Anda di halaman 1dari 39

Gangguan Pernapasan

Keperawatan anak dengan Pneumonia

1. Pengertian
Pneumonia merupakan kondisi dimana terjadi peradangan paru dimana asinus tensi
dengan cairan, dengan atau tidak disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium.
2. Etiologi
Pneumonia bisa disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya:
 Baketri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. Influenza, klebsiela
mycoplasma pneumonia)
 Virus ( virus adena, virus para influenza, virus influenza)
 Jamur/ fungi (kandida abicang, histoplasma, capsulatum)
 Protozoa (pneumokistis karintin)
 Bahan kimia (aspirasi makanan/ susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah, bensin)
3. Gejala Klinis
a) Gejala klinik tergantung pada penyebab pneumomnia
b) Keluhan utama berupa batuk (80%)
c) Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat)
d) Demam tinggi pada 5-10 hari pertama
e) Sesak nafas (lebih-lebih bila ada komplikasi)
f) Produksi sputum mukoid, purulen, warna seperti karat
g) Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah
4. Pemeriksaan diagnostic dan laboratorium
a) Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat
b) Pemeriksaan darah, leukositosis, led, kultur darah
c) Radiologi, abnormalitas yang disebabkan adanya konsolidasi dan kelainan bisa
satu lobus atau lebih dan atau sebagian dari lobus.
5. Penatalaksanaan
a) Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya
b) Ekspektoron yang dapat dibantu dengan postural drainase
c) Rehidrasi yang cukup dan adekuat
d) Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu
e) Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat
f) Isolasi pernapasan sesuai dengan kebutuhan
g) Diet tinggi kalori dan tinggi protein
h) Terapi lain sesuai dengan komplikasi
6. Komplikasi
a) Efusi pleura dan emfisema
b) Komplikasi sistemik
c) Hipoksemia
d) Pneumonia kronik
e) Bronkietasis

Patofisiologi

Pneumonia timbul melalui aspirasi kuman atau menyebar langsumg dari saluran
pernapasan atas. Hal tersebut diakibatkan karena Viremia atau bacteremia hanya sebagian kecil,
yang menyerang saluran pernapasan bawah dimulali dari sublaring hingga unit terminal
umumnya dalam keadaan streril. Melalui beberapa mekanisme, paru terlindungi dari infeksi
termasuk barrier anatomi dan barrier mekanik serta sistem pertahanan tubuh local maupun
sistemik. Barrier anatomi dan mekanik diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan
aspirasi dengan reflek eppiglotis, pengeluaran benda asing memalui reflek batuk dan upaya
menjaga kebersihan jalan napas oleh lapisan mukosilat.

Sistem pertahanan tubuh yang terlibat adalah sekresi lookal oleh immunoglobulin A,
respon inflmasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, immunoglobulin, alveoli dan cell
mediated immunity. Pneumonia terjadi apabila salah satau sistem pertahanan diatas mengalami
gangguan. Reaksi inflamasi akut terjadi karena inokulasi pathogen.

Virus akan menyerang saluran pernapasan kecil dan alveoli, yang lebih banyak
mengenai lobus. Pada infeksi virus awalnya ditandai oleh lesi berupa kerusakan silia epitel
dengan akumulasi debris kedalam lumen.Respon inflamasi awal adalah infiltrasi sel-sel
mononuclear kedalam submukosa dan perivascular. Sebagian selpoly morponucleus(PMN) akan
didapatkan dalam saluran napas kecil. Bila proses inflamasi meluas makasel debris,
mucus serta sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran napas kecil akan
menyebabkan obstruksi baik parsial maupun total.Respon inflamasi di dalam alveoli
sama seperti yang terjadi pada ruang intertisial yang terdiri dari sel-sel mononuclear. Prosen
infeksi yang beratakan mengalami pengelupasan epitel dan akan terbentuk eksudat
hemoragik. Infiltrasi ke intertisial sangat jarang menimbulkan fibrosis. Ketika bakteri mencapai
alveoli, beberapa sistem pertahanan tubuhakan diaktifkan. Saat terjadi kontak antara bakteri
dan dinding alveoli maka bakteri akan ditangkap oleh lapisan cairan epitel yang
mengandung opsonin dan akan terbentuk antibodi immunoglobulin G
spesifik.Selanjutnya terjadi fagositosis oleh makrofag alveolar, sebagian kumanakan dilisis
melalui perantara komplemen. Ketika mekanisme ini gagal merusak bakteri dalam alveolar,
leukosit PMN dengan aktivitas fagositosiakan dibawa oleh sitokin sehingga muncul respons
inflamasi.

Proses inflamasi mengkibatkan terjadinya kongesti vascular dan edema yang luas.
Area edema akan membesar dan membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudat,
purulent (fibrin, sel-sel lekosit PMN)dan bakteri. Fase ini secara histopatologi dinamakan
hepatisasi merah.Tahap selanjutnya adalah hepatisasi kelabu yang ditandai
denganfagositosis aktif oleh leukosit PMN. Proses ini akan mengakibatkan kaburnya
struktur seluler paru. Resolusi konsolidasi pneumonia terjadiketika antibodi antikapsular
timbul dan leukosit PMN meneruskan aktivitas fagositosisnya dan sel-sel monosit akan
membersihkan debris.Kerusakan jaringan disebabkan oleh enzim dan toksin yang
dihasilkan kuman Streptococcusaureus.Perlekatan Staphylococcusaureus pada sel mukosa
melalui teichoid acidyang terdapat pada dindingsel dan paparan di submukosa akan
meningkatkan adhesi dari fibrinogen,fibronektinkolagen, dan protein yang lain.Seseorang
yang terkena pneumonia akan mengalami gangguan pada proses ventilasi yang disebabkan
karena penurunan volume paru.Untuk mengatasi gangguan ventilasi, tubuh akan
meningkatkan volumetidal dan frekuensi napas sehingga terlihat takipnea dan dyspnea.
Sehingga proses difusi gas akan terganggu dan menyebabkan hipoksia bahkan gagal napas.
(Dosen KMB Indonesia, 2015)
PATHWAY

Sistem pertahanan tubuh terganggu

Kuman masuk: - inhalasi


-Aspirasi kuman
-Hemtogen

Streptokokus pneumonia stapilokokus pneumonia

Alveoli
Radang di bronkioli

Mengisi alveoli bersama peningkatan Secret batuk


sel darah merah,leukost terbentuk nekrosis dan abses
bersihan jalan napas

penyebaran ke peri bronchial


reakasi radang

pada sal. Nafas dan Pneumatosel


parenkim paru

meluas keseluruh lobus

Konsolidasi
Paru padat seperti hati
Pekak ronchi

Radang pada parenkim


Peningkatan cairan dan alveolus

- gangguan perukaran gas pengembangan paru tidak maksimal


- panas tinggi
- istirahat tidur
- cemas
Pola nafas tidak efektif, nyeri, sesak, intoleransi aktifitas, pola makan
Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatanyang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baikdari data primer maupun data
sekunder. Macam-macam data yang diperoleh berupa data dasar, data fokus, data subjektif
dan data objektif.

a) Pengkajian fokus
1) Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama, jenis kelamin,
status, pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa, alamat,taggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor register, dan diagnose medis), dan identitas penanggung
jawab (nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan, dan alamat)
2) Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu dikaji :
a)Keluhan yang dirasakan klien
b)Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
3) Riwayat penyakit dahuluHal yang perlu dikaji yaitu :
a)Pernah menderita ISPA
b)Riwayat terjadi aspirasi
c)Sistem imunanak yang mengalami penurunan
d)Sebutkan sakit yang pernah dialami
4) Riwayat penyakit keluarga
a)Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
b)Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia
5) Demografi
a)Usia: Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun
b)Lingkungan: Padalingkungan yang sering berkontaminasidengan polusi udara
6) Pola pengkajian
a)Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b)Pola nutrisi dan metabolic
c)Pola eliminasi
d)Pola istirahat-tidur
e)Pola akitivitas-latihan
f)Pola kognitif-persepsi
g)Pola persepsi diri-konsep diri
h)Pola peran-hubungan
i)Pola seksual-reproduksi
j)Pola toleransi stress-koping
k)Pola nilai keyakinan

2. Diagnose Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan nafas
2) Deficit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuar, takipneu,
demam
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4) Deficit pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak pulang
5) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Airway Suction
efektif berhubungan dengan keperawatan diharapkan jalan
inflamasi dan obstruksi jalan nafas pasien tetap paten 1. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
nafas dengan kriteria hasil: 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
1. Mendemonstrasikan 3. Informasikan pada klien dan keluarga tenyang suctioning
batuk , dan suara nafas 4. Minta pasien nafas dalam sebelum suctioning dilakukan
yang bersih, tidak ada 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
sianosis dan dyspneu suction nasotrakeal
(mampu bernafas 6. Gunakan alat yang streril setiap melakukan tindakan
dengan mudah, tidan 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah
ada pursed lips) kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
2. Menunjukan jalan 8. Monitor status oksigen pasien
nafas yang paten (klien 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
tidak merasa tercekik, 10. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
irama nafas, frekuensi menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2
pernapasan dalam
rentang normal, idak Airway Management
ada suara nafas
abnormal) 1. Buka jalan nafas, gunakan tehnik chin lift atau jaw thrust
3. Mampu bila perlu
mengidentifikasi dan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
mencegah faktor yang 3. Identifikasi pasien dalam keperluan untuk pemasangan alat
dapat menghambat jalan nafas buatan
jalan nafas 4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisoterapi dada bila perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembap udara, kassa basah NaCl lembap
11. Ataur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status O2
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital(suhu,RR,HR)
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pola 2. Pantau status pernafasan: irama, frekuensi, sura, dan retraksi
hiperventilasi nafas pasien tetap paten dada
dengan kriteria hasil: 3. Atur posisi yang nyaman : posisi pronasi untuk bayi dan
1. Mendemonstrasikan batuk semi fowler untuk anak
efektif dan suara nafas 4. Kolaborasi dengan dokter pemberian oksigen nasal kanul
yang bersih, tidak ada sesuai indikasi
sianosis dan dyspneu
2. Menunjukan jalan nafas
yang paten
3. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pasien 1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam
ketidakseimbangan antara mampu melakukan aktivitas merencanakan program terapi yang tepat
suplai dan kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil: 2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi aktivitas yang mampu
1. Berpartisipasi dalam dilakukan
aktivitas fisik tanpa disertai 3. Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kempuan
peningkatan tekanan darah, fisik, psikologi dan social
nadi, dan RR 4. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
2. Mampu melakukan aktivitas Energy Management
sehari-hari (ADLs) secara 1. Observasi adanya pembatasan pasien untuk melakukan
mandiri aktivitas
2. Bantu anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
3. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
5. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intervensikeperawatan untukmencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan pelaksanaanya juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,mengobservasi respon klien
selama dan sesudah memberikan tindakan keperawatan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini antaralain
keterampilan kognitif, keterampilan interpersonal, dan keterampilanpsikomotor.
Dalam mengatasi masalah keperawatan kebutuhan oksigenasi implementasi dilakukan selama 3x24jam yaitu
dengan melakukan monitor vital sign (Suhu, RR, Nadi), auskultasi bunyi napas, berikan ASI pada bayi,
kolaborasi terapi inhalasi,kolaborasi pemberian oksigen dan kolaborasi pemberian obat. Setelah 3hari pemberian
tindakan dilakukan evaluasi, data yang didapatkan ialahanak masih batuk, sesak napas berkurang, respirasi 50
kali/menit, suhu36,5°C, nadi 120 kali/menit, suara napasronkhi ringan.

4. Evaluasi Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksijalan napas: mucus berlebihan
Evaluasi:
1)Dyspnea tidak ada
2)Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada
3)Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
4)Secret berkurang atau tidak ada
5)Batuk produktif berkurang atau tidak ada
Discharge Planning
1. Ajarkan kepada orangtua tentang pemberian obat
- Dosis, rute dan waktu yang cocok dan menyelesaikan dosis seluruhnya
- Efek samping
- Respon anak
2. Berikan informasi pada orang tua tentang cara pengendalian infeksi serta cara pencegahannya
- Hindari pemanjanan kontak infeksius
- Ikuti jadwal imunisasi
SISTEM KARDIOLOGI

Tetralogy Of Fallot

1. Pengertian
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit) yang
tersiri dari 4 kelainan khas yaitu defek septum ventrikel (VSD), stenosis infundibulum
ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan dan
overriding aorta (Ibrahim E, dkk 2008)
Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya 4 kelainan anatomi sebagai berikut:
a) Defek septum ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
b) Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan
c) Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan
d) Hipertrofi ventrikel kakan atau penebalan otot di ventrikel kakan karena
peningkatan tekanan di venterikel akibat dari stenosis pulmonal
2. Etiologi
Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
a) faktor endogenyaitu berbagai jenis penyakit genetic (kelainan kromosom); anak
yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan; adanya penyakit
tertentu dalam keluarga seperti DM, hipertensi, penyakit jantung dan kelainan
bawaan
b) faktor eksogen yaitu riwayat kehamilan ibu: sebelum ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin, jamu); ibu menderita penyakit infeksi (rubella);
pajanan terhadap x-ray.
3. Tanda dan Gejala
a) Murmur, merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung
bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur
beberapa hari.
b) Sianosis, satu dari manifestasi-manifesti tetralogi yang paling nyata,
mungkintidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel
kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan dari
kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung kongesif.
c) Dispneu, terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan anak-anak
yang mulai berjalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan
duduk atau berbaring. Anak-anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan jauh
kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan
yang dialami jantung penderita tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi.
Secara khas anak-anak akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan
menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktivitas fisik, biasanya anak
tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.
d) Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”)
e) Pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal, tinggi badan dan keadaan
gizi biasanya berada dibawah rata-rata serta otot-otot dari jaringan subkutan
terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.
f) Biasanya denyut pembuluh darah normal
g) Bising sistolik

4. Penatalaksanaan Medis

Pada serangan sianotik akut lakukan langkah-langkah sebagai berikut:

- Letakan pasien dalam knee-chest position


- Berikan O2 masker 5-8 l/ menit
- Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg subkutan atau intramuscular
- Berikan natrium bikarbonat 1mEq/KgBB intravena untuk koreksi asidosis
- Berikan tranfusi darah bila kadar hb kurang dari 15gdl, sekali pemberian 5 ml/kg BB
- Berikan propanol 0,1 mg/KgBB bolus intravena
5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah
Ditemukan adanya peningkatan Hb dan Ht akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada
umumnya Hb dipertahankan 16-18 ge/dl dan Ht antara 50-65 %
- BGA
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan
tekanan partial oksigen (PO2) dan penurunan Ph. Pasien dengan Hn dan Ht normal atau
rendah mungkin menderita defisiensi besi.
- Analisis Gas Darah
PVC meningkat lebih besar 65% dapat menimbulkan kelainan koagulasi; waktu
perdarahan memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang abnormal
2. X-ray (Radiologi)
- Jantung tindak membesar
- Arkus aorta sebelah kanan (25%)
- Aorta asendens melebar
- Konus pulmonalis cekung
- Apeks terangkat
- Vaskularitas paru berkurang
- Jantung berbentuk seperti sepatu
3. EKG
Defisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan (RVH): gelombang P
diantara II sering tinggi.
4. Ekokardiogram
- Overriding aorta
- Defect septum ventrikel
- Jalan keluar ventrikel kanan menyempit
- Kateterisasi

6. Patofisiologi

Pada penderita TOF sirkulasi darah nya mengalami perbedaan dibandingkan dengan
anak yang dalam kondisi normal. Sintesis pulmonal dan VSD adalah kelainan yang memiliki
peranan penting. Karena adanya VSD, tekanan anatara ventrikel kiri dan kanan adalah sama. Hal
tersebut menyebabkandarah mengalir dengan bebas dan terjadi bolalk baik melalui celah.
Hambatan yang tingkat keparahannya tinggi yang terjadi pada jalan keluar darah yang terjadi
pada ventrikel kanan menentukan arah aliran darah pasien dengan TOF. Karena adanya
hambatan pada jalan aliran darah dari ventrikel kanan menyebabkan aliran darah ke paru akan
menurun; hambatan yang tinggi tersebut akan menyebabkan semakin banyak darah bergerak dari
ventrikel kanan ke ventrikel kiri. Hal tersebut menyebabkan darah yang miskin oksigen akan ikut
ke aorta sehingga saturasi oksigen akan menurun yang menyebabkan sianosis pada pasien. Jika
terjadi hambatan yang parah, tubuh akan bergantung pada duktus arteriosus dan cabang-cabang
arteri pulmonalis untuk dapat suplai darah yang mengandung oksigen. (Redington AN, dkk ,
2009)
PATHWAY

Terpapar faktor endogen dan eksogen

Kelainan jantung kongenitas sianotik: tetralogi fallot

Pulmonal stenosis VSD overiding aorta

Obstruksi berat Tek. Ventrikel kanan > V.Kiri

aliran darah dari


ventrikel kanan
dan ventrikel kiri
masuk ke aorta

Aliran darah ke paru Aliran darah dari kanan ke kiri

Darah (kaya CO2) dengan


Volume darah yang darah (O2) tercampur
teroksigenasi tidak optimal (sedikit)

menurunnya O2 dalam darah aliran darah yang rendah O2


ke aorta

Hipoksemia
7. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan subjektif dan objektif untuk mendapatkan data yang akurat dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan pasien.
- Riwayat kehamilan ibu
Menanyakan faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi
- Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan
kalori sebagai akibat kondisi penyakit.
- Riwayat Psikososial/ perkembangan
a) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b) Mekanisme koping anak/keluarga
c) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
- Pemeriksaan fisik
a) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan adanya sianotik, bayi tampak biru setelah tumbuh
b) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
c) Sering terjadi sianotik mendadak yang ditandai dengan dyspnea, nafas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop
(kehilangan kesadaran), bahkan sampai koma dan kematian
d) Anak akan sering jongkok setelah berjalan, setelah anak berjalan cukup lama, maka anak akan berjongkok selama
beberapa waktu sebelum berjalan kembali.
e) Pada saat dilakukan auskultasi, terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal dan semakin lemah dengan
bertambahnya derajat obstruksi
f) Bunyi jantung 1 normal, tapi bunyi jantung 2 terdengar tunggal dan keras
g) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
h) Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke pulmonal: Hipoksemia, dyspnea Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan aliran darah ke pilmonal
3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi (anoksia kronis, serangan sianotik akut)
4) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,
penurunan nafsu makan
3. Analisis Data

Data Etiologi Masalah

Stenosis Pulmonal
DS: pasien mengeluh sesak Gangguan pertukaran gas
Aliran darah paru

DO: O2 dalam darah


- Pasien tampak sesak
Aliran darah rendah, O2 ke aorta
- Sering berjongkok dalam beberapa waktu
sebelum pasien berjalan kembali
Dyspnea
Kegagalan perfusi atrium/ ventikel kanan
DS: Pasien mengeluh lelah saat melakukan Intoleransi Aktivitas
aktivitas Curah jantung menurun

Oksigen dalam darah menurun


DO:
Oksigen dalam jaringan menurun
- Pasien tampak kelelahan
- Pasien mengeluh sulit tidur Gangguan metabolisme tubuh

Energy menurun

Fatigue

Intoleransi aktivitas
4. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan NIC: Airway management 1. Alat bantu pernafasan membantu organ
gas berhubungan keperawatan, pertukaran gas 1) Identifikasi pasien perlunya pernafasan memenuhi kebutuhan
dengan penurunan kembali adekuat. pemasangan alat jalan nafas oksigen sehingga oksigen yang
aliran darah ke Kriteria Hasil: buatan diperlukan tubuh tetrpenuhi
pulmonal: Hipoksemia, NOC: Respiratory status: Gas 2) Lakukan fisioterapi dada bila 2. untuk meningkatkan efisiensi pola
dyspnea exchange perlu pernapasan dan membersihkan jalan
1) Mendemonstrasikan 3) Keluarkan secret dengan batuk nafas
DS: pasien mengeluh peningkatan ventilasi dan atau suction 3. untuk melonggarkan jalan nafas pasien
sesak oksigenasi yang adekuat 4) Auskultasi suara nafas, catat 4. untuk mengetahui apakah ada suara
2) Memelihara kebersihan paru- adanya suara nafas tambahan nafas tambahan
DO: paru dan bebas dari tana-tanda 5) Monitor respirasi dan status O2 5. penurunan status oksigen mengindikasi
- Pasien tampak distress pernapasan pasien mengalami kekurangan oksigen
sesak 3) Mendemonstrasikan batuk Respiratory Monitoring yang dapat menyebabkan terjadinya
- Sering efektif dan suara nafas yang hipoksia
1) Monitor rata-rata, kedalaman,
berjongkok bersih, tidak ada sianosis dan 1. untuk mengetahui keabnormalan
irama, dan usaha respirasi
dalam beberapa dyspneu (mampu pernafasan pasien
2) Auskultasi suara nafas, catat area
waktu sebelum mengeluarkan sputum, mampu 2. memastikan suara nafas vesikulat
penurunan/ tidak adanya ventilasi
pasien berjalan bernapas dengan mudah, tidak 3. untuk mengetahui ada tidaknya suara
dan suara tambahan
kembali ada pursed lips) nafas tambahan
3) Auskultasi suara paru setelah
4) Tanda-tanda vital dalam
tindakan untuk mengetahui
rentang normal hasilnya

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1) Ikuti pola istirahat pasien, hindari 1) Menghindari gangguan pada istirahat
berhubungan dengan keperawatan anak menunjukan pemberian intervensi pada saat tidur pasien sehingga kebutuhan energi
ketidakseimbangan peningkatan kemampuan dalam istirahat dapat dibatasi untuk aktivitas lain yang
antara suplai dan melalkukan aktivitas (tekanan 2) Lakukan perawatan dengan cepat, lebih penting
kebutuhan oksigen darah, nadi, irama dalam batas hindari pengeluaran energy 2) Meningkatkan kebutuhan istirahat
normal) tidak adanya angina berlebih dari pasien pasien dan menghemat energi pasien
DS: Pasien mengeluh 3) Bantu pasien memilih kegiatan 3) Menghindari pasien dari kegiatan yang
Kriteria Hasil: yang tidak melelahkan melelahkan dan meningkatkan beban
lelah saat melakukan
1) Berpartisipasi dalam aktivitas 4) Hindari perubahan suhu kerja jantung
aktivitas fisik tanpa disertai lingkungan yang mendadak 4) Perubahan suhu lingkungan yang
peningkatan tekanan darah, 5) Kurangi kecemasan pasien mendadak merangsang kebutuhan akan
nadi, RR dengan memberi penjelasan yang oksigen yang meningkat
DO: 2) Tanda-tanda vital normal dibutuhkan pasien dan keluarga 5) Kecemasan meningkatkan respon
3) Mampu berpindah: dengan 6) Respon perubahan keadaan psikologis yang merangsang
- Pasien tampak
atau tanpa bantuan alat psikologis pasien (menangis, peningkatkan kortisol dan
kelelahan 4) Status kardiopulmonal murung) dengan baik meningkatkan suplai O2
adekuat 6) Stres dan kecemasan berpengaruh
- Pasien mengeluh
5) Status respirasi: pertukaran terhadap kebutuhan O2 jaringan
sulit tidur gas dan ventilasi adekuat
6) Pasien dapat beristirahat
dengan baik

5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapapi tujuan yang spesifik yang telah dibuat
(Nursalam, 2011) komponen tahapan implementasi yaitu:
a) Tindakan keperawatan mandiri
b) Tindakan keperawatan kolaboratif, dimana perawat melakukan kerjasama dengan anggota kesehatan lain dalam pembuatan
keputusan bersama untuk mencapai tujuan.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil yang telah didapatkan dengan mencatat hal-hal atau perilalku yang telah diamati dan dipantau
untuk menentukan apakah perawatan yang diberikan telah tercapai atau belum sesuai dengan jangka waktu yang telah di tentukan.
(Doengoes, 2010)

SISTEM PENCERNAAN

Keperawatan anak dengan Diare

1. Pengertian
Diare merupakan gangguan fungsi penyerapan dan sekresi yang terjadi pada saluran saluran pencernaan, dipengaruhi oleh
fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari perubahan jumlah, konsisten, frekwensi, dan warna dari tinja. Diare adalah pola
buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja encer serta adanya peningkatan frekwenai BAB yang lebih dari biasanya.

2. Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
a) Infeksi bakteri: vibrio, Escherichia coli, salmonella, shigella, campylobacter, yershinia, dan lain-lain
b) Infeksi virus: enterovirus, (Virus ECHO, coxsackaie, poliomelitis), adenovirus, retrovirus, dan lain-lain
c) Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika, gardia lambia, tricomonas hominis), jamur (canadia albincas)
Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti: Otitis media akut, tonsillitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia,
encetalitis

3. Tanda dan Gejala


Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan
diare. Kekurangan cairan menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara
menjadi serak.
Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi dua golongan:
1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja
2. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah
Sedangkan pada diare yang terjadi dalam jangka panjang adalah:
a) Dehidrasi
b) Asidosis metabolic
c) Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak
d) Hipoglikemia
e) Gangguan sirkulasi darah banyak keluar sehingga terjadi syok
Derajat dehidrasi:
- Tidak ada dehidrasi bila terjadi penurunan BB 2,5 %
- Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2,5-5 %
- Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5-10 %
- Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB 10%

4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, keratin dan berat jenis, plasma dan urine
3. Pemeriksaan urin lengkap
4. Pemeriksaan feces lengkap dan biarkan feces dari colok dubur
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik

5. Penatalaksanaan
Pada anak-anak, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi:
1. Rehirdasi sebagai prioritas utama pengobatan.
Empat hal penting yang harus diperhatikan:
a) Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oraliy. Diberikan cairan ringel laktat bila tidak terjadi dapat
diberikan cairan NaCl isotonic ditambah satu ampul Na bicarbonate 7,5% 50 m
b) Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
c) Cara pemberian cairan
d) Jadwal pemberian cairan
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
3. Terapi simtomatik
4. Terapi definitif

6. Patofisiologi
Penyebab timbulnya diare antara lain:
1. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) yang terjadi pada dinding usus yang menyebabkan sekresi, air, dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya terjadi diare karena peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak diserap mengakibatkan tekanan osmotic yang ada dalam usus meningkat, maka akan
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Jika rongga usus diisi secara berlebihan mengakibatkan terjadinya
usus merangsang isi rongga usus untuk keluar sehingga timbul diare
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk meyerap makanan yang mengakibatkan timbulnya
diare, namun jika peristaltic usus menurun, hal tersebut mengakibatkan bakteri akan tumbuh berlebihan di usus yang dapat
menimbulkan diare.
PATHWAY

Makanan / zat yang tidak diserap Rangsangan tertentu (toksin) Gangguan mobilitas usus

Peningkatan osmotic rongga usus Peningkatan sekresi air dan elektrolit Hipo Peristaltik Hiperperistaltik
ke rongga usus

Pergeseran air dan elektrolit Bakteri tumbuh berkembang Absorbsi makanan


ke rongga usus

Diare

Hospitalisasi
Sistem Intergumen
Sistem Eliminasi
-Perpisahan Saluran Pernafasan
-Lingkungan asing Turgor kulit Kehilangan air dan
-Prosedur menurun BAB >3x elektrolit Gangguan Nutrisi
Peningkatan HB BAB > Muntah

Elastisitas Dehidrasi Dehidrasi -Makanan sering


Cemas Menurun Peningkatan O2 dihentikan
-Pengenceran susu Syok
Lecet pada anus Keseimbangan yang terlalu lama Hipovolemik
Resiko Infeksi Sesak cairan dan -Absorbsi makanan
Resiko Infeksi elektrolit kurang baik
Gangguan
Sirkulasi
7. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien diare menurut Suriadi (2001), yaitu:
1. Aktivitas atau istirahat
Gangguan pola tidur misal insomnia dini hari, perasaan ansietas, kelemahan fisik
2. Sirkulasi
Merasakan dingin meskipun sedang berada di ruangan hangat
3. Integritas ego
Merasa marah, menolak, atau ansietas
4. Eliminasi
Diare atau kosntipasi, nyeri abdomen yang tidak jelas dan distress
5. Makanan atau cairan
Lapar terus menerus atau menyangkal lapar atau nafsu makan menurun, makanan yang dihidangkan tidak tertutup, makanan
basi
6. Hygine
Kebersihan diri anak kurang: kebiasaan ibu memelihara kuku anak, cuci tangan sebelum dan sesudah makan
Sedangkan menurut Supartini (2004), hal-hal yang perlu dikaji adalah riwayat diare, status dehidrasi, tinja (warna,jumlah,
bau), konsistensi dan frekuensi BAB, intake dan output, tingkat aktivitas anak dan yang terakhir tanda-tanda vital anak.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan Diare


1) Deficit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksresi/ BAB sering
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan
4) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnose Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Defisit volume cairan Setelah dilalkukan tindakan keperawatan Fluid management


berhubungan dengan diharapkan keseimbangan cairan didalam 1. Timbang popok/ pembalut jika diperlukan
kehilangan cairan aktif tubuh pasientidak terganggu, dengan 2. Pertahankan catatan intake dan output yang
kriteria hasil: akurat
1. Mempertahankan urine output sesuai 3. Monitor status hidrasi (kelembapan
dengan usia dan BB,BJ urine normal, membrane mukosa, nadi adekuat, tekanan
HT normal darah ortostatik)
2. Tekanan darah, nadi,suhu tubuh dalam 4. Monitor vital sign
batas normal 5. Monitor masukan makanan/cairan dan
3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, hitung intake kalori harian
elastisitas turgor kulit baik, membrane 6. Kolaborasi pemberian cairan intravena
mukosa lembab, tidak ada rasa haus 7. Dorong keluarga untuk membantu pasien
yang berlebihan makan
2.
Risiko kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
integritas kulit diharapkan keutuhan dan fungsi kulit 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan
berhubungan dengan BAB pasien tidak terganggu : pakaian
seing
1. Integritas kulit yang baik bisa yang longgar
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
temperature, hidrasi, pigmentasi) 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
2. Tidak ada luka/lesi pada kulit kering
3. Perfusi jaringan baik 4. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
4. Menunjukan pemahaman dalam proses 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
perbaikan kulit dan mencegah
6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
terjadinya cedera berulang
5. Mampu melindungi kulit dan daerah
mempertahankan kelembapan kulit 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
dan perawatan alami 8. Monitor status nutrisi pasien
9. Memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat

3. Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
dengan perubahan status diharapkan rasa cemas dapat menghilang 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
kesehatan dan mengembalikan rasa nyaman pasien, dirasakan selama prosedur
dengan kriteria hasil : 3. Pahami perspektif pasien terhadap situasi
1. Pasien mampu mengidentifikasi dan stress
mengungkapkan gejala cemas 4. Temani pasien untuk memberikan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan teknik untuk mengontrol 5. Berikan informasi faktual mengenai
cemas diagnosis, tindakan prognosis
3. Vital sign dalam batas normal 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan 8. Instruksikan pasien untuk menggunakan
berkurangnya rasa cemas teknik relaksasi

4. Discharge Planning

a) Ajarkan kepada orangtua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman (misal oralit)
b) Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering
c) Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaanya
SISTEM HEMATOLOGI

Keperawatan Anak Dengan Anemia


1. Pengertian
Anemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami ketidakcukupan sel
darah merah yang sehat untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh, atau dapat dikatakan
bahwa anemia merupakan kondisi dimana hemoglobin dalam tubuh rendah yang
menyebabkan jumlah oksigen yang akan dikirim ke jaringan tubuh juga berkurang.
2. Etiologi Anemia
Anemia pada dasarnya memiliki tiga penyebab yaitu: Kehilangan darah, peningkatan
kerusakan sel darah merah (hemolisis), dan penurunan produksi sel darah merah.
Faktor Genetik:
a) Hemoglobinopati
b) Thalasemia
c) Kelainan enzim pada jalur glikolitik
d) Cacat sitoskeleton sel darah merah
e) Anemia persalinan congenital
f) Penyakit Rh null

Penyebab anemia pada anak-anak disebabkan oleh penurun produksi sel darah merah
atau karena adanya peningkatan pergantian sel darah merah.
Penyebab:

1) Neonatus:
a) Kehilangan darah.
Etiologi: perdarahan (solusio plasenta, subgaleal, traumatis)
b) Infeksi bawaan
Etiologi: parvovirus B19,HIV, sifilis, rubella, sepsis
c) Anemia fanconi
Etiologi: peningkatan kerentanan sel progenitor di susmsum tulang menyebabkan
peningkatan apoptosis, berkembang menjadi pensitopenia
2) Bayi hingga balita
a) Kekurangan zat besi
Etiologi: asupan makanan yang tidak memadai, kehilangan darah kronis
b) Infeksi bersamaan
Etiologi: infeksi bakteri atau virus yang menyebabkan penurunan penggunaan zat
besi dan produksi sel darah merah yang dimesiasi oleh sitokin
c) Kehilangan darah
Etiologi: trauma, perdarahan saluran pencernaan
d) Gangguan struktur atau sintesis hemoglobin
Etiologi: thalasemia, gangguan sel sabit
3) Masa kecil dan remaja akhir
a) Kekurangan zat besi
b) Penyakit kronis
c) Kehilangan darah
d) Leukemia
3. Tanda Dan Gejala
a) Pucat pada telapak tangan, konjungtiva
b) Koilonikia (kuku berbetuk sendok)
c) Tubuh tidak tegap
d) Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
e) Kelelahan, keletihan
f) Sesak nafas
g) Penurunan semangat
h) Kulit yang pucat, termasuk bibir dan pipi

Pada anak yang mengalami anemia oarah, terdapat tanda tambahan yaitu:

a) Pusing
b) Pembengkakan pada tangan dan kaki
c) Detak jantung menjadi lebih cepat
d) Pingsan
e) Pembengkakan atau ada terasa sakit pada lidah
f) Nafas pendek
g) Restless leg syndrome
4. Klasifikasi Anemia
1) Anemia Mikrositik hipokrom
a. Anemiadefisiensi besi
b. Anemia penuakit kronik

2) Anemia makrositik

a. Defisiensi vitamin B12


b. Defisiensi asam folat
3) Anemia karena perdaraha
4) Anemia hemolitik
5) Anemia aplastik

5. Pemeriksaan Penunjang
a) Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12-14 g/dL)
b) Kadar Ht mengalai penurunan ( normal 37-41%)
c) Terjadi peningkatan bilirubin total pada anemia hemolitik
d) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada asupan darah tepi

6. Patofisiologi
Kegagalan sum-sum tulang serta kehilangan sel darah merah secara berlebih yang
diakibatkan karena kekurangan nutrisi, pajanan toksisk, invasi tumor mengidikasi kan penyebab
terjadinya anemia. Dengan adanya perdarahan atau hemolisis menyebabkan sel darah merah
dapat hilang., hal ini juga dapat terjadi karena akibat dari defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang normal yang pada akkhirnya menyebabkan destruksi sel
darah merah. Kekuarangan zat besi, asam folat dapat menyebabkan Hb menurun yang
berpengaruh pada sistem gastrointestinal dan kardiovaskular. Pada sistem pencernaan yang
menyebabkan gangguang penyerapan nutrisi yang diperlukan oleh sel darah merah, dan pada
sistem kardiovaskular menyebabkan penurunan aliran darah ke organ tubuh \, namun mengalami
penambahan darah ke otak dan jantung. Pengiriman oksigen dan nutrisi akan terganggu yang
menyebabkan perubahan perfusi jaringan dengan menunjukan adanya takikardi, tekanan darah
menurun. Gangguan penyerpan meyebabkan adanya perubahan nutrisi yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh.

7.
Pathway
Perdarahan masif Kehilangan Eritrosit
banyak darah Tranfusi darah premature
Defisiensi besi, pembuat sel darah atau akibat obat-
Umur eritrosit B12, Asam folat merah obatan
pendek akibat
penghancuran sel
darah merah Kekurangan Depresi sumsum Pembentukan sel
bahan baku tulang kengenital hemopoetik
terhenti/berkurang

Ansietas Hb menurun(< 10gr/dL), trombosit/ trombositopenia, pansitopenia


Resti infeks

Gastrointestinal
Kardiovaskuler

Gangguan absorbsi Perubahan nutrisi kurang Pengurangan aliran darah dan


nutrient yang diperlukan dari kebutuhan komponennya ke organ tubuh
untuk pembentukan sel yang kurang vital (anggota
darah merah gerak), penambahan aliran darah
ke otak dan jantung

Pengiriman oksigen dan Intoleransi aktivitas Pengiriman oksigen dan


nutrient ke sel berkurang nutrient sel berkurang

Penurunan BB, kelemahan Takikardi, TD menurun, Perubahan perfusi jaringan


pengisian kapiler lambat,
ektermitas dingin, palpitasi
8. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a) Identitas pasien dan keluarga

Nama, umur, tempat tanggal lahir, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama,
pendidikan dan alamat.

b) Keluhan utama

Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,


kelemahan dan pusing
c) Riwayat kehamilan dan perslinan

1) Prenatal: apakah selama hamil perrnah menderita penyakit berat, menanyakan


pemeriksaan kehamilan dilakukan berapa kali, apakah ada obat yang rutin
diminum dalam jangka panjang

2) Intranatal: usia kehamilan, proses kehamilan dan berapa berat badan serta panjang
bayi saat lahir

3) Postnatal: bagaimana keadaan bayi, neonatrium, apakah ada trauma post partum
akibat tindakan vekum dan pemberian asi

d) Riwayat kesehatan

1) Riwayat imunisasi, sebelumya menderita penyakit anemia

2) Adanya riwayat pendarahan, trauma

3) Adanya riwayat demam tinggi

4) Adanya riwayat ISPA

e) Keadaan kesehatan saat ini

Pasien tampak pucat, kelemahan, sesak nafas, mucul gejala gelisah, takikardi, dan
adanya penurunan kesadaran

f) Riwayat kesehatan keluarga

1) Apakah terdapat riwayat anemia pada keluarga

2) Adakah riwayat penyakit kanker, jantung, hepatitis, DM, asma, penyakit


infensi pada saluran pernafasan

g) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum pasien, apapkah pasien merasa lemah sampai sakit berat

2) Kesadaran pasien: apakah pasien mengalami kompos mentis sampai


terjadi penurunan tingkat kesadaran sampai apatis, somnolen, spoor, dan
koma

3) Tanda-tanda vital pasien, apakah tekanan darah pasien rendah/menurun,


nadi meningkat, nadi teraba kuat sampai lemah, peningkatan suhu atau
menurun, peningkatan pernafasan
4) Tinggi badan dan berat badan pasien

5) Kulit: apakah kulit pasien teraba dingin, adakah keringat berlebih, pucat,
terdapat pendarahan dibawah kulit

6) Mata: apakah ada kelainan bentuk, apakah konjungtiva anemis, kondisi


sclera, apakah ada perdarahan pada subkonjungtiva, keadaan pupil, dan
reflex cahay

7) Hidung: apakah ada kelainan bentuj, apakah ada lesi, mukosakering,


gangguan fungsi penciuman

8) Telinga: apakah ada gangguan pendengaran dan kelainan bentuk telinga

9) Mulut: apakah ada perdarahan gusi, mukosa kering, kelainan bentuj

10) Leher: apakah ada pembesaran kelenjar getah bening

11) Thoraks: periksa pergerakan dada, apakah pernafasan cepat atau irama
nafas tidak teratur

12) Abdomen: cek apakah ada pembesaran hati, nyeri, bisisng usus

2. Diagnosa Keperawatan

1) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hemoglobin

2) Deficit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan


tubuh sekunder

4) Ansietas berhubungan dengan kelemahan

5) Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuat pertahanan sekunder


(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intrvensi Keperawatan


1. Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan
berhubungan dengan penurunan diharapkan perfusi jaringan perifer 1) Lakukan penilaian yang koperhensif pada
konsentrasi hemoglobin adekuat dengan , kriteria hasil: sirkulasi perifer (CRT)
2) Catat respon pasien terhadap stimuli
1) Tekanan sistol dan diastole dalam
3) Monitor adanya paretese
rentang yang diharapkan
2) Capillary refill time normal 4) Monitor tekanan perfusi serebral
3) Warna kulit normal 5) Monitor tekanan intracranial pasien dan respon
4) Tidak ada edema perifer neurology terhadap aktivitas
5) Temperature ekstermitas hangat 6) Monitor intake dan output
6) Tidak terdapat nyeri pada ekstermitas 7) Monitor suhu dan angka WBC
8) Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
kulit jika ada lesi atau laserasi
9) Gunakan sarung tangan untuk proteksi
10) Batasi gerakan kepala, leher, dan punggung
2. Deficit nutrisi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kurangnya asupan makanan diharapkan nutrisi pasien kembali Nutrition Management
adekuat, dengan Kriteria Hasil:
1) Adanya peningkatan berat badan 1) Kaji adanya alergi makanan
sesuai dengan tujuan 2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
badan pasien
3) Mampu mengidenfikasi kebutuhan 3) Berikan makanan yang terpilih (telah
nutrisi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 4) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan gizi
5) Menunjukan peningkatan fungsi 5) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
pengecapan dan menelan 6) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan nutrisi yang dibutuhkan
yang berarti Nutrition Monitoring
1) Kaji BB pasien
2) Monitor adanya penurunan berat badan
3) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa
dilakukan
4) Monitor interaksi anak dan orang tua selama
makan
5) Monitor lingkungan selama akan
6) Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
7) Monitor turgor kulit
8) Monitor pertumbuuhan dan perkembangan
9) Monitor mual muntah
10) Monitor kalori dan intake nutrisi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan
tidak adekuat pertahanan sekunder diharapkan resiko infeksi terkontrol Kontrol Infeksi
(penurunan Hb, Leukopenia, dengan kriteria hasil: 1) Bersihkan lingkungan dan tempat tidur pasien
penekanan respon inflamasi) setelah digunakan
1) Pasien bebas dari tanda dan gejala 2) Pertahankan tehnik isolasi
infekasi 3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Instruksikan kepada pengunjung untuk cuci
2) Jumlah leukosit dalam batas normal tangan saat melakukan kunjungan dan setelah
meninggalkan ruangan pasien
3) Menunjukan kemampuan untuk 5) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
mencegah timbulnya infeksi keperawatan
6) Gunakan baju, sarung tangan sebagai
4) Menunjukan perilaku hidup sehat pelindung
7) Pertahankan lingkungan aseptic selama
pemasangan alat
8) Tingkatkan intake nutrisi
9) Berikan terpi antibiotic bila perlu

Proteksi Terhadap Infeksi


1) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
local
2) Monitor hitung granulosit, WBC
3) Monitor kerentanan terhadap infeksi
4) Batasi pengunjung
5) Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
6) Dorong masukan cairan
7) Dorong pasien untuk banyak istirahat
8) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi

4. Discharge Planning

1) Berikan instruksi pada orang tua tentang cara melindungi anak dari infeksi

a.Batasi kontak dengan agens terinfeksi

b. Indentifikasi tanda dan gejala infeksi

2) Berikan instruksi pada orang tua untuk memamntau tanda-tanda komplikasi

3) Berikan instruksi kepada orang tua tentang pemberian obat

a.Pantau respon terapeutik anak

b. Pantau adanya respon yang tidak menguntungkan

4) Berikan informasi tentang sistem penunjang masyarakat kepada anak dan keluarga untuk adaptasi jangka
panjang

a. Masuk kembali ke sekolah


b. Kelompok orang tua
c. Kelompok anak dan saudara kandungnya
d. Nasehat keuangan
Referensi

Rida,H.N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Handayani, H. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistem Gangguan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Putri, D.A. (2016). Asuhan Keperawatan pada An.S yang Mengalami Tetralogy Of Fallot di Ruang Melati Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Samarinda
Suryono, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. H Usia 5 Tahun Dengan Pneumonia Di Ruangan Irna C RSUD Kota Dumai.
Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus. Prodi D-III Keperawatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau
Paramita, L. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare Di Ruang 2 Ibu Dan Anak RS Reksodiwiryo Padang. Karya Tulis
Ilmiah. Program Studi DIII Keperawatan Padang. Poltekkes Kemenkes Padang

Anda mungkin juga menyukai