
tersebut sebagai buah dari perjuangannya j) ―Kau harus berterimakasih pada segala
menempuh pendidikan di sekolah Belanda yang memberimu kehidupan, kata
yang bermanfaat untuk lingkungan Mama, sekalipun dia hanya seekor
sekitarnya. kuda‖

i) ―Ilmu dan pengetahuan, yang Pada kutipan (j) Annalies mengajak


kudapatkan dari sekolah dan Minke untuk bermain ke kebun dan
kusaksikan sendiri pernyataannya penangkaran hewan miliknya. Minke merasa
dalam hidup, telah membikin pribadiku heran dengan sikap Annalies yang penuh
menjadi agak berbeda dari sebangsaku kasih sayang terhadap segala apa pun yang
pada umumnya. Menyalahi wujudku dia miliki dari mulai perkebunan sayur,
sebagai orang Jawa atau tidak aku pun hewan peliharaan, dan orang desa di
tidak tahu. Dan justru pengalaman sekitarnya. Kasih sayang Annalies ini adalah
hidup sebagai orang Jawa berilmu bentuk ajaran Mama Ontosoroh sebagai
pengetahuan. Eropa yang mendorong perempuan Jawa yang mengajarkan anaknya
aku suka mencatat-catat. Suatu kali untuk berterima kasih kepada segala hal yang
akan berguna seperti sekarang ini‖. memberikan manfaat.
(Toer, 2019: 12) Isi kutipan (j) adalah cerminan perilaku
tentang keselarasan hidup manusia dengan
Dalam kutipan (i) Minke merasakan alam semesta. Manusia hidup di dunia harus
pribadinya berguna untuk lingkungan mengusahakan keselamatan, kebahagiaan,
sekitarnya. Kegigihannya untuk mendalami dan kesejahteraan bagi dirinya dan alam
ilmu pengetahuan Eropa bermanfaat bagi semesta. Dengan berterima kasih kepada
perubahan sosial hidup masyarakat segala hal yang memberi kehidupan, manusia
sekelilingnya. Hal tersebut memperlihatkan akan mendapatkan kehidupan yang harmonis
Minke mewariskan nilai kehidupan, yaitu serta jauh dari sifat-sifat murka, serakah, dan
menjadi manusia yang senantiasa tamak.
memberikan manfaat dan kebaikan kepada Konteks: Nyai Ontosoroh bercerita
orang lain dan lingkungan sekitarnya. kepada Minke tentang masa lalunya ketika
Kutipan (i) bermakna hidup itu nyala, dipaksa ayahnya menikahi Robert Mellema.
hendaknya sebagai manusia memilih hidup
yang memberi manfaat bagi orang lain di k) ―Aku yakin semua orang akan dapat
sekitarnya. Sikap hidup ini dijalankan orang mengerti perasaanku waktu itu: gemas,
Jawa sebagai implementasi bahwa manusia marah jengkel, tapi tak tahu apa harus
tidak bisa hidup untuk kepentingan dirinya aku perbuat. Ternyata dalam hal ini aku
164 Jurnal Ilmiah Kebudayaan SINTESIS, Volume 14, Nomor 2, Oktober 2020, hlm. 156-165

hanya bocah kecil yang masih Pada kutipan (l) Minke memandang
beringus.‖ dirinya akan bisa mengubah kehidupan
(Toer, 2019: 488) masyarakat Jawa seperti layaknya bangsa
Eropa. Menempuh pendidikan Eropa yang
Kutipan (k) memperlihatkan perasaan serba modern membuatnya optimis akan
Nyai Ontosoroh ketika dulu pada masa sukses di kemudian hari dan berguna bagi
kecilnya merasakan perlakuan tidak adil yang tanah airnya. Semangat tersebut diperlihatkan
membuatnya marah terhadap kemauan Minke dengan belajar sungguh-sungguh agar
ayahnya yang ingin menikahkan dia dengan cita-citanya dapat tercapai. Hal ini persis
Herman Mellema. Nyai hanya bisa menahan seperti filosofi yang mengatakan bahwa ilmu
amarah dan menerima segala apa yang bisa diperoleh dengan cara menjalani hidup
terjadi. Cerita Nyai Ontosoroh tentang masa dengan sungguh-sungguh maka langkah
lalunya itulah yang menggambarkan bahwa untuk meraih cita-cita akan tercapai.
manusia dalam kedudukannya selalu diliputi Konteks: Miriam mendesak Minke agar
oleh masa lalu sebagai pelajaran terpenting jangan mudah percaya kepada hal-hal yang
untuk kehidupan ke depannya. belum tentu baik baginya. Dia menginginkan
Kutipan (k) menggambarkan nilai Minke untuk berhati-hati dalam menanggapi
budaya tentang sabar dan ikhlas yang berarti pikiran gurunya yang cenderung
menerima segala sesuatunya dengan lapang mengajarkan Minke untuk bebas berpikir
dada (Endaswara, 2006: 85). Nilai ajaran ini semaunya.
merupakan entitas manusia yang selalu
bersabar dalam menghadapi cobaan hidup. m) ―Kan baik belum tentu benar, juga
Orang tidak suka memaksakan kehendak diri belum tentu tepat? Malah bisa salah
atas keterpurukan yang ditimpanya, tetapi pada waktu dan tempat yang tidak
lebih pada menerima pahitnya hidup untuk cocok.‖
kemudian menjadi pelajaran agar ke
depannya tidak terulang kembali. Kutipan (m) ini menceritakan tentang
Konteks: Minke merenungi perdebatan Miriam dengan Minke. Mereka
perkembangan zaman yang semakin maju. Ia berdua berdebat soal baik tidaknya
membayangkan dirinya kelak bisa menanggapi isi cerita guru Minke yang
mengarungi luasnya samudra ilmu terkesan mengajarkan kebebasan berpikir.
pengetahuan Eropa dan kelak bisa berguna Miriam menegaskan Minke agar berhati-hati
untuk orang lain. dalam menanggapi pernyataan orang lain
agar dirinya suatu saat tidak jatuh pada
l) ―Menyalahi wujudku sebagai orang lubang yang salah.
Jawa atau tidak aku pun tidak tahu. Dan Dari kutipan (m) di atas bisa
justru pengalaman hidup sebagai orang digambarkan bahwa peringatan yang
Jawa berilmu pengetahuan Eropa yang disampaikan Miriam kepada Minke adalah
mendorong aku suka mencatat-catat. bentuk kewaspadaan jika suatu saat bisa
Suatu kali akan berguna, seperti terjadi malapetaka pada Minke. Anggapan
sekarang ini‖. Minke tentang kebenaran perkataan gurunya
(Toer, 2019: 12) tersebut tidak pasti cocok pada situasi ruang
dan waktu yang berbeda, bisa saja akan salah.
Oleh karena itu, Minke harus berhati-hati
Lucyana Indriastuti, Sri Mulyati, dan Syamsul Anwar - Nilai-Nilai Budaya .... 165

menyikapi hal tersebut. Konteks kutipan (m) buku sastra. Oleh karena itu, penting sekali
menggambarkan nilai budaya yang karya sastra, khususnya novel, bisa dijadikan
mengajarkan tentang kewaspadaan akan bahan ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di
segala hal yang dapat mengancam jiwa. SMA.

5. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

Keseluruhan data menunjukkan bahwa Djamaris, E. 1996. Nilai Budaya dalam Beberapa
nilai-nilai budaya Jawa yang terkandung di Karya Sastra Nusantara. Jakarta: Pusat
dalam novel Bumi Manusia karya Pramoedya Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Ananta Toer mencakup 5 kategori nilai Departemen Pendidikan dan
budaya, yaitu (1) nilai mengenai hakikat Kebudayaan.
hidup manusia yang tercakup nilai-nilai Endaswara, S. 2006. Budi Pekerti Jawa.
tentang sikap rendah hati dan tidak sombong, Yogyakarta: Buana Pustaka.
keikhlasan, dan kesederhanaan; (2) nilai Foulcher, K. 1981. "‘Bumi Manusia‘ dan ‗Anak
mengenai hakikat karya manusia yang Semua Bangsa‘: Pramoedya Ananta
terkandung nilai-nilai tentang sifat dan Toer Enters the 1980s‖. Cornell
perilaku seseorang tercermin dari pakaian University Press, 1.
yang dikenakannya; (3) nilai mengenai Herusatoto, B. 2008. Simbolisme Jawa.
hubungan manusia dengan sesamanya, yang Yogyakarta: Ombak.
di dalamnya terkandung nilai tentang saling Herususanto, B. 2002. Simbolisme dalam Budaya
menghormati, tidak bernafsu akan kecantikan Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha
dan kemewahan, dan tentang pentingnya Widia.
hidup untuk bisa memberikan manfaat Huberman, M. B. 2007. Analisis Data Kualitatif
kepada lingkungan sekitarnya; (4) nilai Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru.
mengenai hakikat manusia dengan alam, Jakarta: Universitas Indonesia.
ketegori nilai ini mengandung pesan tentang Jong, D. 1976. Salah Satu Sikap Hidup Orang
keselarasan hidup manusia dengan alam Jawa. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.
harus terus dijaga; dan (5) nilai mengenai Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa.
hakikat manusia dalam ruang dan waktu Jakarta: Balai Pustaka.
terdiri atas nilai yang menggambarkan sikap Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan
kesabaran dan semangat hidup untuk meraih Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:
cita-cita. Djambatan.
Implikasi nilai-nilai budaya Jawa yang Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian
terkandung dalam novel Bumi Manusia karya Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Pramoedya Ananta Toer terhadap Rosdakarya.
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA yaitu Nirmala, A. A. 2018. ―Asonansi Dalam Cerpen
dengan pembelajaran sastra, siswa ‗UGD‘ Karya Djenar Maesa Ayu.‖
diharapkan dapat mengapresiasi, menikmati Sasando.
keindahan sastra, mengambil pesan atau nilai-
nilai yang disampaikan pengarangnya untuk
kemudian diaplikasikan di realitas kehidupan
mereka. Selain itu, siswa diharapkan bisa
tertarik untuk memperbanyak literasi buku-

Anda mungkin juga menyukai