LO 1. MM. Pembedahan
1.1. Prinsip pembedahan
A. Mengembangkan diagnosis pembedahan
Keputusan untuk melakukan pembedahan harus memenuhi beberapa
tahapan diagnosis. Seorang dokter bedah pertama harus mengidentifikasi
macam tanda dan gejala serta informasi masa lampau yang relevan;
kemudian dengan menggunakan data pasien dan data ilmiah yang ada,
dokter bedah melakukan tes hipotesis mengenai daftar penyakit yang
mungkin dan mengeliminasi yang tidak mendukung data pasien
(evidence-based science).
C. Teknik aseptis
Teknik aseptis meliputi meminimalisir kontaminasi luka oleh mikroba
patogen.
D. Insisi
Prinsip dalam melakukan insisi yaitu pisau tajam dengan ukuran yang
sesuai, melakukan goresan terus menerus, hindari memotong struktur
vital, insisi yang melewati permukaan epitel dibuat dengan pisau yang
dipegang tegak lurus, dan insisi dalam rongga mulut harus diletakkan
dengan baik.
E. Desain flap
Flap dibuat untuk memperoleh akses ke area atau untuk memindahkan
jaringan dari satu tempat ke tempat lainnya. Prinsip pembuatan flap
bertujuan untuk mencegah komplikasi flap pembedahan yaitu nekrosis,
dehiscence, dan perobekan.
F. Penanganan jaringan
Jaringan harus ditangani dengan hati hati dengan menggunakan teknik
insisi dan desain flap yang baik. Penarikan yang berlebihan atau crushing,
suhu ekstrem, pengeringan, atau penggunaakn bahan kimia nonfisiologis
dapat melukai jaringan dengan mudah.
G. Hemostatis
Pencegahan kehilangan darah dalam jumlah besar sangan penting selama
pembedahan untuk menjaga kapasitas oksigen pasien. Hematoma adalah
akibat dari perdarahan. Hematoma dapat menekan luka, menurunkan
vaskularisasi, dan berpotensi dalam mengakibatkan infeksi luka.
I. Kontrol edema
Edema timbul setelah pembedahan sebagai hasil dari luka jaringan.
Semakin besar kerusakan luka maka semakin besar pula edema, kemudian
semakin longgar jaringan ikat yang terdapat di daerah luka mengakibatkan
lebih banyak edema.
D. Kontol hemoragik
Saat pembuatan insisi, arteri dan vena berukuran kecil dapat ikut terinsisi
dan menyebabkan perdarahan. Kebanyakn pembedahan dentoalveolar
dapa menggunakan tekanan untuk mengontrol perdarahan. Namun saat
tekanan tidak menghentikan perdarahan, dapat digunakan hemostat.
E. Mengangkat tulang
Rongeur forceps digunakan untuk memotong tulang secara berulang
tanpa harus membuka instrument (karena terdapat per)
Bur dan handpiece digunakan saar melakukan pencabutan gigi
Mallet dan chisel digunakan saat mengangkat lingual tori
Bone file digunakan isaat dibunuhkan hasil akhir tulang yang halus
sepelum mencahit flap mucoperiosteal Kembali.
B. Fraktur akar yang lebih rendah dari tepi alveolus (alveolus sudah lebih
tinggi daripada sisa akar). Bila keadaan yang tidak memungkinkan
penggunaan tang, maka digunakan bein yang kecil yang dimasukkan
diantara gigi dengan tulang alveolus dan bein digerakkan kearah
mesial,distal,lingual serta menggerakkan akar kearah oklusal. Cara lain
adalah dengan membuang sedikit tulang alveolus bagian palatinal / lingual
kemudian dengan menggunakan tang sisa akar yang kecil hingga dapat
mencakupnya dan fragmen dapat diambil.
C. Fraktur lebih kecil sepertiga dari akar. Pengambilan sisa akar dapat
dilakukan dengan cara membuang tulang alveolus bagian bukal/labial
tetapi hanya secukupnya dan kemudian sisa akar dapat dikeluarkan dengan
bein
b. Kontraindikasi
Kontraindikasi sistemik
Meliputi kondisi sistemik pasien, pasien dengan leukimia atau
limfoma yang tidak terkontrol, pasien dengan penyakit jantung
yang tidak terkontrol, pasien dengan hipertensi yang tidak
terkontrol, kehamilan, dan pasien hemofilia atau pasien dengan
platelet disorder.
Kontraindikasi lokal
Ektraski pada area radiasi, gigi pada area tumor malignan,
pericoronitis atau radang akut lainnya, serta gigi dengan abses
dentoalveolar.