Anda di halaman 1dari 9

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

DAN
STANDAR OPERASONAL PROSEDUR (SOP)

KEGIATAN
KONFERENSI KASUS

SMK NEGERI 1 SERIRIT


Tahun 2021
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konferensi kasus (case conference)  merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap
dalam Bimbingan dan Konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli) dalam suatu
pertemuan, yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan
dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa (konseli) yaitu dengan melakukan
wawancara. Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa (konseli) harus dilakukan
konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan
pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan. Melalui konferensi
kasus, proses penyelesaian masalah siswa (konseli) dilakukan tidak hanya mengandalkan pada
konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan
berbagai pihak yang dianggap kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan
yang dihadapi siswa (konseli). Walaupun demikian, pertemuan konferensi kasus bersifat
terbatas dan tertutup.Artinya, tidak semua pihak bisa disertakan dalam konferensi kasus,
hanya mereka yang dianggap memiliki pengaruh dan kepentingan langsung dengan
permasalahan siswa (konseli) yang boleh dilibatkan dalam konferensi kasus.Begitu juga,
setiap pembicaraan yang muncul dalam konferensi kasus bersifat rahasia dan hanya untuk
diketahui oleh para peserta konferensi.

Konferensi kasus bukanlah sejenis “sidang pengadilan” yang akan menentukan


hukuman bagi siswa. Misalkan, konferensi kasus untuk membahas kasus narkoba yang
dialami siswa X. Keputusan yang diambil dalam konferensi bukan bersifat “mengadili” siswa
yang bersangkutan, yang keputusan akhirnya siswa dipaksa harus dikeluarkan dari sekolah,
akan tetapi konferensi kasus harus bisa menghasilkan keputusan bagaimana cara terbaik agar
siswa tersebut bisa sembuh dari ketergantungan narkoba.

Bimbingan dan konseling pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa,


pencegahan terhadap timbulnya masalah yang akan menghambat perkembangannya, dan
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya, baik sekarang maupun masa yang akan
datang. Sehubungan dengan target populasi layanan bimbingan dan konseling, layanan ini
tidak terbatas pada individu yang bermasalah saja, tetapi meliputi seluruh siswa.

B. Dasar Hukum
Dasar hukum penyelenggaraan kegiatan Konferensi Kasus SMK Negeri 1 Seririt adalah
sebagai berikut.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2018
tentang Stándar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah
Kejuruan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 111 tahun 2014
tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2015
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah
5. Peraturan Dirjen Pendidikan dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No.
06/D.D5/KK/2018 tahun 2018 tentang Spektrum keahlian SMK
6. Peraturan Dirjen Pendidikan dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No.
07/D.D5/KK/2018 tahun 2018 tentang Kurikulum SMK/MAK.
7. Peraturan Dirjen Pendidikan dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No.
464/D.D5/KR/2018 tahun 2018 tentang KI dan KD
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan.
9. Surat Edaran Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah No. 0820/D5.3/TU/2019 tahun 2019 tentang Panduan Penilaian SMK
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 tahun 2018 tentang penguatan
pendidikan karakter pada pendidikan formal.
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Gerakan
Literasi Sekolah (GLS)
12. Peraturan Gubernur Bali No. 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa,
Aksara dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali.
13. Undang-undang Nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat.
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen
15. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 sebagai perubahan atas peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan
16. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan
17. Permendiknas nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusi bagi peserta didik yang
memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang kurikulum 2013
SMK/MAK
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014 tentang kegiatan
ekstrakurikuler pada pendidikan dasar dan menengah
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2014 tentang pendidikan
kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2014 tentang peminatan pada
pendidikan menengah
22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 79 Tahun 2014 tentang muatan lokal
kurikulum 2013
23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran
pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
24. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 111 Tahun 2014 tentang bimbingan dan
konseling pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah
25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
26. Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2018
tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah
27. Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Mengah Nomor 07/D.D5/KK/2018 tentang
Spektrum Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
28. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2018
tentang Stándar Nasional Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah
Kejuruan
29. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Permendikbud No 46 tahun 2016 tentang Penataan Linieritas Guru
Bersertifikat Pendidik
30. Peraturan Gubernur Bali No 20 Tahun 2013 tentang Bahasa, Aksara dan sastra Daerah Bali
Pada Pendidikan Dasar dan Menengah
31. Keputusan Gubernur Bali nomor 1233/03-A/HK/2014 tentang pembentukan pokja pendidikan
inklusif masa bakti 2014-2017
32. Surat Keputusan Kepala SMK Negeri 1 Seririt Nomor 800 /0383/ SMKN1 SRRT tentang Tim
Penyusunan Silabus dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMKN 1 Seririt Tahun
Pelajaran 2020/2021

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyelenggaraan kegiatan Konferensi Kasus di sekolah adalah sebagai
berikut.
1. Memperoleh pemahaman yang lebih jelas, mendalam dan menyeluruh tentang masalah yang
dihadapi peserta didik konseli
2. Menemukan cara yang terbaik bagi pemecahan masalah yang dialami peserta didik/ konseli.
3. Mendapatkan konsistensi, apabila antara data/ informasi yang didapat oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor saling bertentangan sehingga dibutuhkan klarifikasi
4. Mendapatkan pengertian, penerimaan, persetujuan, dan komitmen peran dari para peserta
konferensi tentang masalah yang dihadapi peserta didik/ konseli.
5. Menemukan keterkaitan setiap aspek sehingga dapat dipahami semua pihak yang
berkepentingan untuk mendapatkan jalan keluar terbaik dan penanganan masalah sampai tuntas

II. PELAKSANAAN KEGIATAN


Pada Konferensi Kasus melalui tahap- tahap yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya,
antara lain:
A. Persiapan
a. Menentukan kasus yang akan dibahas berserta data
b. Mengidentifikasi orang yang dapat menjelaskan dan melengkapi data informasiyang
diperlukan
c. Guru BK atau konselor mengajukan permohonan kepada Kepala Sekolah untuk
mengundang peserta konferensi kasus
d. Menentukan notulis yang mampu merekam dan mencatat setiap pendapat peserta
konferensi
B. Pelaksanaan
a. Guru BK atau konselor mmebuka acara pertemuan dengan menyampaikan maksud dan
tujuan dilaksanakannya konferensi kasus dan permintaan komitmen, terutama tentang
kerahasiaan, dari para peserta konferensi untuk membantu mengatasi masalah yang
dihadapi peserta didik. Konseli
b. Guru BK atau konselor mendeskripsikan masalah yang dihadapi peserta didik/ konseli,
dengan terlebih dahulu menyampaikan hal- hal positif dari peserta didik/ konseli,
selanjutnya disampaikan berbagai gejala masalah dan data/ informasi yang ada, serta
upaya- upaya pengentasan yang telah dilakukan oleh guru BK atau konselor
c. Mengatur giliran pemberian tanggapan, masukan, pendapat tentang aternatif pemecahan
masalah dan memilih alternatif terbaik.
d. Merumuskan dan persetujuan serta penerimaan tugas dan peran masing- masing peserta
konferensi dalam mengupayakan pengentasan masalah yang dihadpai peserta didik/
konseli
C. Penutupan
a. Membacakan kembali rangkuman atau kesimpulan dari hasil konferensi kasus berupa
rekomendasi/ keputusan alternatif jalan keluar terbaik yang telah dipertimbangkan
bersama oleh guru BK dan para peserta konferensi kasus serta disetujui oleh peserta
didik. Konseli
b. Menegaskan kembali pembagian tugas dan peran yang harus dilakukan oleh para pihak
serta kerahasiaan dan pembahasan kasus
D. Tindak Lanjut
a. Menyusun dan melaporkan proses dan hasil konferensi kasus kepada pimpinan
sekolah secara tertulis dan lisan
b. Memantau implementasi hasil konferensi kasus serta akibat yang terjadi

III. ALOKASI ANGGARAN


Biaya penyelenggaran Kegiatan Konferensi Kasus dibebankan pada Dana Bos APBN SMK
Negeri 1 Seririt yang disediakan.

IV. PELAKSANAAN ANGGARAN


Adapun rincian pelaksanaan anggaran pada Kegiatan Konferensi Kasus akan disesuaikan
dengan kebutuhan kegiatan yang diatur berdasarkan alokasi pos pendanaan yang ada.

V. PENUTUP
Demikian kerangka kerja acuan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan kegiatan.

Seririt, Maret 2021


Mengetahui,
Kepala SMK Negeri 1 Seririt Unit Kerja Bimbingan Konseling

I Ketut Sutaya, S.Pd. Made Happy Maha Weda Wati, S.Pd.


Pembina Tk. I
NIP. 19690405 199702 1 001 NIP.
NOMOR SOP :
TANGGAL : 04 Januari 2021
PEMBUATAN
TANGGAL REVISI :
TANGGAL : 01 Pebruari 2021
EFEKTIF
DISAHKAN OLEH Kepala SMK Negeri 1
PEMERINTAH PROVINSI BALI Seririt
DINAS PENDIDIKAN KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
SMK NEGERI 1 SERIRIT
Jl. Kembang Tebel, Desa Lokapaksa, Kec. Seririt

I KETUT SUTAYA, S.Pd.


Pembina Tk. I
NIP. 196904051997021001

NAMA SOP : KONFERENSI KASUS


DASAR HUKUM KUALIFIKASI PELAKSANA

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 1. Mengetahui dengan jelas permasalahan
tentang Sistem Pendidikan Nasional. dari peserta didik/ konseli
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
2. Menemukan cara terbaik dalam
pemecahan permasalahan peserta didik/
Indonesia Nomor 34 Tahun 2018 tentang Stándar Nasional
konseli
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan / Madrasah Aliyah
Kejuruan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 82 tahun 2015 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah
KETERKAITAN PERALATAN PERLENGKAPAN

1. SOP Penanganan Siswa Bermasalah 1. Data siswa asuh


2. SOP Home Visit 2. Buku Pribadi Siswa
3. SOP Kolaborasi 3. Catatan Kejadian Konseli
4. SOP Alih Tangan Kasus 4. Rencana Pelaksanaan Konferensi Kasus
5. Laporan Konferensi Kasus

PERINGATAN PENCATATAN DAN PENDATAAN


Hasil Konferensi Kasus diharapkan bisa membantu Laporan disimpan sebagai bukti penanganan
menyelesaikan permasalahan konseli dengan mudah dan dan tindaklanjut penyelesaian permasalahan
bijak karena permasalahan dibahas secara kolaboratif peserta didik/ konseli.
dengan melibatkan pihak terkait.

Anda mungkin juga menyukai