Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah sebuah intitusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya
disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
Kesehatan Lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang, dioperasikan dan
dipelihara dengan sangat memeperhatikan aspek kebersihan bangunan dan halaman baik fisik,
sampah, limbah cair, air bersih dan serangga/binatang penganggu. Namun menciptakan
kebersihan di rumah sakit merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks
berhubungan dengan berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, prilaku masyarakat,
kondisi lingkungan, sosial dan teknologi.
RSUD RA Basoeni merupakan fasilitas pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang
sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. Bahwa untuk menghindari risiko
dan gangguan kesehatan, maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit
sesuai dengan persyaratan kesehatan.
BAB II
WAKTU EVALUASI

Waktu evaluasi dilakukan selama periode 1 Januari 2019 – 31 Desember 2019


BAB III
KEGIATAN / PROGRAM

1. Program Pengendalian Kesehatan Lingkungan


Kegiatan :
a. Kesehatan air rumah sakit
b. Kesehatan udara rumah sakit
c. Kesehatan pangan siap saji rumah sakit
d. Kesehatan sarana dan bangunan
e. Pengendalian vector dan binatang pembawa penyakit
f. Pengamanan limbah
g. Pengamanan radiasi
h. Penyelenggaraan linen
i. Manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit
BAB IV
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN

A. Penilaian Sanitasi Rumah Sakit


Berikut adalah rincian penilaian setiap variabel sanitasi rumah sakit serta pembahasannya:
Tabel 4.1 Kesehatan Air Rumah Sakit
I KESEHATAN AIR RUMAH 14
SAKIT
1. Kuantitas air minum a. Memenuhi 5
100 400
Liter/TT/Hari
b. Kurang dari 5
4 50 -
Liter/TT/Hari
c. Tidak memenuhi
persyaratan
0 -
kuantitas
air minum
2. Kuantitas air keperluan a. Memenuhi
higiene dan sanitasi - RS kelas A dan B di
ruang rawat inap
400– 450
4 liter/TT/hari 100
- RS kelas C dan D di 400
ruang rawat inap
200
– 300 liter/TT/hari
b. Di unit rawat jalan
semua kelas rumah
sakit 5 100 400
L/orang/hari
c. Tidak memenuhi
persyaratan
kuantitas air
25 -
keperluan higiene
dan sanitasi
3. Kualitas air minum a. memenuhi
persyaratan fisik, 100
mikrobiologi, -
kimia,
3 radioaktivitas
b. Sebagian memenuhi
persyaratan fisik, 50
mikrobiologi, -
kimia,
radioaktivitas
c. Tidak memenuhi
0
persyaratan 0
kualitas
4. Kualitas air untuk a. memenuhi
keperluan higiene dan persyaratan fisik,
sanitasi mikrobiologi, -
kimia, 100
3 radioaktivitas
b. Sebagian memenuhi
persyaratan fisik,
mikrobiologi, 150
kimia, 50
radioaktivitas
c. Tidak memenuhi
persyaratan -
kualitas 0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dianalisa sebagai berikut :
Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Kuantitas air minum di RSUD RA. Basoeni telah memenuhi syarat yaitu
5L/TT/Hari.
- Kuantitas air keperluan Higiene dan Sanitasi di ruang rawat inap sudah memenuhi
yaitu 200-300L/TT/Hari dan di unit rawat jalan semua kelas rumah sakit
5L/Orang/Hari.
- Kualitas air minum di RSUD RA. Basoeni tidak dilakukan pemeriksaan
dikarenakan menggunakan air minum dalam kemasan.
- Kualitas air untuk keperluan hygiene dan sanitasi sebagian memenuhi persyaratan
fisik, mikrobiologi, kimia, radioaktivitas dikarenakan hasil e.coli masih belum
memenuhi syarat yaitu <1,8 (hasil terlampir)

Tabel 4.2 Kesehatan Udara Rumah Sakit


II KESEHATAN UDARA
RUMAH 10
SAKIT
1. Memenuhi Standar a. Ruang operasi
50 100
Baku Mutu kosong, 35 CFU/m3
2
Mikrobiologi Udara, b. Ruang operasi ada
50
angka disesuaikan aktifitas, 180
-
dengan CFU/m3
jenis ruangan
2. Memenuhi standar baku a. Semua ruangan
mutu fisik untuk memenuhi 100
-
kelembaban udara 2 kelembaban (40-60
%)
b. Sebagian ruangan
memenuhi 50
100
kelembaban (40-
60%)
3. Memenuhi standar baku
mutu untuk a. Ruang pasien
pencahayaan, angka - Saat tidak 10
disesuaikan dengan jenis tidur (250 -
2 lux)
ruangan
- Saat tidur (50
lux)
b. Rawat Jalan (200 10 -
lux)
c. Unit Gawat Darurat
10 -
(300 lux)
d. Operasi Umum
(300- 10
20
500 lux)
e. Meja Operasi
10 20
(10.000-20.000 lux)
f. Anastesi pemulihan
10 -
(300-500 lux)
g. Endoscopy, lab (75-
10 -
100 lux)
h. Sinar X (minimal 60
10 -
lux)
i. Koridor (minimal
100 5
-
lux)
j. Tangga (minimal
100 5
-
lux)
k. Administrasi/Kantor -
10
(minimal 100 lux)
4. Memenuhi standar baku a. Ruang pasien
mutu untuk kebisingan, - Saat tidak tidur 15
angka disesuaikan (45 dBA) -
dengan jenis ruangan - Saat tidur (40
dBA)
b. Operasi Umum (45
10 0
dBA)
c. Ruang Umum (45
5 -
dBA)
d. Anastesi
5 -
pemulihan(50 dBA)
e. Endoscopy, lab (65
2 5 -
dBA)
f. Sinar X (40 dBA) 5 -
g. Koridor (45 dBA) 5 -
h. Tangga (65 dBA) 5 -
i. Kantor/lobby (65
5 -
dBA)
j. Ruang alat /gudang
5 -
(65 dBA)
k. Farmasi (65 dBA) 5 -
l. Ruang cuci (80 5
-
dBA)
m. Ruang isolasi (20
10 -
dBA)
n. Ruang poligigi (65
5 -
dBA)
o. Ruang ICU (65 dBA) 5 -
p. Ambulans (40 dBA) 5
-
5. Memenuhi persyaratan a. Karbon monoksida 10
kualitas kimia udara 3 20
maks. 10.000µg/m
ruang b. Karbodioksida maks.
10 20
1 ppm
c. Timbal maks. 0,5
10 20
µg/m3
d. Nitrogen dioksida
10 20
maks. 200 µg/m3
e. Sulfur dioksida
10 20
maks. 125 µg/m3
f. Formaldehida maks
10 -
2 100 µg/m3
g. Total senyawa
organik yang 10
mudah menguap -
(T.VOC)
maks. 3
h. Tidak berbau (bebas
15 30
H2S dan amoniak)
i. Kadar debu
(diameter
<10 mikron atau
15
tidak melebihi 150 30
µg/m3 dan tidak
mengandung debu
asbes)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dianalisa sebagai berikut :


Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Standar baku mutu mikrobiologi udara pada ruang operasi kosong

memenuhi syarat yaitu dibawah 35 CFU/m3 (hasil terlampir). Untuk


ruang operasi ada aktifitas tidak dilakukan pemeriksaan.
- Standar baku mutu fisik untuk kelembaban udara sebagian ruangan
memenuhi kelembaban 40-60%.
- Standar baku mutu untuk pencahayaan pada ruang operasi umum dan
meja operasi telah memenuhi syarat yaitu 300-500lux dan 10.000-
20.000lux (hasil terlampir). Sedangkan untuk ruang pasien, rawat jalan,
IGD, anastesi pemulihan, endoscopy, sinar x, koridor, tangga dan
administrasi/kantor tidak dilakukan pemeriksaan.
- Standar baku mutu kebisingan pada ruang operasi umum tidak
memenuhi syarat (hasil terlampir). Dan tidak dilakukan pemeriksaan
pada ruangan lainnya seperti ruang pasien, ruang umum, anastesi
pemulihan, endoscopy, sinar x, koridor, tangga, kantor/lobby, Gudang,
farmasi, ruang cuci, ruang isolasi, poli gigi, ICU dan ambulans.
- Kualitas udara ruang di RSUD RA. Basoeni memenuhi syarat yaitu karbon
monoksida maks 10.000µg/m3, karbon dioksida maks 1 ppm, timbal maks
0,5µg/m3, nitrogen dioksida maks 200µg/m3, sulfur dioksida maks 125 µg/m3, bebas
H2S dan amoniak serta kadar debu tidak melebihi 150 µg/m 3 dan tidak
mengandung debu asbes. Sedangkan untuk formaldehida dan Total senyawa
organic yang mudah menguap (T.VOC) tidak dilakukan pemeriksaan.

Tabel 4.3 Kesehatan Pangan Siap Saji Rumah Sakit

III. KESEHATAN PANGAN


SIAP 10
SAJI RUMAH SAKIT
1. Memenuhi standar a. Rumah sakit
baku mutu pangan memiliki sertifikat 100
5 -
siap saji jasa boga golongan
B
b. Rumah sakit
tidak memiliki 0 0
sertifikat.
2. Hasil IKL memenuhi 5 a. Ya 100 500
syarat jasaboga golongan B b. Tidak 0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dianalisa sebagai berikut :


Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Standar baku mutu pangan siap saji di RSUD RA. Basoeni tidak memiliki sertifikat
- Hasil IKL jasaboga golongan B memenuhi syarat

Tabel 4.4 Kesehatan Sarana dan Bangunan

IV. KESEHATAN SARANA


DAN 10
BANGUNAN
1. Toilet pengunjung a. Perbandingan 1 toilet
untuk pengunjung
wanita 1:20 dan 1:30 10 200
0
untuk pengunjung
2
pria
b. Perbandingan toilet
pengunjung pria dan 50
wanita tidak sesuai
dengan jumlahnya.
2. Toilet disabilitas Tersedia toilet untuk 10
2 0
orang yang
keterbatasan fisik
(disabilitas) di ruang 200
rawat jalan, penunjang
medik dan IGD
a. Ya
b. Tidak 0
3. Lantai rumah sakit a. lantai terbuat dari
bahan yang kuat,
kedap air, permukaan 25
rata, tidak licin, 50
warna terang, dan
mudah
dibersihkan.
b. lantai yang selalu
2 kontak dengan air
harus mempunyai
25
kemiringan yang
50
cukup ke arah
saluran
pembuangan
air limbah.
c. Pertemuan lantai
dengan dinding harus
berbentuk Konus 25
50
atau lengkung agar
mudah
dibersihkan.
d. Permukaan dinding
harus kuat rata,
berwarna terang dan
menggunakan cat 25
yang tidak luntur 50
serta tidak
menggunakan cat
yang mengandung
logam berat.
4. Pintu rumah sakit a. Pintu utama 40
dan pintu-
pintu yang
dilalui brankar/tempat
tidur pasien memiliki 20
lebar bukaan minimal
2 120 cm, dan pintu-
pintu yang tidak
menjadi akses tempat
tidur pasien memiliki
lebar bukaan minimal
90 cm.
b. Di daerah sekitar
pintu masuk tidak 20
40
boleh ada perbedaan
ketinggian lantai.
c. Pintu untuk kamar
mandi di ruangan
perawatan pasien
15
dan pintu toilet
30
untuk aksesibel,
harus terbuka ke
luar, dan
lebar
d. Pintu-pintu yang
menjadi akses tempat
tidur pasien harus 15 0
dilapisi bahan anti
benturan.
e. Ruang perawatan
pasien harus
memiliki bukaan
15
jendela yang dapat
30
terbuka secara
maksimal untuk
kepentingan
pertukaran udara.
f. Pada bangunan rumah
sakit bertingkat, lebar
bukaan jendela harus
aman dari 15
kemungkinan pasien 30
dapat
melarikan/meloloska
n
diri.
5. Atap rumah sakit a. kuat, tidak bocor,
tahan lama dan tidak
menjadi tempat 10
1 perindukan 0
serangga, tikus, dan
binatang
pengganggu lainnya.
b.Memenuhi sebagian
50 50
persyaratan di atas
6. Langit-langit rumah sakit a. Langit-langit kuat,
berwarna terang, dan
mudah dibersihkan,
tidak mengandung 20
1 20
unsur yang dapat
membahayakan
pasien, tidak
berjamur.
b. Tinggi langit-langit di 20
ruangan minimal
2,80 m, dan tinggi di 20
selasar (koridor)
minimal 2,40 m.
c. Tinggi langit-langit di
ruangan operasi 20 20
minimal 3,00 m.
d. Pada ruang operasi
dan ruang perawatan
intensif, bahan 20
langit- langit harus 0
memiliki tingkat
ketahanan api
(TKA) minimal 2 jam.
e. Pada tempat-tempat
yang membutuhkan
tingkat kebersihan
ruangan tertentu, 20
maka lampu-lampu 20
penerangan ruangan
dipasang
dibenamkan
pada plafon (recessed).

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dianalisa sebagai berikut :


Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Toilet pengunjung memiliki perbandingan 1:20 untuk pengunjung wanita dan 1:30
untuk pengunjung pria
- Tersedia toilet untuk orang yang mempunyai keterbatasan fisik (disabilitas) di
ruang rawat jalan, penunjang medik dan IGD
- Lantai rumah sakit :
i. Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak licin, warna
terang dan mudah dibersihkan
ii. Lantai yang selalu kontak dengan air mempunyai kemiringan cukup kearah
saluran pembuangan
iii. Pertemuan lantai dan dinding berbentuk konus
iv. Permukaan dinding kuat, rata, berwarna terang, cat tidak luntur dan tidak
mengandung logam berat
- Pintu rumah sakit :
i. Pintu utama dan yang dilalui brankar memiliki lebar bukaan minimal 120 cm
dan pintu yang tidak menjadi akses brankar memiliki lebar bukaan minimal
90 cm.
ii. Tidak ada perbedaan ketinggian lantai disekitar pintu masuk
iii. Pintu kamar mandi di ruang perawatan pasien dan pintu toilet untuk aksesibel
terbuka keluar dan lebar
iv. Pintu yang menjadi akses brankar tidak dilapisi bahan anti benturan
v. Ruang perawatan pasien memiliki bukaan jendela secara maksimal
vi. Bukaan jendela aman dari kemungkinan pasien dapat melarikan/meloloskan
diri
- Atap rumah sakit kuat, tahan lama, tidak menjadi tempat perindukan serangga, tikus
dan binatang pengganggu lainnya. Namun masih ada sedikit ruangan yang bocor
- Langit-langit rumah sakit :
i. Langit-langit kuat, berwarna terang, mudah dibersihkan dan tidak
mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien serta tidak berjamur
ii. Tinggi langit-langit diruangan minimal 2,80m dan tinggi di selasar minimal
2,40m
iii. Tinggi langit-langit di ruangan operasi minimal 3,0m
iv. Pada ruangan operasi dan ruang perawatan intensif tidak menggunakan
bahan langit-langit yang memiliki tingkat ketahanan api (TKA)
v. Pada ruangan tertentu lampu-lampu ruangan dipasang dibenamkan pada
plafon (recessed)

Tabel 4.5 Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit

V. PENGENDALIAN VEKTOR
DAN BINATANG 10
PEMBAWA PENYAKIT
1. Angka kepadatan vektor a. Nyamuk Anopheles
sp. MBR (Man 10
biting
rate) <0,025
b. Larva Anopheles
10
sp. indeks habitat <1
c. Nyamuk Aedes
aegypti dan/atau
Aedes albopictus 10 50
5
Angka Istirahat
(Resting rate) <0,025
d. Larva Aedes
aegypti dan /atau ABJ
(Angka 10 50
Bebas Jentik)
≥95
e. Nyamuk Culex sp.
MHD (Man Hour 10
Density) <1
f. Larva Culex sp. indeks
10
habitat <5
g. Mansonia sp., MHD 10
(Man Hour Density) <5
h. Pinjal, Indeks Pinjal
10 50
Khusus <1
i. Lalat, Indeks Populasi
10 0
Lalat <2
j. Kecoa, Indeks Populasi
10 0
Kecoa <2
2. Angka kepadatan untuk a. Tikus Success trapnya
100 500
binatang pembawa <1
5
penyakit b. Tikus Success trapnya
0
>1
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dianalisa sebagai berikut :
Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Angka kepadatan vector :
i. Tidak dilakukan pemeriksaan MBR (Man Biting Rate) nyamuk Anopheles sp.
ii. Tidak dilakukan pemeriksaan indeks habitat larva anopheles sp.
iii. Tidak dilakukan pemeriksaan angka istirahat nyamuk Aedes aegypti dan/atau
Aedes albopictus
iv. ABJ (Angka Bebas Jentik) larva Aedes aegypti ≥ 95
v. Tidak dilakukan pemeriksaan MHD (Man Hour Density) nyamuk Culex sp.
vi. Tidak dilakukan pemeriksaan indeks habitat larva Culex sp.
vii. Tidak dilakukan pemeriksaan MHD (Man Hour Density) Mansonia sp.
viii. Indeks pinjal khusus < 1
ix. Indeks populasi lalat > 2
x. Indeks populasi kecoa > 2
- Angka kepadatan untuk binatang pembawa penyakit (Tikus Success trapnya < 1)

Tabel 4.6 Pengamanan Limbah

VI. PENGAMANAN LIMBAH 16


1. Limbah padat domestik a. Melakukan
penanganan limbah 40 200
dengan 3R
b. Memiliki TPS limbah
5 30 150
domestik
c. Pengangkutan di TPS
dilakukan tidak boleh 30 0
lebih dari 2x24 jam
2. Limbah padat B3 5
a. Melakukan pemilahan
a. Ya 20 100
limbah medis dan non
medis b. Tidak 0
b. Memenuhi ketentuan a. Ya 20 100
lamanya penyimpanan
b. Tidak 0
limbah medis B3
c. Memiliki TPS B3 yang a. Ya 20 100
berizin b. Tidak 0
d. Memiliki pengolahan a. Ya 40 200
limbah B3 sendiri
(incenerator atau
autoclaf dll) yang b. Tidak 0
berizin dan atau pihak
ke tiga
yang berizin
3. Limbah cair
a. Memiliki IPAL dengan
a. Ya 50 200
izin

4 b. Tidak 0

b. hasil pengolahan limbah a. Ya 50 200


cair memenuhi baku
mutu
b. Tidak 0

4. Limbah Gas a. Memenuhi penaatan


dalam frekuensi
pengambilan contoh 20
pemeriksaan emisi gas
buang dan udara
ambien luar
b. Kualitas emisi gas
buang dan partikulat
dari cerobong
memenuhi standar
kualitas udara sesuai 20
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan tentang
standar kualitas gas
2 emisi sumber tidak
bergerak
c. Memenuhi
penaatan pelaporan
hasil uji atau
pengukuran 20
laboratorium
limbah gas kepada
instansi
pemerintah sesuai
ketentuan, minimal
setiap 1 kali setahun
d. Setiap sumber emisi
gas berbentuk
cerobong tinggi
20
seperti generator set,
boiler dilengkapi
dengan fasilitas
penunjang uji
emisi.
e. cerobong gas buang
di rumah sakit 20
dilengkapi dengan
40
alat
kelengkapan
cerobong.

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dianalisa sebagai berikut :


Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Limbah padat domestik dilakukan penanganan limbah dengan 3R, memiliki TPS
limbah domestik. Namun pengangkutan di TPS dilakukan lebih dari 2x24 jam
- Limbah padat B3 :
i. Dilakukan pemilahan limbah medis dan non medis
ii. Penyimpanan limbah medis B3 sesuai ketentuan
iii. TPS B3 memiliki izin
iv. Pihak ketiga memiliki izin untuk melakukan pengolahan sendiri (incinerator
atau autoclaf dll)
- Limbah Cair :
i. Memiliki IPAL yang sudah berijin
ii. Hasil pengolahan limbah cair sesuai baku mutu
- Limbah Gas :
i. Penaatan dalam frekuensi pengambilan contoh pemeriksaan emisi gas buang
dan udara ambien luar, belum dilakukan pemeriksaan
ii. Kualitas emisi gas buang dan partikulat dari cerobong, belum dilakukan
pemeriksaan
iii. Penataan hasil uji atau pengukuran laboratorium limbah gas kepada instansi
pemerintah, belum dilaksanakan
iv. Sumber emisi gas berbentuk cerobong tinggi (generator set) belum dilakukan
uji emisi
v. Cerobong gas buang (generator set) di rumah sakit telah dilengkapi dengan alat
kelengkapan cerobong

Tabel 4.7 Pengamanan Radiasi

VII PENGAMANAN RADIASI 10


Pengamanan radiasi a. Rumah sakit
mempunyai izin
penggunaan alat dari
40 400
Badan Pengawas
Tenaga Nuklir
(BAPETEN)
b. Mempunyai peralatan
30 300
proteksi radiasi
c. Melakukan
pemantauan pekerja
30
radiasi 300
menggunakan
alat proteksi diri

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dianalisa sebagai berikut :


Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Rumah sakit mempunyai izin menggunakan alat dari Badan Pengawas Tenaga
Nuklir (BAPETEN)
- Mempunyai peralatan proteksi radiasi
- Melakukan pemantauan pekerja radiasi menggunakan alat proteksi diri

Tabel 4.8 Penyelenggaraan Linen

VII PENYELENGGARAAN 10
LINEN
1. Penyelenggaraan a. Terdapat keran air
linen internal keperluan higiene dan
(dalam rumah sanitasi dengan tekanan
sakit), memenuhi cukup dan kualitas air yang
penyelenggaraan memenuhi persyaratan 20
linen baku mutu, juga tersedia 140
air panas dengan tekanan
dan suhu yang
memadai.

7
b. Dilakukan pemilahan
antara linen infeksius dan 20 140
non infeksius
c. Dilakukan pencucian
secara terpisah antara 20 140
linen infeksius
dan noninfeksius.
d. Tersedia ruang pemisah
antara linen 20 140
bersih dan linen kotor
e. Memenuhi
persyaratan perlakuan 20 140
terhadap linen, yaitu
2. Penyelenggaraan linen a. Adanya MoU dengan
50 -
eksternal (di luar rumah Pihak Ke tiga
sakit) 3 b. Dilakukan
50 -
pengawasan rutin
c. Tidak dilakukan
0 -
pengawasan rutin

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dianalisa sebagai berikut :


Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Penyelenggaraan linen internal (dalam rumah sakit), memenuhi penyelenggaraan
linen :
i. Tersedia kran air keperluan hygiene dan sanitasi dengan tekanan cukup dan
kualitas air yang memenuhi persyaratan baku mutu tetapi belum tersedia air
panas dengan tekanan dan suhu yang memadai
ii. Dilakukan pemilahan linen infeksius dan non infeksius
iii. Dilakukan pencucian secara terpisah antara infeksius dan non infeksius
iv. Tersedia ruang pemisah antara linen bersih dan linen kotor
v. Memenuhi persyaratan perlakuan terhadap linen

Tabel 4.9 Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


IX MANAJEMEN KESEHATAN 10
LINGKUNGAN RUMAH SAKIT
1. Manejemen a. Ada unit / instalasi Sanitasi 25
Kesehatan Rumah sakit 100
Lingkungan Rumah b. Memiliki dokumen administrasi
Sakit kesehatan lingkungan rumah 15
sakit yang meliputi
60
panduan/pedoman (seperti SK,
SOP)

c. Memiliki dokumen lingkungan


hidup yang telah disahkan oleh
instansi Pemerintah atau sesuai 20 80
4 dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
d. Memiliki rencana kerja bidang
kesling 20 80

e. Melaksanakan monitoring dan


evaluasi kegiatan kesehatan 40
10
lingkungan rumah sakit
f. Membuat laporan rutin ke
direksi/pimpinan rumah sakit 40
10
dan instansi yang berwenang
2. Peralatan Kesling a. Memiliki semua peralatan
pemantauan kualitas lingkungan
minimal (thermometer air,
3 hygrometer, sound level meter,
lux meter, alat ukur swapantau
air bersih yakni khlor meter, pH 100
meter dan alat ukur kepadatan -
vector pembawa penyakit, yakni
alat perangkap lalat (fly trap),
alat ukur kepaadatan lalat (fly
grill)

b. Memiliki sebagian peralatan 50


pemantauan kualitas lingkungan
150
minimal

c. Tidak memiliki peralatan 0


pemantauan kualitas lingkungan -
minimal
5. Tenaga kesehatan lingkungan a. Penanggung jawab kesehatan
rumah sakit lingkungan rumah sakit kelas A
dan B (rumah sakit pemerintah
dan swasta) adalah memiliki
Pendidikan bidang kesehatan 100 -
lingkungan /sanitasi / teknik
3 lingkungan / teknik penyehatan
minimal berijazah sarjana (S1)
atau Diploma IV
b. Penanggung jawab kesehatan
lingkungan rumah sakit kelas C 100
dan D (rumah sakit pemerintah
dan swasta) adalah memiliki
Pendidikan bidang kesehatan 300
lingkungan / sanitasi/ Teknik
lingkungan / teknik penyehatan
minimal berijazah diploma (D3)

Berdasarkan tabel 4.9 dapat dianalisa sebagai berikut :


Dari tabel diatas diketahui bahwa :
- Peralatan kesling yang dimiliki masih sebagian yaitu pengukur kelembaban, suhu,
kebisingan, dan pecahayaan ruangan.
- Tenaga kesehatan lingkungan di RSUD RA. Basoeni adalah memiliki pendidikan
bidang kesehatan lingkungan berijazah diploma D3

B. Kesimpulan Hasil Penilaian


Dari 9 variabel standar dan persyaratan kesehatan lingkungan berdasarkan Permenkes
No. 7 Tahun 2019 diperoleh skor 7.640, yang artinya RSUD RA. Basoeni termasuk rumah
sakit yang berkategori baik.

C. Rencana Tindak Lanjut


- Melakukan pemeriksaan fisik lingkungan seperti : pencahayaan, kelembaban dan
kebisingan di ruangan-ruangan yang belum dilakukan pemeriksaan pada tahun
sebelumnya
- Melakukan perencanaan pengendalian vektor untuk diajukan anggaran. Untuk saat ini
RSUD RA. Basoeni sudah memiliki sertifikat anti rayap
- Melakukan perencanaan pengambilan sampel emisi gas di cerobong Generator Set
RSUD RA. Basoeni.
- Melakukan pengajuan untuk pengadaan peralatan pemantauan kualitas lingkungan yang
terdiri dari : alat ukur swapantau air bersih dan air limbah
BAB V
PENUTUP

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenar-benarnya

Mojokerto, 15 Januari 2020


Mengetahui,
Kepala Ruangan IPSRS
RSUD RA. Basoeni

Trio Handoko, ST, M.Kes


NIP. 19760521 201001 1 010

Anda mungkin juga menyukai