Anda di halaman 1dari 18

Mekanisme Penciptaan Uang Kartal oleh Bank Sentral dan Cara

Penciptaan Uang oleh Bank Umum


Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Moneter Islam
Dosen Pengampu: Cucu Susilawati, S.Sy., M.Sy.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Andi Nur Hidayat 1179220011
2. Dea Annisa 1179220017
3. Habib Mumtaz 1179220041
4. Melly Siti Maryam 1179220044
5. Widya Nur Amalia 1189220094

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019 M / 1440 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Moneter Islam pada semester 5, dengan judul  “Mekanisme Penciptaan Uang Kartal oleh
Bank Sentral dan Cara Penciptaan Uang oleh Bank Umum”.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, adanya kerja sama,
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa/i yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi. Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita
semua.

Bandung, September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................2
C. Tujuan Makalah...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Pengertian Penciptaan Uang .............................................................................................. 3
B. Mekanisme Penciptaan Uang Kartal oleh Bank Sentral ................................................ 3
C. Proses Pencetakan Uang Kartal ........................................................................................ 9
D. Cara Penciptaan Uang oleh Bank Umum ...................................................................... 10
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
A. Kesimpulan........................................................................................................................ 14
B. Saran................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam perekonomian modern, dalam suatu pemerintahan yang struktur
kelembagaannya sudah tertata dengan baik, penguasa negara menetapkan
lembaga yang mempunyai wewenang dan memegang peranan utama dalam
penciptaan uang, yang meliputi kegiatan pengeluaran dan pengedaran uang.
Mengapa demikian? Hal ini terjadi tidak lain karena keberadaan uang
dianggap mewakili keberadaan negara yang bersangkutan. Sangatlah wajar
apabila ditetapkan lembaga yang atas nama negara atau pemerintahan yang
berwenang untuk menciptakan uang. Pada umumnya, lembaga ini dikenal
sebagai otoritas moneter atau bank sentral. Dengan semakin tumbuh dan
berkembangnya suatu pemerintahan, terutama dengan semakin meningkatnya
kegiatan pereko-nomian suatu negara, keberadaan lembaga yang mengatur
hal-hal yang berkaitan dengan masalah uang tersebut semakin dibutuhkan.

Hampir setiap negara di dunia mempunyai lembaga yang bertugas


untuk melaksanakan fungsi otoritas moneter, yang salah satunya adalah
mengeluarkan dan mengedarkan uang.1 Di Indonesia fungsi tersebut sesuai
dengan undang-undang yang berlaku dilaksanakan oleh Bank Indonesia yang
merupakan bank sentral Republik Indonesia.2 Fungsi otoritas moneter di
berbagai negara pada umumnya juga dilaksanakan oleh bank sentral negara
yang bersangkutan, misalnya di Malaysia dilakukan oleh Bank Negara
Malaysia, di Thailand oleh Bank of Thailand, dan di Inggris oleh Bank of

1
Uang yang diciptakan oleh bank sentral dikenal sebagai uang primer. Berdasarkan penjelasan
dalam buletin Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, otoritas moneter adalah lembaga yang
melaksanakan pengendalian moneter dengan fungsi-fungsi: (1) mengeluarkan dan mengedarkan
uang kartal sebagai alat pembayaran yang sah, (2) memelihara dan menjaga posisi cadangan
devisa, (3) melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank-bank, dan (4) memegang kas
Pemerintah.
2
Sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Sebelum berlakunya
Undang Undang No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Departemen Keuangan Republik
Indonesia juga mengeluarkan dan mengedarkan uang sehingga pada periode tersebut Departemen
Keuangan juga termasuk sebagai otoritas moneter

1
England.3 Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa saat ini di beberapa
negara lembaga selain bank sentral juga mempunyai wewenang dalam
melaksanakan fungsi otoritas moneter. Di Amerika Serikat, selain bank
sentral (the Federal Reserve), Departemen Keuangan (Treasury Department)
juga mempunyai wewenang untuk menciptakan uang dengan pecahan logam
tertentu.4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat maka kami merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Penciptaan Uang?
2. Bagaimana Mekanisme Penciptaan Uang Kartal oleh Bank Sentral?
3. Bagaimana Proses Pencetakan Uang Kartal?
4. Bagaimana Cara Penciptaan Uang oleh Bank Umum?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Penciptaan Uang.
2. Untuk Mengetahui Mekanisme Penciptaan Uang Kartal oleh Bank Sentral.
3. Untuk Mengetahui Proses Pencetakan Uang Kartal
4. Untuk Mengetahui Cara Penciptaan Uang oleh Bank Umum.

3
Masing-masing otoritas moneter di berbagai negara tersebut mempunyai wewenang dan
tanggung jawab yang tidak sama.
4
Hubbard, R. Glenn. Money, the Financial System, and the Economy, 3rd ed. Addison-Wesley,
2002.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penciptaan Uang


Penciptaan uang adalah proses memproduksi atau menghasilkan
uang baru. Terdapat tiga cara untuk menciptakan uang; pertama dengan cara
mencetak mata uang kertas atau uang logam, kedua melalui pengadaan utang
dan pinjaman, serta ketiga melalui beragam kebijakan pemerintah, misalnya
seperti pelonggaran kuantitatif. Berbagai praktik dan regulasi untuk mengatur
produksi, pengeluaran, dan penarikanan uang, adalah perhatian utama dalam
ilmu ekonomi moneter (misalnya tentang persediaan uang, mazhab
monetarisme), dan memengaruhi berjalannya pasar keuangan dan daya beli
uang.
Bank sentral bertanggung-jawab mengukur jumlah uang beredar,
yang menunjukkan banyaknya uang yang ada pada suatu waktu tertentu.
Jumlah uang baru yang tidak diketahui penciptaannya dapat ditunjukkan
dengan cara membandingkan pengukuran-pengukuran tersebut pada waktu-
waktu yang berbeda. Perusakan atas mata uang dapat terjadi apabila uang
logam dileburkan untuk mendapatkan kembali kandungan logam mulianya.
Tindakan ini memperoleh insentif bila ternyata nilai logam yang didapat
melebihi nilai nominal uang logam, atau ketika pencetaknya menarik kembali
jaminan atas keamanannya.

B. Mekanisme Penciptaan Uang Kartal oleh Bank Sentral


Untuk menjelaskan bagaimana penciptaan uang, perlu duraikan
terlebih dahulu siapa saja pelaku dalam proses penciptaan uang. Berdasarkan
pengelompokan peranannya, secara umum dikenal tiga pelaku utama, yaitu (i)
otoritas moneter, (ii) bank umum, dan (iii) masyarakat atau sektor swasta
domestik. Pada dasarnya, ketiga pelaku tersebut berinteraksi sedemikian rupa
sehingga penyediaan (penawaran) uang oleh otoritas moneter dan bank sesuai
dengan kebutuhan (permintaan) masyarakat akan uang tersebut. Secara
sederhana dapat diuraikan: otoritas moneter menciptakan uang kartal,

3
sementara bank umum menciptakan uang giral dan uang kuasi, sedangkan
masyarakat akan menggunakan uang yang diciptakan oleh otoritas moneter
dan bank umum tersebut untuk melaksanakan kegiatan ekonomi.
Sebelum dikenal konsep otoritas moneter, hak monopoli untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang ada pada penguasa; dalam hal ini
misalnya raja (atau kerajaan). Sejalan dengan berkembangnya sistem
ekonomi dan dikenalnya sistem perbankan, konsep otoritas moneter atau bank
sentral juga mulai dikenal. Pada tahap ini hak monopoli untuk mengeluarkan
dan mengedarkan uang pada umumnya berada pada bank sentral. Sebagai
pelaksana fungsi otoritas moneter, bank sentral mempunyai wewenang untuk
mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal yang terdiri dari uang kertas dan
uang logam. Bank Indonesia akan menerbitkan uang kartal jenis kertas
maupun jenis logam berdasarkan pada faktor berikut ini :
1. Pertumbuhan Ekonomi yang Ekspansi
Keadaan perekonomian Negara sedang memerlukan penambahan jumlah
uang yang beredar. Penambahan uang beredar ini untuk menciptakan
kondisi moneter yang lebih stabil.
2. Menggantikan Uang yang Ditarik dari Peredaran di Masyarakat.
Penarikan uang beredar ini terkait dengan penerbitan uang baru,
mengganti uang yang sudah rusak, uang yang tahun penerbitannya yang
sudah lama, yang sudah banyak dipalsukan, atau faktor-faktor lain yang
mempengaruhi.

Dalam pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan uang Rupiah,


Bank Indonesia melakukan pencetakan Rupiah sesuai kebutuhan masyarakat.
Bank Indonesia senantiasa memastikan kebutuhan uang tunai masyarakat
dapat tersedia dalam jumlah yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat
waktu, dan dalam kondisi layak edar. Sebagai bagian dari siklus pengelolaan
uang, Bank Indonesia secara rutin melakukan penarikan uang yang tidak
layak edar di masyarakat dan menggantikannya dengan uang dalam kondisi
layak edar atau yang baru dicetak. Demikian pula, seperti contohnya uang
Rupiah Tahun Emisi 2016 dicetak dan diedarkan untuk menggantikan uang

4
tidak layak edar yang ditarik, sehingga tidak menambah jumlah uang yang
beredar di masyarakat. Dengan siklus tersebut, jumlah uang yang beredar di
masyarakat tetap terjaga sesuai kebutuhan. Dengan monitoring yang ketat,
Bank Indonesia memastikan bahwa jumlah uang yang ditarik dan
dimusnahkan dari waktu ke waktu tidak pernah lebih dari yang dicetak dan
diedarkan ke masyarakat.

Bank Indonesia meyakini bahwa Bank Indonesia merupakan satu-


satunya lembaga yang melakukan pengedaran dan penarikan uang Rupiah.
Pemusnahan uang diatur dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2011 tentang
Mata Uang, dan setiap tahunnya tercatat dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia. Sesuai Undang-Undang No. 7 Tahun 2011, pencetakan Rupiah
dilakukan oleh Bank Indonesia, dengan menunjuk badan usaha milik negara,
yaitu Perum Peruri, sebagai pelaksana Pencetakan Rupiah. PERUM PERURI
atau Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia adalah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang ditugasi untuk mencetak uang rupiah
(baik uang kertas maupun uang logam) bagi Republik Indonesia.

PERUM PERURI didirikan pada tanggal 15 September 1971, dan


merupakan gabungan dari dua Perusahaan yaitu PN. Pertjetakan Kebajoran
atau PN. PERKEBA, dan PN. Artha Yasa. Pendirian ini sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor : 60 tahun 1971, selanjutnya diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor: 25 tahun 1982, kemudian diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2000 dan disempurnakan untuk
terakhir kalinya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2006. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2006. Selain mencetak uang
rupiah Republik Indonesia, tugas dan wewenang PERUM PERURI adalah
untuk mencetak lima produk unggulan, yakni uang Republik Indonesia yang
meliputi uang kertas dan uang logam, paspor RI, pita cukai, meterai dan
sertifikat tanah. Setiap produk yang dicetak oleh Perum Peruri mempunyai
ciri khusus yang mengutamakan segi-segi pengamanan, mengingat dokumen
tersebut merupakan dokumen negara yang sangat vital.

5
Dalam proses pencetakan, Bank Indonesia menyerahkan bahan
uang kepada Perum Peruri dalam jumlah tertentu. Perum Peruri kemudian
melaksanakan pencetakan uang dan menyerahkannya kembali ke Bank
Indonesia, dengan jumlah sesuai dengan bahan uang yang diserahkan oleh
Bank Indonesia. Dalam proses ini, dilaksanakan pula verifikasi/penghitungan
ulang oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, Perum Peruri selalu
memfokuskan unsur-unsur sekuriti atau security feature pada setiap produk
cetakannya..

Dalam setiap penerbitan uang diperlukan suatu perencanaan yang


matang dan komprehensif agar uang yang diterbitkan memiliki mutu yang
baik, dan diupayakan agar kepercayaan masyarakat terhadap uang tetap
terjaga. Perencanaan yang terkait langsung dengan pengedaran uang, antara
lain meliputi: perencanaan penerbitan uang emisi baru. Dalam perencanaan
penerbitan uang baru ini juga dilakukan pengkajian terhadap persyaratan fisik
uang agar memberi kenyamanan dalam penggunaan, mudah dikenali ciri
keasliannya, tahan lama, dan sulit dipalsukan. Berikut penjelannya:

1) Kenyamanan dalam penggunaan


Uang rupiah yang hendak diterbitkan nantinya mampu memberikan
kenyamanan bagi pengguna, para kasir, juru parkir, dan lapisan
masyarakat lainnya. Untuk dapat memenuhi karakteristik ini, uang
haruslah mempunyai sifat – sifat dibawah ini:
- Kepraktisan, yakni uang tersebut mudah disimpan di dalam saku atau
dompet uang maupun pada alat penyimpan uang di perbankan yang
sudah standar atau lazim digunakan;
- Kemudahan, yakni uang memiliki spesifikasi teknis yang tidak
menyulitkan untuk digunakan pada peralatan-peralatan kas, vending
machine, ATM, dan sebagainya. Masyarakat juga tidak akan
mengalami kesulitan untuk membedakan antara pecahan yang satu
dengan pecahan lainnya.

6
- Mudah Dikenali
Setiap jenis uang dengan berbagai pecahannya hendaklah mudah
dikenali secara cepat oleh masyarakat, termasuk penyandang tuna
netra. Masyarakat juga tidak akan mengalami kesulitan untuk
membedakan antara pecahan yang satu dengan pecahan lainnya.
Perbedaan warna dan disain uang masing-masing pecahan dibuat
dengan jelas termasuk ukurannya, terutama pada uang logam.
2) Tahan Lama
Spesifikasi uang direncanakan sedemikian rupa untuk menghasilkan
uang rupiah yang tahan lama, tidak mudah sobek, dan tidak cepat
lusuh. Dengan demikian, uang rupiah yang dikeluarkan akan memiliki
usia edar yang cukup panjang di masyarakat. Usia edar ini memiliki
arti penting karena akan berpengaruh kepada kesegaran dan
kebersihan uang yang dipegang
oleh masyarakat.
3) Sulit dipalsukan
Bank Sentral selaku otoritas pengedaran uang senantiasa
mengantisipasi tindak kejahatan pemalsuan uang. Kemampuan
pemalsu berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi di
bidang percetakan, electronic scanners, color management software
dan color printers, fotocopy, dan piranti cetak lainnya. Perlu disadari
bahwa tidak ada pemalsuan uang yang sempurna dan tidak ada pula
disain uang yang begitu sempurna tahan sepenuhnya terhadap
pemalsuan. Oleh karena itu, ketahanan uang terhadap upaya
pemalsuan merupakan suatu perpaduan antara kualitas disain uang,
unsur pengaman (security features), dan proses cetak yang sedemikian
rupa sehingga relatif tidak mudah dipalsukan.

7
Adapun khusus mengenai perencanaan uang logam, pada
umumnya akan diperhatikan karakteristik tertentu yang khas pada uang
logam, antara lain:
1) Setiap pecahan uang logam mudah dikenali baik secara visual maupun
secara perabaan. Hal ini memungkinkan uang tersebut tetap dapat
dikenali di tempat yang gelap/malam hari maupun bagi orang tuna
netra atau cacat.
2) Uang logam yang diterbitkan harus sedemikian rupa agar dapat
diterima oleh masyarakat, tahan lama dan tidak mengandung zat kimia
yang membahayakan (jika tanpa sengaja tertelan oleh anak-anak).
Oleh karena itu, para pembuat uang logam menerapkan berbagai
macam uji laboratoris guna memastikan terpenuhinya syarat-syarat
tersebut.
3) Uang logam logam diusahakan tidak terlalu besar atau terlalu berat.
Acuan ini dimaksudkan untuk menghindari agar tidak menimbulkan
kesulitan bagi pengguna yang memerlukan dalam jumlah banyak dan
tidak merusak saku.
4) Lazimnya, ukuran uang memiliki diameter tidak kurang dari 17mm
dan tidak lebih dari 30mm. Untuk menghindari nilai bahan lebih
tinggi dibanding nilai nominal, maka uang logam mungkin ditetapkan
dalam bentuk yang kecil dan ringan. Namun demikian, juga akan
dihindari bentuk yang terlalu kecil dan ringan karena akan mudah
hilang. Pada umumnya uang logam dikatakan terlampau besar apabila
memiliki diameter lebih dari 30mm dan terlalu kecil jika diameternya
kurang dari 17 mm. Pada umumnya bentuk uang logam adalah bulat
tetapi ada juga yang tidak bulat. Biasanya bentuk uang logam yang
tidak bulat menimbulkan kesulitan untuk digunakan pada telepon
maupun peralatan kas. Di samping itu, pada pinggir uang logam ada
yang diberi gerigi ataupun tidak bergerigi. Untuk memperkecil berat
logam dengan tetap mempertahankan ukurannya, pada uang logam
dimungkinkan pula diberi rongga (lobang) di tengahnya.

8
C. Proses Pencetakan Uang Kartal
1. Proses pertama yang dilakukan adalah melakukan pengukiran pelat
yang merupakan dasar untuk pencetakan uang kertas, proses tersebut
dinamai engraving. Pada bagian ini, mesin-mesin pencetak pelat lebih
mendominasi dibandingkan dengan Sumber Daya Manusia (SDM)
nya. Ini adalah proses yang mencakup pembuatan desain dan gambar
baku. Proses tersebut dilakukan oleh Peruri dengan rekomendasi
gambar yang diberikan BI.  Untuk membuat desain saja, butuh waktu
2-3 bulan, karena gambar yang ada di proses engraving itu bukan
sembarang gambar, namun gambar yang dibuat dari garis-garis murni
yang dibuat menggunakan komputer.
2. Selanjutnya, uang akan mulai pada tahap cetak awal. Pada proses ini
gambar dimasukkan saling isi atau rectoverso. Rectoverso atau
gambar saling isi penggunaannya bertujuan sebagai unsur pengaman
uang kertas Rupiah untuk melindungi dari tindak pemalsuan. Proses
pada tahap kedua ini menjadi yang paling rumit, sebab uang yang
telah dicetak harus didiamkan selama 2x24 jam di tambah 8 jam
sebelum masuk tahap selanjutnya. Pada bagian ini juga ruangan
kerjanya hanya didominasi mesin-mesin dengan ukuran yang cukup
besar.
3. Setelah itu, uang akan masuk pada proses intaglio atau proses
pencetakan kembali untuk bagian depan dan juga bagian belakang. Di
sini, mesin salah satunya akan mencetak warna hologram pada uang.
4. Setelah proses tersebut, pencetakan uang berlanjut ke proses
penyimpanan dan inspeksi. Dalam proses inspeksi ini akan diketahui
mana uang yang layak edar ataupun yang tidak. Yang tidak layak edar
biasanya karena tinta tidak rata, pewarnaan tidak sempurna ataupun
kertas yang terlipat. Uang-uang tersebut akan ditandai dan dibolongi
agar tak beredar.  Rata-rata yang gagal itu 10%.
5. Setelah itu, proses selanjutnya adalah proses numbering, atau
pemberian nomor pada uang yang telah dicetak, kemudian kembali

9
lagi dilakukan inspeksi, manakala ada uang-uang yang salah cetak
nomor seri. Uang kertas yang melalui proses tersebut masih berupa
bilyet dengan cetakan dalam kertas besar, kira-kira sebesar dua
halaman koran, atau 45 lembar uang kertas.  Setelah proses tersebut,
barulah uang-uang yang masih dalam bentuk lembaran kertas besar itu
dipotong-potong menggunakan mesin dan disusun dan di-pack. 
6. Lalu setelah itu manual finishing dan packaging.
Manual finishing dilakukan karyawan Peruri yang mana bertugas
untuk memeriksa, menyusun, dan menumpuk uang-uang kertas
tersebut agar siap dikirim ke BI, termasuk uang-uang yang gagal tadi.
Dari keseluruhan, butuh waktu hingga 6 hari untuk menyelesaikan
prosesnnya.  Bahan baku berupa kertas khusus yang hanya diperoleh
dari BI. Sehingga cetakan uang tak bisa ditambah atau dikurangi. Oleh
karena itu, uang yang gagal produksi pun harus dikirimkan ke BI.
Bagi uang yang telah sempurna, maka masuk dalam proses
pemotongan yang sekaligus pengemasan dalam bentuk gepokan.
Setelah itu, uang baru dikirim ke Bank Indonesia untuk disebarkan ke
masyarakat.

D. Penciptaan Uang oleh Bank Umum


Bank umum atau Commercial Bank merupakan lembaga keuangan
yang dalam melakukan usahanya dapat menciptakan uang giral, dan uang
kuasi. Mekanisme penciptaan uang giral berawal ketika nasabah menyimpan
dananya di bank ketika nasabah menyimpan dananya di bank dalam bentuk
rekening tabungan, deposito, giro atau rekening koran. Melalui transaksi ini,
dana yang diterima bank dapat disalurkan dalam bentuk kredit kepada
nasabah atau debitur baik perorangan atau perusahaan.

10
Terjadinya penciptaan uang giral dan kuasi pada bank umum dapat
melalui tiga mekanisme berikut:

1. Mekanisme Substitusi
Penciptaan uang ini terjadi karena nasabah menyimpan uang kartalnya
pada bank dalam bentuk rekening seperti rekening tabungan, rekening
deposito, rekening giro, dan rekening koran. Ketika bank menerbitkan
rekening-rekening tersebut, maka secara otomatis bank tersebut telah
menciptakan uang giral dan kuasi. Penciptaan uang ini tidak menambah
uang beredar. Uang giral dan kuasi bertambah, namun uang kartal
berkurang.
2. Mekanisme Transformasi
Penciptaan uang terjadi karena bank umum mendiskonto wesel atau
membeli surat berharga dari nasabah dan membukukan nilai wesel yang
didiskonto atau surat berharga yang dibeli tersebut kedalam rekening
tabungan, deposito atau giro atas nama nasabah. Penciptaan ini tidak
merubah jumlah uang beredar.
3. Mekanisme Pemberian Kredit
Penciptaan uang terjadi karena bank umum memberikan kredit kepada
nasabah atau perusahaan dan kredit tersebut dipindah bukukan ke dalam
bentuk rekening koran atau rekening giro nasabah. Terjadi penciptaan
uang giral senilai kredit yang diberikan tersebut. Penciptaan uang ini
menambah jumlah uang beredar di masyarakat sebesar nilai kredit yang
dikeluarkan bank.

Untuk menggambarkan proses penciptaan uang oleh bank-bank


umum dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa asumsi sebagai
berikut:
1. Ketentuan reserve requirement (RR) 5 %
2. Semua loanable funds yaitu dana setelah dikurangi RR, disalurkan dalam
bentuk kredit.
3. Setiap transaksi menggunakan cek.

11
4. Semua transaksi dalam bentuk giro.
5. Simpanan giro pertama sebesar Rp. 1 juta dan disimpan pada Bank Umum

Proses transaksi untuk penciptaan uang oleh bank umum


perekonomian dengan menggunakan asumsi di atas dimulai dengan simpanan
nasabah dalam bentuk Giro pada Bank A sebesar Rp. 1 juta. Untuk memenuhi
ketentuan Bank Umum A menahan sebesar Rp. 50 ribu (5 % x Rp. 1 juta)
sebagai cadangan. Sisanya sebesar Rp. 950 ribu yang dalam hal ini adalah
loanable funds dipinjamkan kepada nasabahnya.

Selanjutnya, nasabah yang mendapatkan kredit tersebut digunakan


untuk membeli kebutuhan-kebutuhanya. Pihak penjual dengan adanya
transaksi tersebut memperoleh uang yang kemudian menyetorkannya pada
rekening gironya di Bank Umum B sebesar Rp. 950 ribu. Oleh Bank Umum
B setelah menahan cadangan sebesar 5 % x Rp. 950 ribu = Rp. 47.500, sisa
dananya sebesar Rp. 902.500 kemudian dipinjamkan kepada nasabahnya.
Nasabah yang memperoleh pinjaman dari Bank Umum B
membelanjakan uangnya tersebut sebagaimana dengan nasabah Bank Umum
A sebelumnya. Oleh pihak penjual yang melakukan transaksi tersebut
disetorkan ke rekeningnya di Bank Umum C sejumlah Rp. 902.500 yang
kemudian menahan sebagian jumlah tersebut sebagai cadangan likuiditas dan
selanjutnya menyalurkannya kembali kepada debitur. Proses transaksi seperti
ini akan berulang secara terus menerus yang akan berakhir pada suatu tahap
di mana tidak ada lagi sisa cadangan likuiditas sehingga loanable funds
menjadi nihil dari jumlah simpanan giro awal.
Pada proses penciptaan uang giral oleh bank umum tersebut yang
jumlah awalnya hanya sebesar Rp. 1 juta akan menjadi 20 juta setelah melalui
proses penciptaan uang giral dengan mekanisme yang sama seperti dijelaskan
di atas. Jumlah uang giral, cadangan likuiditas, dan kredit yang diberikan
pada akhir proses penciptaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut:
D = S/r

12
Dimana:
D : Jumlah seluruh uang giral, cadangan dan kredit yang diberikan yang akan
terwujud dalam proses penciptaan uang.
S : Jumlah uang giral, likuiditas dan kredit yang diberikan yang tercipta pada
awal proses penciptaan uang
r : Ketentuan bagian uang giral (dalam persen) yang harus ditahan oleh bank
sebagai cadangan likuiditas (reserve requirement).

a. Tabungan giral : D = S/r

= 1.000.000/5% = Rp. 20.000.000

b. Cadangan wajib : D = S/r

= 50.000/5% = Rp. 1.000.000

c. Kredit yang diberikan : D = S/r

= 950.000/5% = Rp. 19.000.000

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Salah satu fungsi dari bank adalah sebagai pencipta uang. Bank
sentral atau yang biasa kita sebut dengan Bank Indonesia menciptakan uang
kartal dan Bank Umum menciptakan uang giral. Bank Indonesia akan
menerbitkan uang kartal jenis kertas maupun jenis logam berdasarkan pada 2
faktor yaitu pertumbuhan ekonomi yang ekspansi dan menggantikan uang
yang ditarik dari peredaran di masyarakat. PERUM PERURI atau Perusahaan
Umum Percetakan Uang Republik Indonesia adalah Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang ditugasi untuk mencetak uang rupiah (baik uang kertas
maupun uang logam) bagi Republik Indonesia. Mekanisme penciptaan uang
giral berawal ketika nasabah menyimpan dananya di bank dalam bentuk
rekening tabungan, deposito, giro, atau rekening Koran. Dalam hal ini dana
yang diterima oleh bank dapat disalurkan dalam bentuk kredit kepada
nasabah atau debitur baik perorangan atau perusahaan.

B. Saran
Dengan membaca makalah ini, penulis berharap pembaca bisa
mendapatkan ilmu yang baru mengenai Mekanisme Penciptaan Uang Kartal
oleh Bank Sentral dan Cara Penciptaan Uang oleh Bank Umum. Tentunya,
makalah ini jauh dari kata sempurna karena akan ditemukan banyaknya
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan maupun penyajiannya. Oleh
sebab itu, penulis berharap adanya masukan dari para pembaca agar
kekurangan dari makalah ini dapat diperbaiki.

14
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Sigalingging, Hotbin, dkk. Kebijakan Pengedaran Uang di Indonesia. Jakarta:


Pusat Pendidikan Dan Studi Kebanksentralan (Ppsk) Bank Indonesia. 2004.

Solikin, dkk. UANG (Pengertian, Penciptaan, dan Peranannya dalam


Perekonomian). Jakarta: Pusat Pendidikan Dan Studi
Kebanksentralan (Ppsk) Bank Indonesia. 2002.

Hubbard, R. Glenn. Money, the Financial System, and the Economy, 3rd ed.
Addison-Wesley, 2002

Situs Online:

https://finance.detik.com/moneter

https://porakranjau.wordpress.com

15

Anda mungkin juga menyukai