Anda di halaman 1dari 24

AKAR PERSAMAAN

Roots of Equations
Akar Persamaan
2

 Acuan
 Chapra, S.C., Canale R.P., 1990, Numerical Methods for Engineers,
2nd Ed., McGraw-Hill Book Co., New York.
 Chapter 4 dan 5, hlm. 117-170.
Persamaan Aljabar vs Transendental
3

 Persamaan aljabar (algebraic equations)


 fungsi y = f(x) dinamakan fungsi aljabar apabila fungsi tsb dapat dinyatakan
dalam bentuk:
fn y n  fn 1y n 1  ...  f1y  f0  0
 fi adalah polinomial orde i dalam x
 polinomial merupakan fungsi aljabar yang umumnya dituliskan sbb.
fn x  a0  a1x  ...  an x n
 koefisien ai adalah konstanta
Persamaan Aljabar vs Transendental
4

 Contoh persamaan aljabar


f x   1 2.37x  7.5x2
f x   5x2  x3  7 x6

 Fungsi transendental adalah fungsi yang bukan fungsi aljabar

f x   e  x  x
f x   sin x
f x   ln x2  1
Akar Persamaan
5

 Contoh
 Ingin diketahui kedalaman aliran
(h) pada saluran bertampang
persegi pada suatu debit h A
tertentu (Q)
 Persamaan
b
Q  AV
A: luas tampang aliran = b h
A  bh R: radius hidraulik = A/P
1 P: keliling tampang aliran = b+2h
V  Rh 2 3 S o 1 2 n: koefisien kekasaran saluran Manning
n
So: kemiringan memanjang saluran
Akar Persamaan
6

 Penyelesaian
 variabel yang sudah diketahui
diubah menjadi konstanta (Q, n,
S e) h A
 A, R, dan V dituliskan sebagai
fungsi h dan konstanta
b
 sehingga persamaan dalam h
saja A: luas tampang aliran = b h
R: radius hidraulik = A/P
P: keliling tampang aliran = b+2h
n: koefisien kekasaran saluran Manning
Se: kemiringan garis energi
Akar Persamaan
7

 Prosedur
1 b h 
23
 Suku-suku persamaan dikelompokkan 12
Q  bh S
n b  2h 2 3
o
sehingga sedapat mungkin konstanta terpisah
dari variabel
S
Q o
12
b h 5 3
Jika Q = 50 m3/s, b = 20 m, n = 0.03, dan

So = 0.001
n b  2h 2 3
 Persamaan diselesaikan untuk mendapatkan Qn

b h
53

kedalaman aliran h So
12
b  2h 2 3
 Bagaimanakah caranya?
47.434 
20 h 
53

20  2h 2 3
Akar Persamaan
8

 Metoda “coba-dan-ralat” (trial and error)


 Mencoba suatu nilai h = h1
 Mengontrol apakah nilai h tersebut memenuhi persamaan
 Jika tidak, mencoba nilai lain h = h2
 Dst.
 Cara tersebut sangat sederhana dan tidak efisien
 Perlu cara yang lebih sistematik
Akar Persamaan
9

 Metoda Pendekatan Berurutan


 Metoda Bisection
 Metoda Newton-Raphson
 Metoda Secant
Metoda Pendekatan Berurutan
10

 Prosedur
 Bentuk persamaan diubah menjadi
h = f(h) 47.434 
20 h 
53

 Dicoba nilai h awal untuk dimasukkan ke 20  2h 2 3


dalam fungsi tsb. 20 h 5 3  47.43420  2h 2 3
Nilai h yang diperoleh dimasukkan ke dalam
 

1
47.434 20  2h 
23 35
fungsi lagi h
20
 Langkah kedua dan ketiga tsb diulang-ulang
sampai perubahan h kecil
Metoda Pendekatan Berurutan
11

35
1  Qn 2 3
h   1 2 20  2h   iterasi (i) hi hi+1 ∆h
b  So 
0 2 1.805965 -0.19404
 Iterasi dilakukan 1 1.805965 1.794227 -0.01174
dengan nilai awal
2 1.794227 1.793513 -0.00071
h0 = 2 m
3 1.793513 1.79347 -4.3E-05
 Metoda ini belum
tentu berhasil 4 1.79347 1.793467 -2.6E-06
menemukan akar 5 1.793467 1.793467 -1.6E-07
persamaan
Metoda Bisection
12

 Prosedur
 Persamaan dibentuk menyadi f(h) = 0
 Dicoba dua h awal (h0 dan h1) yang
47.434 
20 h 
53

memberikan f(h) berlawanan tanda


(+ dan –) 20  2h 2 3
 Diambil h2 di tengah-tengah kedua h tsb. 20 h 5 3  47.434  0
 Dicari f(h2) 20  2h 2 3
 Jika kesalahan masih besar, ulangi langkah di
atas untuk h2 dan salah satu dari h sebelumnya
yang memberikan f(h) berlawanan tanda
 Hentikan hitungan jika perubahan h sudah kecil
Metoda Bisection
13

20 h 5 3  Q n  0 iterasi, i hi f(hi) (hi-1+hi)/2 ∆h



20  2h 
 
23
So
12

0 1 -28.6654
1 2 8.794679 1.5 -0.5
f  h 
2 1.5 -11.6204 1.75 0.25
 Nilai awal: 3 1.75 -1.78829 1.875 0.125
h0 = 1 m dan h1 = 2 m 4 1.875 3.414127 1.8125 -0.0625
5 1.8125 0.790084 1.78125 -0.03125
 hi−1dan hi dalam 6 1.78125 -0.50489 1.796875 0.015625
(hi−1+hi)/2 dipilih dari 7 1.796875 0.141163 1.789063 -0.00781
f(hi−1) dan f(hi) yang 8 1.789063 -0.18222 1.792969 0.003906
berbeda tanda (positif 9 1.792969 -0.02062 1.794922 0.001953
dan negatif) 10 1.794922 0.060249 1.793945 -0.00098
11 1.793945 0.019809 1.793457 -0.00049
12 1.793457 -0.00041 1.793701 0.000244
Metoda Bisection
14

 Kelemahan f(h)
 misal hl dan hu masing-masing
adalah nilai h yang berurutan f(hu)
sedemikian hingga f(hl).f(hu) < 0
dan hl < hu
 dalam memilih h baru (hr) yang
merupakan jumlah separuh hl dan
hu, nilai f(hl) maupun f(hu) tidak hr = (hl+hu)/2
dipertimbangkan
 jika f(hl) lebih dekat ke nol hl
daripada f(hu), akar persamaan H
mestinya lebih dekat ke hl hr hu
daripada ke hu
f(hl)
Metoda Bisection
15

 Metoda bisection dapat diperbaiki f(h)


 pemilihan hr pada suatu langkah
iterasi tidak selalu berada di f(hu)
tengah antara hl dan hu namun
dengan pemberian bobot
 cara perbaikan memanfaatkan
metoda grafis, yaitu dengan
hr
menarik garis lurus antara hl dan hu
hl
 hr adalah titik potong garis lurus H
tsb dengan sumbu H hu

f hl  f hu  f(hl) hl  hu  f h 


 hr  hu 
hr  hl hr  hu f hl   f hu 
u
Metoda Bisection
16

 Metoda bisection yang


diperbaiki dg cara ini dikenal
sbg the false-position method h A

 PR b
 Ulangi hitungan metoda bisection A: luas tampang aliran = b h
pada kasus mencari kedalaman R: radius hidraulik = A/P
aliran di saluran tsb dengan P: keliling tampang aliran = b+2h
memakai metoda bisection yang n: koefisien kekasaran saluran Manning
diperbaiki So: kemiringan memanjang saluran
Metoda Newton-Raphson
17

f(h)
 Jika hi adalah h awal, maka
 perpanjang garis singgung pada kurva f(h )
i
melalui titik [hi,f(hi)]
 titik potong garis singgu tsb dengan gradien = f'(hi)
absis merupakan nilai hi+1 sebagai f hi 
pendekatan akar persamaan yang lebih f hi  
hi  hi 1
baik daripada hi
 Kemungkinan ditemui f(h) tidak dapat H
di-diferensial-kan hi+1 hi
f hi 
hi 1  hi 
f hi 
Metoda Newton-Raphson
18

 Prosedur
 Persamaan dibentuk menjadi f(h) = 0
 Dicari diferensial f(h), yaitu f'(h) 20 h 5 3  47.434  0
 Dicoba hi 
20  2h 

23

 Dicari hi+1 dengan persamaan:


f  h 
hi+1 = hi – f(hi)/f'(hi)
5
f h   20
20 h   2 2 20 h 
23 53

 Hitungan dihentikan jika perubahan h kecil 3 20  2h 2 3 3 20  2h 5 3


atau tidak berarti
 Hitungan mungkin divergen
Metoda Newton-Raphson
19

iterasi, i hi f(hi) f'(hi) hi+1 ∆h


0 1 -28.6654 30.14372 1.950959 0.950959
1 1.950959 6.663065 43.19649 1.796709 -0.15425
2 1.796709 0.134273 41.4373 1.793468 -0.00324
3 1.793468 6.18E-05 41.39915 1.793467 -1.5E-06
4 1.793467 1.31E-11 41.39913 1.793467 -3.2E-13
5 1.793467 0 41.39913 1.793467 0
Metoda Secant
20

f(h)
 Kelemahan Metoda Newton-Raphson
 Kemungkinan f'(h) tidak ada atau sulit f(hi)
diperoleh
gradien = f'(hi)
 Metoda secant
 Gradien, f'(h), dihitung dengan f(hi −1)
pendekatan, yaitu kemiringan garis
yang menghubungkan dua titik
H
f h   f hi  hi 1  hi hi−1 hi
f hi   i 1 hi 1  hi  f hi 
hi 1  hi f hi 1  f hi 
Diperlukan 2 buah h awal
Metoda Secant
21

 Nilai awal:
h0 = 1 m dan h1 = 2 m
iterasi, i hi f(hi) f'(hi) hi+1 ∆h
0 1 -28.6654
1 2 8.794679 37.46011 1.765226 -0.23477
2 1.765226 -1.16445 42.41998 1.792676 0.027451
3 1.792676 -0.03274 41.22745 1.79347 0.000794
4 1.79347 0.000133 41.39449 1.793467 -3.2E-06
5 1.793467 -1.5E-08 41.39915 1.793467 3.61E-10
Akar Persamaan
22

 Latihan 1:
 Cari kedalaman air pada aliran di dalam saluran trapesium dengan kemiringan
talud 1:1, lebar dasar saluran b = 20 m, kemiringan memanjang 0.001,
koefisien kekasaran n = 0.025, dan debit Q = 50 m3/s.
Akar Persamaan
23

 Latihan 2:
 Cari lokasi sumur pengambilan jika diketahui terjadi penurunan muka air pada
dua sumur, yaitu z1 = 2.0 m dan z2 = 1.8 m, permeabilitas tanah, p = 0.0005
m/s
 dari data hasil pencatatan data lain: tebal akuifer Y = 20 m, debit
pemompaan pada sumur lain yg dipompa Q = 22.3 liter/detik, jarak antara 2
sumur yg diukur L = 10 m. Sumur yg dipompa sebaris dengan sumur yg diukur.
 Persamaan:

Q
 2
 p d2  d1
2
 d i = Y − zi
lnr2 r1  r jarak ke sumur yang dipompa
24

Anda mungkin juga menyukai