Anda di halaman 1dari 25

ASKEP KEPERAWATAN PADA PASIEN

“STROKE NON HEMOROGIK”

DISUSUN OLEH :

Putri Fitria P07220219110

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Rizky S, M.KKM

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020/2021
I. KONSEP TEORI
A. Pengertian
Stroke non hemorogic adalah sindroma klinis yang awalnya timbul
mendadak, progensi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian yang
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak straumatik (Arif Mansjoer,
2000)
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan yang
ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu stroke
embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).

B. Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2002) stroke biasanya diakibatkan dari salah satu
empat kejadian yaitu:
a. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang di bawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain.
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadi penghentian suplai darah ke
otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen gerakan,
berpikir, memori, bicara, atau sensasi.

C. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006), tanda dan gejala
penyakit stroke :
a. Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
b. Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
c. Penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata
d. Pusing dan pingsan
e. Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas
f. Bicara tidak jelas (pelo)
g. Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
h. Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
i. Ketidakseimbangan dan terjatuh
j. Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

D. Patofisiologi
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang
terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri
karotis Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera
pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
a. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga
aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
b. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemorrhage).
c. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
d. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial
jaringan otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan
pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas
kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak
akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya
yang masih mempunyai pendarahan yang baik berusaha membantu suplai darah
melalui jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada
korteks akibat oklusi pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena,
penurunan kecepatan aliran darah dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole.
Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah ini. Selama berlangsungnya perisriwa
ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga aliran darah mengikuti secara pasif
segala perubahan tekanan darah arteri. Berkurangnya aliran darah serebral sampai
ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural dan terjadi
kerusakan jaringan secara permanen.

E. Pathway

PATHWAY STROKE

Thrombosis

Anoksia

Gangguan peredaran darah


ke otak

Penebalan Pecahnya Pembesaran Edema serebri


dinding arteri dinding arteri sekelompok
serebral pembuluh
darah

Perubahan
metabolik
Kematian sel

Kerusakan
permanen
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
a. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat
maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
b. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
c. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
pembentukan thrombus dan embolisasi.

G. Penatalaksanaan Medis
a. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan
kecepatan 20 ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya
tidak digunakan karena dapat memperhebat edema serebri.
b. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
c. Jangan memberikan apapun melalui mulut.
d. Pemeriksaan EKG
e. Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit, Kimia
darah (glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit), PT (Prothrombin
Time)/PTT (Partial Thromboplastin time)
f. Jika ada indikasi lakukan pemeriksaan berikut:

1) Kadar alcohol
2) Fungsi hepar
3) Analisa gas darah
4) Skrining toksikologi

H. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat
dilakukan pada penyakit stroke adalah:
a. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
b. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya
infark.
c. Fungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau
serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik subarakhnoid atau
perdarahan intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus
thrombosis sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemoragik, dan malformasi arteriovena.
e. Ultrasonografi Doppler: mengidentifikasi penyakit arteriovena.
f. EEG (Electroencephalography): mengidentifikasi penyakit didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g. Sinar X: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat
pada thrombosis serebral.

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, status, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, no, CM, diagnose medis, sumber biaya.
b. Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, alamat, status,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
1) Alasan masuk rumah sakit
2) Keluhan utama
3) Kronologis keluhan
b. Riwayat kesehatan dahulu
Ditanyakan :
1) Pengobatan saat ini dan masa lalu
2) Alergi terhadap obat dan makanan
3) Tempat tinggal dan lingkungan
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan :
1) Apakah ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sma
dengan pasien.
2) Adakah riwayat penyakit keturunan dalam keluarga.
3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual menurut Virgnia Handerson meliputi:
bernapas, makan, minum, eleminasi, gerak dan aktivitas, istirahat tidur,
kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman, sosialisasi dan
komunikasi, prestasi dan produktivitas, pengetahuan, rekreasi, dan ibadah.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi : kesan umum, kesadaran, postur tubuh, warna kulit,
turgor kulit, dan kebersihan diri.
b. Gejala Kardinal
Gejala cardinal meliputi : suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi.
c. Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi : pemeriksaan dari kepala sampai ekstermitas bawah

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis

2) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai


dengan ketidakmampuan membasuh tubuh

3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan Keperawatan
Mobilisasi fisik
1. Gangguan Dukungan Mobilisasi
(SLKI, L.05042, hal.
Mobilitas Fisik
65) ( SIKI, 1.05173, hal.
(SDKI, D.0054,
Setelah dilakukan 30)
hal. 124)
asuhan keperawatan Observasi :
...x24jam diharapkan
- Indentifikasi
pasien dapat tetap
toleransi fisik
mempertahankan
melakukan
pergerakannya, dengan
pergerakan
Kriteria Hasil:
- Pergerakan - Monitor frekuensi

eksremitas jantung dan

meningkat tekanan darah


- Kekuatan otot
sebelum memulai
meningkat
mobilisasi
- Rentang gerak
- Monitor kondisi
(ROM) meningkat
umum selama
- Kaku sendi
melakukan
menurun
mobilisasi
- Kelemahan fisik
menurun Terapeutik :

- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
Pagar tempat
tidur)

- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi :

- Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi

- Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang
herus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur,
duduk disisi
tempat tidur,
pindah dari
tempat tidur ke
kursi roda)
2. Defisit Perawatan Perawatan Diri Dukungan perawatan
Diri (SDKI, (SLKI, L. 11103, hal. diri : Mandi (SIKI,
D.0109, hal. 240) 81) 1.1352, hal. 39)

Setelah dilakukan Observasi :


asuhan keperawatan - Indentifikasi usia
...x24jam diharapkan dan budaya dalam
pasien dapat tetap membantu
mempertahankan kebersihan diri
pergerakannya, dengan - Indentifikasi
Kriteria Hasil: bantuan yang
dibutuhkan
- Kemampuan
- Monitor
mandi meningkat
kebersihan tubuh
- Kemampuan
(mis. Rambut,
mengenakan
mulut, kuku, kulit)
pakaian meningkat
- Monitor integritas
- Kemampuan kulit
makan meningkat Terapeutik :
- Sediakan
- Verbalisasi
lingkungan yang
keinginan
aman dan nyaman
melakukan
- Fasilitasi mandi,
perawatan diri
sesuai kebutuhan
meningkat
- Pertahankan
- Minat melakukan
kebiasaan
perawatan diri
membersihkan diri
meningkat
Edukasi :
- Jelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi
terhadap kesehatan
- Ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan
pasien, jika perlu
Komunikasi Verbal
3. Hambatan
(SLKI, L.13118, hal.
Komunikasi
49) Observasi :
Verbal (SLDKI,
Setelah dilakukan - Monitor
D. 0119, hal.
asuhan keperawatan kecepatan,
264)
...x24jam diharapkan tekanan, kualitas,
pasien dapat tetap volume dan diksi
mempertahankan bicara
pergerakannya, dengan
- Indentifikasi
Kriteria Hasil:
perilaku
- Kemampuan emosional dan
berbicara fisik sebagai
meningkat bentuk

- Kemampuan komunikasi

berbicara Terapeutik :
meningkat
- Gunakan metode
- Kesesuaian komunikasi
ekspresi alternative (mis.
wajah/tubuh Menulis, mata
meningkat berkedip, papan

- Kontak mata - komunikasi


meningkat dengann gambar,
- Afasia menurun huruf, isyarat
tangan, dan
- Pemahaman
komputer)
komunikasi
membaik Edukasi :

- Anjurkan
berbicara
perlahan
Kolaborasi :

- Rujuk ke
ahlipatologi
bicara atau terapis

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,


dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry 1997, dalam
Haryanto, 2007).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Gordon, 1994, dalam Potter & Perry, 2011).

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan


yg menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat dapat memonitor kealpaan yg
terjadi selama tahap pengkajian, iagnose, perencanaan, dan pelaksanaan
tindakan.
TINJAUAN KASUS

Nama Pasien : Ny. G


Tanggal Masuk : 9 januari 2019
Jam : 20.45 WIB
No. RM : 257783
Tanggal Pengkajian : 11 januari 2019
Diagnosa Medis : Stroke non hemorogik
A. Pengkajian
1. Indentitas Klien
Nama : Ny. G
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Tuguran
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
2. Identitas Penaggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tuguran
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Anak kandung

B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien mengatakan tangan dan kaki tiba-tiba lemas
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien datang ke IGD RSU Tidar Magelang pukul 10.45 WIB tanggal 9
Januari 2019 diantar oleh keluarga dengan keluhan tangan dan kaki kanan
terasa lemas, sudah dua hari bicara pelo, sempat jatuh sebelum dibawa ke RS
klien sedang menyapu di halaman rumah, tiba-tiba tangan dan kaki sebelah
kanan terasa lemas dan jatuh saat pengkajian tanggal 11 Januari 2019
kesadaran klien composmetis, klien tampak berbaring di tempat tidur dan
mengalami kelemahan ekstremitas kanan, kekuatan otot 1 5
1 5
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah opname di RSI Mangelang karena
hipertensi
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan anggota keluarga tidak ada yang memiliki riwayat stroke.
Ibu klien menderita hipertensi. Anggota keluarga tidak ada yang memiliki
penyakit menular seperti TBC , Hepatitis B, maupun penyakit menular yang
lain.
e. Riwayat elergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat elergi makanan maupun obat

C. Pengkajian Fokus
a. Aktivitas/Istirahat
Klien mengatakan sebelah kanan ekstremitasnya lemas, aktivitas dibantu oleh
keluarga

Aktivitas Skor
Makan 3
Mandi 3
Berpakaian 3
Toileting 3
Mobilisasi 3

Kekuatan otot 1 5
1 5
Klien mengatakan tidur kurang lebih 7 jam/hari jarang terbangun dimalam
hari, klien tidur kurang lebih 2 jam pada siang hari.
b. Sirkulasi
Klien mengatakan memilikii riwayat hipertensi, sebelumnya belum pernah
mengalami serangan stroke.
TD:170/100mmhg CRT:<3 detik N;96x/menit
c. Integritas ego
Klien mengatakan malu dengan. Klien merasa tidak dapat melakukan
tugasnya sebagai istri karena sedang di RS. Klien mengatakan ingin cepat
sembuh dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari sebelumnya.
d. Eliminasi
Klien mengatakan menggunakan popok(pempes), diganti 2-3 kali sehari,
Klien tidak mengalami diare maupun konstipasi.
e. Makanan dan cairan
Klien mendapatkan diit bubur, lauk dan sayur. Klien makan 3 kali/sehari, klie
habis ¾ porsi makan. Klien minum kurang lebih 5-6 gelasper-hari. Klien
tidak mengalami mual dan muntah.
f. Neurosensori
Klien mengalami kelemahan anggota gerak sebelah kanan, klien juga
mengalami sedikit gangguan komunikasi, bicaranya pelo.
g. Nyeri/kenyamanan
Klien mengatakan tidak pusing dan tidak mengeluh nyeri
h. Pernapasan
Klien menggunakan alat bantu oksigen, klien tidak mengeluh sesak, bunyi
napas normal, tidak ada bunyi tambahan. RR: 21 kali/menit
i. Interaksi social
Klien dapat berbicara pelo, tapi klien tetap berinteraksi dengan orang lain.
Hubungan klien dengan orang lain baik.

D. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : composmetis
c. Tanda-tanda vital
TD: 170/100 mmhg S: 37C BB: 60kg
N: 96 x/menit RR: 21 x/menit TB: 160cm
d. Pemeriksaan kepala
Kepala : tidak ada lesi
Rambut : hitam beruban, panjang, tipis
Mata : sclera tidak ikhterik, konjungtiva anemis, refleks pupil
simestris
Hidung : simetris, tidak ada mucus, bersih, tidak ada pembesaran polip,
tidak menggunakan alat bantu napas
Mulut : tidak ada stomatis, gigi agak kuning, gigi sudah ada yang
tanggal, mukosa bibir lembab
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada lesi
e. Dada
Paru-paru I: tidak ada lesi, ekspansi dada simetris
P: vocal premiyus kanan kiri sama
P: sonor
A: vesikuler
Janrung I: ictus cordic tidak tampak
P: ictus cordic teraba IC 4
P: redup
A: S1, S2 reguleer
f. Abdomen I: simetris tidak terdapat lesi
P: bising usus 12x/menit
P: tidak terdapat massa
P: thympani
g. Eksremitas
Atas : tangan kanan mengalami kelemahan dan tangan kiri bisa bergerak
bebas, tidak ada edema
Bawah : kaki kanan mengalami kelemahan dan kaki kiri biasa bergerak
bebas, tidak ada edema
h. Genetalia
Tidak terdapat gangguan genetalia
i. Kulit
Turgor kulit baik, arkal lemah
Kekuatan otot 1 5
1 5
j. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan labotarium 08 Januari 2018

Pemeriksaaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Hematologi
Darah lengkap
Haemoglobin 12,0 g/dl 11.5-16.5
Jumlah sel darah
Leukosit 10,4 10^3/ul 4.00-11.00
Eritrosit 3,9 10^6/ul 3.80-5.80
Hematokrit 38,9 % 37.0-47.0
Angka trombosit 208 10^3/ul 150-450
Diff count
presentase
Eosinofil 3 % 1-6
Basofil 0 % 0-1
Netrofil sigmen 70 % 40-75
Limfosit 24 % 20-45
Monosit 5 % 2-10
Diameter sel/size
RDW-CV 13.8 % 11.7-14.4
RDW-SD 43.4 FI 76-96
MCH 29.3 Pg 27.5-32.0
MCHC 30.7 g/dl 30.0-35.0

GDS 100 Mg/dl 70-140

HDLn 45 Mg/dl >45


LDL 158 Mg/dl <150

b. Hasil CT Scan tanggal 09 januari 2018


Kesan : infrak lacuna periventrikuler sinistra
c. Terapi
 Infus asering : 20 tpm
 Amplodipin :1x1 tablet (5mg)
 Aspilet :1x1 tablet (80mg)

E. ANALISA DATA
Jam/Tgl No Data Fokus Etiologi Problem
Dx
Senin, 11 1. DS : Klien mengatakan tangan Hemifaresis Gangguna
Januari dan mobilisasi
2018 DO : Klien tampak berbaring
di tempat tidur, aktivitas klien
dibantu keluarga
Senin, 11 2. DS : Klien mengatakan Kelemahan Defisit
Januari aktivitas dibantu oleh keluarga perawatan diri
2018 DO : Skor aktivitas
Aktivitas Skor
Makan 3
Mandi 3
Berpakaian 3
Mobilisasi 3
Toileting 3
Senin, 11 3. DS : Klien mengatakan kalau Kerusakan Hambatan
Januari sudah 2 hari bicara pelo neuromukular komunikasi
2018 DO : Klien sedikit kesulitan verbal
berinteraksi dengan orang lain

E. DIAGNOSAF. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis
2) Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai
dengan ketidakmampuan membasuh tubuh
3) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler

G. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil Keperawatan
Mobilisasi fisik
1. Gangguan Dukungan Mobilisasi
(SLKI, L.05042, hal.
Mobilitas Fisik
65) ( SIKI, 1.05173, hal.
(SDKI, D.0054,
Setelah dilakukan 30)
hal. 124)
asuhan keperawatan … Observasi :
x24jam diharapkan
- Indentifikasi
pasien dapat tetap
toleransi fisik
mempertahankan
melakukan
pergerakannya, dengan
pergerakan
Kriteria Hasil:
- Monitor frekuensi
- Pergerakan
jantung dan
eksremitas
tekanan darah
meningkat
sebelum memulai
- Kekuatan otot
mobilisasi
meningkat
- Rentang gerak - Monitor kondisi
(ROM) meningkat umum selama
- Kaku sendi melakukan
menurun mobilisasi
- Kelemahan fisik
Terapeutik :
menurun
- Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu (mis.
Pagar tempat tidur)

- Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

Edukasi :

- Jelaskan tujuan
dan prosedur
mobilisasi

- Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
herus dilakukan
(mis. Duduk di
tempat tidur,
duduk disisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi roda)
2. Defisit Perawatan Perawatan Diri Dukungan perawatan
Diri (SDKI, (SLKI, L. 11103, hal. diri : Mandi (SIKI,
D.0109, hal. 240) 81) 1.1352, hal. 39)

Setelah dilakukan Observasi :


asuhan keperawatan … - Indentifikasi usia
x24jam diharapkan dan budaya dalam
pasien dapat tetap membantu
mempertahankan kebersihan diri
pergerakannya, dengan - Indentifikasi
Kriteria Hasil: bantuan yang
dibutuhkan
- Kemampuan
- Monitor kebersihan
mandi meningkat
tubuh (mis.
- Kemampuan
Rambut, mulut,
mengenakan
kuku, kulit)
pakaian meningkat
- Monitor integritas
- Kemampuan kulit
makan meningkat Terapeutik :
- Sediakan
- Verbalisasi
lingkungan yang
keinginan
aman dan nyaman
melakukan
- Fasilitasi mandi,
perawatan diri
sesuai kebutuhan
meningkat
- Pertahankan
- Minat melakukan
kebiasaan
perawatan diri
membersihkan diri
meningkat
Edukasi :
- Jelaskan manfaat
mandi dan dampak
tidak mandi
terhadap kesehatan
- Ajarkan kepada
keluarga cara
memandikan
pasien, jika perlu
Komunikasi Verbal
3. Hambatan Observasi :
(SLKI, L.13118, hal.
Komunikasi
49) - Monitor
Verbal (SLDKI,
Setelah dilakukan kecepatan,
D. 0119, hal.
asuhan keperawatan … tekanan, kualitas,
264)
x24jam diharapkan volume dan diksi

pasien dapat tetap bicara

mempertahankan - Indentifikasi
pergerakannya, dengan perilaku emosional
Kriteria Hasil: dan fisik sebagai

- Kemampuan bentuk komunikasi

berbicara Terapeutik :
meningkat
- Gunakan metode
- Kemampuan komunikasi
berbicara alternative (mis.
meningkat Menulis, mata

- Kesesuaian berkedip, papan

ekspresi komunikasi

wajah/tubuh dengann gambar,

meningkat huruf, isyarat


tangan, dan
- Kontak mata
komputer)
meningkat
Edukasi :
- Afasia menurun
- Anjurkan
- Pemahaman
berbicara perlahan
komunikasi
membaik Kolaborasi :

- Rujuk ke
ahlipatologi bicara
atau terapis

H. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal No. Impelementasi Evaluasi


/Jam Dx
14 1. Indentifikasi toleransi fisik S : Klien mengatakan merasa
Januari melakukan pergerakan nyaman saat melakukan
2019 pergerakan

07 : 30 O : Klien terlihat mudah saat


WITA melakukan pergerakan

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

09 : 00 Monitor frekuensi jantung S : Klien mengatakan


WITA dan tekanan darah sebelum aktivitas dibantu keluarga,
memulai mobilisasi tangan dan kaki terasa berat

Monitor kondisi umum O : Klien hanya berbaring di


10 : 00
selama melakukan tempat tidur dan aktivitas
WITA
mobilisasi dibantu keluarga
11 :00
Fasilitasi aktivitas Aktivitas Skor
WITA
mobilisasi dengan alat bantu Makan 3
12.00 (mis. Pagar tempat tidur) Mandi 3
WITA Berpakaian 3
Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat Mobilisasi 3

bantu (mis. Pagar tempat Toileting 3


Kekuatan otot
tidur) 1 5

13 : 00 1 5
WITA
Libatkan keluarga untuk A : Masalah teratasi sebagian
membantu pasien dalam
P : Lanjutkan intervensi
meningkatkan pergerakan
14 : 00
WITA Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi

15 : 00
Ajarkan mobilisasi
WITA
sederhana yang herus
dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, duduk disisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi roda)

Indentifikasi usia dan budaya


15 2. S : Klien mengatakan senang
dalam membantu kebersihan
Januari dibantu saat mandi
diri
2019
O : Klien tampak lebih segar
07 : 30
A : Masalah teratasi sebagian
WITA
P : Lanjutkan intervensi
09 : 00 Indentifikasi bantuan yang
WITA dibutuhkan

Monitor kebersihan tubuh


10 : 00
(mis. Rambut, mulut, kuku,
WITA
kulit)
11 : 00 Monitor integritas kulit S : Klien mengatakan
WITA kebersihan kuku selalu dijaga
Sediakan lingkungan yang oleh keluarganya
12 : 00
aman dan nyaman
WITA O : Kuku klien tampak bersih
13 : 00 A : Masalah teratasi sebagian
Fasilitasi mandi, sesuai
WITA
P : Lanjutkan intervensi
kebutuhan

14 : 00 Pertahankan kebiasaan
WITA membersihkan diri

07 : 00 3. Monitor kecepatan, S : Klien mengatakan


WITA tekanan, kualitas, volume bersedia untuk dilakukan
dan diksi bicara terapis

Indentifikasi perilaku O : Klien merasa rileks saat


08 : 00
emosional dan fisik sebagai dilakukan tindakan
WITA
bentuk komunikasi
A : Masalah teratasi sebagian
Gunakan metode
P : Lanjutkan intervensi
09 : 00
komunikasi alternative
WITA
(mis. Menulis, mata
berkedip, papan
komunikasi dengann
gambar, huruf, isyarat
tangan, dan komputer)

10 : 00
Anjurkan berbicara
WITA
perlahan

11 : 00
Rujuk ke ahlipatologi
WITA
bicara atau terapis
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H., A. Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi Konsep dan

Proses Keperawatan. Buku 1. Jakarta : Salemba Medika.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan
Praktik,Ed.4. Vol.2. Jakarta : EGC.
Lp gangguan mobilisasi 2019, pungky
Askep stroke Non Hemorogic Dokep
https://www.scribd.com/document/397433696/Askep-Stroke-Non-Hemoragic-Dokep
https://www.academia.edu/40432418/Lp_gangguan_mobilisasi
https://www.slideshare.net/barkah1933/evaluasi-keperawatan
50258400#:~:text=1.,%2C%20perencanaan%2C%20dan%20pelaksanaan
%20tindakan.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2096/1/KTI%20NUSATIRIN.pdf
https://www.academia.edu/9895600/LAPORAN_PENDAHULUAN_ASUHAN_KEPERAW
ATAN_PEMENUHAN_KEBUTUHAN_DASAR_MANUSIA_GANGGUAN_MOBILISASI
https://id.scribd.com/doc/124134593/Askep-Stroke

Anda mungkin juga menyukai