Sistem powertrain bukan hanya mengalirkan tenaga, tapi juga harus bisa
menghantarkan tenaga ini secara efisien dan tidak mengalami banyak
kerugian. Ada tiga macam tipe powertrain, yaitu :
1. Tipe FWD
Tipe pertama merupakan tipe yang paling banyak digunakan untuk mobil jenis
MPV dab Hatch. Mobil-mobil berpenggerak depan (Front wheel drive)
memang menawarkan powerflow yang ringkas sehingga menimbulkan
kerugian tenaga yang kecil. Contoh mobil yang memakai sistem FWD adalah
Ertiga, Honda Jazz, Grand Livina, Mazda 2 dan lainnya.
2. Tipe RWD
Tipe ini juga tak kalah banyak digunakan pada mobil yang dipasarkan di
Indonesia, hanya saja kedua tipe ini memiliki karakter yang berbeda. Rear
wheel drive menggunakan roda belakang sebagai penggerak kendaraan,
hasilnya beban yang bisa ditampung sistem powertrain lebih besar. Oleh
sebab itu, tipe ini banyak digunakan untuk mobil-mobil niaga seperti
Mitsubishi ELF, Canter, Suzuki Cary dan Truk Hino.
3. Tipe AWD/4WD
Tipe berikutnya menjadi sistem penggerak wajib bagi Big SUV dan Offroader.
Tipe ini memanfaatkan semua roda untuk menjadi penggerak, hal ini ditujukan
agar traksi ban bisa lebih maksimal saat berjalan pada genangan lumpur.
Contoh mobil yang dilengkapi sistem penggerak ini antara lain Chevrolet
Trailblazer, Pajero Sport Dakar, Fortuner 4x4, Ford Ranger Double Cabin.
Ketiga tipe diatas, memiliki fungsi yang sama yakni mengantarkan putaran
mesin ke roda namun menawarkan performa pada kondisi yang bervariasi.
Sehingga komponennya juga ada perbedaan.
Nama Komponen Powertrain Beserta Fungsinya
1. Kopling
2. Transmisi
Hal tersebut akan membuat putaran output yang melewati transmisi menjadi
lebih rendah namun momentnya bertambah sehingga bisa dipakai untuk
keperluan beban berat.
Untuk transmisi CVT, tidak lagi memakai rangkaian gigi, Hanya dua buah roda
gigi dengan diameter bervariasi yang dihubungkan dengan sebuah belt.
Perubahan besaran diamter gigi tentunya akan merubah perbandingan roda
gigi.
3. Transaxle (FWD)
Pada dasarnya, komponen ini sama saja seperti transmisi RWD. Mungkin dari
bentuknya yang lebih pendek. Hal itu karena output shaft pada transaxle tidak
panjang, hanya sepanjang rangkaian roda gigi. Diujung output shaft dipasang
output gear yang langsung terhubung dengan ring gear differential.
Inilah perbedaan FWD dan RWD. Pada tipe penggerak depan, differential
langsung terpasang bersama transmisi. Sehingga lebih efektif penyaluran
tenaganya.
4. Propeller Shaft
Propeller shaft pada kendaraan RWD dan 4WD berfungsi untuk meneruskan
tenaga putar dari output transmisi ke differential. Letak diferential berada pada
poros axle yang sejajar dengan sumbu roda membuat posisi poros propeller
selalu berubah-ubah.
Oleh karena itu, dikedua ujung poros ini akan dipasangkan universal joint.
Fungsunya untuk memindahkan putaran dari output transmisi pada setiap
sudut. Propeller shaft terbuat dari pipa besi kuat yang tahan terhadap moment
puntir. Pemakaian poros besi ini memang terbukti memiliki tingkat
perpindahan energi yang efektif dan tidak berisik, namun perlu di lengkapi
dengan weight balance agar putaran poros bisa seimbang.
5. Transfer Case (4WD)
Transfer case pada dasarnya sama seperti transmisi biasa. Namun hanya ada
sebuah rangkaian gigi yang akan memutuskan dan menghubungkan aliran
tenaga dari output transmisi ke gardan depan. Biasanya, transfer case diatur
secara manual oleh pengemudi melalui sebuah tuas khusus. Tapi pada
sistem AWD, tidak ada pengaturan ini karena sudah diatur secara otomatis
oleh komponen ECU.
6. Differential
Fungsi gardan atau diferential adalah untuk meneruskan tenaga dari propeller
shaft ke axle shaft dengan arah tegak lurus terhadap propeller. Selain itu
gardan juga berfungsi untuk membedakan putaran roda kiri dan kanan saat
mobil berbelok.
Saat mobil berbelok ke arah kiri misalnya, maka jarak yang ditempuh roda kiri
dan kanan akan berbeda karena saat ini tumpuan roda akan ditanggung oleh
roda belakang kiri. Sehingga jika putaran roda kiri sama dengan roda kanan
bisa mempercepat keausan ban.
Poros axle ada dua macam, yakni tipe indipendent dan tipe rigid. Tipe rigid
menggunakan poros yang langsung terhubung dari output differential ke
wheel bearing sementara tipe indipendent memiliki dua buah universal joint
diujung poros axle.
Perbedaan tipe ini terletak pada reaksi terhadap efek suspensi, dimana
tipeada tipe rigid diferential akan berubah posisinya jika mobil terkena efek
suspensi, namun pada tipe indipendent hanya axle shaft yang berubah posisi
jika terkena efek suspensi.
8. Wheel Bearing
Fungsi wheel bearing adalah sebagai bantalan antara poros roda yang
berputar dengan chasis mobil melalui steering knucle. Laher ini pada
dasarnya sama seperti laher sepeda motor atau sepeda, hanya saja pada
mobil jenis bearing yang dipakai adalah roller bearing yang memiliki luas
penampang lebih besar. Sehingga mampu menahan beban mobil ke roda.
Komponen sistem powertrain terakhir adalah roda yang tersusun dari velg dan
ban. Velg merupakan rangka roda sebagai tumpuan kendaraan terhadap
jalan, sementara ban menjadi pelapis velg agar getaran jalan tidak tersalur ke
body serta untuk memperoleh grip yang lebih baik.