Anda di halaman 1dari 40

MODUL PERKULIAHAN

IRIGASI DAN
BANGUNAN
AIR
Pokok Bahasan :
Studi Kelayakan, Definisi
Irigasi, Ruang Lingkup
Teknik Sipil Dalam Irigasi
dan Bangunan air.
Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Teknik Teknik Sipil 11030 DR. Ir. Rosmina Z, MT

01
Abstract Kompetensi
Sebelum memahami irigasi dan Mampu menjelaskan definisi studi
bangunan air perlu diketahui studi kelayakan dan definisi Irigasi serta
kelayakannya. Irigasi dan bangunan air ruang lingkup teknik sipil dalam irigasi
adalah bagian dari ilmu teknik sipil. dan bangunan air.

Pembahasan
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB I : TAHAP PERENCANAAN IRIGASI


A. TAHAP STUDI
1. Studi awal
2. Studi identifikasi
3. Studi Pengenalan
4. Studi kelayakan
B. Tahap Perencanaan
1. Peta topografi
2. Perencanaan pendahuluan
C. Taraf Perencanaan Akhir
1. Pengukuran dan penyelidikan
a. Pengukuran topografi
b. Penyelidikan Geologi Teknik
c. Penyelidikan hidrolis model
2. Perencanaan dan laporan akhir

BAB II : JARINGAN IRIGASI


A. Tingkat-tingkat Jaringan Irigasi
1. Unsur dan tingkatan Jaringan
2. lrigasi Sederhana
3. Jaringan irigasi semiteknis
4. Jaringan irigasi teknis
BAB III : BANGUNAN IRIGASI
A. BANGUNAN BAGI DAN SADAP
1. Bangunan Bagi
2. Bangunan Pengatur
3. Bangunan Sadap
a. Bangunan Sadap Sekunder
b. Bangunan Sadap Tersier
c. Bangunan Bagi dan Sadap kombinasi Sistem Proporsional
4. Tata Letak Bangunan Bagi dan Sadap
a. Bentuk Menyamping

2
b. Bentuk Numbak
B. BANGUNAN – BANGUNAN PELENGKAP
1. Tanggul
a. Kegunaan
b. bahan
c. Debit Perencanaan
d. Trase
e. Tinggi Jagaan
f. Lebar Atas
g. Kemiringan talut
h. Stabilitas Tanggul
i. Pembuang
j. Lindungan
2. Fasilitas Eksploitasi
a. Komunikasi
b. Kantor dan Perumahan Staf
c. Sanggar Tani
d. Patok Hektometer
e. Patok Sempadan
f. Pelat Nama
g. Papan Pasten
H. Papan duga Muka Air
i. Pintu
j. AWLR

BAB IV : SALURAN IRIGASI


A. SALURAN TANAH TANPA PASANGAN
1. Perencanaan Saluran yang Stabil
2. Air irigasi bersedimen di saluran pasangan
3. Aliran irigasi bersedimen di saluran tanah
a. Rumus Aliran
b. Sedimentasi
c. Erosi
4. Geometri
5. Lengkung Saluran
6. Tinggi Jagaan
7. Lebar Tanggul

3
8. Garis Sempadan Saluran
9. Perencanaan Saluran Gendong
10. Potongan Memanjang
a. Muka air yang diperlukan
b. Kemiringan Memanjang
11. Sipatan Penampang Saluran Tanah

B. SALURAN PASANGAN
1. Kegunaan Saluran Pasangan
2. Jenis – jenis Pasangan
a. Lining Permukaan Keras
b. Tanah
c. Lining Ferrocemen
C. TEROWONGAN DAN SALURAN TERTUTUP
1. Topografi
2. Geologi
3. Kondisi Air tanah
4. Kedalaman galian

BAB V : PETAK IRIGASI


A. Petak tersier
C. Petak primer
B. Petak sekunder

BAB I
TAHAP PERENCANAAN IRIGASI

4
A. TAHAP STUDI
Dalam Tahap Studi ini konsep proyek dibuat dan dirinci mengenai irigasi pertanian ini pada
prinsipnya akan didasarkan pada faktor-faktor tanah, air dan penduduk, namun juga akan
dipelajari berdasarkan aspek-aspek lain. Aspek-aspek ini antara lain meliputi ekonomi
rencana nasional dan regional, sosiologi dan ekologi. Berbagai studi dan penyelidikan akan
dilakukan. Banyaknya aspek yang akan dicakup dan mendalamnya penyelidikan yang
diperlukan akan berbeda-beda dari proyek yang satu dengan proyek yang lain.
SA : Studi awal
SI : Studi identifikasi
SP : Studi pengenalan
SK : Studi kelayakan
PP : Perencanaan pendahuluan
PD : Perencanaan detail
RI : Rencana induk

Klasifikasi sifat-sifat proyek dapat ditunjukkan dengan matriks sederhana (lihat Gambar 3.2).
'Ekonomis' berarti bahwa keuntungan dan biaya proyek merupakan data evaluasi yang
punya arti penting.
'Nonekonomis' berarti jelas bahwa proyek menguntungkan. Faktor-faktor sosio-politis
mungkin ikut memainkan peran; proyek yang bersangkutan memenuhi kebutuhan daerah
(regional).
Pada dasarnya semua proyek harus dianalisis dari segi ekonomi. Oleh sebab itu, kombinasi
4 tidak realistis.
Sebagaimana sudah dikatakan dalam pasal 3.1, kadang-kadang dapat dibuat kombinasi
antara beberapa taraf. Misalnya, kombinasi antara taraf Identifikasi dan taraf Pengenalan
dalam suatu proyek ekaguna adalah sangat mungkin dilakukan.
Berhubung studi berikutnya akan menggunakan data-data yang dikumpulkan selama taraf-
taraf sebelumnya, adalah penting bagi lembaga yang berwenang untuk mencek dan
meninjau kembali data-data tersebut agar keandalannya tetap terjamin. Demikian juga
lembaga yang berwenang hendaknya mencek dan meninjau kembali hasil-hasil studi yang
lebih awal sebelum memasukkannya ke dalam studi mereka sendiri.

Bagan arus yang diberikan pada Gambar 3.3 menunjukkan hubungan antara berbagai taraf
dalam Tahap Studi dan Tahap Perencanaan.
1. Studi awal

5
Ide untuk menjadikan suatu daerah menjadi daerah irigasi datang dari lapangan atau kantor.
Konsep atau rencana membuat suatu proyek terbentuk melalui pengamatan kesempatan
fisik di lapangan atau melalui analisa data-data topografi dan hidrologi.
Data-data yang berhubungan dengan daerah tersebut dikumpulkan (peta, laporan, gambar
dsb) dan dianalisis; hubungannya dengan daerah irigasi di dekatnya kemudian dipelajari.
Selanjutnya dibuat rencana garis besar dan pola pengembangan beserta laporannya.
Ketelitian yang dicapai sepenuhnya bergantung kepada data dan keterangan/informasi yang
ada.

2. Studi identifikasi
Dalam Studi Identifikasi hasil-hasil Studi Awal diperiksa di lapangan untuk membuktikan
layak-tidaknya suatu rencana proyek.
Dalam taraf lapangan ini proyek akan dievaluasi sesuai dengan garis besar dan tujuan
pengembangan proyek yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Tujuan
tersebut meliputi aspek-aspek berikut:
 Kesuburan tanah
 Tersedianya air dan air yang dibutuhkan (kualitas dan kuantitas) populasi sawah, petani
(tersedia dan kemauan)
 Pemasaran produksi
 Jaringan jalan dan komunikasi
 Status tanah
 Banjir dan genangan
 Lain-lain (potensi transmigrasi, pertimbangan-pertimbangan nonekonomis).

Studi Identifikasi harus menghasilkan suatu gambaran yang jelas mengenai kelayakan
(teknis) proyek yang bersangkutan. Akan tetapi studi ini akan didirikan pada data yang
terbatas dan survei lapangan ini akan bersifat penjajakan/eksploratif, termasuk penilaian
visual mengenai keadaan topografi daerah itu. Tim identifikasi harus terdiri dari orang-orang
profesional yang sudah berpengalaman. Tim ini paling tidak terdiri dari :
 seorang ahli irigasi
 seorang perencana pertanian
 seorang ahli geoteknik, jika aspek-aspek geologi teknik dianggap penting dan jika
diperkirakan akan dibuat waduk.
Studi Identifikasi akan didasarkan pada usulan (proposal) proyek yang dibuat pada taraf
Studi Awal. Studi Identifikasi akan menilai kelayakan dari usulan tersebut serta menelaah
ketujuh persyaratan perencanaan yang disebutkan dalam pendahuluan pasal ini.

6
Selanjutnya hasil dari studi ini akan dituangkan dalam Pola Pengembangan Irigasi yang
merupakan bagian dari Pola Pengembangan Wilayah Sungai.
3. Studi Pengenalan
Tujuan utama studi ini ialah untuk memberikan garis besar pengembangan pembangunan
multisektor dari segi-segi teknis yang meliputi hal-hal berikut :
- Irigasi, hidrologi dan teknik sipil.

Pembuatan rencana induk pengembangan irigasi sebagai bagian dari Rencana Induk
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai yang dipadu serasikan dengan RUTR
Wilayah.
- Agronomi
- Geologi
- Ekonomi
- Bidang-bidang yang berhubungan, seperti misalnya perikanan, tenaga air dan ekologi.
- Pengusulan ijin alokasi air irigasi.
Berbagai ahli dilibatkan di dalam studi multidisiplin ini. Data dikumpulkan dari lapangan dan
kantor. Studi ini terutama menekankan irigasi dan aspek-aspek yang berkaitan langsung
dengan irigasi. Beberapa disiplin ilmu hanya berfungsi sebagai pendukung saja; evaluasi
data dan rencana semua diarahkan ke pengembangan irigasi.

4. Studi kelayakan
Jika perlu, Studi Kelayakan bisa didahului dengan Studi Prakelayakan. Tujuan utama Studi
Prakelayakan adalah untuk menyaring berbagai proyek alternatif yang sudah dirumuskan
dalam Studi Pengenalan berdasarkan perkiraan biaya dan keuntungan yang dapat
diperoleh. Alternatif untuk studi lebih lanjut akan ditentukan. Pada taraf ini tidak diadakan
pengukuran lapangan, tetapi hanya akan dilakukan pemeriksaan lapangan saja.

Tujuan utama studi kelayakan adalah untuk menilai kelayakan pelaksanaan untuk proyek
dilihat dari segi teknis dan ekonomis. Studi kelayakan bertujuan untuk :
 Memastikan bahwa penduduk setempat akan mendukung dilak sanakannya proyek
yang bersangkutan;
 Memastikan bahwa masalah sosial dan lingkungan lainnya bisa diatasi tanpa
kesulitan tinggi

7
 Mengumpulkan dan meninjau kembali hasil-hasil studi yang telah dilakukan
sebelumnya;
 Mengumpulkan serta menilai mutu data yang sudah tersedia;

B. Tahap Perencanaan
1. Peta topografi
Program pemetaan dimulai dengan peninjauan cakupan, ketelitian dan kecocokan peta-peta
dan foto udara yang sudah ada. Lebih Ianjut akan direncanakan pengukuran-pengukuran,
pemotretan udara dan pemetaan dengan ketentuan-ketentuan yang mendetail Biasanya
akan dibuat sebuah peta topografi baru yang dilengkapi dengan garis-garis tinggi untuk
proyek-itu.
Peta topografi itu terutama akan digunakan dalam pembuatan tata letak pendahuluan
jaringan irigasi yang bersangkutan. Peta-peta topografi dibuat dengan skala 1: 25.000 untuk
tata letak umum, dan 1 : 5.000 untuk tata letak detail
Pemetaan topografi sebaiknya didasarkan pada foto udara terbaru, dengan skala foto
sekitar 1 : 10.000. Hal ini akan mempermudah perubahan petapeta ortofoto atau mosaik
yang dilengkapi dengan garis-garis ketinggian yang memperlihatkan detail lengkap topografi
Seandainya tidak belum tersedia foto udara dan pembuatan foto udara baru akan meminta
terlalu banyak biaya, maka sebagai gantinya dapat dibuat peta terestris yang dilengkapi
dengan garis-garis tinggi .
Bila foto udara tersebut dibuat khusus untuk proyek, maka skalanya adalah sekitar 1:10.000,
digunakan baik untuk taraf perencanaan maupun studi kelayakan. Biasanya pembuatan
peta untuk proyek irigasi seluas 10.000 ha atau lebih, didasarkan pada hasil pemotretan
udara.

2. Perencanaan pendahuluan
Tujuan yang akan dicapai oleh tahap perencanaan pendahuluan adalah untuk menentukan
lokasi dan ketinggian bangunan-bangunan utama, saluran irigasi dan pembuang, dan luas
daerah layanan yang kesemuanya masih bersifat pendahuluan. Walaupun tahap ini masih
disebut perencanaan "pendahuluan", namun harus dimengerti bahwa hasilnya harus
diusahakan setepat mungkin.
Pekerjaan dan usaha yang teliti dalam tahap perencanaan pendahuluan akan menghasilkan
perencanaan detail yang bagus.
Hasil perencanaan pendahuluan yang jelek sering tidak diperbaiki lagi dalam taraf
perencanaan detail demi alasan-alasan praktis.

8
Pada taraf perencanaan pendahuluan akan diambil keputusan-keputusan mengenai:
 Lokasi bangunan-bangunan utama dan bangunan-bangunan silang utama. Tata letak
jaringan
 Perencanaan petak-petak tersier
 Pemilihan tipe-tipe bangunan
 Trase dan potongan memanjang saluran
 Pengusulan garis sempadan saluran pendahuluan.

Perekayasa juga diwajibkan untuk mencek hasil-hasil pengukuran topografi di lapangan.


Pemeriksaan ini harus mencakup hasil pengukuran trase dan elevasi saluran yang
direncana. Elevasi harus dicek setiap interval 400 m. Ketelitian peta garis-garis tinggi harus
dicek.
Selain cek trase dan elevasi saluran pencekan lapangan harus mencakup hasil-hasil
pengukuran ulang ketinggian-ketinggian penting yang dilakukan pada tarat perencanaan
pendahuluan, misalnya bangunan utama, bangunan-bangunan silang utama, beberapa
benchmark, dan alat pencatat otomatis tinggi muka air.

Perencanaan pendahuluan meliputi:


 Tata letak dengan skala 1: 25.000 dan presentasi detail dengan skala 1 : 5.000
 Potongan memanjang yang diukur di lapangan dengan perkiraan ukuran-ukuran
potongan melintang dari peta garis tinggi serta garis sempadan saluran.
 Tipe-tipe bangunan
 Perencanaan bangunan utama
 Perencanaan bangunan-bangunan besar.

C. Taraf Perencanaan Akhir


a. Pengukuran dan penyelidikan
1. Pengukuran topografi
Pengukuran trase saluran dilakukan menyusul masuknya hasil-hasil tahap perencanaan
pendahuluan. Adalah penting bahwa untuk pengukuran sipat datar trase saluran hanya
dipakai satu basis (satu tinggi benchmark acuan). Tahap ini telah selesai dan menghasilkan
peta tata letak dengan skala 1 : 5.000 di mana trase saluran diplot.
Ahli irigasi harus sudah menyelidiki trase ini sampai lingkup tertentu dan sudah memahami
ketentuan-ketentuan khusus pengukuran (lihat pasal 3.3.1.b).
Pengukuran-pengukuran situasi juga dilaksanakan pada taraf ini yang meliputi:
 Saluran-pembuang silang yang besar di mana topografi terlalu tidak teratur untuk
menentukan lokasi as saluran pada lokasi persilangan;

9
 - Lokasi bangunan-bangunan khusus.
Di sini ahli irigasi harus memberikan ketentuan-ketentuan/spesifikasi dan bertanggung jawab
atas hasil-hasilnya.

2. Penyelidikan Geologi Teknik


Informasi mengenai geologi teknik yang diperlukan untuk perencanaan dikhususkan pada
kondisi geologi, subbase (pondasi) daya dukung tanah, kelulusan (permeabilitas) dan
daerah-daerah yang mimgkin dapat dijadikan lokasi sumber bahan timbunan.
Pada tahap studi penilaian pendahuluan mengenai karakteristik geologi teknik dan geologi
dibuat berdasarkan data-data yang ada dan inspeksi penyelidikan lapangan. Penyelidikan
detail dirumuskan segera setelah rencana pendahuluan pekerjaan teknik diselesaikan.
Sering terjadi bahwa penyelidikan pondasi bangunan ini dilakukan terbatas sampai pada
bangunan utama saja jika perlu dengan cara pemboran atau penyelidikan secara elektrik.
Namun demikian, dalam beberapa hal lokasi bangunan besar mungkin juga memerlukan
penyelidikan geologi teknik sehubungan dengan terdapatnya keadaan subbase yang lemah.
Penyelidikan saluran sering terbatas hanya sampai pada tes-tes yang sederhana, misalnya
pemboran tangan.Untuk saluran-saluran pada galian atau timbunan tinggi dengan keadaan
tanah yang jelek, akan diperlukan penyelidikan-penyelidikan yang lebih terinci.
Ketentuan-ketentuan penyelidikan ini dan ruang lingkup pengukurannya akan dirancang
oleh ahli irigasi berkonsultasi dengan ahli geologi dan ahli mekanika tanah yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan penyelidikan tersebut.Analisis dan evaluasi datanya
akan dikerjakan oleh ahli geologi teknik dan hasilnya harus siap pakai untuk perencanaan.
Dari awal keikutsertaannya, ahli itu harus memiliki pengetahuan yang jelas mengenai
bangunan-bangunan yang direncanakan. Akan tetapi, perencanaan akhir diputuskan oleh
perencana.
Perlu diingat bahwa sebagian dari kegiatan-kegiatan penyelidikan geologi teknik di atas,
telah dilakukan untuk studi kelayakan proyek. Biasanya data-data ini tidak cukup untuk
perencanaan detail, khususnya yang menyangkut pondasi bangunan-bangunan besar.

3. Penyelidikan hidrolis model


Untuk perencanaan jaringan irigasi penyelidikan model hidrolis mungkin hanya diperlukan
untuk bangunan-bangunan utama dan beberapa bangunan besar di dalam jaringan itu.
Pada umumnya penyelidikan dengan model diperlukan apabila rumus teoritis dan empiris
aliran tidak bisa merumuskan pola aliran penggerusan lokal dan angkutan sedimen di
sungai. Selanjutnya penyelidikan hidrolis model akan membantu menentukan bentuk
hidrolis, bangunan utama dan pekerjaan sungai di ruas sungai sebelahnya.

10
Perencanaan pendahuluan untuk bangunan utama akan didasarkan pada kriteria teoritis
dan empiris. Apabila penyelidikan dengan model memang diperlukan, maka ahli irigasi akan
merumuskan program dan ketentuan-ketentuan tes dan penyelidikan setelah berkonsultasi
dahulu dengan pihak laboratorium. Penyelidikan dengan model tersebut harus
menghasilkan petunjuk-petunjuk yang jelas mengenai modifikasi terhadap perencanaan
pendahuluan. Perencanaan, akhir akan diputuskan oleh perencana berdasarkan hasil-hasil
penyelidikan dengan model.

b. Perencanaan dan laporan akhir


Pembuatan perencanaan akhir merupakan tahap terakhir dalam Perencanaan Jaringan
lrigasi. Dalam tahap ini gambar-gambar tata letak, saluran dan bangunan akan dibuat detail
akhir. Tahap perencanaan akhir akan disusul dengan perkiraan biaya, program dan metode
pelaksanaan, pembuatan dokumen tender dan pelaksanaan. Perencanaan akhir akan
disajikan sebagai laporan perencanaan yang berisi semua data yang telah dijadikan dasar
perencanaan tersebut serta kriteria yang diterapkan, maupun gambar-gambar perencanaan
dan rincian volume dan biaya (bill of quantities). Laporan itu juga memuat informasi
mengenai urut-urutan pekerjaan pelaksanaan dan ekspoitasi dan pemeliharaan jaringan
irigasi.
Perubahan trase saluran dan posisi bangunan irigasi dimungkinkan karena pertimbangan
topografi dan geoteknik untuk itu garis sempadan saluran harus disesuaikan dengan
perubahan tersebut.

AMDAL

AMDAL ( Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.) merupakan kajian dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk
pengambilan keputusan.

Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi,
sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.

AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
(Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

11
“…kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup; dibuat pada tahap
perencanaan…”

Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang
AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana
para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum
memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.

Dokumen AMDAL terdiri dari :

 Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)


 Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

 Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

 Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi
Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha dan/atau
kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan
untuk diberi ijin atau tidak.

Apa guna AMDAL?

 Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah


 Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari
rencana usaha dan/atau kegiatan

 Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau
kegiatan

 Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan


lingkungan hidup

 Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu
rencana usaha dan atau kegiatan

“…memberikan alternatif solusi minimalisasi dampak negatif”

12
“…digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberi ijin
usaha dan/atau kegiatan”

Bagaimana prosedur AMDAL?

Prosedur AMDAL terdiri dari :

 Proses penapisan (screening) wajib AMDAL


 Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat

 Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)

 Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap juga
disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu
rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala


BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama
waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan
kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-
ANDAL.

Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala


BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama
waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan
kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-
ANDAL.

Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan


lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).

Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen


KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu
maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh
penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.

Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan
dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).

13
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan
dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan
peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di
luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali
dokumennya.

Siapa yang harus menyusun AMDAL?

Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk
menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat
Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi
penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.

Siapa saja pihak yang terlibat dalam proses AMDAL?

Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa,
dan masyarakat yang berkepentingan.

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat
pusat berkedudukan di Kementerian Lingk

Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat
pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di
Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota
berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur
pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak
diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan
Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup,
sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota
ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.

Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk
keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut:
kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi,

14
faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh
nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL
dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

Apa yang dimaksud dengan UKL dan UPL ?

Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan
lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan.

Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL
dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.

UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan


keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan
formulir isian yang berisi :

 Identitas pemrakarsa

Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan
formulir isian yang berisi :

 Identitas pemrakarsa
 Rencana Usaha dan/atau kegiatan

 Dampak Lingkungan yang akan terjadi

 Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup

 Tanda tangan dan cap

Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :

15
 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup
Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota
 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi
untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota

 Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan


pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu
propinsi atau lintas batas negara

Apa kaitan AMDAL dengan dokumen/kajian lingkungan lainnya ?

AMDAL-UKL/UPL

Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan
menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan
bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.

AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib

Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan
hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di
bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL,
untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang P

Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan
hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di
bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL,
untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan
Audit Lingkungan yang Diwajibkan.

Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana
ewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat
kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup.

Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit
Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

16
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela

Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk
meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit
lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang
bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum
pelaksanaan Audit Lingkungan.

Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang wajib


AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban penyusunan
dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat didorong untuk
disusun oleh pemrakarsa karena sifatnya akan sangat membantu efektifitas pelaksanaan
pengelolaan lingkungan sekaligus dapat “memperbaiki” ketidaksempurnaan yang ada dalam
dokumen AMDAL.

Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat
berguna bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan
luar negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela,
dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO

Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat
berguna bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan
luar negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela,
dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan
penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya.

SELESAI

7 Jenis jenis Irigasi dan Fungsinya

Irigasi merupakan salah satu faktor yang amat menentukan suksesnya pertanian sebab
tanpa pengairan yang cukup, sebagian besar tanaman yang menjadi komoditas pertanian
tidak akan tumbuh subur dan siap dipanen. Inilah yang barangkali menjadi alasan mengapa
dahulu, salah satu butir dalam politik etis Belanda adalah irigasi sebab Indonesia sebagai
negara agraris begitu membutuhkan irigasi yang cukup untuk menunjang pertanian.
Irigasi memegang peran sangat penting sebab tanaman yang membutuhkan pengairan

17
cukup tidak hanya membutuhkan supply air pada awal penanaman atau masa-masa
tertentu saja, akan tetapi pada seluruh periode.

Beragamnya sistem irigasi yang dimiliki petani Indonesia merupakan suatu keniscayaan
mengingat sejarah panjang irigasi serta beragamnya model tanah yang menjadi lahan
pertanian.

Secara lebih rinci, berikut adalah penjelasan dari beberapa di antara jenis jenis irigasi :

1. Irigasi Permukaan

Irigasi macam ini umumnya dianggap sebagai irigasi paling kuno di Indonesia. Tekniknya
adalah dengan mengambil air dari sumbernya, biasanya sungai, menggunakan bangunan
berupa bendungan atau pengambilan bebas. Air kemudian disalurkan ke lahan pertanian
menggunakan pipa atau selang memanfaatkan daya gravitasi, sehingga tanah yang lebih
tinggi akan terlebih dahulu mendapat asupan air. Penyaluran air yang demikian terjadi
secara teratur dalam ‘jadwal’ dan volume yang telah ditentukan.

2. Irigasi Bawah Permukaan

Seperti namanya, jenis irigasi ini menerapkan sistem pengairan bawah pada lapisan tanah
untuk meresapkan air ke dalam tanah di bawah daerah akar menggunakan pipa bawah
tanah atau saluran terbuka. Digerakkan oleh gaya kapiler, lengas tanah berpindah menuju
daerah akar sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan demikian, irigasi jenis ini
menyasar bagian akar dengan memberinya asupan nutrisi sehingga dapat disalurkan ke
bagian lain tumbuhan dan dapat memaksimalkan fungsi akar menopang tumbuhan.

3. Irigasi dengan Pancaran

Dibanding dua irigasi sebelumnya, irigasi ini terbilang lebih modern karena memang baru
dikembangkan belakangan. Caranya adalah dengan menyalurkan air dari sumbernya ke
daerah sasaran menggunakan pipa. Di lahan yang menjadi sasaran, ujung pipa disumbat
menggunakan tekanan khusus dari alat pencurah sehingga muncul pancaran air layaknya
hujan yang pertama kali membasahi bagian atas tumbuhan kemudian bagian bawah dan
barulah bagian di dalam tanah.

4. Irigasi Pompa Air

18
Irigasi ini menggunakan tenaga mesin untuk mengalirkan berbagai jenis jenis air dari
sumber air, biasanya sumur, ke lahan pertanian menggunakan pipa atau saluran. Jika
sumber air yang digunakan dalam jenis ini bisa diandalkan, artinya tidak surut pada musim
kemarau, maka kebutuhan air pada musim kemarau bisa di-backup dengan jenis irigasi ini.

5. Irigasi Lokal

Irigasi lokal melakukan kerja distribusi air menggunakan pipanisasi atau pipa yang dipasang
di suatu area tertentu sehingga air hanya akan mengalir di area tersebut saja. Seperti
halnya jenis irigasi permukaan, irigasi lokal menggunakan prinsip gravitasi sehingga lahan
yang lebih tinggi terlebih dahulu mendapat air.

6. Irigasi dengan Ember atau Timba

Irigasi jenis ini dilakukan dengan tenaga manusia, yakni para petani yang mengairi lahannya
dengan menggunakan ember atau timba. Mereka mengangkut air dari sumber air dengan
ember atau timba kemudian menyiramnya secara manual pada lahan pertanian yang
mereka tanami. Seperti yang bisa dibayangkan, jenis ini kurang efektif karena memakan
banyak tenaga serta menghabiskan waktu yang lama. Namun demikian, jenis yang
demikian masih menjadi pilihan sebagian petani utamanya petani di pedesaan yang tidak
memiliki cukup modal untuk membeli pompa air atau alat irigasi yang lebih efektif.

7. Irigasi Tetes

Jenis irigasi tetes menjalankan tugas distribusi air ke lahan pertanian menggunakan selang
atau pipa yang berlubang dan diatur dengan tekanan tertentu. Dengan pengaturan yang
demikian, air akan muncul dari pipa berbentuk tetesan dan langsung pada bagian akar
tanaman. Teknik yang demikian dimaksudkan agar air langsung menuju ke akar sehingga
tidak perlu membasahi lahan dan mencegah terbuangnya air karena penguapan yang
berlebih. Kelebihan irigasi jenis ini di antaranya adalah efisiensi dan penghematan air,
menghindari akibat penguapan dan inflitrasi serta sangat cocok untuk tanaman di masa-
masa awal pertumbuhannya karena dapat memaksimalkan fungsi hara bagi tanaman.
Selain itu, jenis ini juga mempercepat proses penyesuaian bibit dengan tanah sehingga
dapat menyuburkan tanaman dan menunjang keberhasilan proses penanamannya.

Fungsi Irigasi

Sementara itu di Indonesia sendiri, memiliki pembagian musim seperti musim kemarau dan
musim penghujan memiliki jatah yang sama sehingga ketika musim kemarau tiba, utamanya

19
kemarau panjang, curah air hujan akan rendah bahkan tidak ada sama sekali dan di sinilah
irigasi memainkan peranannya. Ini juga terjadi pada pada daerah-daerah dengan resapan
air yang rendah sehingga pada musim kemarau, sangat jarang ditemukan sumber air yang
dapat mencukupi kebutuhan pertanian setempat.

Secara lebih terperinci, berikut adalah fungsi irigasi terhadap pertanian :

 Sebagai simpanan supply air jika suatu saat terjadi kekeringan akibat kemarau
panjang sehingga tanaman pertanian bisa tetap ditanam dan dipanen. Irigasi di sini
sekaligus juga mengatur ‘jadwal’ dan ‘porsi’ pembasahan tanah sehingga dalam
musim apapun, lahan pertanian bisa dialiri air dan tanaman bisa tumbuh
 Memenuhi kebutuhan air pada tanaman pertanian

 Mengalirkan air yang memuat zat lumpur serta zat hara penyubur tanaman untuk
menyuburkan tanah yang menjadi lahan pertanian sehingga tanah siap ditanami dan
menghasilkan tumbuhan yang juga subur dan baik.

 Mengalirkan air yang akan berfungsi mengendapkan kotoran atau limbah di dalam
tanah ke dalam lapisan bawah (saluran drainase) sehingga tidak mengganggu
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan menghindari terjadinya erosi
tanah. Kotoran atau limbah tersebut akan mengalami proses penjernihan baik secara
alamiah atau teknis.

 Mengendapkan zat-zat garam dari permukaan tanah ke tanah lapisan bawah


sehingga di permukaan, kadar garam akan menurun. Menurunnya kadar garam ini
adalah salah satu faktor yang mendukung suksesnya pertanian.

 Menyiapkan tanah untuk mengalami proses pengolahan dengan terlebih dahulu


melunakkannya. Lunaknya tanah akan mempermudah proses pengolahan karena
tanah yang keras akan sulit diolah semisal dicangkul atau dibajak.

 Meninggikan tanah yang posisinya rendah. Lumpur yang terkandung dalam air irigasi
dapat memungkinkan hal ini terjadi sehingga sehingga tanah yang potensial untuk
pertanian dapat digunakan lebih maksimal

 Menurunkan suhu dalam tanah sehingga kondusif untuk pertanian

 Mengurangi kemungkinan kerusakan tanah yang diakibatkan oleh frost

Manfaat Irigasi

20
Begitu banyak manfaat irigasi yang memberikan manfaat bagi kehidupan makhluk hidup
yang hidup di bumi yang akan memberikan keuntungan bagi makhluk hidup terutama pada
para petani.

Berikut adalah penjelasan mengenai manfaat dari beberapa jenis jenis irigasi :

a. Manfaat irigasi permukaan

Jenis irigasi ini menyebarkan air ke permukaan tanah hingga meresap ke bagian pori-pori
tanah sehingga kebutuhan nutrisi tumbuhan dapat tercukupi. Dalam praktinya ia
menggunakan susunan jaringan sehingga ada jaringan primer, sekunder dan tersier.
Saluran primer adalah saluran yang pertama kali mendapatkan air, biasanya terletak di
daratah yang lebih tinggi kemudian dialirkan ke saluran-saluran sekunder yang nantinya
akan meneruskan aliran air ke saluran tersier.

Adapun jenis tumbuhan yang menggunakan sistem ini di antarnya adalah palawija karena
memang membutuhkan asupan air yang banyak. Sementara itu, keuntungan menggunakan
irigasi jenis ini adalah, selain investasi dan modal yang relatif kecil adalah kesesuaian untuk
diterapkan untuk semua jenis lahan, meresapnya air hingga ke tanah bagian bawah
sehingga bisa digunakan dengan baik dan efektif serta efisensi pemakaian air yang
tergolong tinggi.

b. Manfaat irigasi dengan pancaran

Selain untuk mengalirkan air, irigasi dengan pancaran juga digunakan untuk menyebarkan
pupuk karena dianggap lebih praktis, efektif dan cepat. Ia juga dipakai untuk mengurangi
erosi angin dan mencegah pembekuan. Umumnya, jenis irigasi yang satu ini cocok dipakai
untuk daerah yang memiliki tanah dangkal dengan topografi yang kurang atau tidak teratur.
Daerah lain yang sangat cocok menggunakan jenis irigasi ini adalah wilayah berlereng
karena dapat mengatasi masalah erosi sehingga kesuburan tanah tidak akan
terkurangi. Sedikitnya, ada dua macam irigasi jenis ini, yakni jenis dengan alat pencurah
yang tetap dan alat pencurah yang bisa dipindah-pindah. Sementara itu berdasarkan luas
dan kapastias lahan yang dialiri serta keadaan topografi, jenis ini memiliki tiga macam, yakni
farm system, incomplete farm system dan field system. Meski memiliki fungsi lain di luar
irigasi, teknik semacam ini membutuhkan modal dan investasi yang cukup tinggi sehingga
masih menjadi barang mahal bagi banyak orang.

c. Manfaat irigasi tetes

21
Beberapa jenis irigasi yang disebutkan di atas cukup menunjukkan bahwa perbedaan lahan,
jenis tanaman juga ketersediaan modal sangat menentukan jenis irigasi apa yang akan
dipilih para petani untuk mengairi lahannya. Namun demikian, pada juga sebagian petani
yang diuntungkan dengan letak lahan pertanian yang ia miliki. Ini terjadi misalnya jika sawah
yang dimiliki dekat dengan bendungan air sehingga pemilik tanah sekitar tidak perlu
kewalahan dan kebingungan menciptakan sistem irigasi untuk mengairi lahannya. Tak
heran, sawah-sawah di dekat bendungan atau sumber air biasanya tetap ditanami dalam
musim apapun dan menghasilkan tanaman yang baik dan subur karena persediaan air tidak
perlu dikhawatirkan. Ini pula yang menjadi alasan mengapa lahan-lahan pertanian di sekitar
bendungan atau sumber air dijual dengan harga yang cukup tinggi. (baca : cara mencegah
erosi tanah)

 Untuk meng-handle perairan yang dibutuhkan lahan pertanian, sistem irigasi ternyata
juga mencerminkan peradaban suatu bangsa. Ini bisa dilihat dari catatan sejarah
yang menunjukkan bahwa kebudayaan dan peradaban besar biasanya muncul tak
jauh dari sumber air yang dikelola dengan baik dan menghasilkan sistem irigasi yang
baik pula.
 Kreasi-kreasi yang diciptakan untuk sistem irigasi ternyata juga memiliki fungsi lain,
semisal bendungan air yang memiliki fungsi lain sebagai pembangkit listrik. Irigasi
yang tertata dengan baik juga menjadi solusi atas problem kekurangan pangan lokal
yang tak jarang menimpa banyak negara.

 Sistem irigasi yang diatur dan berfungsi dengan baik juga berbanding lurus dengan
kesehatan masyakarat secara umum maupun kesejahterannya.

 Tanaman yang dihasilkan dari lahan subur dan bebas hama penyakit sangat penting
dalam menunjang kesehatan masyarakat dan menjauhkan mereka dari berbagai
macam penyakit. Begitu juga, hasil pertanian yang berkualitas dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Ini bahkan juga sangat berperan dalam mendukung
program daulat pangan sehingga produksi pangan dalam negeri bisa diandalkan
kualitas maupun kuantitasnya minimal untuk konsumsi sendiri sehingga tidak perlu
mengimpor bahan pangan dari negara lain

RUANG LINGKUP TEKNIK SIPIL DALAM IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

22
Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana
merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga
mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia.

Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan matematika,
fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga komputer mempunyai peranannya masing-
masing. Teknik sipil dikembangkan sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan
pergerakannya, hingga bisa dikatakan ilmu ini bisa mengubah sebuah hutan menjadi kota
besar.

Cabang-cabang ilmu teknik sipil

 Struktural: Cabang yang mempelajari masalah struktural dari materi yang


digunakan untuk pembangunan. Sebuah bentuk bangunan mungkin dibuat dari
beberapa pilihan jenis material seperti baja, beton, kayu, kaca atau bahan lainnya.
Setiap bahan tersebut mempunyai karakteristik masing-masing. Ilmu bidang
struktural mempelajari sifat-sifat material itu sehingga pada akhirnya dapat dipilih
material mana yang cocok untuk jenis bangunan tersebut. Dalam bidang ini dipelajari
lebih mendalam hal yang berkaitan dengan perencanaan struktur bangunan, jalan,
jembatan, terowongan dari pembangunan pondasi hingga bangunan siap digunakan.

 Geoteknik: Cabang yang mempelajari struktur dan sifat berbagai macam tanah dan
batuan dalam menopang suatu bangunan yang akan berdiri di atasnya. Cakupannya
dapat berupa investigasi lapangan yang merupakan penyelidikan keadaan-keadaan
tanah suatu daerah, penyelidikan laboratorium serta perencanaan konstruksi tanah
dan batuan, seperti: timbunan (embankment), galian (excavation), terowongan tanah
lunak (soft soil tunnel), terowongan batuan (rock/mountain tunnel), bendungan
tanah/batuan (earth dam, rock fill dam), dan lain-lain.

 Manajemen Konstruksi: Cabang yang mempelajari masalah dalam proyek konstruksi


yang berkaitan dengan ekonomi, penjadwalan pekerjaan, pengembalian modal,
biaya proyek, semua hal yang berkaitan dengan hukum dan perizinan bangunan
hingga pengorganisasian pekerjaan di lapangan sehingga diharapkan bangunan
tersebut selesai tepat waktu.

 Hidrologi: Cabang yang mempelajari air, distribusi, pengendalian dan


permasalahannya. Mencakup bidang ini antara lain cabang ilmu hidrologi air
(berkenaan dengan cuaca, curah hujan, debit air sebuah sungai dsb), hidrolika (sifat

23
material air, tekanan air, gaya dorong air dsb) dan bangunan air seperti pelabuhan,
irigasi, waduk/bendungan(dam), kanal.

 Teknik Lingkungan: Cabang yang mempelajari permasalahan-permasalahan dan isu


lingkungan. Mencakup bidang ini antara lain penyediaan sarana dan prasarana air
besih, pengelolaan limbah dan air kotor, pencemaran sungai, polusi suara dan udara
hingga teknik penyehatan.

 Transportasi: Cabang yang mempelajari mengenai sistem transportasi dalam


perencanaan dan pelaksanaannya. Mencakup bidang ini antara lain konstruksi dan
pengaturan jalan raya, konstruksi bandar udara, terminal, stasiun dan
manajemennya.

 Informatika Teknik Sipil: Cabang baru yang mempelajari penerapan Komputer untuk
perhitungan/pemodelan sebuah sistem dalam proyek Pembangunan atau Penelitian.
Mencakup bidang ini antara lain dicontohkan berupa pemodelan Struktur Bangunan
(Struktural dari Materi atau CAD), pemodelan pergerakan air tanah atau limbah,
pemodelan lingkungan dengan Teknologi GIS (Geographic information system).

Keluasan cabang dari teknik sipil ini membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja.
Profesi yang didapat dari seorang ahli bidang ini antara lain: perancangan/pelaksana
pembangunan/pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar
udara, lalu lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase, irigasi, perumahan,
gedung, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air bersih,
survey lahan, konsep finansial dari proyek, manajemen projek dsb. Semua aspek kehidupan
tercangkup dalam muatan ilmu teknik sipil.

Perbedaan dari arsitek, terletak pada posisi ahli teknik sipil dalam sebuah proyek. Arsitek
menyumbangkan rancangan, ide, kemungkinan pelaksanaan pembangunan di atas kertas.
Hasil rancangan tersebut diserahkan selanjutnya kepada staf ahli bidang teknik sipil untuk
pelaksanaan pembangunan. Tahapan ini, ahli teknik sipil melakukan perbaikan/saran dari
pelaksanaan perencanaan, koordinasi dalam proyek, mengamati jalannya proyek agar
sesuai dengan perencanaan. Selain itu, ahli teknik sipil juga membangun konsep finansial
dan manajemen proyek atas hal-hal yang memengaruhi jalannya proyek.

Ahli teknik sipil tidak hanya berurusan dengan pembangunan sebuah proyek bangunan,
tetapi di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika, memungkinkan untuk
memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan program CAD, pemodelan kerusakan akibat

24
gempa, banjir. Hal ini sangat penting di negara maju sebagai tolak ukur kelayakan
pembangunan sebuah bangunan vital yang mempunyai risiko dapat menelan korban banyak
manusia seperti reaktor nuklir atau bendungan, jika terjadi kegagalan perencanaan teknis.
Rancangan bangunan tersebut biasanya dimodelkan dalam komputer dengan diberikan
faktor-faktor ancaman bangunan tersebut seperti gempa dan keruntuhan struktur material.
Peran ahli teknik sipil juga masih berlaku walaupun fase pembangunan sebuah gedung
telah selesai, seperti terletak pada pemeliharaan fasilitas gedung tersebut.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. DEFINISI.

Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah ataupun buatan
kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang berguna bagi pertumbuhan
tanaman.

SECARA ALAMIAH :

1. Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air hujan.

2. Cara alamiah lainnya, adalah melalui genangan air akibat banjir dari sungai, yang akan
menggenangi suatu daerah selama musim hujan, sehingga tanah yang ada dapat siap
ditanami pada musim kemarau.

SECARA BUATAN :

Ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik dalam skala yang cukup
besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan ( Artificial Irrigation ).

Irigasi buatan secara umum dapat dibagi dalam 2 ( dua ) bagian :

25
1. Irigasi Pompa ( Lift Irrigation ), dimana air diangkat dari sumber air yang rendah ke tempat
yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun manual.

2. Irigasi Aliran ( Flow Irrigation ), dimana air dialirkan ke lahan pertanian secara gravitasi
dari sumber pengambilan air.

1.2. RUANG LINGKUP / SKOPE PEMBAHASAN

Ruang lingkup pembahasan pada materi ini adalah :

1. Sepanjang dalam kaitannya dengan pekerjaan pembangunan dan pemeliharaan


bangunan yang bertujuan untuk membawa air dari sumber air ke lahan pertanian, maka hal
itu merupakan cabang dari Teknik Rekayasa.

2. Sedangkan sepanjang dalam kaitan dengan tata cara pemberian air ke tanaman secara
tepat waktu, tepat jumlah dan tepat caranya, maka hal itu merupakan bidang Pertanian.

Tetapi untuk dapat menjamin suatu perencanaan jaringan irigasi benar-benar ekonomis,
seorang Ahli Teknik harus mengerti dan menguasai semua aspek tersebut diatas.

1.3. TUJUAN dan MANFAAT IRIGASI

1.3.1. Tujuan Irigasi.

Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya
rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses produksi
pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara teknis
dan sistematis.

1.3.2. Manfaat Irigasi.

Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah :

a. untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya
kurang atau tidak menentu.

b. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu
pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan.

c. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur & zat – zat
hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi subur.

26
d. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan pengendapan
lumpur yang dikandung oleh air irigasi.

e. Untuk pengelontoran air , yaitu dengan mengunakan air irigasi, maka kotoran /
pencemaran / limbah / sampah yang terkandung di permukaan tanah dapat digelontor
ketempat yang telah disediakan ( saluran drainase ) untuk diproses penjernihan secara
teknis atau alamiah.

f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari pada tanah,
sehingga dimungkinkan untuk mengadakan proses pertanian pada musim tersebut.

1.4. KEUNTUNGAN IRIGASI

Keuntungan dari pada dibangunannya suatu sistem irigasi dan bangunan-nya, secara umum
adalah sebagai berikut :

1. Mengatasi kekurangan pangan / bahaya kelaparan.

• Sifat hujan ini hanyalah musiman dan sering tidak tentu.

• Keterbatasan kondisi kemampuan para petani dipedesaan yang amat rendah dan bahkan
sedikit punya kelebihan persediaan bahan makanan, maka pada musim paceklik / kemarau
yang panjang akan mengakibatkan terjadinya bahaya kelaparan.

• Dengan adanya jaringan irigasi, ketersediaan air lebih terjamin.

2. Meningkatkan produksi dan nilai jual hasil tanaman.

• Produksi dari hampir semua jenis tanaman akan meningkat, dengan adanya pemberian air
yang tepat waktu dan tepat jumlah.

• Dengan melakukan percobaan-percobaan kita dapat mengetahui kebutuhan air yang


opotimum untuk suatu jenis tanaman pada daerah tertentu, sehingga dapat dihasilkan
tingkat produksi tanaman yang paling maksimum.

• Pemberian air yang kurang ataupun melebihi jumlah air yang diperlukan akan menurunkan
tingkat produksi tanaman tersebut.

• Ketika ketersediaan air terjamin secara terus menerus, maka tanaman-tanaman yang
unggul / lebih baik secara alamiah akan mengungguli tanaman yang kurang baik, sehingga

27
yang tertinggal adalah tanaman-tanaman yang unggul yang lolos dari seleksi alam. Dengan
demikian hasil produksinyapun akan lebih baik dalam hal kualitas.

• Dengan kualitas produksi yang lebih baik akan meningkatkan nilai jual dari tanaman
tersebut.

• Berkurangnya / menghilangnya tanaman campuran ( mixed cropping ).

Mixed Cropping adalah cara penanaman beberapa jenis tanaman pada lahan yang sama,
suatu cara bagi para petani untuk menjamin keberhasilan panen dalam menghadapi ketidak
pastian musim.

Mixed Cropping selalu dihindari dalam program peningkatan pertanian, karena :

a. Setiap tanaman memerlukan persiapan khusus dalam hal penyiapan lahan, pemberian
pupuk, pemberian air dan lain-lain. Jika 2 (dua) jenis tanaman atau lebih ditanam bersama
dalam satu lahan, maka lahan tersebut sulit untuk dipersiapkan khusus hanya untuk satu
jenis tanaman saja.

b. Bagaimana pun hati-hatinya dalam proses panen akan selalu terjadi adanya
pencampuran atas hasil panen, sehingga akan menurunkan nilai jual dan reputasi produk
dipasaran.

3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Indonesia dengan penduduknya yang hampir mencapai 200 juta jiwa, sebagian besar
menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Dengan terjaminnya serta dapat
berkembangnya sektor pertanian, berarti akan membantu pemerintah secara nyata dalam
meningkatkan Produk Domestik Bruto ( GDP ), hal ini terbukti dimana pada saat krisis
moneter yang baru saja kita alami ternyata sektor pertanianlah yang paling sedikit
terpengaruh bahkan dapat berjaya, sperti coklat, kopi, dll.

4. Pembangkit Tenaga Listrik.

Pada proyek yang direncanakan terutama untuk irigasi, penambahan sebagai pembangkit
tenaga listrik biasanya dapat dilakukan dengan biaya yang relatif tidak terlalu besar. Pada
proyek besar sekarang ini biasanya direncanakan dari awal sudah untuk irigasi dan
pembangkit tenaga listrik.

5. Transportasi Air ( Inland Navigation ).

28
Saluran irigasi dapat dipergunakan sebagai prasarana transportasi air. Pada saat ini hal
tersebut masih / sudah jarang dilakukan, karena faktor kecepatan yang kurang, tetapi dari
segi biaya maka transportasi air ( Inland Navigation ) adalah sarana tranport yang paling
murah, sehingga dapat mengurangi beban transportasi darat yaitu jalan raya atau kereta
api.

6. Effek terhadap Kesehatan

Dampak langsung dengan adanya saluran irigasi adalah meningkatnya kelembaban ,


sehingga akan membangkit-kan bahaya malaria, kecuali dilakukan langkah-langkah
pencegahan seperti tersedianyan fasilitas drainage yang baik, tidak membiarkan adanya
genangan pada bekas galian ( Borrow Pit ), dll., sehingga efek kelembaban dapat
diminimalisir. Dampak tidak langsung adalah mengurangi tingkat kegagalan panen dan
meningkatkan produksi pangan, sehingga akan meningkatkan gizi penduduk.

7. Supply Air Baku.

Pada beberapa daerah yang terpencil, saluran irigasi kadang-kadang merupakan satu-
satunya sumber air untuk keperluan domestik karena sumur yang ada harus digali yang
dalam untuk mendapatkan air.

8. Peningkatan Komunikasi / Transportasi.

Pada semua saluran irigasi yang penting biasanya disediakan jalan inspeksi untuk
melakukan pengontrolan, Jalan ini biasanya bukan jalan umum dan mempunyai konstruksi
yang sederhana, tetapi kadang-kadang didaerah pedalaman jalan ini adalah satu-satunya
jalan yang tersedia.

1.5. PRASARANA dan SARANA DASAR PENGAIRAN.

Jaringan Irigasi terdiri dari :

1. Skema Daerah Irigasi

• Secara tipikal gambaran skema daerah irigasi dapat diperiksa pada gambar peta dasar
irigasi.

2. Klasifikasi Jaringan Irigasi

Air hujan yang jatuh ke daratan sebagian akan mengalir dipermukaan tanah sebagai air
permukaan ( sungai, danau, dan genangan air ), sebagian lainnya meresap kedalam tanah

29
sebagai air tanah yang mengisi rongga, cekungan dan pori lapisan tanah/batuan dan
seterusnya mengalir untuk kemudian muncul di danau atau muncul dipermukaan sebagai
mata air, dan sebagian lagi menguap langsung ataupun melalui tetumbuhan ke udara.

 Klasifikasi didasarkan menurut kriteria jenis sumber air, yaitu :

• Irigasi air permukaan

• Irigasi air tanah

 Klasifikasi menurut jenis kondisi prasarana dan kelengkapannya ( Kelas Jaringan ), yaitu :

• Jaringan Irigasi teknis

• Jaringan Irigasi semi teknis

• Jaringan Irigasi sederhana

Diluar klasifikasi tersebut diatas, dikenal pula adanya 2 (dua) jaringan irigasi lainnya, yaitu :

• Jaringan pedesaan.

Jaringan Irigasi Teknis.

Adalah jaringan irigasi yang konstruksi bangunan-bangunannya dibuat permanen, dilengkapi


dengan pintu-pintu pengatur dan alat pengukur debit air, sehingga yang dialirkan ke petak-
petak sawah dapat diatur dan diukur dengan baik.

Pada sistem jaringan ini, antara saluran pembawa dengan saluran pembuang ( drainage )
terpisah secara jelas.

Jaringan Irigasi Semi Teknis

Adalah jaringan irigasi yang konstruksi bangunannya dibuat permanen atau semi permanen,
dilengkapi dengan pintu-pintu pengatur akan tetapi tidak dilengkapi dengan bangunan / alat
pengukur debit air.

Dalam sistem jaringan ini, antara saluran pembawa dengan saluran pembuang ( drainage )
tidak sepenuhnya terpisah.

Jaringan Irigasi Sederhana

Adalah jaringan irigasi yang konstruksi bangunan-bangunannya masih bersifat tidak


permanen ( sementara ), dan jaringan ini juga tidak dilengkapi dengan pintu-pintu pengatur
maupun bangunan / alat pengukur debit air.

30
Dan antara saluran pembawa dengan saluran pembuang ( drainage ) tidak terpisah, masih
menjadi satu.

Jaringan Irigasi Pedesaan

Adalah jaringan irigasi yang bersifat tradisional, yang dibangun dan dikelola sepenuhnya
secara swadaya oleh sekelompok petani / desa.

Uraian gambar secara rinci dapat dilihat pada halaman gambar pendukung.

3. Bangunan Utama Irigasi

 Bangunan utama dalam pengertian irigasi adalah bangunan yang dipergunakan untuk
menangkap atau mengambil air dari sumbernya ( seperti sungai atau mata air lainnya ).

Bangunan utama dapat berupa :

• Waduk atau Bendungan

• Bendung

• Bendung tetap

• Bendung gerak

• Bangunan Pengambilan bebas ( free intake ).

• Pompa dan Kincir Angin

• Pengambilan Bebas

Waduk

Adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bangunan sungai dalam hal
ini bangunan bendung dan berbentuk pelebaran alur / badan / palung sungai.

Termasuk jenis bangunan ini adalah : Waduk Lapangan, Embung dan Situ.

Bendung

Bangunan di sungai yang berfungsi untuk menaikkan muka air sampai pada elevasi tertentu.

Bendung dapat berupa : Bendung Tetap atau Bendung Gerak.

Bendung Tetap

31
Adalah bangunan untuk meninggikan muka air di sungai pada ketinggian yang deperlukan,
agar air dapat mengalir ke saluran pembawa sampai ke petak tersier. Bendung Tetap ini ada
yang permanen ( misal dari pasangan batu atau beton ), semi permanen ( misal dari
bronjong ), ataupun tidak permanen ( misal dari tumpukan batu atau kayu ). Bendung Tetap
dilengkapi dengan Kantong Lumpur yang berfungsi untuk menampung dan mengendapkan
bahan endapan ( lumpur, kerikil dan pasir ) agar bahan-bahan tersebut tidak terbawa masuk
ke saluran di hilirnya.

Bendung Gerak

Adalah bangunan di sungai yang sebagian besar konstruksinya terdiri dari pintu-pintu yang
dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air di sungai sampai pada ketinggian
yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran pembawa sampai ke petak tersier.
Termasuk jenis ini adalah Bendung Karet yang pengatur muka airnya dilakukan dengan
mengembang kempiskan tubuh bendung yang terbuat dari bahan karet.

Bangunan Pengambilan

Adalah bangunan yang merupakan bagian dari bangunan utama ( waduk, bendung, dsb.),
yang berfungsi untuk menyadap air / mengalirkan air dari sumber air / sungai ke saluran
induk.

Kantong Lumpur

Adalah bangunan yang berada di pangkal saluran induk, yang berfungsi untuk menampung
dan mengendapkan lumpur, pasir dan kerikil, supaya bahan endapan tersebut tidak terbawa
sepanjang saluran dihilirnya. Bangunan ini mempunyai sistem pembilas ( pintu pembilas )
dan dibilas pada waktu-waktu tertentu.

Pompa dan Kincir

Pompa

Adalah alat untuk menaikkan muka air sampai elevasi yang diperlukan secara mekanis /
hidraulis.

Kincir Angin

Adalah alat yang dipergunakan untuk menaikkan air sampai elevasi yang diperlukan,
dengan mempergunakan kincir berupa baling-baling yang digerakkan oleh tenaga angin.

32
Pengambilan Bebas

Adalah bangunan yang dibuat ditepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan
irigasi tanpa mengatur tinggi muka air sungai.

4. Pohon Irigasi

Data mengenai luas lahan pertanian dan debit aliran irigasi dapat disajikan dalam bentuk
diagram pohon dan tabel ( lihat pada halaman gambar pendukung ).

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertanian. Dalam
dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada
zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau
sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah
kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini
di Indonesia biasa disebut menyiram.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. PENGERTIAN TENTANG IRIGASI


Sejak ratusan tahun lalu atau bahkan ribuan tahun yang lalu , Kurnia ( 1996 )
menyatakan bahwa petani jawa barat telah mengenal jaringan irigasi sejak abad ke – 5 dan
di jawa timur pada abad ke – 8. Indonesia yang memiliki iklim tropis atau yang terletak di
iklim tropis basah dengan curah hujan yang tinggi pada beberapa bulan musim penghujan
dan bulan – bulan kering pada kenyataannya masih sangat membutuhkan adanya sistem
irigasi.
Apabila disebutkan sistem irigasi maka orang cenderung hanya membayangkan suatu
bangunan fisik bendung, dam ataupun saluran yang membawa air untuk mengairi padi
atau sawah. Orang sering lupa bahwa bangunan tersebut dapat beroperasi dengan baik dan
benar maka diperlukan juga Operasi dan Pemeliharaan yang baik dan benar.
Menurut peraturan pemerintah No. 23 / 1998 tentang irigasi, bahwa Irigasi ialah usaha
untuk penyedian dan pengaturan air untuk menunjang pertanian. Menurut PP No. 22 / 1998
irigasi juga termasuk dalam pengertian Drainase yaitu : mengatur air terlebih dari media
tumbuh tanaman atau petak agar tidak mengganggu pertumbuhan maupun produksi
tanaman. Sedangkan Small dan Svendsen ( menyebutkan bahwa irigasi ialah : tindakan

33
intervasi manusia untuk mengubah aliran air dari sumbernya menurut ruang dan waktu serta
mengolah sebagian atau seluruh jumlah tersebut menaikkan produksi pertanian.
Kata sistem berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ SET “ atau kumpulan yang
sekarang dipakai untuk kesatuan “ SET “ sesuai dengan kegunaannya ( Dulla – Navarette,
1992 ), misalnya sistem sungai, sistem matahari dan lain – lain.
Dengan mengacu pada takrif bahawa sistem irigasi merupakan : suatu set dari elemen –
elemen fisik dan sosial yang dipergunakan untuk mendapatkan air dari suatu sumber
terkonsentrasi alami ( seperti : saluran alami , cekungan, saluran drainase atau akulifer.
yang dimaksud dengan operasi dan pemeliharaan adalah kegiatan untuk melakukan operasi
pada alat – alat pendukung bangunan irigasi seperti pintu – pintu pengatur saluran air irigasi
sedangkan pemeliharaan adalah memelihara saluran dan sekitar saluran termasuk
bangunan utama irigasi agar dapat berjalan dengan lancar. Karna tanpa adanya O dan P
dipastikan jaringan tersebut tidak akan bertahan lama.

1.2. IRIGASI SEBAGAI SUATU SISTEM


Huppert dan Walker ( 1989 ) menyatakan sebenanya sistem irigasi merupakan sistem
sosio – teknis. Sistem sosio teknis mempunyai cirri kenampakan ( attributes ) sebagai
berikut :
1. Adanya interelasi yang sangat erat antara struktur sosial dan kenyataan teknologis.
2. Bersifat terbuka dan berinteraksi timbal balik dengan lingkungannya.
3. Berwawasan pencapaian tujuan dan ditentukan oleh kelompok yang berkepentingan
dengan harapan memperoleh hasil produksi barang ( Biomassa ) dan jasa
pelayanan.

Sistem sosio – teknis menekankan pada proses konversi dimana memasukkan di import
dari sistem lingkungan ditranformasikan dalam suatu proses konversi dan di eksport ke
sistem lingkungan sebagai keluaran. Lingkungan suatu sistem irigasi berupa lingkungan fisik
dan ekologi. Didalam sistem irigasi yang kompleks akan terjadi transformasi :
i. Teknis berupa penyedian, pembagian air sapai air kemintakat perakaran
tanaman.
ii. Transformasi kemanusian ( dapat berupa pola piker pelaku irigasi secara
terlatih )
iii. Financial ( dalam bentuk investasi ) dan
iv. Informasi ( Puposutarjo, 1995 )

1.3. MANAJEMEN IRIGASI

34
Dari pengertian – pengertian diatas maka dalam hal ini manajemen diartikan sebagai
peningkatan atau perbaikan kinerja ( perfomence ) suatu sistem produksi dengan obyektif
afesiensi ( Pengaturan berbagai masukan untuk menghasilkan lebih banyak iuran yang
diinginkan ) ( Nobe dan Sampath ) , 1986 ; Reddy ‘ 1986 ). Menurut Pusposutarjo ( 1995 ),
konsep menajemen seperti disebutkan diatas berbasis pada pangkal piker ( premise ),
bahwa ( i ) sistem produksi kinerjanya masih dapat ditingkatkan dan ( ii ) masyarakat
sebagai sistem sosio – kultural menginginkan danya perbaikan kinerja. Bila batasan arti
konsep manajemen irigasi maka : ( i ) irigasi merupakan sustu sistem ; ( ii ) manajemen
merupakan : “ Proses dimana air dimanipulasikan ( dikendalikan dalam produksi pangan
dan serat – seratan). Manajemen air irigasi merupaka cara pendayagunaan keterampilan –
ketermpilan fisik, biologis, khemis dan sumberdaya sosial untuk menyediakan air guna
memperbaiki produksi pangan dan serat – seratan. ( Lowdermilk dalam Reddy, 1984 ).

BAB II
SISTEM JARINGAN IRIGASI, SALURAN PEMBAWA,
PEMBUANG DAN STRUKTUR ORGANISASI

II . SISTEM JARINGAN IRIGASI


2.1. Unsur dan Tingkatan Sistem Jaringan Irigasi
Suatu jaringan irigasi sebetulnya mempunyai empat macam fungsi pokok yang harus
dipenuhi, yaitu :
1. Mengambil air dari sumbernya, biasanya berasal dari mata air, danau atau akuifer
2. Membawa air dari bangunan pengambilan kepetak – petak ( tersier )
3. Membagikan air di dalam petek – petek ke petek – petek sawah
4. Mengalirkan kelebihan air kesaluaran pemutus, yang biasanya dipakai saluran alam
atau sungai.
Berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran air dan lengkapnya fasilitas yang
dimiliki, sistem jaringan dapat dipilahkan menjadi tiga macam, yaitu ;
a. Sistem irigasi sederhana
b. Sistem irigasi semi teknis
c. Sistem irigasi teknis

35
Ciri – ciri ketiga sistem irigasi tersebut adalah sebagai berikut :
2.1.1. Sistem Jaringan Irigasi Sederhana
Sistem jaringan irigasi digolongkan ke dalam irigasi sederhana karena, fasilitas
( bangunan ) yang ada tidak permanen dan fungsinya masih sangat sederhana sekali.
Apabila sistem irigasi tersebut mengambil dari air sungai baisanya bangunan terserbut
terbuat dari tumpukan batu dan batang kayu maka membutuhkan perhatian yang sangat
tinggi untuk menjaga kelanjutannya.
Karenanya kasederhanaannya sistem irigasi ini dapat dikelola oleh sekelompok masyarakat
tanpa peranan pemerintah. Didalam kinerja pengolaannya tidak efisien karena keterbatasan
alat ( fasilitas ) maupun tempat ( daerah ) yang terletak didesa.
2.1.2 . Sistem Irigasi Semi Teknis
Sistem irigasi semi teknis ini sudah lebih maju karna fasilitasnya sudah lengkap serta
bangunanya juga permanen kan tetapi sistem jaringan pembagian airnya masih serupa
dengan sistem irigasi sederhana. Dalam sistem irigasi semi teknis ini pemerintah sudah
terlibat dalam pengelolaannya, seperti dalam melakukan operasi juga pemeliharan
bangunannya.
2.1.3. Sistem Irigasi Teknis
Dalam sistem jaringan irigasi teknis ini bangunannya sudah dibuat lebih lengkap agar dapat
memenuhi keempat fungsinya. Salah satu prinsip sistem irigasi teknis adalah pemisahan
sistem jaringan pembawa dan sistem jaringan pemutus. Sistem jaringan irigasi teknis ini
disebut juga manajemen gabungan antara pemerintah dan petani. Karena pemerintah
bartanggung jawab didalam sistem jaringan utama dimulai dari bangunan pengambilan
sampai dengan saluran tersier sepanjang 50m di hilir bangunan sadap tersier, sedangkan
petani bertanggung jawab atas sistem jaringan di dalam petak tersier.

2.2. Komponen Sistem Jaringan Irigasi


Agar sistem jaringan irigasi dapat memenuhi fungsinya, maka harus ada komponen utama
yang terdiri dari :
a. Bangunan Utama ( Headwork )
b. Jaringan Pembawa
c. Petek – petak Tersier
d. Saluran Pemutus
Agar dapat menjamin keberhasilan dan mendapat kinerja yang lebih baik maka
komponen utama tersebut di lengkapi dengan bangunan pelengkap. Fungsi dan ciri
keempat komponen utama tersebut sebagai berikut :
2.2.1. Bangunan Utama ( Headwork )

36
Bangunan utama merupakan suatu komplek bangunan yang direncanakan sepanjang
aliran sungai atau aliran air untuk dialirkan kedalam jaringan aliran agar dapat dimanfaatkan
untuk keperluan irigasi serta dapat mengurangi kandungan sendimen yang berlebihan juga
dapat mengukur banyak air yang masuk. Bangunan utama terdiri atas :
a. Bangunan pengelak banjir dengan peredam energi
b. Bangunan pengambilan utama
c. Pintu bilas
d. Kolam elak
e. Kantung lumpur ( jika diperlukan )
f. Tanggul banjir
g. Bangunan pelengkap ( apabila diperlukan )
Tidak semua bangunan utama mempunyai komponen yang dapat memfasilitasi pengukuran
debit maupun pengurangan laju sedimen yang masuk kesaluran utama karena tergantung
pada tipe sistem jaringan irigasi yang ditinjau. Sesuai dengan fungsinya maka terdapat
beberapa macam bangunan utama, yaitu :
a. Bendung tetap ( Weir )
b. Bendung gerak ( Barrage )
Fungsi bendung tetap dan gerak sama karena untuk meninggikan permukaan air sungai
agar dapat dialirkan ke dalam aliran irigasi. Apabila tubuh bendung tersebut suatu bangunan
dengan konstruksinya tetap maka bendung tersebut bendung tetap. Tetapi apabila tubuh
bendung terdirir atas beberapa pintu yang dapat dibuka dan ditutup untuk mengatur tinggi
muka air dihulu bendung, bendung tersebut disebut bendung gerak.
Apabila kharestaristik sungai memungkinkan maka sistem sungai tersebut dapat dibangun
suatu waduk ( dam, strorage ). Waduk merupakan bangunan yang berguna untuk untuk
menampung air irigasi pada saat kelebihan ( surplus ) air sungai agar dapat dimanfaatkan
kalau terjadi kekurangan air pada musim kemarau. Waduk juga memiliki banyak fungsi
sebagai pengatur aliran air sungai, pembangkit tenaga listrik, pengendalian banjir,
perikanan, pariwisata, olahraga dan lain – lain. Sebagai contoh waduk yang terkenal adalah
waduk jatiluhur.
2.2.2. Jaringan Pembawa
Sesuai dengan fungsinya sebagai pembawa air dari bangunan utama kepetak – petak
tersier, biasanya dilengkapi dengan bangunan – bangunan air yang dibangun sesuai dengan
kebutuhannya baik memenuhi persyaratan operasional, perawatan, maupun teknik
keamanan bangunan serta dapat pula berfungsi sosial. Bangunan tesebut dapat berbentuk
bangunan pengukur dan pengatur, bangunan bagi, jaringan primer dan dibangunan sadap
sekunder maupun tersier pada alat pengukur dilengkapi dengan pengatur muka air biasanya
alat ini berbentuk pintu sorong.

37
2.2.3. Petak Tersier
Petak tersier mempunyai fungsi penting dalam pengelolaan sistem irigasi teknik. Berfungsi
menerima air irigasi dari suatu jaringan utama melalui suatu bangunan sadap tersier yang
dilengkapi bangunan pengatur dan pengukur debit aliran. Luas petak tersier berkisar antara
50 – 100 Ha. Tetapi kadang – kadang dapat mencapai 150 Ha. Petak tersier dapat dibagi
lagi menjadi petak kuarter dengan luas 8 – 15 Ha.
2.2.4. Saluran Pemutus
Berfungsi sebagai saluran pembuang kelebihan air di petak tersier. Biasanya saluran ini
berbentuk saluran terbuka terletak sejajar petak tersier.

2.3. Perancangan dan Perencanaan Sistem Irigasi


Indonesia yang terletak di wilayah iklim tropis basah dengan sifat klimatik yang khas yaitu
curah hujan yang tinggi dengan beberapa bulan yang kering juga mempunyai kharakteristik
flora yang khas pula. Padi sebagai salah satu tanaman pokok yang toloren terhadap
kharakteristik wilayah tropis basah tersebut. Sifat klimatik tropis basah yang khas pula
menyebabkan timbulnya beberapa hari tanpa hujan. Oleh sebab itu agar tanaman tetap
dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal tanpa kekurangan air masih dibutuhkan
tambahan atau suplesi air irigasi.
Adanya curah hujan yang tinggi dengan kharakteristik hidrogeologi yang khas pula telah
menyebabkan Indonesia mepunyai banyak sungai. Dari air sungai inilah air irigasi diambil
dan diupayakan guna mengairi daerah irigasi yang direncanakan. Karena adanya masalah
sungai, seperti banjir, konflik antara pemakai air dan kebutuhan tenaga listrik yang makin
lama makin membesar sehingga membutuhkan cadangan yang besar maka dibangunlah
bendungan ( Dam ).
Sistem irigasi juga dirancang untuk pemberian air irigasi terhadap waktu atau sistem, aliran
lunak ( unsteady Flow ), artinya debit air irigasi diberikan secara tetap untuk waktu tertentu.
2.3.1. Proses Perencanaan
Pada akhir abad ke – 19 pemerintah kolonial Belanda secara besar – besaran membangun
sistem irigasi dengan tujuan utama untuk mengairi perkebunan tebu dan tembakau. Pada
pembangunan tersebut dipakailah metode – metode perencanaan secara modern dengan
mengutamakan kaidah – kaidah manajemen modern dengan tolak ukur wilayah, hidrolika,
ilmu kalimat, agronomi dan ekonomi untuk menentukan kelayakan teknik dan ekonomis.
Kaidah ono meskipun dipakai untuk merencanakan dan merehabilitasi sistem irigasi di
Indonesia meskipun tujuan utama pembangunan irigasi dikembalikan lagi sebagai rice
based irrigation system. Pada tahun 1986 Direktorat Jendral pengairan telah mengeluarkan
buku baku perencanaan irigasi.

38
Dalam buku perencanaan tersebut terdapat tujuh tahapan kegiatan pproyek pembangunan
yang tahapannya disingkat dengan akronim SIDLACOM, kependekan dari : Survey
( Pengukuran ), Investigation ( Penyelidikan ), Design ( Perencanaan Teknik ), Land
Acquistion ( Pembebasan Tanah ), Construktion ( Konstruksi / Pelaksanaan ), Operation
( Ekspolitasi ), Maitenance ( Pemeliharaan ).
Ketujuh tahapan pekerjaan tersebut proses SID merupakan proses perencanaan. Tahap SID
dilakukan dengan dua tahapan yaitu, Tahap studi dan Tahap perencanaan teknis.
2.3.2. Perencanaan Pembangunan Irigasi Dalam Paradigma
Pembangunan Yang Baru
Pembangunan irigasi ini hanya ditujukan untuk memenuhi kelayakan teknis dan
ekonomis. Tetapi pada dekade 90-an telah berkembang pembangunan baru yang
berorientasi pada pembangunan kemanusian. Dimana manusia ditempatkan sebagai
subyek dalam pembangunan itu sendiri, melindungi peluang kesempatan hidup bagi
generasi mendatang seperti halnya generasi saat ini dan menghargai sistem alami dimana
semua kehidupan tergantung kepadanya.
Paradigma baru dalam pembangunan irigasi yang kemanusiaan secara lebih rinci ini
adalah :
1. Pembangunan irigasi harus memberikan kesempatan kepada semua individu untuk
mengembangkan kemampuan kemanusiaannya secara penuh dan memanfaatkan
kemampuannya disegala bidang.

39
Daftar Pustaka

40

Anda mungkin juga menyukai