1. Pengertian
Pneumonia merupakan kondisi dimana terjadi peradangan paru dimana asinus tensi
dengan cairan, dengan atau tidak disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveoli dan
rongga interstisium.
2. Etiologi
Pneumonia bisa disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya:
Baketri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. Influenza, klebsiela
mycoplasma pneumonia)
Virus ( virus adena, virus para influenza, virus influenza)
Jamur/ fungi (kandida abicang, histoplasma, capsulatum)
Protozoa (pneumokistis karintin)
Bahan kimia (aspirasi makanan/ susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah, bensin)
3. Gejala Klinis
a) Gejala klinik tergantung pada penyebab pneumomnia
b) Keluhan utama berupa batuk (80%)
c) Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat)
d) Demam tinggi pada 5-10 hari pertama
e) Sesak nafas (lebih-lebih bila ada komplikasi)
f) Produksi sputum mukoid, purulen, warna seperti karat
g) Pusing, anoreksia, malaise, mual sampai muntah
4. Pemeriksaan diagnostic dan laboratorium
a) Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat
b) Pemeriksaan darah, leukositosis, led, kultur darah
c) Radiologi, abnormalitas yang disebabkan adanya konsolidasi dan kelainan bisa
satu lobus atau lebih dan atau sebagian dari lobus.
5. Penatalaksanaan
a) Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya
b) Ekspektoron yang dapat dibantu dengan postural drainase
c) Rehidrasi yang cukup dan adekuat
d) Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu
e) Oksigenasi sesuai dengan kebutuhan dan yang adekuat
f) Isolasi pernapasan sesuai dengan kebutuhan
g) Diet tinggi kalori dan tinggi protein
h) Terapi lain sesuai dengan komplikasi
6. Komplikasi
a) Efusi pleura dan emfisema
b) Komplikasi sistemik
c) Hipoksemia
d) Pneumonia kronik
e) Bronkietasis
Patofisiologi
Pneumonia timbul melalui aspirasi kuman atau menyebar langsumg dari saluran
pernapasan atas. Hal tersebut diakibatkan karena Viremia atau bacteremia hanya sebagian kecil,
yang menyerang saluran pernapasan bawah dimulali dari sublaring hingga unit terminal
umumnya dalam keadaan streril. Melalui beberapa mekanisme, paru terlindungi dari infeksi
termasuk barrier anatomi dan barrier mekanik serta sistem pertahanan tubuh local maupun
sistemik. Barrier anatomi dan mekanik diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan
aspirasi dengan reflek eppiglotis, pengeluaran benda asing memalui reflek batuk dan upaya
menjaga kebersihan jalan napas oleh lapisan mukosilat.
Sistem pertahanan tubuh yang terlibat adalah sekresi lookal oleh immunoglobulin A,
respon inflmasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, immunoglobulin, alveoli dan cell
mediated immunity. Pneumonia terjadi apabila salah satau sistem pertahanan diatas mengalami
gangguan. Reaksi inflamasi akut terjadi karena inokulasi pathogen.
Virus akan menyerang saluran pernapasan kecil dan alveoli, yang lebih banyak
mengenai lobus. Pada infeksi virus awalnya ditandai oleh lesi berupa kerusakan silia epitel
dengan akumulasi debris kedalam lumen.Respon inflamasi awal adalah infiltrasi sel-sel
mononuclear kedalam submukosa dan perivascular. Sebagian selpoly morponucleus(PMN) akan
didapatkan dalam saluran napas kecil. Bila proses inflamasi meluas makasel debris,
mucus serta sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran napas kecil akan
menyebabkan obstruksi baik parsial maupun total.Respon inflamasi di dalam alveoli
sama seperti yang terjadi pada ruang intertisial yang terdiri dari sel-sel mononuclear. Prosen
infeksi yang beratakan mengalami pengelupasan epitel dan akan terbentuk eksudat
hemoragik. Infiltrasi ke intertisial sangat jarang menimbulkan fibrosis. Ketika bakteri mencapai
alveoli, beberapa sistem pertahanan tubuhakan diaktifkan. Saat terjadi kontak antara bakteri
dan dinding alveoli maka bakteri akan ditangkap oleh lapisan cairan epitel yang
mengandung opsonin dan akan terbentuk antibodi immunoglobulin G
spesifik.Selanjutnya terjadi fagositosis oleh makrofag alveolar, sebagian kumanakan dilisis
melalui perantara komplemen. Ketika mekanisme ini gagal merusak bakteri dalam alveolar,
leukosit PMN dengan aktivitas fagositosiakan dibawa oleh sitokin sehingga muncul respons
inflamasi.
Proses inflamasi mengkibatkan terjadinya kongesti vascular dan edema yang luas.
Area edema akan membesar dan membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudat,
purulent (fibrin, sel-sel lekosit PMN)dan bakteri. Fase ini secara histopatologi dinamakan
hepatisasi merah.Tahap selanjutnya adalah hepatisasi kelabu yang ditandai
denganfagositosis aktif oleh leukosit PMN. Proses ini akan mengakibatkan kaburnya
struktur seluler paru. Resolusi konsolidasi pneumonia terjadiketika antibodi antikapsular
timbul dan leukosit PMN meneruskan aktivitas fagositosisnya dan sel-sel monosit akan
membersihkan debris.Kerusakan jaringan disebabkan oleh enzim dan toksin yang
dihasilkan kuman Streptococcusaureus.Perlekatan Staphylococcusaureus pada sel mukosa
melalui teichoid acidyang terdapat pada dindingsel dan paparan di submukosa akan
meningkatkan adhesi dari fibrinogen,fibronektinkolagen, dan protein yang lain.Seseorang
yang terkena pneumonia akan mengalami gangguan pada proses ventilasi yang disebabkan
karena penurunan volume paru.Untuk mengatasi gangguan ventilasi, tubuh akan
meningkatkan volumetidal dan frekuensi napas sehingga terlihat takipnea dan dyspnea.
Sehingga proses difusi gas akan terganggu dan menyebabkan hipoksia bahkan gagal napas.
(Dosen KMB Indonesia, 2015)
PATHWAY
Alveoli
Radang di bronkioli
Konsolidasi
Paru padat seperti hati
Pekak ronchi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatanyang sistematis
dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baikdari data primer maupun data
sekunder. Macam-macam data yang diperoleh berupa data dasar, data fokus, data subjektif
dan data objektif.
a) Pengkajian fokus
1) Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama, jenis kelamin,
status, pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa, alamat,taggal masuk, tanggal
pengkajian, nomor register, dan diagnose medis), dan identitas penanggung
jawab (nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan, dan alamat)
2) Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu dikaji :
a)Keluhan yang dirasakan klien
b)Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
3) Riwayat penyakit dahuluHal yang perlu dikaji yaitu :
a)Pernah menderita ISPA
b)Riwayat terjadi aspirasi
c)Sistem imunanak yang mengalami penurunan
d)Sebutkan sakit yang pernah dialami
4) Riwayat penyakit keluarga
a)Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
b)Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia
5) Demografi
a)Usia: Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun
b)Lingkungan: Padalingkungan yang sering berkontaminasidengan polusi udara
6) Pola pengkajian
a)Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b)Pola nutrisi dan metabolic
c)Pola eliminasi
d)Pola istirahat-tidur
e)Pola akitivitas-latihan
f)Pola kognitif-persepsi
g)Pola persepsi diri-konsep diri
h)Pola peran-hubungan
i)Pola seksual-reproduksi
j)Pola toleransi stress-koping
k)Pola nilai keyakinan
2. Diagnose Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan nafas
2) Deficit volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuar, takipneu,
demam
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
4) Deficit pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak pulang
5) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Airway Suction
efektif berhubungan dengan keperawatan diharapkan jalan
inflamasi dan obstruksi jalan nafas pasien tetap paten 1. Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
nafas dengan kriteria hasil: 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
1. Mendemonstrasikan 3. Informasikan pada klien dan keluarga tenyang suctioning
batuk , dan suara nafas 4. Minta pasien nafas dalam sebelum suctioning dilakukan
yang bersih, tidak ada 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi
sianosis dan dyspneu suction nasotrakeal
(mampu bernafas 6. Gunakan alat yang streril setiap melakukan tindakan
dengan mudah, tidan 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah
ada pursed lips) kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
2. Menunjukan jalan 8. Monitor status oksigen pasien
nafas yang paten (klien 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
tidak merasa tercekik, 10. Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien
irama nafas, frekuensi menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2
pernapasan dalam
rentang normal, idak Airway Management
ada suara nafas
abnormal) 1. Buka jalan nafas, gunakan tehnik chin lift atau jaw thrust
3. Mampu bila perlu
mengidentifikasi dan 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
mencegah faktor yang 3. Identifikasi pasien dalam keperluan untuk pemasangan alat
dapat menghambat jalan nafas buatan
jalan nafas 4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisoterapi dada bila perlu
6. Keluarkan secret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
10. Berikan pelembap udara, kassa basah NaCl lembap
11. Ataur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
12. Monitor respirasi dan status O2
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda-tanda vital(suhu,RR,HR)
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pola 2. Pantau status pernafasan: irama, frekuensi, sura, dan retraksi
hiperventilasi nafas pasien tetap paten dada
dengan kriteria hasil: 3. Atur posisi yang nyaman : posisi pronasi untuk bayi dan
1. Mendemonstrasikan batuk semi fowler untuk anak
efektif dan suara nafas 4. Kolaborasi dengan dokter pemberian oksigen nasal kanul
yang bersih, tidak ada sesuai indikasi
sianosis dan dyspneu
2. Menunjukan jalan nafas
yang paten
3. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal
3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
berhubungan dengan keperawatan diharapkan pasien 1. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam
ketidakseimbangan antara mampu melakukan aktivitas merencanakan program terapi yang tepat
suplai dan kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil: 2. Bantu pasien dalam mengidentifikasi aktivitas yang mampu
1. Berpartisipasi dalam dilakukan
aktivitas fisik tanpa disertai 3. Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kempuan
peningkatan tekanan darah, fisik, psikologi dan social
nadi, dan RR 4. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
2. Mampu melakukan aktivitas Energy Management
sehari-hari (ADLs) secara 1. Observasi adanya pembatasan pasien untuk melakukan
mandiri aktivitas
2. Bantu anak untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
3. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
5. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan realisasi dari intervensikeperawatan untukmencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Kegiatan pelaksanaanya juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan,mengobservasi respon klien
selama dan sesudah memberikan tindakan keperawatan. Keterampilan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan ini antaralain
keterampilan kognitif, keterampilan interpersonal, dan keterampilanpsikomotor.
Dalam mengatasi masalah keperawatan kebutuhan oksigenasi implementasi dilakukan selama 3x24jam yaitu
dengan melakukan monitor vital sign (Suhu, RR, Nadi), auskultasi bunyi napas, berikan ASI pada bayi,
kolaborasi terapi inhalasi,kolaborasi pemberian oksigen dan kolaborasi pemberian obat. Setelah 3hari pemberian
tindakan dilakukan evaluasi, data yang didapatkan ialahanak masih batuk, sesak napas berkurang, respirasi 50
kali/menit, suhu36,5°C, nadi 120 kali/menit, suara napasronkhi ringan.
4. Evaluasi Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan obstruksijalan napas: mucus berlebihan
Evaluasi:
1)Dyspnea tidak ada
2)Suara napas tambahan berkurang atau tidak ada
3)Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
4)Secret berkurang atau tidak ada
5)Batuk produktif berkurang atau tidak ada
Discharge Planning
1. Ajarkan kepada orangtua tentang pemberian obat
- Dosis, rute dan waktu yang cocok dan menyelesaikan dosis seluruhnya
- Efek samping
- Respon anak
2. Berikan informasi pada orang tua tentang cara pengendalian infeksi serta cara pencegahannya
- Hindari pemanjanan kontak infeksius
- Ikuti jadwal imunisasi
SISTEM KARDIOLOGI
Tetralogy Of Fallot
1. Pengertian
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung bawaan sianotik (warna kulit) yang
tersiri dari 4 kelainan khas yaitu defek septum ventrikel (VSD), stenosis infundibulum
ventrikel kanan atau biasa disebut stenosis pulmonal, hipertrofi ventrikel kanan dan
overriding aorta (Ibrahim E, dkk 2008)
Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya 4 kelainan anatomi sebagai berikut:
a) Defek septum ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga
ventrikel
b) Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar
dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan
menimbulkan penyempitan
c) Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri
mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik
kanan
d) Hipertrofi ventrikel kakan atau penebalan otot di ventrikel kakan karena
peningkatan tekanan di venterikel akibat dari stenosis pulmonal
2. Etiologi
Diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
a) faktor endogenyaitu berbagai jenis penyakit genetic (kelainan kromosom); anak
yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan; adanya penyakit
tertentu dalam keluarga seperti DM, hipertensi, penyakit jantung dan kelainan
bawaan
b) faktor eksogen yaitu riwayat kehamilan ibu: sebelum ikut program KB oral atau
suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter (thalidomide, dextroamphetamine,
aminopterin, amethopterin, jamu); ibu menderita penyakit infeksi (rubella);
pajanan terhadap x-ray.
3. Tanda dan Gejala
a) Murmur, merupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung
bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur
beberapa hari.
b) Sianosis, satu dari manifestasi-manifesti tetralogi yang paling nyata,
mungkintidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel
kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan dari
kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung kongesif.
c) Dispneu, terjadi bila penderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan anak-anak
yang mulai berjalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan
duduk atau berbaring. Anak-anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan jauh
kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan
yang dialami jantung penderita tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi.
Secara khas anak-anak akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan
menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktivitas fisik, biasanya anak
tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.
d) Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia “biru”)
e) Pertumbuhan dan perkembangan yang tidak normal, tinggi badan dan keadaan
gizi biasanya berada dibawah rata-rata serta otot-otot dari jaringan subkutan
terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.
f) Biasanya denyut pembuluh darah normal
g) Bising sistolik
4. Penatalaksanaan Medis
6. Patofisiologi
Pada penderita TOF sirkulasi darah nya mengalami perbedaan dibandingkan dengan
anak yang dalam kondisi normal. Sintesis pulmonal dan VSD adalah kelainan yang memiliki
peranan penting. Karena adanya VSD, tekanan anatara ventrikel kiri dan kanan adalah sama. Hal
tersebut menyebabkandarah mengalir dengan bebas dan terjadi bolalk baik melalui celah.
Hambatan yang tingkat keparahannya tinggi yang terjadi pada jalan keluar darah yang terjadi
pada ventrikel kanan menentukan arah aliran darah pasien dengan TOF. Karena adanya
hambatan pada jalan aliran darah dari ventrikel kanan menyebabkan aliran darah ke paru akan
menurun; hambatan yang tinggi tersebut akan menyebabkan semakin banyak darah bergerak dari
ventrikel kanan ke ventrikel kiri. Hal tersebut menyebabkan darah yang miskin oksigen akan ikut
ke aorta sehingga saturasi oksigen akan menurun yang menyebabkan sianosis pada pasien. Jika
terjadi hambatan yang parah, tubuh akan bergantung pada duktus arteriosus dan cabang-cabang
arteri pulmonalis untuk dapat suplai darah yang mengandung oksigen. (Redington AN, dkk ,
2009)
PATHWAY
Hipoksemia
7. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan subjektif dan objektif untuk mendapatkan data yang akurat dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan pasien.
- Riwayat kehamilan ibu
Menanyakan faktor endogen dan eksogen yang mempengaruhi
- Riwayat pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan
kalori sebagai akibat kondisi penyakit.
- Riwayat Psikososial/ perkembangan
a) Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b) Mekanisme koping anak/keluarga
c) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
- Pemeriksaan fisik
a) Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan adanya sianotik, bayi tampak biru setelah tumbuh
b) Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan
c) Sering terjadi sianotik mendadak yang ditandai dengan dyspnea, nafas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop
(kehilangan kesadaran), bahkan sampai koma dan kematian
d) Anak akan sering jongkok setelah berjalan, setelah anak berjalan cukup lama, maka anak akan berjongkok selama
beberapa waktu sebelum berjalan kembali.
e) Pada saat dilakukan auskultasi, terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal dan semakin lemah dengan
bertambahnya derajat obstruksi
f) Bunyi jantung 1 normal, tapi bunyi jantung 2 terdengar tunggal dan keras
g) Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
h) Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan aliran darah ke pulmonal: Hipoksemia, dyspnea Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2) Penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan aliran darah ke pilmonal
3) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan sirkulasi (anoksia kronis, serangan sianotik akut)
4) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,
penurunan nafsu makan
3. Analisis Data
Stenosis Pulmonal
DS: pasien mengeluh sesak Gangguan pertukaran gas
Aliran darah paru
Energy menurun
Fatigue
Intoleransi aktivitas
4. Rencana Asuhan Keperawatan
Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan NIC: Airway management 1. Alat bantu pernafasan membantu organ
gas berhubungan keperawatan, pertukaran gas 1) Identifikasi pasien perlunya pernafasan memenuhi kebutuhan
dengan penurunan kembali adekuat. pemasangan alat jalan nafas oksigen sehingga oksigen yang
aliran darah ke Kriteria Hasil: buatan diperlukan tubuh tetrpenuhi
pulmonal: Hipoksemia, NOC: Respiratory status: Gas 2) Lakukan fisioterapi dada bila 2. untuk meningkatkan efisiensi pola
dyspnea exchange perlu pernapasan dan membersihkan jalan
1) Mendemonstrasikan 3) Keluarkan secret dengan batuk nafas
DS: pasien mengeluh peningkatan ventilasi dan atau suction 3. untuk melonggarkan jalan nafas pasien
sesak oksigenasi yang adekuat 4) Auskultasi suara nafas, catat 4. untuk mengetahui apakah ada suara
2) Memelihara kebersihan paru- adanya suara nafas tambahan nafas tambahan
DO: paru dan bebas dari tana-tanda 5) Monitor respirasi dan status O2 5. penurunan status oksigen mengindikasi
- Pasien tampak distress pernapasan pasien mengalami kekurangan oksigen
sesak 3) Mendemonstrasikan batuk Respiratory Monitoring yang dapat menyebabkan terjadinya
- Sering efektif dan suara nafas yang hipoksia
1) Monitor rata-rata, kedalaman,
berjongkok bersih, tidak ada sianosis dan 1. untuk mengetahui keabnormalan
irama, dan usaha respirasi
dalam beberapa dyspneu (mampu pernafasan pasien
2) Auskultasi suara nafas, catat area
waktu sebelum mengeluarkan sputum, mampu 2. memastikan suara nafas vesikulat
penurunan/ tidak adanya ventilasi
pasien berjalan bernapas dengan mudah, tidak 3. untuk mengetahui ada tidaknya suara
dan suara tambahan
kembali ada pursed lips) nafas tambahan
3) Auskultasi suara paru setelah
4) Tanda-tanda vital dalam
tindakan untuk mengetahui
rentang normal hasilnya
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1) Ikuti pola istirahat pasien, hindari 1) Menghindari gangguan pada istirahat
berhubungan dengan keperawatan anak menunjukan pemberian intervensi pada saat tidur pasien sehingga kebutuhan energi
ketidakseimbangan peningkatan kemampuan dalam istirahat dapat dibatasi untuk aktivitas lain yang
antara suplai dan melalkukan aktivitas (tekanan 2) Lakukan perawatan dengan cepat, lebih penting
kebutuhan oksigen darah, nadi, irama dalam batas hindari pengeluaran energy 2) Meningkatkan kebutuhan istirahat
normal) tidak adanya angina berlebih dari pasien pasien dan menghemat energi pasien
DS: Pasien mengeluh 3) Bantu pasien memilih kegiatan 3) Menghindari pasien dari kegiatan yang
Kriteria Hasil: yang tidak melelahkan melelahkan dan meningkatkan beban
lelah saat melakukan
1) Berpartisipasi dalam aktivitas 4) Hindari perubahan suhu kerja jantung
aktivitas fisik tanpa disertai lingkungan yang mendadak 4) Perubahan suhu lingkungan yang
peningkatan tekanan darah, 5) Kurangi kecemasan pasien mendadak merangsang kebutuhan akan
nadi, RR dengan memberi penjelasan yang oksigen yang meningkat
DO: 2) Tanda-tanda vital normal dibutuhkan pasien dan keluarga 5) Kecemasan meningkatkan respon
3) Mampu berpindah: dengan 6) Respon perubahan keadaan psikologis yang merangsang
- Pasien tampak
atau tanpa bantuan alat psikologis pasien (menangis, peningkatkan kortisol dan
kelelahan 4) Status kardiopulmonal murung) dengan baik meningkatkan suplai O2
adekuat 6) Stres dan kecemasan berpengaruh
- Pasien mengeluh
5) Status respirasi: pertukaran terhadap kebutuhan O2 jaringan
sulit tidur gas dan ventilasi adekuat
6) Pasien dapat beristirahat
dengan baik
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapapi tujuan yang spesifik yang telah dibuat
(Nursalam, 2011) komponen tahapan implementasi yaitu:
a) Tindakan keperawatan mandiri
b) Tindakan keperawatan kolaboratif, dimana perawat melakukan kerjasama dengan anggota kesehatan lain dalam pembuatan
keputusan bersama untuk mencapai tujuan.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil yang telah didapatkan dengan mencatat hal-hal atau perilalku yang telah diamati dan dipantau
untuk menentukan apakah perawatan yang diberikan telah tercapai atau belum sesuai dengan jangka waktu yang telah di tentukan.
(Doengoes, 2010)
SISTEM PENCERNAAN
1. Pengertian
Diare merupakan gangguan fungsi penyerapan dan sekresi yang terjadi pada saluran saluran pencernaan, dipengaruhi oleh
fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari perubahan jumlah, konsisten, frekwensi, dan warna dari tinja. Diare adalah pola
buang air besar yang tidak normal dengan bentuk tinja encer serta adanya peningkatan frekwenai BAB yang lebih dari biasanya.
2. Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
a) Infeksi bakteri: vibrio, Escherichia coli, salmonella, shigella, campylobacter, yershinia, dan lain-lain
b) Infeksi virus: enterovirus, (Virus ECHO, coxsackaie, poliomelitis), adenovirus, retrovirus, dan lain-lain
c) Infeksi parasit: cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika, gardia lambia, tricomonas hominis), jamur (canadia albincas)
Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti: Otitis media akut, tonsillitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia,
encetalitis
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, keratin dan berat jenis, plasma dan urine
3. Pemeriksaan urin lengkap
4. Pemeriksaan feces lengkap dan biarkan feces dari colok dubur
5. Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5. Penatalaksanaan
Pada anak-anak, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi:
1. Rehirdasi sebagai prioritas utama pengobatan.
Empat hal penting yang harus diperhatikan:
a) Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oraliy. Diberikan cairan ringel laktat bila tidak terjadi dapat
diberikan cairan NaCl isotonic ditambah satu ampul Na bicarbonate 7,5% 50 m
b) Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan
c) Cara pemberian cairan
d) Jadwal pemberian cairan
2. Identifikasi penyebab diare akut karena infeksi
3. Terapi simtomatik
4. Terapi definitif
6. Patofisiologi
Penyebab timbulnya diare antara lain:
1. Gangguan sekresi
Akibat gangguan tertentu (misal oleh toksin) yang terjadi pada dinding usus yang menyebabkan sekresi, air, dan elektrolit ke
dalam rongga usus dan selanjutnya terjadi diare karena peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak diserap mengakibatkan tekanan osmotic yang ada dalam usus meningkat, maka akan
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Jika rongga usus diisi secara berlebihan mengakibatkan terjadinya
usus merangsang isi rongga usus untuk keluar sehingga timbul diare
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk meyerap makanan yang mengakibatkan timbulnya
diare, namun jika peristaltic usus menurun, hal tersebut mengakibatkan bakteri akan tumbuh berlebihan di usus yang dapat
menimbulkan diare.
PATHWAY
Makanan / zat yang tidak diserap Rangsangan tertentu (toksin) Gangguan mobilitas usus
Peningkatan osmotic rongga usus Peningkatan sekresi air dan elektrolit Hipo Peristaltik Hiperperistaltik
ke rongga usus
Diare
Hospitalisasi
Sistem Intergumen
Sistem Eliminasi
-Perpisahan Saluran Pernafasan
-Lingkungan asing Turgor kulit Kehilangan air dan
-Prosedur menurun BAB >3x elektrolit Gangguan Nutrisi
Peningkatan HB BAB > Muntah
3. Intervensi Keperawatan
3. Cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
dengan perubahan status diharapkan rasa cemas dapat menghilang 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
kesehatan dan mengembalikan rasa nyaman pasien, dirasakan selama prosedur
dengan kriteria hasil : 3. Pahami perspektif pasien terhadap situasi
1. Pasien mampu mengidentifikasi dan stress
mengungkapkan gejala cemas 4. Temani pasien untuk memberikan
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan teknik untuk mengontrol 5. Berikan informasi faktual mengenai
cemas diagnosis, tindakan prognosis
3. Vital sign dalam batas normal 6. Dorong keluarga untuk menemani anak
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa 7. Dengarkan dengan penuh perhatian
tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan 8. Instruksikan pasien untuk menggunakan
berkurangnya rasa cemas teknik relaksasi
4. Discharge Planning
a) Ajarkan kepada orangtua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan minuman (misal oralit)
b) Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering
c) Jelaskan obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaanya
SISTEM HEMATOLOGI
Penyebab anemia pada anak-anak disebabkan oleh penurun produksi sel darah merah
atau karena adanya peningkatan pergantian sel darah merah.
Penyebab:
1) Neonatus:
a) Kehilangan darah.
Etiologi: perdarahan (solusio plasenta, subgaleal, traumatis)
b) Infeksi bawaan
Etiologi: parvovirus B19,HIV, sifilis, rubella, sepsis
c) Anemia fanconi
Etiologi: peningkatan kerentanan sel progenitor di susmsum tulang menyebabkan
peningkatan apoptosis, berkembang menjadi pensitopenia
2) Bayi hingga balita
a) Kekurangan zat besi
Etiologi: asupan makanan yang tidak memadai, kehilangan darah kronis
b) Infeksi bersamaan
Etiologi: infeksi bakteri atau virus yang menyebabkan penurunan penggunaan zat
besi dan produksi sel darah merah yang dimesiasi oleh sitokin
c) Kehilangan darah
Etiologi: trauma, perdarahan saluran pencernaan
d) Gangguan struktur atau sintesis hemoglobin
Etiologi: thalasemia, gangguan sel sabit
3) Masa kecil dan remaja akhir
a) Kekurangan zat besi
b) Penyakit kronis
c) Kehilangan darah
d) Leukemia
3. Tanda Dan Gejala
a) Pucat pada telapak tangan, konjungtiva
b) Koilonikia (kuku berbetuk sendok)
c) Tubuh tidak tegap
d) Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
e) Kelelahan, keletihan
f) Sesak nafas
g) Penurunan semangat
h) Kulit yang pucat, termasuk bibir dan pipi
Pada anak yang mengalami anemia oarah, terdapat tanda tambahan yaitu:
a) Pusing
b) Pembengkakan pada tangan dan kaki
c) Detak jantung menjadi lebih cepat
d) Pingsan
e) Pembengkakan atau ada terasa sakit pada lidah
f) Nafas pendek
g) Restless leg syndrome
4. Klasifikasi Anemia
1) Anemia Mikrositik hipokrom
a. Anemiadefisiensi besi
b. Anemia penuakit kronik
2) Anemia makrositik
5. Pemeriksaan Penunjang
a) Jumlah Hb lebih rendah dari normal (12-14 g/dL)
b) Kadar Ht mengalai penurunan ( normal 37-41%)
c) Terjadi peningkatan bilirubin total pada anemia hemolitik
d) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada asupan darah tepi
6. Patofisiologi
Kegagalan sum-sum tulang serta kehilangan sel darah merah secara berlebih yang
diakibatkan karena kekurangan nutrisi, pajanan toksisk, invasi tumor mengidikasi kan penyebab
terjadinya anemia. Dengan adanya perdarahan atau hemolisis menyebabkan sel darah merah
dapat hilang., hal ini juga dapat terjadi karena akibat dari defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang normal yang pada akkhirnya menyebabkan destruksi sel
darah merah. Kekuarangan zat besi, asam folat dapat menyebabkan Hb menurun yang
berpengaruh pada sistem gastrointestinal dan kardiovaskular. Pada sistem pencernaan yang
menyebabkan gangguang penyerapan nutrisi yang diperlukan oleh sel darah merah, dan pada
sistem kardiovaskular menyebabkan penurunan aliran darah ke organ tubuh \, namun mengalami
penambahan darah ke otak dan jantung. Pengiriman oksigen dan nutrisi akan terganggu yang
menyebabkan perubahan perfusi jaringan dengan menunjukan adanya takikardi, tekanan darah
menurun. Gangguan penyerpan meyebabkan adanya perubahan nutrisi yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan tubuh.
7.
Pathway
Perdarahan masif Kehilangan Eritrosit
banyak darah Tranfusi darah premature
Defisiensi besi, pembuat sel darah atau akibat obat-
Umur eritrosit B12, Asam folat merah obatan
pendek akibat
penghancuran sel
darah merah Kekurangan Depresi sumsum Pembentukan sel
bahan baku tulang kengenital hemopoetik
terhenti/berkurang
Gastrointestinal
Kardiovaskuler
1. Pengkajian
a) Identitas pasien dan keluarga
Nama, umur, tempat tanggal lahir, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama,
pendidikan dan alamat.
b) Keluhan utama
2) Intranatal: usia kehamilan, proses kehamilan dan berapa berat badan serta panjang
bayi saat lahir
3) Postnatal: bagaimana keadaan bayi, neonatrium, apakah ada trauma post partum
akibat tindakan vekum dan pemberian asi
d) Riwayat kesehatan
Pasien tampak pucat, kelemahan, sesak nafas, mucul gejala gelisah, takikardi, dan
adanya penurunan kesadaran
g) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum pasien, apapkah pasien merasa lemah sampai sakit berat
5) Kulit: apakah kulit pasien teraba dingin, adakah keringat berlebih, pucat,
terdapat pendarahan dibawah kulit
11) Thoraks: periksa pergerakan dada, apakah pernafasan cepat atau irama
nafas tidak teratur
12) Abdomen: cek apakah ada pembesaran hati, nyeri, bisisng usus
2. Diagnosa Keperawatan
4. Discharge Planning
1) Berikan instruksi pada orang tua tentang cara melindungi anak dari infeksi
4) Berikan informasi tentang sistem penunjang masyarakat kepada anak dan keluarga untuk adaptasi jangka
panjang
Handayani, H. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistem Gangguan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Putri, D.A. (2016). Asuhan Keperawatan pada An.S yang Mengalami Tetralogy Of Fallot di Ruang Melati Rumah Sakit Umum
Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Karya Tulis Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Samarinda
Suryono, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada An. H Usia 5 Tahun Dengan Pneumonia Di Ruangan Irna C RSUD Kota Dumai.
Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus. Prodi D-III Keperawatan. Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau
Paramita, L. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare Di Ruang 2 Ibu Dan Anak RS Reksodiwiryo Padang. Karya Tulis
Ilmiah. Program Studi DIII Keperawatan Padang. Poltekkes Kemenkes Padang