Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya


keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat
pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan ataupun
perforasi akibat trauma.

Manajemen pasien dengan akut abdomen memerlukan keputusan yang tepat


dalam rentang waktu yang singkat, untuk melakukan operasi pembedahan.
Keputusan ini membutuhkan evaluasi dari riwayat pasien dan pemeriksaan fisik,
data laboratorium, dan tes pencitraan. Sindrom acute abdominal pain
menyebabkan sejumlah besar kunjungan ke rumah sakit dan dapat terjadi pada
mereka yang sangat muda, sangat tua, laki-laki maupun perempuan, dan semua
tingkatan sosioekonomi (Brewer,1999).

Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi Gawat
Darurat setiap tahunnya diseluruh dunia. Dimana, 25-41% merupakan kasus akut
abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus
ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa kasus mengancam
jiwa dapt berujung kepada kematian akibat misdiagnosis, termasuk diantaranya
ruptur aorta, aneurisma, appendicitis, kehamilan ektopik, dan infark miokard
(Medina, 2011).

Semua pasien dengan nyeri abdomen harus menjalani evaluasi untuk menegakkan
diagnosis sehingga pengobatan tepat waktu dan dapat mengurangi morbiditas dan
mortalitas. Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan
gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff, 2001).

1
Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat
mengeluh nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu
anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering
disebabkan oleh apendisitis , sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis,
dan infark usus lebih umum terjadi pada bayi (Cordell, 2002).

2
BAB II

ISI

A. DEFINISI
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara mendadak
pada umumnya diikuti nyeri perut akibat dari radang, luka, penyumbatan
(obstruksi), kerusakan organ (ruptur), sehingga memerlukan tindakan bedah
darurat (Cakmoki, 2007). Siegenthaller (2007) mendefinisikan bahwa akut
abdomen adalah suatu keadaan nyeri perut hebat yang terjadi dalam hitungan
jam dan tidak diketahui diketahui penyebabnya, dimana dianggap sebagai
keadaan darurat bedah karena tanda dan gejala klinisnya.

B. EPIDEMIOLOGI

Kasus abdominal pain tercatat  5% sampai 10% dari semua kunjungan gawat
darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat (Graff LG, Robinson
D, 2001). Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke
gawat darurat mengeluh nyeri perut (Cordell WH et all, 2002). Diagnosis
bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan geriatri. Sebagai contoh
nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan oleh apendisitis,
sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark usus  lebih umum
terjadi  pada bayi (Graff LG, Robinson D, 2001).

C. ETIOLOGI
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun penyebabnya
gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah abdomen. Secara
garis besar, akut abdomen dapat disebabkan oleh infeksi atau inflamasi, oklusi
obstruksi, dan perdarahan. Keadaan infeksi atau peradangaan misalnya pada
kasus apendisitis, kolesistitis, atau penyakit Crohn. Keadaan oklusi obstruksi
misalnya pada kasus hernia inkaserata atau volvulus. Sedangkan keadaan

3
perdarahan misalnya pada kasus trauma organ abdominal, kehamilan ektopik
terganggu, atau rupture tumor (Sinha, 2010).

Menurut survei World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir pasien


dengan nyeri akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis (10%),
obstruksi usus halus (4%), keadaan akut ginekologi (4%), pancreatitis akut
(3%), colic renal (3%), perforasi ulkus peptic (2,5%) atau diverticulitis akut
(1,5%) (Scaglione, 2012).

D. ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN

Bagian abdomen sering dibagi menjadi 9 regio maupun 4 kuadran.

Pembagian berdasarkan 9 regio:


a) Regio hipokondriak kanan
b) Regio epigastrika
c) Regio hipokondriak kiri
d) Regio lumbal kanan
e) Regio umbilicus

4
f) Regio lumbal kiri
g) Regio iliaka kanan
h) Regio hipogastrika
i) Regio iliaka kiri

Pembagian berdasarkan 4 kuadran:


a) Kuadran kanan atas
b) Kuadran kiri atas
c) Kuadran kanan bawah
d) Kuadran kiri bawah

Perkembangan dari anatomi rongga perut dan organ-organ visera


mempengaruhi manifestasi, patogenesis dan klinis dari penyakit abdominal
peritoneum, dan persarafan sensoris viseral sangat penting untuk evaluasi
acute abdominal disease (Gray, 1997).

Setelah 3 minggu perkembangan janin, usus primitif terbagi menjadi foregut,


midgut, dan hindgut. Arteri mesenterika superior menyuplai dari ke midgut
(bagian keempat duodenum sampai midtransversal kolon). Foregut meliputi
faring, esofagus, lambung, dan proksimal duodenum, sedangkan hindgut
terdiri dari kolon distal dan rektum. Serabut aferen yang menyertai suplai
vaskuler memberikan persarafan sensoris pada usus dan terkait peritoneum
viseral. Sehingga, penyakit pada proksimal duodenum (foregut) merangsang
serabut aferen celiac axis menghasilkan nyeri epigastrium. Rangsangan di
sekum atau apendiks (midgut) mengaktifkan saraf aferen yang menyertai arteri
mesenterika superior menyebabkan rasa nyeri di periumbilikalis, dan penyakit
kolon distal menginduksi serabut saraf aferen sekitar arteri mesenterika
inferior menyebabkan nyeri suprapubik. Saraf prenikus dan serabut saraf
aferen setinggi C3, C4, dan C5 sesuai dermatom bersama-sama dengan arteri
prenikus mempersarafi otot-otot diafragma dan peritoneum sekitar diafragma.
Rangsangan pada diafragma menyebabkan nyeri yang menjalar ke bahu.
Peritoneum parietalis, dinding abdomen, dan jaringan lunak retroperitoneal

5
menerima persarafan somatik sesuai dengan segmen nerve roots
(Diethelm,1997).

Persarafan organ abdominal

Peritoneum parietalis kaya akan inervasi saraf sehingga sensitif terhadap


rangsangan. Rangsangan pada permukaan peritoneum parietal akan
menghasilkan sensasi yang tajam dan terlokalisir di area stimulus. Ketika

6
peradangan pada viseral mengiritasi pada peritoneum parietal maka akan
timbul nyeri yang terlokalisir. Banyak "peritoneal signs" yang berguna dalam
diagnosis klinis dari acute abdominal pain. Inervasi dual-sensorik dari kavum
abdomen yaitu serabut aferen viseral dan saraf somatik menghasilkan pola
nyeri yang khas yang membantu dalam diagnosis. Misalnya, nyeri pada
apendisitis akut nyeri akan muncul pada area periumbilikalis dan nyeri akan
semakin jelas terlokalisir ke kuadran kanan bawah saat peradangan
melibatkan peritoneum parietal. Stimulasi pada saraf perifer akan
menghasilkan sensasi yang tajam, tiba-tiba, dan terlokalisir dengan baik.
Rangsangan pada saraf sensorik aferen intraperitoneal pada acute abdominal
pain menimbulkan nyeri yang tumpul (tidak jelas pusat nyerinya), nyeri tidak
terlokalisasi dengan baik, dengan onset gradual/ bertahap dan durasi yang
lebih lama. Nervus vagus tidak mengirimkan impuls nyeri dari usus. Sistem
saraf aferen simpatik mengirimkan nyeri dari esofagus ke spinal cord. Saraf
aferen dari kapsul hepar, ligamen hepar, bagian central dari diafragma, kapsul
lien, dan perikardium memasuki sistem saraf pusat dari C3 sampai C5. Spinal
cord dari T6 sampai T9 menerima serabut nyeri dari bagian diafragma perifer,
kantong empedu, pankreas, dan usus halus. Serabut nyeri dari colon,
appendik, dan visera dari pelvis memasuki sistem saraf pusat pada segmen
T10 sampai L11. Kolon sigmoid, rektum, pelvic renalis beserta kapsulnya,
ureter dan testis memasuki sistem saraf pusat pada T11 dan L1. Kandung
kemih dan kolon rektosigmoid dipersarafi saraf aferen dari S2 sampai S4.
Pemotongan, robek, hancur, atau terbakar biasanya tidak menghasilkan nyeri
di visera pada abdomen. Namun, peregangan atau distensi dari peritoneum
akan menghasilkan sensasi nyeri. Peradangan peritoneum akan menghasilkan
nyeri viseral, seperti halnya iskemia. Kanker dapat menyebabkan
intraabdominal pain jika mengenai saraf sensorik. Abdominal pain dapat
berupa viseral pain, parietal pain, atau reffered pain. Visceral pain bersifat
tumpul dan kurang terlokalisir dengan baik, biasanya di epigastrium, regio
periumbilikalis atau regio suprapubik. Pasien dengan nyeri viseral mungkin
juga mengalami gejala berkeringat, gelisah, dan mual. Nyeri parietal atau
nyeri somatik yang terkait dengan gangguan intraabdominal akan

7
menyebabkan nyeri yang lebih inten dan terlokalisir dengan baik. Referred
pain merupakan sensasi nyeri dirasakan jauh dari lokasi sumber stimulus yang
sebenarnya. Misalnya, iritasi pada diafragma dapat menghasilkan rasa sakit di
bahu. Penyakit saluran empedu atau kantong empedu dapat menghasilkan
nyeri bahu.

Distensi dari small bowel dapat menghasilkan rasa sakit ke bagian punggung
bawah. Selama minggu ke-5 perkembangan janin, usus berkembang diluar
rongga peritoneal, menonjol melalui dasar umbilical cord, dan mengalami
rotasi 180○ berlawanan dengan arah jarum jam. Selama proses ini, usus tetap
berada di luar rongga peritoneal sampai kira-kira minggu 10, rotasi
embryologik menempatkan organ-oragan visera pada posisi anatomis dewasa,
dan pengetahuan tentang proses rotasi semasa embriologis penting secara
klinis untuk evaluasi pasien dengan acute abdominal pain karena variasi
dalam posisi (misalnya, pelvic atau retrocecal appendix) (Buschard K, 1993).

E. PATOFISIOLOGI

Nyeri viseral

Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang
menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka
terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau
penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan
tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi
yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada
kolik atau radang pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang
mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak
nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk
menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut juga nyeri sentral
(Sjamsuhidajat et all,2004).

8
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung,
duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu
hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu
usus halus usus besar sampai pertengahan kolon transversum yang
menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya
adalah hindgut yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon
sigmoid yang menimbulkan nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak disertai
dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga
penderita biasanya dapat aktif bergerak(Sjamsuhidajat , dkk., 2004).

Nyeri somatik

Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding
perut. Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk
dengan tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri
dapat berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang (Sjamsuhidajat
dkk., 2004).

Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang


peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun
gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas
nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis
akut. Setiap gerakan penderita, baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas
yang dalam atau batuk, juga akan menambah intensitas nyeri sehingga
penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal
dan menahan batuk (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

Nyeri alih

Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke
bawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh
perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada

9
kolestitis akut, nyeri dirasakan pada daerah ujung belikat. Abses dibawah
diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada permukaan limpa
atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik
pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia
mayora pada wanita atau testis pada pria (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

Nyeri proyeksi

Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri
phantom setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster.
Radang saraf pada herpes zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di
dinding perut sebelum gejala tau tanda herpes menjadi jelas (Sjamsuhidajat,
dkk., 2004).

Hiperestesia

Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan


pada rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan
pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum
parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga
penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu
terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan
peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit
setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa nyeri
kontinyu atau nyeri kolik (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

Nyeri kontinyu

Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus


menerus karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada
saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot

10
dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi
bagian yang meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat
(Sjamsuhidaja, dkk., 2004).

Nyeri kolik

Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini
timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena
kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul (Sjamsuhidajat, dkk.,
2004).

Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan,
penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan
nyeri perut yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa.

Nyeri iskemik

Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan
tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam
nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia,
keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan
nekrosis.

F. PENEGAKKAN DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu


permulaan nyerinya, letaknya, keparahannya dan, perubahannya, lamanya
dan faktor yang mempengaruhinya. Adakah riwayat keluhan serupa.

Muntah sering didapatkan pada pasien akut abdomen. Pada obstruksi usus
tinggi, muntah tidak akan berhenti dan bertambah berat. Konstipasi

11
didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum. Nyeri
tekan didapatkan pada iritasi peritoneum. Jika ada radang peritoneum
setempat ditemukan tanda rangsang peritoneum yang sering disertai defans
muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi daur haid, dan gejala lain
seperti keadaan sebelum serangan akut abdomen harus dimasukkan dalam
anamnesis (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

Letak nyeri perut

Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya sama dengan asal
organ tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik
biasanya dekat dengan organ sumber nyeri sehingga relatif mudah
menentukan penyebabnya. Nyeri pada anak presekolah sulit ditentukan
letaknya karena mereka selalu menunjuk daerah sekitar pusat bila ditanya
tentang nyerinya. Anak yang lebih besar baru dapat menentukan letak
nyeri (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

Sifat nyeri

Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan
nyeri yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri
dapat membantu menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke
pinggang dan ke arah belikat, nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke
bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan pada
diafragma (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

Permulaan nyeri dan intensitas nyeri

Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan


sumber nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah
menjadi hebat, tetapi dapat pula bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya
pada perforasi organ berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia

12
akan dirasakan lebih cepat dibandingkan proses inflamasi. Demikian juga
intensitas nyerinya. Sesorang yang sehat dapat pula tiba-tiba langsung
merasakan nyeri perut hebat yang disebabkan oleh adanya sumbatan,
perforasi atau pluntiran. Nyeri yang bertahap biasanya disebabkan oleh
proses radang, misalnya pada kolesistitis atau pankreatitis.

Posisi pasien

Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada


pankreatitis akut pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada
tulang belakang, panggul dan lutut. Kadang penderita akan duduk
bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan lutut. Pasien dengan abses hati
biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan menekan daerah perut
bagian atas seakan-akan menggendong absesnya. Appendisitis akut yang
letaknya retrosaekum mendorong penderitanya untuk berbaring dengan
fleksi pada sendi panggul sehingga melemaskan otot psoas yang teriritasi.
Akut abdomen yang menyebabkan diafragma teritasi akan menyebabkan
pasien lebih nyaman pada posisi setengah duduk yang memudahkan
bernafas. Penderita pada peritonitis lokal maupun umum tidak dapat
bergerak karena nyeri, sedangkan pasien dengan kolik terpaksa bergerak
karena nyerinya (Sjamsuhidajat, dkk., 2004).

2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut


nadi, pernafasan, suhu badan dan sikap berbaring. Gejala dan tanda
dehidrasi, perdarahan, syok dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.

Inspeksi

Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak


rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus
(Darm-steifung). Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen.
Keadaan nutrisi penderita. Cullen’s sign (daerah kebiruan pada

13
periumbilical) dan grey turner’s sign (daerah kebiruan pada bagian flank)
merupakan tanda pancreatitis

Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps


omentum atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar
ditemukan tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan
berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya

14
perubahan pada pemeriksaan fisik. Pada ileus obstruksi terlihat distensi
abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-
kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung).

Palpasi

Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular rigidity/


defense musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan bertambah saat
palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas. Pada peitonitis
lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan dan daerah penekanan
dinding abdomen. defense musculaire/ muscular rigidity ditimbulkan
karena rasa nyeri peritonitis diffusa dan rangsangan palpasi bertambah
sehingga terjadi defense musculaire.

Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan
nyeri tekan. Ada beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi
dalam di perut bagian kanan atas menyebabkan nyeri hebat dan
berhentinya nafas sesaat) untuk cholecystitis, rovsing sign (nyeri di perut
kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping kiri) pada
appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada appendicitis dan nyeri
lepas di hampir seluruh bagian perut pada kasus peritonitis. Palpasi pada
kasus akut abdomen memberikan rangsangan peritoneum melalui
peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari
luasnya daerah yang terkena iritasi.

Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar teraba


lunak, atau ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan di
daerah epigastrik dapat berupa kanker lambung atau pancreas.

Perkusi

Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu perasaan nyeri
oleh ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan bunyi timpani
karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan gas karena
ileus obstruksi letak rendah. Pekak hati yang menghilang merupakan tanda

15
khas terjadinya perforasi (tanda pneumoperitoneum, udara menutupi pekak
hati).

Auskultasi

Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang saluran


pencernaan dan sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi kuantitas
dan kualitasnya.

Data ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan
dievaluasi untuk konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba
untuk menipu dokter mereka, beberapa mungkin melebih-lebihkan
keluhan rasa sakit mereka sehingga tidak dapat diabaikan atau dianggap
enteng.

Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya murmur pada auskultasi caput


medusa pasien dengan hipertensi portal, akibat rekanalisasi dari vena
umbilical dengan aliran balik dari vena porta.

Rectal Toucher

Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari telunjuk juga
merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya trauma rektum
atau keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba tumor.

Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis


usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan
pada obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah
informasi kemungkinan kelainan di organ ginekologis (Sjamsuhidajat,
dkk., 2004).

3. Pemeriksaan Penunjang

16
a. Pemeriksaan laboratorium

1) Pemeriksaan darah rutin


Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan
terjadinya perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan
pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura
lienalis.
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.

2) Pemeriksaan urine rutin


Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital.

b. Pemeriksaan radiologi

1) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak
untuk menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma
pada thoraks.
Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma
atau adanya gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia
diafragmatika.

2) Plain abdomen foto tegak


Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,
udara bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum,
perubahan gambaran usus.

17
3) IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal.

4) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan


Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang
belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.

Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri akut


abdomen (Cartwright, 2008).

Lokasi nyeri Pencitraan


Kuadran kanan atas Ultrasonografi
Kuadran kiri atas CT
Kuadran kanan bawah CT dengan media kontras IV
Kuadran kiri bawah CT dengan media kontras IV dan oral
Suprapubis Ultrasonografi

c. Pemeriksaan khusus

1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl
0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi.

2) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya.

3) Rektosigmoidoskopi

18
Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan
rektosigmoidoskopi.

4) NGT
Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang
keluar dari lambung pada trauma abdomen.
Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan
analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalah-
masalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian
dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan.

G. DIAGNOSIS BANDING
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut
dengan kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya
pada anamnesis nyata bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau
disertai dengan mual atau muntah. Kelainan perut umumnya tidak mulai
dengan panas tinggi atau menggigil (kecuali pada apendisitis dan tifus
abdominalis), sedangkan panas tinggi yang disertai menggigil lazim
ditemukan sebagai tanda awal kelainan akut toraks seperti pleuritis. Pada
pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda rangsangan peritoneum.
Nyeri perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan saluran
kemih. Radang akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau
gumpalan darah) mungkin menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen.

19
Kwandran kanan atas: Kwandran kiri atas:
1. Cholecystitis acute 1. Ruptur lienalis
2. Perforasi tukak duodeni 2. Perforasi tukak lambung
3. Pancreatitis acute 3. Pancreatitis acute
4. Hepatitis acute 4. Ruptur aneurisma aorta
5. Acute congestive hepatomegaly 5. Perforasi colon (tumor/corpus
6. Pneumonia + pleuritis alineum)
7. Pyelonefritis acute 6. Pneumonia + pleuritis
8. Abses hepar 7. Pyelonefritis acute
8. Infark miokard akut

Paraumbilical:
1. Ileus obstruksi
2. Appendicitis
3. Pancreatitis acute
4. Trombosis A/V mesentrial
5. Hernia Inguinalis strangulata
6. Aneurisma aorta yang pecah
7. Diverculitis (ileum/colon)

Kwandran kanan bawah: Kwandran kiri bawah:


1. Appendicitis 1. Sigmoid diverculitis
2. Salpingitis acute 2. Salpingitis acute
3. Graviditas axtra uterine yang pecah 3. Graviditas axtra uterine yang pecah
4. Torsi ovarium tumor 4. Torsi ovarium tumor
5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata 5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata
6. Diverticulitis Meckel 6. Perforasi colon descenden (tumor,
7. Ileus regionalis corpus alineum)
8. Psoas abses 7. Psoas abses
9. Batu ureter (kolik) 8. Batu ureter (kolik)

20
Perkiraan penyebab berdasarkan fakta bahwa patologi struktur yang mendasari di setiap
regio cenderung memberikan nyeri perut maksimal di regio tersebut.

Right hypocondriac Epigastric Left hypocondriac


Right lower lobe Left lower lobe
Pancreatitis
pneumonia/embolism pneumonia/embolism
Cholecystitis Gastritis Large bowel obstruction
Biliary colic Pepti colic
Myocardial
Hepatitis
infarction

Right lumbar Umbilical Left lumbar


Small bowel
Renal colic Renal colic
obstruction
Appendicitis Intestinal ischaemia Large bowel obstruction
Aortic aneurysm
Gastroenteritis
Crohn’s disease

Right iliac Hypogastric Left Iliac


Appendicitis Cystitis Sigmoid diverticulitis
Crohn’s disease Urinary Retention Left tubo-ovarian pathology
Right tubo-ovarian pathology Dysmenorrhea
Endometriosis

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan dari penatalaksanaan Akut abdomen antara lain, adalah :


1) Penyelamatan jiwa penderita
2) Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat
pencemaan penderita.

21
Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :
1) Tindakan penanggulangan darurat
a) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan
kardiovaskuler yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita.
Bila sistim vital penderita sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan.
b) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika.

2)Tindakan penanggulangan definitif Tujuan pengobatan di sini adalah :


a) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
b) Meminimalisasi cacad yang mungkin terjadi dengan cara :
o Menghilangkan sumber kontaminasi.
o Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan
membersihkan rongga peritoneum.
o Mengembalikan kontinuitaspassage usus dan menyelamatkan
sebanyak mungkin usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat
fisiologis.

Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga
abdomen yang dinamakan laparotomi.

Laparotomi eksplorasi darurat


a) Tindakan sebelum operasi
1) Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus
stabil. Bila ini tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat
besar, dilaksanakan operasi langsung untuk menghentikan sumber
perdarahan.
2) Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3) Pemasangan dauer-katheter
4) Pemberian antibiotika secara parenteral pads penderita dengan
persangkaan perforasi usus, shock berat atau trauma multipel.

22
5) Pemasangan thorax-drain pads penderita dengan fraktur iga,
haemothoraks atau pneumothoraks.
b) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median
panjang.
c) Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
1) Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
2) Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan
berasal dari organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon
abdomen untuk sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan
dengan penggunaan klem vaskuler. Perdarahan dari vena besar
dihentikan dengan penekanan langsung.
3) Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan
kesempatan pads anestesi untuk memperbaiki volume darah.
4) Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang
perforasi atau reseksi usus dengan anastomosis.
5) Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl
fisiologik.
6) Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis
dari seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri
bawah dengan memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan
bursa omentalis.
7) Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan
subkutis serta kutis dibiarkan terbuka.

23
BAB III

PENUTUP

Istilah akut abdomen merupakan tanda dan gejala yang disebabkan penyakit intra
abdominal dan biasanya membutuhkan terapi pembedahan. Banyak penyakit yang
menimbulkan gejala di perut, beberapa di antaranya tidak memerlukan terapi
pembedahan, sehingga evaluasi pasien dengan nyeri abdomen harus dilakukan
dengan cermat (Brewer,1999).

Berbagai penyebab pada keadaan akut abdomen dapat berasal dari intra dan ekstra
abdomen. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh kecepatan penanganan yang
sangat tergantung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diperlukan pengetahuan yang luas, mencakup anatomi, fisiologi, pemeriksaan
fisik dasar, dan pengalaman klinis multidisiplin. Selain itu juga perlu teliti,
waspada, dan peka terhadap perkembangan dari waktu ke waktu, serta mampu
menggunakan rasio setepat mungkin .

Pada akut abdomen, apapun penyebabnya, gejala utama yang menonjol adalah
nyeri akut pada daerah abdomen. Kadang-kadang penyebab utama sudah jelas
seperti pada trauma abdomen berupa vulnus abdominis penetrans namun kadang-
kadang diagnosis akut abdomen baru dapat ditegakkan setelah pemeriksaan fisik
serta pemeriksaan tambahan berupa pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
radiologi yang lengkap dan masa observasi yang ketat.

24

Anda mungkin juga menyukai