Anda di halaman 1dari 13

IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp.

1~5
ISSN: 1978-1520  1

Prosiding seminar nasional PBSI tahun 2020


Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka
Belajar Pada Era Revolusi Industry 4.0 dan Society

Konflik Batin Tokoh Utama dan Nilai Pendidikan


Karakter Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian

Dr. Abdurahman Adisaputera, M.Hum, Angelin Siringo-ringo1, Carolina Mervawati


Sinambela2, Mey Waty Silaban3
e-mail: 1Anggelin937@gmail.com , 2Carolinasinambela1999@gmail.com ,
3
Meywaty3199@gmail.com
Universitas Negeri Medan; Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan (20221) Telp (061) 6625970
Fax (061) 6613319-6614002
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Medan

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik batin tokoh utama dan nilai
pendidikan karakter dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis isi. Sumber data
dalam penelitian ini berasal dari kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho
Notosusanto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian
karya Nugroho Notosusanto memiliki konflik batin pada tokoh utama yaitu konflik mendekat-
mendekat, konflik mendekat-menjauh, konflik menjauh-menjauh. Selain itu, dalam kumpulan
cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto juga memiliki 15 nilai pendidikan
karakter dari 18 nilai pendidikan karakter yang sudah ditetapkan Kemendiknas yaitu nilai
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli
sosial, dan tanggung jawab.

Kata kunci : konflik batin tokoh utama, nilai pendidikan karakter, cerpen

A. PENDAHULUAN

Karya sastra merupakan suatu hasil karya yang diciptakan oleh seseorang sekaligus
memberikan suatu nilai kehidupan bagi para penikmat karya sastra. Karya sastra tidak semata-
mata diciptakan hanya untuk kesenangan si pengarang, tetapi ada sesuatu hal yang mau
disampaikan penulis tersebut melalui karya sastra untuk dipahami dan dirasakan didalam
kehidupan para penikmatnya. Dalam hal ini, si pengarang menjadi bagian dari masyarakat. Hal
tersebut yang membuat karya sastra banyak digemari penikmatnya sampai saat ini.
Salah satu bentuk karya sastra yang masih dinikmati sampai saat ini yaitu cerpen.
Cerpen merupakan jenis karya sastra berbentuk narasi yang menceritakan atau menggambarkan
sebuah kisah yang didalamnya terdapat tokoh, konflik permasalahan dan penyelesaiannya dan
ditulis dengan singkat dan padat. Septia (2017, h.102) menyatakan bahwa misi cerpen harus
mengutamakan pembinaan kepribadian, hal ini didasarkan pada kenyataan hidup masyarakat.
Cerpen bisa saja menceritakan realitas dari kehidupan si pengarang dan bisa juga menceritakan

Received June 1st,2012; Revised June 25th, 2012; Accepted July 10th, 2012
2  ISSN: 1978-1520

tentang keadaan sosial atau fenomena yang dilihat dan diamatinya. Sebuah cerpen pastinya
terdapat sebuah konflik batin tokoh utama dan nilai pendidikan karakter dalam cerpen yang
dibuat.
Konflik batin merupakan konflik yang disebabkan oleh kebimbangan dan akan
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Ristiana dan Adeani (2017, h.49) berpendapat bahwa
sebuah rangkaian peristiwa manusiawi yang mampu menarik pembaca dengan adanya konflik-
konflik yang kompleks dalam cerita dan yang menjadi perhatian pembaca terletak pada konflik
yang klimaks serta penyelesaiannya. Sedangkan Tara, dkk (2019, h.104) menyatakan konflik
batin terjadi akibat sebuah pertentangan yang ada didalam diri seorang tokoh, hal tersebut akan
membuat kembimbangan dan kebingungan dari untuk memlih sebuah keputusan.
Nilai pendidikan karakter merupakan hal yang terpenting juga dalam sebuah cerpen.
Nilai pendidikan karakter akan memberikan suatu nilai kehidupan yang berkaitan dalam
pembentukan karakter seseorang. Hamdani dan Gani (2019, h.423) menyatakan bahwa nilai-
nilai karakter itu akan berdampak pada masyarakat, pendidikan karakter akan membentuk
karakter seseorang. Sedangkan Mamluah (2017, h.116) menyatakan bahwa pendidikan karakter
akan memperbaiki kesadaran moral dan karakter positif yang hampir hilang dalam suatu
masyarakat. Maka dari itu, sebuah cerpen akan menghasilkan nilai pendidikan karakter yang
akan mempengaruhi pembaca.
Kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” karya Nugroho Notosusanto ini terdiri dari enam
cerita yang ada didalamnya. Perang yang diceritakan dalam kumpulan cerpen ini tidak hanya
dilihat dari sudut peristiwa namun berkaitan dengan tingkah laku tokoh serta para pelakunya
yang ada dalam cerpen. Selain itu, cerita-cerita yang terdapat di kumpulan cerpen ini memilliki
amanat yang mengajak kita generasi muda untuk tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan
bangsa ini dan selalu berbuat baik.
Dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti konflik batin tokoh utama dan
nilai pendidikan karakter kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” karya Nugroho Notosusanto.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konflik batin tokoh utama dan nilai
pendidikan dalam kumpulan cerpen tersebut. Dengan menggunakan teori, kita akan mengetahui
konflik batin tokoh utama dan nilai pendidikan karakter dalam kumpulan cerpen “Hujan
Kepagian” karya Nugroho Notosusanto.

B. KAJIAN TEORI
1. Konflik Batin
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup
bermasyarakat tidak jarang terjadi suatu perdebatan atau konflik, hal ini dikarenakan oleh
banyak hal. Wahyuni (2017, h.11) menyatakan bahwa konflik adalah suatu pertentangan,
percekcokan, dan perselisihan. konflik terjadi pada siapapun dan dimanapun seseorang berada.
Konflik biasanya terjadi akibat adanya dua atau lebih keinginan, pendapat atau gagasan yang
bertentangan sehingga memengaruhi sikap dan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Konflik batin menurut Alwi, dkk. (2005, h.587) adalah konflik yang disebabkan oleh adanya
dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling bertentangan untuk mengusai diri sehingga
memengaruhi tingkah laku. Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
konflik batin merupakan suatu situasi yang membuat seseorang dihadapi adanya pilihan dalam
waktu yang bersamaan sehingga akan mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Terdapat tiga bentuk konflik menurut Sobur (2003, h.292-299), yaitu:
a. Konflik Mendekat-Mendekat (Approach-Approach Conflict). Konflik ini timbul jika suatu
ketika terdapat dua motif yang semuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan)
sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di antaranya.
b. Konflik Mendekat-Menjauh (Approach-Avoidance Conflict). Konflik ini timbul jika dalam
waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu
positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Oleh karena itu,

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page


3IJCCS ISSN: 1978-1520 

ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu.


c. Konflik Menjauh-Menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict). Konflik ini terjadi apabila pada
saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi
motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.
2. Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter sangat penting dan memberikan dampak yang positif dalam
kehidupan masyarakat. Syafaruddin (2012, h.181) menyatakan bahwa pendidikan karakter
merupakan suatu proses menanamkan karakter bagi peserta didik agar mampu menumbuhkan
karakter khasnya pada saat menjalankan kehidupannya, dengan kata lain peserta didik tidak
hanya memahami pendidikan nilai sebagai bentuk pengetahuan, namun menjadikan pedoman
baginya dalam melaksanakan sesuatu dalam kehidupannya. Sedangkan menurut Koesoema
(2007, h.124) pendidikan karakter merupakan bagian kinerja dari sebuah lembaga pendidikan
yang melibatkan individu dan tata aturan dari lembaga pendidikan itu sendiri.
Kemendiknas (Pusat Kurikulum, 2010, h.9-10), telah menyusun buku panduan tentang
pendidikan karakter. Terdapat 18 nilai pendidikan karakter yang harus diwujudkan dalam setiap
pembelajaran di sekolah. Kedelapan belas nilai tersebut bersumber dari agama, Pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Kedelapan belas nilai-nilai pendidikan karakter
tersebut meliputi: (1) nilai religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6)
kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta
tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar
membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab.
3. Cerpen
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra. Jassir (Purba, 2010, h.48)
mengemukakan bahwa cerita pendek ialah cerita yang pendek. Jassin lebih jauh
mengungkapkan bahwa tentang cerita pendek ini orang-orang dapat melakukan kegiatan-
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari atapun koflik yang dialami misalnya seperti bertengkar
dengan orang lain, tetapi cerita yang seratus halaman panjangnya sudah tentu tidak bisa disebut
cerita pendek dan memang tidak ada cerita pendek yang demikian panjangnya. Sedangkan.
Sedangkan Sumarjo dan Saini (Hartati, 2017, h.119) menyatakan cerpen adalah cerita atau
narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Cerpen tidak sebatas hanya dibaca saja
tetapi kita bisa menggali hal-hal yang terdapat dalam cerpen, misalnya konflik batin pada tokoh
utama dan nilai pendidikan karakter dalam kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” karya Nugroho
Notosusanto.

C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode content analysis atau
analisis isi. Moleong (2007, h.157) memaparkan sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan berupa dokumen dan lain-lain.
Terkait dengan hal tersebut sumber data dalam penelitian ini berasal dari Kumpulan Cerpen
“Hujan Kepagian” karya Nugroho Notosusanto. Langkah-langkah dalam pengumpulan data:
1. Melakukan studi pustaka untuk mencari berbagai referensi yang terkait dengan penelitian
2. Menganalisis dan mencatat kalimat-kalimat dalam cerpen “Hujan Kepagian” karya Nugroho
Notosusanto yang mengandung konflik batin tokoh utama yang terdiri dari konflik
mendekat-mendekat (Approach-Approach Conflict), konflik mendekat-menjauh (Approach-
Avoidance Conflict), konflik menjauh-menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict)
3. Menganalisis dan mencatat kalimat-kalimat dalam cerpen yang mengandung 18 nilai
pendidikan karakter yang terdiri dari nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
4  ISSN: 1978-1520

D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian pada kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” karya Nugroho Notosusanto


menganalisis (1) konflik batin tokoh utama, (2) nilai pendidikan karakter. Hal ini dapat kita lihat
pada pembahasan berikut yang dijabarkan secara lebih lengkap.
1. Konflik Batin Tokoh Utama Pada Kumpulan Cerpen “Hujan Kepagian”
a. Konflik Mendekat-Mendekat (Approach-Approach Conflict).
Konflik ini timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang semuanya positif
(menyenangkan atau menguntungkan) sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu di
antaranya.
Dalam cerpen Bayi, terdapat konflik mendekat-mendekat, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Jalan yang paling mudah ialah lari dan melaporkan keadaan disini. Tapi bukit ini penting
untuk taktik. Bukit itu perangkap untuk musuh” (hal 52)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh utama bimbang untuk memilih melarikan diri dan
memberitahu keadaan yang terjadi, tetapi jika ia melarikan diri, ia harus meninggalkan sebuah
bukit yang biasa ia gunakan untuk taktik dalam melawan musuhnya. Konflik mendekat yang
pertama dalam kalimat itu yaitu tokoh utama melarikan diri dan memberitahu keadaan yang
terjadi dan konflik mendekat yang kedua pada kalimat itu yaitu tokoh utama harus
meninggalkan sebuah bukit yang biasa ia gunakan untuk taktik dalam melawan musuhnya.
b. Konflik Mendekat-Menjauh (Approach-Avoidance Conflict).
Konflik ini timbul jika dalam waktu yang sama timbul dua motif yang berlawanan
mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan,
tidak menyenangkan). Oleh karena itu, ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi
objek itu.
Dalam cerpen Pembalasan Dendam terdapat konflik mendekat-menjauh, dapat dilihat
pada kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Aku ragu-ragu sebentar menceritakan apa yang kuketahui, bukan karena aku malu percaya
pada takhayul tapi karena tidak enak terhadap kedua bersaudara itu” (hal 28)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh utama bimbang untuk memberitahu atau tidak
memberitahu sebuah rahasia kepada temannya. Konflik mendekat dalam kalimat itu yaitu tokoh
utama tidak malu percaya pada takhayul, sedangkan konflik menjauh pada kalimat itu yaitu
tokoh utama segan untuk memberitahu sebuah rahasia kepada temannya.
Dalam cerpen Perawan di Geras Depan, terdapat konflik mendekat-menjauh, dapat
dilihat pada kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Setengah dengan maksud mencarinya, setengah dengan maksud berjalan-jalan untuk
melamun tentang ibu-bapak dan sekolah yang aku tinggalkan, aku pergi juga dari rumah itu”
(hal 45)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh utama tidak memliki tujuan yang jelas, ia
membagi pikirannya antara mencari tokoh “perempuan” dalam cerpen tersebut dan melamun
atau mengingat kembali tentang keluarganya. Konflik mendekat dalam kalimat itu yaitu tokoh
utama teringat pada keluarganya, sedangkan konflik menjauh pada kalimat itu yaitu tokoh
utama ingin mencari tokoh “perempuan” dalam cerpen tersebut yang tiba-tiba menghilang.
Dalam cerpen Bayi, terdapat konflik mendekat-menjauh, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page


5IJCCS ISSN: 1978-1520 

“Untuk kesekian kalinya aku mulai pergulatan dengan takut, pekerjaan rutin, namun sama
beratnya setiap kali harus dilakukan. Kalau sudah takut aku kalahkan, aku sudah separoh
menang dalam bertembakan” (hal 49)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh utama bimbang untuk meneruskan sebuah
pertempuran karena ia merasa takut atau ia harus mengalahkan rasa takutnya agar ia menang
dalam pertempuran tersebut. Konflik mendekat dalam kalimat itu yaitu tokoh utama harus
mengalahkan rasa takutnya agar ia menang dalam pertempuran tersebut sedangkan konflik
menjauh pada kalimat itu yaitu tokoh utama bimbang untuk meneruskan sebuah pertempuran
karena ia merasa takut.
c. Konflik Menjauh-Menjauh (Avoidance-Avoidance Conflict).
Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif yang negatif,
dan muncul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang
lain yang juga negatif.
Dalam cerpen Senyum, terdapat konflik menjauh-menjauh, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Aku dalam kedudukan tidak baik. Aku kurang deking. Tiga peluru kartets membelai telingaku,
menyokong pikiranku yang belum berhenti. Dimukaku lereng bukit curam kebawah tepat pada
tepi tegalan.” (hal 6-7)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh utama bimbang untuk memilih apakah ia akan
bertahan dalam keadaan tanpa prajurit dan telinganya sudah terkena peluru atau ia melarikan
diri dari tempat itu dan pergi ke sebuah lereng bukit yang curam yang pastinya membahayakan
dirinya juga. Konflik menjauh yang pertama dalam kalimat itu yaitu tokoh utama ia akan
bertahan dalam keadaan tanpa prajurit dan telinganya sudah terkena peluru, dan konflik
menjauh yang kedua pada kalimat itu yaitu tokoh utama pergi ke sebuah lereng bukit yang
curam yang pastinya membahayakan dirinya juga.
Dalam cerpen Bayi, terdapat konflik menjauh-menjauh, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Tapi bayi itu sekalipun di dalam kelonan ibunya tidak aman bahkan ibunya saja tidak aman.
Aku yang wajib mengamankan mereka. Tapi aku sendiri juga tidak aman” (hal 52)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh utama bimbang untuk memilih apakah ia akan
membiarkan bayi beserta ibunya dalam keadaan bahaya dan jika ia menolong bayi beserta ibu
bayi tersebut, posisinya juga dalam bahaya. Konflik menjauh yang pertama dalam kalimat itu
yaitu tokoh utama ia akan membiarkan bayi beserta ibunya dalam keadaan bahaya, dan konflik
menjauh yang kedua pada kalimat itu yaitu tokoh utama menolong bayi beserta ibu bayi
tersebut, tetapi posisinya juga dalam bahaya.

2. Nilai Pendidikan Karakter


a. Nilai Religius
Sikap dan dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianut,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai religius, dapat dilihat pada kutipan kalimat dalam
cerpen dibawah ini.
“Malaikat-malaikat pada turun dari langit yang penuh bintang, persis seperti yang
digambarkan didalam buku-buku sejarah injil, bacaanku waktu zaman Belanda dulu” (hal 13)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku selalu membaca buku-buku sejarah injil yang
biasanya disebut dengan kitab. Walaupun ia berada dalam masa penjajahan Belanda, tetapi
selalu ingat kepada Tuhan YME dengan cara membaca dan mengingat kalimat-kalimat religius
yang ada dalam buku-buku sejarah injil atau kitab tersebut.
Dalam cerpen Perawan di Geras Depan, terdapat nilai religius, dapat dilihat pada
kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
6  ISSN: 1978-1520

“O ibu, doakan pada Gusti Allah supaya korbanku sempurna, ibu, supaya perjuanganku suci”
(hal 46)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh “perempuan” teringat kepada ibunya yang sudah
meninggal, dan ia memohon kepada Tuhan YME agar pengorbanan yang sudah ia lakukan tidak
sia-sia dan perjuangannya tidak tercelah karena sebagai manusia kita hanya memohon dan
berharap kepada sang Pencipta.
Dalam cerpen Bayi, terdapat nilai religius, dapat dilihat pada kutipan kalimat dalam
cerpen dibawah ini.
“Bahkan Tuhan menyerahkan hal ini pada beleidku. Dia mengujiku sebagai makhlukNya, kalau
ada menjalankan beleid baik, aku dapat satu angka untuk sorga, tetapi sebaliknya!” (hal 53)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku percaya bahwa apa yang terjadi pada dirinya
adalah kuasa dari Tuhan YME, dan mengingatkan bahwa ketika kita melakukan hal baik sesuai
dengan perintah Tuhan YME, maka kita akan masuk surga, demikian sebaliknya.
b. Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, pekerjaan.
Dalam cerpen Pembalasan Dendam, terdapat nilai kejujuran, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“lalu baru-baru ini di daerah Sala, dua bersaudara bangsawan yang satu juga gugur, itu tadi
kejadian-kejadian yang kuketahui” (hal 30)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku mengatakan hal jujur sesuai yang ia ketahui
bahwa dalam pertempuran dua saudara kandung tidak bisa dalam satu regu, jika hal itu tersebut
dilanggar maka salah satu diantara mereka akan meninggal. Tokoh aku juga memberikan
sebuah pembuktian dengan menceritakan kejadian yang dilihatnya.
Dalam cerpen Perawan di Garis Depan, terdapat nilai kejujuran, dapat dilihat pada
kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Memang ia tidak jelek. Mukanya halus dan manis. Hanya saja kalau ia tidur ada kebengisan
terbayang padanya” (hal 45)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku mengatakan hal jujur sesuai yang ia lihat
bahwa tokoh “perempuan” dalam cerpen tersebut memiliki paras yang indah namun dibalik
paras yang indah, tersirat kebengisan diwajahnya.
c. Toleransi
Sikap dan perilaku yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain.
Dalam cerpen Bayi, terdapat nilai toleransi, dapat dilihat pada kutipan kalimat dalam
cerpen dibawah ini.
“Kemudian ia mengulurkan tangan kanannya. Aku melihat pada tangannya, kewajahnya
kemudian kepada Mbok Simin dan bayi yang terbaring di bale-bale. Dan kami berjabat
tangan” (hal 55)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku menghargai perbedaan dengan musuhnya yang
merupakan orang asing yang mungkin berbeda agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan dengannya. Sikap toleransi terlihat saat tokoh aku membalas jabatan tangan yang
diulurkan musuhnya kepadanya.
d. Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai disiplin, dapat dilihat pada kutipan kalimat dalam
cerpen dibawah ini.
“Ketika perintah hengkang diberikan, aku segera menuruni bukit Derkuku” (hal 6)

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page


7IJCCS ISSN: 1978-1520 

Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku memiliki sifat disiplin, hal tersebut dapat
dilihat pada saat tokoh aku menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap perintah atasannya
untuk segera meninggalkan tempat mereka berperang, ia pun langsung menjauhi tempat
tersebut.
Dalam cerpen Eksekusi, terdapat nilai disiplin, dapat dilihat pada kutipan kalimat dalam
cerpen dibawah ini
“Periksa senapan!” perintah kepala regu. Kami membuka kokang senapan kami masing-
masing” (hal 60)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku dan timnya memiliki sifat disiplin, hal tersebut
dapat dilihat pada saat mereka mematuhi perintah kepala regu untuk memeriksa senapan
masing-masing, tokoh aku dan timnya langsung memeriksa senapan mereka dengan membuka
kokang senapan tersebut.
e. Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai
hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai kerja keras, dapat dilihat pada kutipan kalimat
dalam cerpen dibawah ini.
“Tapi dengan susah payah, bisa aku ketahui, bahwa aku telah melewati daerah bahaya. Aku
kini mulai mendaki lereng bukit Kuwuk, mendaki dengan merangkak” (hal 12)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku berjuang dan bersungguh-sungguh untuk
menyelamatkan dirinya dari daerah perang walaupun keadaannya dalam kesakitan karena
terdapat luka ditubuhnya, ia tetap berusaha untuk mendaki bukit Kuwuk dengan merangkak.
f. Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu
yang telah dimiliki.
Dalam cerpen Pembalasan Dendam, terdapat nilai kreatif, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Jon dalam bahaya,” desisnya padaku
“Kita susun taktik dulu” (hal 32)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh Con memberi tahu pada tokoh Nug bahwa saudara
kandung Con yang bernama Jon dalam bahaya. Namun tokoh Nug tidak gegabah, ia
memikirkan sebuah ide agar mereka selamat dari musuh dan bahaya.
g. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugas.
Dalam cerpen Perawan di Garis Depan, terdapat nilai mandiri, dapat dilihat pada
kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Anak itu bekerja pada penjahit, dasar bekas pelajar SKP jadi bisa juga. Tapi rupa-rupanya
penghasilan tidak cukup” (hal 42)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh “perempuan” pada cerpen itu merupakan anak
yang mandiri, ia tidak mau bergantung pada orang lain. Untuk mendapatkan uang dalam
memenuhi kebutuhan keluarganya karena ayah dan saudara sulungnya sudah gugur dalam
pertempuran dan kini tinggal adik bungsunya dengan ibunya yang sudah sakit-sakitan, maka ia
memutuskan untuk bekerja sendiri.
h. Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas
dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan di dengar.
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai rasa ingin tahu, dapat dilihat pada kutipan kalimat
dalam cerpen dibawah ini.
“Ya, waktu kau lahir masih ada perang disini. Kau tahu makam siapa itu?” (hal 1)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku penasaran kepada anak kecil yang
mendatanginya, ia ingin mengetahui apakah anak kecil itu tahu nama pahlawan yang

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
8  ISSN: 1978-1520

dimakamkan ditempat mereka berbincang tersebut, sehingga ia bertanya kepada anak kecil itu
agar rasa ingin tahunya terjawab.
Dalam cerpen Konyol, terdapat nilai rasa ingin tahu, dapat dilihat pada kutipan kalimat
dalam cerpen dibawah ini.
“Kamu kok bisa jatuh cinta itu gimana? Aku kembali pada pokok persoalan” (hal 20).
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh Nug penasaran kepada tokoh Dik yang bisa jatuh
cinta, padahal tokoh Nug sudah lama mengenalnya dan ia susah jatuh cinta. Namun keadaannya
berbeda ketika mereka bertemu kembali, sehingga tokoh Nug bertanya kepada tokoh Dik agar
rasa ingin tahunya terjawab.
Dalam cerpen Pembalasan Dendam, terdapat nilai rasa ingin tahu, dapat dilihat pada
kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Kenapa sih aku selalu tak boleh ikut kalau kau mengorientasi terrein? (hal 28) Kata Con
Kepada Jon.
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh Con penasaran kepada tokoh Jon yang adalah
saudara kandungnya. Tokoh Con ingin mengetahui mengapa setiap kali ada pertempuran, ia
tidak bisa satu tim dengan saudara kandungnya yaitu Jon. Sehingga tokoh Con bertanya kepada
tokoh Jon agar rasa ingin tahunya terjawab.
Dalam cerpen Perawan di Garis Depan, terdapat nilai rasa ingin tahu, dapat dilihat pada
kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“perempuan? Keheranan tak kusembunyikan”
“Aku kenal dia karena sekampung dengan dia di Sala”
“Gimana ceritanya?” (hal 41)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku penasaran kepada salah satu prajurit yang
memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh prajurit lain, lalu temannya memberitahu kepada
tokoh aku bahwa prajurit itu adalah perempuan, ia heran dan langsung bertanya lagi kepada
temannya bagaimana bisa perempuan itu menjadi prajurit yang notabene adalah laki-laki.
Sehingga tokoh aku bertanya kembali kepada temannya agar rasa ingin tahunya terjawab.
Dalam cerpen Eksekusi, terdapat nilai rasa ingin tahu, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Bagaimana peradilan kemarin, Mas? tanyaku pada komandan kami yang menghadirinya”
(hal 57)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku penasaran dan ingin mengetahui suasana pada
saat peradilan dilakukan, karena komandannya yang memimpin peradilan tersebut. Sehingga
tokoh aku bertanya kepada komandannya agar rasa ingin tahunya terjawab.
i. Semangat Kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan
negara di atas kepentingan diri dan kelompok.
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai semangat kebangsaan, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“kita sudah mau pulang, karena sudah lapar dan haus, belum sarapan, sedangkan patroli
mulai pagi sampai siang. Tetapi di bukit Derkuku itu regu kita terbentur pada peleton KL yang
juga sedang patroli” (hal 5)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku dan prajurit yang lain rela patroli mulai dari
pagi sampai siang tanpa makan dan minum, serta saat patroli banyak parjurit yang terkena
peluru. Mereka tidak mementingkan diri mereka sendiri, hal itu semua dilakukan demi
menyelamatkan masyarakat Indonesia dan mengusir penjajah dari negara Indonesia.
Semangat kebangsaan.
Dalam cerpen Perawan di Garis Depan, terdapat nilai semangat kebangsaan, dapat
dilihat pada kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Hidup mereka yang melarat itu tambah sengsara ketika adiknya itu berangkat juga ke front
menggantikan ayahnya dan kakaknya” (hal 42)

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page


9IJCCS ISSN: 1978-1520 

Pada kutipan kalimat tersebut, adik tokoh “perempuan” pada cerpen itu harus
menggantikan ayah dan kakak sulungnya yang sudah gugur dalam berperang melawan penjajah.
Walaupun hidup mereka dalam kesulitan, tetapi adiknya tetap pergi untuk berjuang melawan
penjajah.
j. Cinta Tanah Air
Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai cinta tanah air, dapat dilihat pada kutipan kalimat
dalam cerpen dibawah ini.
“Di dalam kepalaku aku, sebuah orkes memainkan “Indonesia Raya” dan aku melihat Merah
Putih dipuncak bukit yang besar” (hal 12)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku mengalami kesakitan yang luar biasa karena
pertempuran untuk melawan penjajah. walaupun dalam kesakitan, ia membayangkan bahwa
negara Indonesia bebas dari penjajah, dan ia mengingat lagu kebangsaan yaitu lagu Indonesia
raya yang dimainkan dengan orkes dipuncak kemenangan.
k. Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong diri untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai menghargai prestasi, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Aku harus meneruskan hidup begini, biar Tatikku kelak bisa sekolah dengan tenang. Tatibdan
teman-temannya. Untuk itu generasiku menghabiskan sebagian hidupnya dilumpur dan kotoran
medan perang” (hal 15)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku harus meneruskan perjuangannya, agar
tujuannya tercapai yaitu generasi selanjutnya dapat menempuh pendidikan tanpa ada
penjajahan. Ia tetap teguh dengan apa yang sudah dilakukannya agar bermanfaat bagi orang
lain.
Dalam cerpen Konyol, terdapat nilai menghargai prestasi, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Orang-orang desa dan prajurit-prajurit hormat kepadanya karena prestasinya dilapangan
pertempuran” (hal 22)
Pada kutipan kalimat tersebut, masyarakat desa dan prajurit-prajurit yang lain hormat
pada tokoh Dik yang merupakan salah satu prajurit yang tangguh dan sudah beberapa kali
menang dalam melawan penjajah. Masyarakat desa dan prajurit-prajurit yang lain sangat
menghargai prestasi tokoh Dik.
Dalam cerpen Perawan di Garis Depan, terdapat nilai menghargai prestasi, dapat dilihat
pada kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Ketika kami di lini pertama, dapat aku saksikan sendiri keberaniannya. Setiap ada patroli ia
selalu ikut” (hal 44)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku mengakui keberanian yang dimiliki oleh tokoh
“perempuan” dalam cerpen itu. Tokoh “perempuan” tersebut sangat berani saat ada
pertempuran dan ia selalu ikut dalam pertempuran, sehingga tokoh aku takjub melihat tokoh
“perempuan” tersebut.
l. Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
dengan orang lain.
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai bersahabat/komunikatif, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Makamnya di atas di bukit itu, Pak," kata bocah cilik yang cuma pakai celana kolor hitam dan
membawa pecut. "Di bawah pohon- pohon kelapa gading di tengah itu!" Aku tersenyum sambil

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
10  ISSN: 1978-1520

membelai kepala botaknya. "Bapak sudah tahu," kataku. "Berapa umurmu, Gus?" "Lima tahun
Pak," jawabnya lancar dan tak malu-malu. (hal 1)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku memperlihatkan rasa senangnya ketika
berbicara dengan anak kecil yang menghampirinya. Ia membalas perkataan anak kecil tersebut
dengan tersenyum sehingga anak kecil itu pun senang berbicara kepada tokoh aku.
Bersahabat komunikatif
Dalam cerpen Konyol, terdapat nilai bersahabat/komunikatif, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Aku tak keburu pulang. Mari kita cari kelapa muda!”
“Ayo aku juga cuma jalan-jalan” (hal 19)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh Dik mengajak tokoh aku untuk mencari kelapa
mudah sekalian berbincang-bincang, sehingga tokoh aku menyetujui ajakan dari temannya itu
dengan mengatakan kata yang bersahabat yaitu ayo.
Dalam cerpen Pembalasan Dendam, terdapat nilai bersahabat/komunikatif, dapat dilihat
pada kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Aku takut hati ibu akan patah”
“Ah tidak. Waktu akan mengobati segalanya” (hal 37)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh Con sangat ketakukan untuk memberitahu ibunya
bahwa saudara kandungnya yang bernama Jon telah meninggal pada saat pertempuran, tokoh
Con sangat takut jika hal tersebut akan menyakiti perasaan ibunya. Tetapi tokoh aku berusaha
untuk meyakini tokoh Con agar tidak takut dengan berkata waktu akan mengobati segalanya.
Dalam cerpen Perawan di Garis Depan, terdapat nilai bersahabat/komunikatif, dapat
dilihat pada kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Dengan inisiatif aku berkata: Bung! Konyol Bung!”
“Dengan tak tersangka-sangka aku dengar ia berbisik: Terima kasih Bung” (hal 45)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku mengingatkan untuk tidak melakukan hal yang
akan membahayakan diri tokoh “perempuan” dalam cerpen itu. Tokoh “perempuan” tersebut
pun membalas perkataan tokoh aku dengan mengatakan terima kasih.
Dalam cerpen Bayi, terdapat nilai bersahabat/komunikatif, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Masuk sama-sama? Tanya suaranya dari sana”
“Okay! Jawabku”
“Okay! Dia menyahut” (hal 55)
Pada kutipan kalimat tersebut, seorang prajurit yang berasal dari kelompok penjajah
ingin mengajak tokoh aku untuk menyelamatkan bayi beserta ibu yang terjebak dalam rumah
yang pastinya membayakan nyawa mereka karena akan terkena peluru. Sehingga prajurit
tersebut bertanya kepada tokoh aku apakah mereka akan masuk sama-sama, dan tokoh aku pun
menyetujuinya.
m. Cinta Damai
Sikap, perkataan, tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
Dalam Pembalasan Dendam, terdapat nilai cinta damai, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“kita hanya melaksanakan hukum negara kita. Itu lain. Tetapi membunuh Belanda ini tidak
dilindungi oleh hukum, menurut hukum internasional, ia tawanan yang harus dipelihara” (hal
39)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh Con mengingatkan bahwa tidak boleh melakukan
sesuatu diluar aturan hukum negara seperti membunuh, kita harus turut kepada hukum dinegara
kita dan tidak bisa main hakim sendiri.
Dalam Eksekusi, terdapat nilai cinta damai, dapat dilihat pada kutipan kalimat dalam
cerpen dibawah ini.
“Karena kekerasan tak boleh dipakai. Akhirnya terdakwa dibawa pergi dulu” (hal 58)

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page


IJCCS
11 ISSN: 1978-1520 

Pada kutipan kalimat tersebut, menceritakan bahwa seorang terdakwa tidak bisa
dihakimi sendiri dengan cara kekerasan, sehingga terdakwa tersebut harus dibawa terlebih
dahulu untuk diadili.
n. Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat
yang membutuhkan.
Dalam Perawan di Garis Depan, terdapat nilai peduli sosial, dapat dilihat pada kutipan
kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Rukun kampung ikut membantu mereka. Keluargaku pun kadang-kadang menyokong mereka
juga berupa rempah-rempah dapur dan lain-lain” (hal 42)
Pada kutipan kalimat tersebut, keluarga tokoh “perempuan” yang mengalami kesulitan
dari segi ekonomi dibantu oleh ketua RT di desanya, selain itu salah satu keluarga juga turut
membantu keluarga tokoh “perempuan” tersebut dengan memberikan bumbu-bumbu dapur dsb.
Dalam cerpen Bayi, terdapat nilai peduli sosial, dapat dilihat pada kutipan kalimat
dalam cerpen dibawah ini.
“Ibu dan bayi harus segera diungsikan. Aku harus bertindak cepat” (hal 50)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku berusaha bertindak untuk menyelamatkan ibu
dan bayi yang dalam keadaan bahaya karena penjajah ada disekitaran rumah mereka. Tidak
aman jika ibu dan bayi tersebut tetap berada dirumah itu. Sehingga tokoh aku menolong mereka
dengan cara mengungsikan ibu dan bayi dari rumah tersebut.
o. Tanggungjawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, yang
seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara, dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Dalam cerpen Senyum, terdapat nilai tanggungjawab, dapat dilihat pada kutipan kalimat
dalam cerpen dibawah ini.
“Sesampainya di pangkalan, kami baru tahu engkau tak ada ditengah-tengah kami. Kami takut
engkau tersesat, karena engkau baru kembali dari kota, belum kenal daerah ini. Dengan
seluruh seksi kami berangkat lagi menuju tempat pertemuran” (5)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh aku beserta prajurit lain harus mencari tokoh Jon
yang tiba-tiba menghilang dari regu mereka. Keselamatan satu prajurit adalah tanggungjawab
regu tersebut, apalagi tokoh Jon belum lama tinggal didesa, sehingga ia belum tahu jalan-jalan
yang ada didesa tersebut. Tokoh aku dan prajurit yang lain pun menuju ketempat pertempuran
lagi untuk mencari tokoh Jon.
Dalam cerpen Konyol, terdapat nilai tanggungjawab, dapat dilihat pada kutipan kalimat
dalam cerpen dibawah ini.
“Dua minggu yang lalu di front ini 20 prajurit telah gugur dalam pertempuran jarak dekat.
Kami harus mengganti pasukan-pasukan darurat yang kini bersteling di subsektor itu” (hal 17)
Pada kutipan kalimat tersebut, prajurit-prajurit memiliki tanggungjawab untuk
menggantikan prajurit yang telah gugur dalam pertempuran dan melanjutkan pertempuran
tersebut.
Dalam cerpen Perawan di Garis Depan, terdapat nilai tanggungjawab, dapat dilihat pada
kutipan kalimat dalam cerpen dibawah ini.
“Ketika itu ia bermaksud mencari adiknya” (hal 42)
Pada kutipan kalimat tersebut, tokoh “perempuan” dalam cerpen itu memiliki seorang
adik yang ikut bertempur, namun tidak ada yang mengetahui keberadaan adiknya. Sedangkan
ibunya sedang sakit dan ibunya meminta agar tokoh “perempuan” tersebut mencari adiknya.
Sebagai seorang kakak ia memiliki tanggungjawab untuk mencari adiknya yang hilang.

E. SIMPULAN

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
12  ISSN: 1978-1520

Kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” karya Nugroho Notosusanto memiliki konflik batin
pada tokoh utama yaitu konflik mendekat-mendekat pada cerpen Bayi, konflik mendekat-
menjauh pada cerpen Pembalasan Dendam, Perawan di Garis Depan, Bayi, konflik menjauh-
menjauh pada cerpen Senyum, Bayi. Selain itu, dalam kumpulan cerpen “Hujan Kepagian”
karya Nugroho Notosusanto juga memiliki 15 nilai pendidikan karakter dari 18 nilai
pendididikan karakter yang sudah ditetapkan Kemendiknas yaitu (1) nilai religius pada cerpen
Senyum, Perawan di Garis Depan, dan Bayi (2) nilai jujur pada cerpen Pembalasan Dendam
dan Perawan di Garis Depan (3) nilai toleransi pada cerpen Bayi (4) nilai disiplin pada cerpen
Senyum dan Eksekusi (5) nilai kerja keras pada cerpen Senyum (6) nilai kreatif pada cerpen
Pembalasan Dendam (7) nilai mandiri pada cerpen Perawan di Garis Depan (8) nilai rasa ingin
tahu pada cerpen Senyum, Konyol, Pembalasan Dendam, dan Eksekusi (9) nilai semangat
kebangsaan pada cerpen Senyum dan Perawan di Garis Depan (10) nilai cinta tanah air pada
cerpen Senyum (11) nilai menghargai prestasi pada cerpen Senyum, Konyol, dan Perawan di
Garis Depan (12) nilai bersahabat/ komunikatif pada cerpen Senyum, Konyol, Pembalasan
Dendam, Perawan di Garis Depan, dan Bayi (13) nilai cinta damai pada cerpen Pembalasan
Dendam dan Eksekusi (14) nilai peduli sosial pada cerpen Perawan di Garis Depan dan Bayi
(15) nilai tanggung jawab pada cerpen Senyum, Konyol, dan Perawan di Garis Depan.

F. SARAN

Untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan untuk melakukan penelitian
mengenai konflik batin tokoh utama dan nilai pendidikan karakter pada kumpulan cerpen
maupun bentuk karya sastra yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta
Hamdani, Syahrul dan Erizal Gani. 2019. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Cerpen Koran
Harian Singgalang Periode Januari-April 2019. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Vol.1, No.3, 423-429, file:///C:/Users/user/Downloads/108228-39917-1-SM
%20(2).pdf
Hartati, Mesterianti. 2017. Analisis Cerita Pendek Tugas Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Ikip Pgri Pontianak. Jurnal Edukasi. Vol.15, No.1,
file:///C:/Users/user/Downloads/411-1870-1-PB.pdf
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Buku Induk Pembangunan Karakter. Kementrian
Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Jakarta
Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo,
Jakarta
Mamluah, Khidmatul. 2017. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Bertokoh Dahlan Iskan
dan Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar Teks Novel. DIALEKTIKA jurnal Bahasa,
sastra, dan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Vol.4, No.1, 2502-5201,
file:///C:/Users/user/Downloads/7003-18566-1-PB.pdf
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya Offset,
Bandung
Notosusanto, Nugroho. 2011. Hujan Kepagian. Balai Pustaka, Bandung
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Graha Ilmu, Yogyakarta
Ristiana, Keuis Rista dan Ikin Syamsudin Adeani. 2017. Konflik Batin Tokoh Utama Dalam
Novel Surga Yang Tak Dirindukan 2 Karya Asma Nadia. Jurnal Literasi. Vol.1, No.2,
file:///C:/Users/user/Downloads/772-3035-1-PB.pdf

IJCCS Vol. x, No. x, July 201x : first_page – end_page


IJCCS
13 ISSN: 1978-1520 

Septi, Emil. 2017. Erotis Dan Gaya Penceritaan Dalam Kumpulan Cerpen Karya Djenar Maesa
Ayu. Jurnal Gramatika. V2.i2, 2442-8485, file:///C:/Users/user/Downloads/1099-4175-
1-PB.pdf
Sobur, Alex. 2005. Psikologi Umum. Pustaka Setia, Bandung
Syafaruddin. 2012. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. Medan: Perdana Publishing
Tara, Silmi Nur Azizah, dkk. 2019. Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Karya Ruwi
Meita Tinjauan Psikologi Sastra dan Relevansinya Sebagai Bahan Ajar Sastra
Indonesia di SMA. BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya. Vol.7,
No.1 , I2302-6405, file:///C:/Users/user/Downloads/35521-88721-3-PB%20(1).pdf
Wahyuni, Citra. 2017. Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Roman “Belenggu” Karya
Armijn Pane. Jurnal Bahasa dan Sastra. Vol.2, No.2, 2302-2043,
file:///C:/Users/user/Downloads/12282-38868-1-PB.pdf

Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)

Anda mungkin juga menyukai