Anda di halaman 1dari 35

83.Jenis Teknik Rebozoa.

shake Apple Tree/Goyangkan BokongMerupakan teknik dimana mengerakan


pelan-pelan bagian bokong ibu sesuai kenyamanan menggunakan selendang dan kedua tangan
menopang pada Bola gymatau dapat menggunakan kursi sofá dilapisi bantal. b.Rebozo Sifting1)Sifting
Birth Ballatau Menggunakan Balon Gym Dapat juga dengan menggunakan kursi sofa untuk
menopang dan dilapisi bantal. Teknik ini menggunakan selendang/kain/bate untuk membungkus perut,
partner/suami dapat berdiri membuka kaki lebar dan ambil posisi nyaman seperti mengayun
sepeda menggunakan selendang dengan lembut

A. 2)Sifting While Lying Down / BerbaringIbu berbaring menggunakan bantal, kepala lebih
tinggi. Bungkus bate atau selendang dibagian sekitar pinggang sampai pinggul lalu
goyangan secara perlahan dengan lembut dan hati-hati seperti mengayun. c.Langkah-
langkah Melakukan Teknik RebozoBerikut ini adalah cara menggunakan rebozo untuk
mengoptimalkan posisi bayi di masa kehamilan atau awal proses persalinan:1.Mintalah
bantuan pendamping untuk memposisikan rebozo di sekitar perut seakan
membentukhammock(tempat tidur gantung) di sekitar bayi.2.Berlututlah di depan kursi,
sofa, ataugym ball. Ibu dapat menggunakan bantal di dada dan lutut untuk
kenyamanan .Gantungkan tangandi sekitargym ball, kursi, atau sofa sehingga tidak perlu
menumpukan berat badan ke tangan Ibu. Ibu dapat merilekskan tubuh bagian atas.
namun jagalah punggung agar tetap tegak dan tidakcollapse. Jika sudah berada dalam
posisi ini, mintalah pendamping untuk membantu. 3.Mintalah pendampinguntuk berdiri
dibelakang dan memegang ujung rebozo keatas seperti memegang kendali kuda, lalu
mintalah pendamping untuk mengangkat berat perut dari punggung senyaman mungkin.

B. 104.Mintalah pendamping untuk mulai menggoyang goyangkan perut secara perlahan


lalu mulai meningkatkan kecepatannya.5.Tipsuntuk pendamping : Lakukan teknikini dengan
sedikit menekuk kaki dan tanpa menggunakan sepatu. Hal ini dapat membantu untuk lebih
dapat merasakan hubungan antara rebozo yang dipegang dengan tubuh sang
ibu.6.Dengan kecepatan yang meningkat seiring berjalannya waktu (bagi para
pendamping,jagalah kekuatan agar tetap stabil), perut menjadi bergetar. Di saat ini,
bernafaslah dengan bebas dan secara perlahan-lahan. Jika merasa tidak nyaman,
mintalah pendampinguntuk menyesuaikan kecepatanatau tekanan rebozo sampai
merasa nyaman.7.Berikanfeedback(komentar) kepada pendamping sehingga
pendamping tau apa yang nyaman bagi Ibu dan tau apa yang harus dia lakukan.
Ingatlah bahwa rebozo tidak menggosok perut, namun membawa perut
bersamanya.8.Setelah 2-5 menit, tangan pendamping mungkin akan mulai lelah. Pada
saat ini, mintalah pendamping untuk memperlambat gerakannya secara bertahap
untuk beberapa detik sampai akhirnya berhenti dan rebozo dilepaskan dari perut Ibu.
d.Kapan harus melakukan teknik rebozo dan Tidak Boleh melakukan Rebozo?a.Waktu
melakukan teknik rebozo1)Setiap minggu2)Setiap hari

C. 113)Di fase awal proses persalinan, disela sela kontraksi. Ibu dapat melakukan teknik
rebozo sesering mungkin untuk membuat Ibu menjadi lebih nyaman.b.Hal yang
dihindari untuk tidak melakukan teknik rebozo1)Hindari pengguanaan rebozo ketika ada
gejala atau resiko keguguran seperti pendarahan atau nyeri kram di bagian bawah
di awal kehamilan, mempunyai riwayat keguguran. Di kasus ini, Ibu dapat mengganti
penggunaan rebozo dengan teknikmyofascialdiaphragmatic release.2)Ketikaround
ligamentterasa kencang atau kram di pertengahan atau akhir kehamilan, di saat
saat seperti berikut, rebozo tidak akan membahayakan bayi, namun dapat
membuatrond ligamentspasme (kejang). Jadi, pada saat seperti ini, ingatlah untuk
melakukannya dengan sangat lembut.3)Jangan lakukan teknik rebozo dengan keras atau
bahkan sedang jika plasenta berada di anterior. Jikaingin melakukan rebozo,
lakukanlah dengan sangat lembut. Ingatlah untuk selalu berhati-hati. 4)Selain itu, tidak
dianjurkanuntuk menggunakan rebozo di beberapa situasi saat persalinan seperti
detak jantung janin yang tidak stabil, bayi sungsang dengan selaput ketuban yang
sudah robek dan adanya resiko terjadinyacord prolapse(tali pusar jatuh ke jalan
lahir), pendarahan yang tidak normal,placental abruption(plasenta terlepas dari uterus
sebelum bayi lahir), atau jika merasa tidak nyaman.

D. 12Sedangkan menurut Febby (2018), Meskipun relatif aman, tidak semua ibu
hamil diperbolehkan melakukan teknik ini selama persalinan. Jangan melakukan
teknik ini jika pada kehamilan: a)Mengalami plasenta previab)Memiliki riwayat
pendarahanc)Baik kehamilan dan janin sensitif terhadap gerakan.

E. 13DAFTAR PUSTAKAAmelia. 2017.Rebozodan Endorphin Massage untuk


Memperlancar Proses Melahirkan. Diakses pada 11 Nov 2017.
https://www.haibunda.com/kehamilan.Febby. 2018. Rebozo Technique: Membantu
Persalinan Lebih Nyaman dengan Kain Jarik. Diakses di
https://id.theasianparent.com/teknik-rebozo-kain-jarik.Nadina.2018.Rebozo! Cara Kreatif
untuk Lancarin Persalinan. Diakses dihttp://www.bidankita.com/rebozo-cara-kreatif-
untuk-lancarin-persalinan/2/.
A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI

Nama : Ny. P Nama : Tn. S

Umur : 36 Tahun Umur : 32 Tahun

Suku bangsa : Jawa Indonesia Suku bangsa : Jawa Indonesia

Agma : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kedawung Rt 10 Mendokan Sragen

2. ANAMNESA

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.00 WIB

a. Alasan utama datang

Ibu mengatakan datang dengan bidan karena kehamilan sudah

lewat dari perkiraan lahir. Ibu mengatakan merasa kencengkenceng sejak 13 maret 2017 pukul 17.45
WIB.

76

b. Tanda-tanda persalinan

Kontraksi sejak tanggal 13 maret 2017 pukul 17.45 WIB,

frekuensi 2x dalam 10 menit selama 25 detik, kekuatan sedang,

lokasi nyeri pada perut bagian bawah.

c. Riwayata menstruasi

1) Menarche : ibu mengatakan haid pertama 13 tahun

2) Siklus : ibu mengatakan jarak haidnya 28 hari

3) Lama : ibu mengatakan lama haidnya 7 hari

4) Banyaknya : ibu mengatakan ganti pembalut 2-3x/ hari

5) Teratur/tidak : ibu mengatakan haidnya teratur

6) Sifat darah : ibu mengatakan darah haidnya merah

encer disertai gumpalan.

7) Disminorhoe : ibu mengatakan kadang-kadang merasa


nyeri perut bagian bawah

d. Riwayat perkawinan

1) Status perkawinan : Sah, kawin 1 kali

2) Kawin/menikah : umur 27 tahun, suami umur 23 tahun

3) Lamanya : 9 tahun, anak 1 orang

e. Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu.

Tabel. 4.1 Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu

No

Tgl/Th

Partus

Tempat

partus UK

Jenis

partus

Penolong

ANAK NIFAS Keadaan

Anak

Sekarang JK BB PB Kead Laktasi

1. 2009 BPM 40+6 Spontan Bidan L 2800 48 Baik Baik Hidup

2. Hamil Sekarang

77

f. Riwayat hamil ini

1) HPHT : 20 Mei 2016

2) HPL : 27 Februari 2017

3) Keluhan-keluhan pada

Trimester I :ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester II : ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester III : ibu mengatakan merasa pegel-pegel

4) ANC 3 kali, tidak teratur, di bidan


Trimester II : 1x pada umur kehamilan 24 minggu

Trimester III : 2x pada umur kehamilan 37 dan umur

kehamilan 39 minggu

5) Penyuluhan yang pernah didapat: ibu mengatakan pernah

mendapat pendidikan kesehatan tentang tablet Fe, gizi ibu

hamil, dan body mekanik.

6) Imunisasi TT : ibu mengatakan imunisasi TT 5x.

g. Riwayat keluarga Berencana

1) Metode yang pernah dipakai yakni pil KB selama 4 tahun

2) Keluhan selama pemakaian kontrasepsi: tidak ada

h. Riwayat penyakit

1) Riwayat Penyakit sekarang

ibu mengatakan sedang tidak sakit apapun seperti batuk,

pilek, demam.

78

2) Riwayat penyakit sistemik

a) Jantung : ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri

dada sebelah kiri atau berdebar-debar,

cepat lelah, berkeringat dingin saat

beraktivitas ringan

b) Gijal : ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada

pinggang kanan/kiri

c) Asma : ibu mengatakan tidak pernah sesak napas

d) TBC : ibu mengatakan tidak pernah sakit batuk

lebih dari 15 hari

e) Hepatitis : ibu mengatakan anggota tubuhnya tidak

pernah terlihat kuning.

f) DM : ibu mengatakan tidak pernah mudah lapar/

haus/ BAK >4x di malam hari.


g) Hipertensi : ibu mengatakan tekanan darahya tidak

pernah >140/90 mmHg.

h) Epilepsi : ibu mengatakan tidak pernah kejang

i) Lain-lain : ibu mengatakan tidak memiliki peyakit

lainnya seperti HIV-AIDS, PMS

3) Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan dari keluarnya maupun keluarga suaminya

tidak memiliki riwayat penyakit menurun atau menular

79

4) Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan dari keluarnaya maupun keluarga suaminya

tidak memiliki riwayat keturunan kembar.

5) Riwayat operasi

Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi apapun.

i. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Nutrisi

a) Makan dan minum terahir pukul

Ibu mengatakan makan terahir pukul 17.00 WIB dan

minum terahir pukul 18.45 WIB

b) Jenis makanan dan minuman

Ibu mengatakan makan 1 porsi sedang (nasi, lauk, sayur)

dan minum air putih 2 gelas.

2) Personal hygiene

Ibu mengatakan ganti pakaian dalam dan mandi 2x sehari.

3) Eliminasi

a) BAB terahir pukul : 16.00 WIB

b) BAK terahir pukul : 18.00 WIB

4) Aktivitas

Ibu mengatakan semua aktivitasnya dibantu suami selama


hamil.

5) Istirahat/tidur

Ibu mengatakan tidur malam 8-9 jam dan siang 1-2 jam.

80

6) Psikososial budaya

a) Perasaan menghadapi persalinan ini

Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya

b) Kehamilan ini direncanakan/ tidak

Ibu mengatakan kehamilannya tidak direncanakan.

c) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan jenis kelamin tidak dipermasalahkan,

perempuan/ laki-laki sama saja.

d) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini

Ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dengan

kehamilannya.

e) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan hanya tinggal dengan suami dan anak

pertamanya.

f) Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak memantang makanan apapun

g) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan

Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat dalam

kehamilan ini.

7) Penggunaan obat-obatan/ jamu

Ibu mengatakan hanya minum obat dari dokter/bidan saja dan

tidak mengonsumsi jamu apapun.

81

8) Merokok (istri dan suami)

Ibu mengatakan di keluarganya tidak ada yang merokok.


3. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.05 WIB

1. Starus generalis

a. Keadaaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD: 120/80 mmHg R: 20x/menit

N : 80x/menit S: 36,7 C

d. TB : 158 cm

e. BB sebelum hamil : 65 kg

f. BB saat hamil : 70 kg

g. LILA : 26,5 cm

2. Pemeriksaan sistematis

a. Kepala

1) Rambut : bersih, tidak berketombe

2) Muka : bersih, tidak odema, tidak pucat

3) Mata

a) Oedema : tidak odema

b) Conjungtiva : merah muda

c) Sklera : putih

4) Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada benjolan

5) Telinga : simetris, tidak ada serumen

82

6) Mulut/ gigi/ gusi : tidak stomatitis, tidak caries, tidan mudah

berdarah.

b. Leher

1) Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran

2) Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

c. Dada dan Axilla

1) Mammae
a) Membesar : membesar normal

b) Benjolan : tidak ada benjolan

c) Simetris : simetris kanan kiri

d) Areola : hiperpigmentasi

e) Puting susu : menonjol

f) Kolostrum : sudah keluar

2) Axilla

a) Benjolan : tidak ada benjolan

b) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

d. Eksterimatas

1) Atas : simetris, tidak odema, jari lengkap

2) Bawah

a) Varices : tidak varices

b) Oedema : tidak odema

c) Kuku : tidak pucat

83

3. Pemeriksaan khusus obstetri

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran perut : sesuai dengan umur kehamilan

b) Bentuk perut : memanjang

c) Linea alba/ nigra : alba dan nigra

d) Stie albican/ livide : livide

e) Bekas luka : tidak ada

f) Pergerakan janin : tidak terlihat pergerakan janin

2) Palpasi

a) Pergerakan janin : tidak teraba gerakan janin

b) Leopold I : TFU: 2 jari dibawah processus

xyphoideus. Bagian fundus teraba


bulat, lunak (bokong)

c) Leopold II

Kana : teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas)

Kiri : teraba panjang, keras seperti

papan (punggung)

d) Leopold III : bagian trebawah janin teraba bulat,

keras, melenting (Kepala)

84

e) Leopold IV : bagian terbawah dari janin sudah

masuk PAP, penurunan hodge I

(4/5 bagian), tidak bisa

digoyangkan.

f) TFU Mc Donald : 31 cm

g) TBJ : (31-11)x155= 3100 gram

3) Auskultasi

DJJ: Punctum maximum : bagian kiri abdomen dibawah

umbilicus

Frekuensi : 136x/menit

Teratur/ tidak : teratur

b. Pemeriksaan panggul

1) Kesan panggul : tidak dilakukan

2) Distansia Spinarum : tidak dilakukan

3) Distansia Kristarum : tidak dilakukan

4) Conjugata eksterna : tidak dilakukan

5) Lingkar panggul : tidak dilakukan

c. Anogenital

1) Anogenital

a) Varices : tidak ada varices


b) Luka : tidak ada luka

c) Kemerahan : tidak kemerahan

d) Nyeri : tidak ada nyeri

85

e) Pengeluaran pervaginam : lendir darah

2) Perinium

a) Bekas luka : tidak ada bekas luka

b) Lain-lain : tidak ada

3) Anus

a) Haemoroid : tidak ada

b) Lain-lain : tidak ada

4) Vagina toucher

a) Porsio : tebal

b) Pembukaan : 2 cm

c) Ketuban : utuh

d) Presentasi : kepala

e) Penurunan : hodge I (4/5 bagian)

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Hb : 11,3 gr/dl

2) Leukosit : 13,5 ribu/ul

3) Trombosit : 208 ribu/ul

4) HBSAg : Non Reaktif

5) Golongan darah : A

b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

86

B. INTERPRETASI DATA

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.10 WIB

1. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, janin tunggal,

hidup, intrauterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,

penurunan hodge I, inpartu kala I fase laten dengan kehamilan

serotinus.

Data Dasar:

DS :

a. Ibu mengatakan bernama Ny. P berumur 36 tahun

b. Ibu mengatakan ini kehamilan ke-2 dan belum pernah keguguran

sebelumnya.

c. Ibu mengatakan hari pertama haid terahir pada 20 Mei 2016.

d. Ibu mengatakan perkiraan lahir bayinya tanggal 27 Februari 2017

DO :

a. Keadaaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD: 120/80 mmHg R: 20x/menit

N : 80x/menit S: 36,7 C

d. Kontraksi : Sedang, 2x dalam 10 menit selama 25 detik

e. Leopold I : TFU: 2 jari dibawah processus xyphoideus.

Bagian fundus teraba bulat, lunak (bokong)

87

f. Leopold II

Kana : teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas)

Kiri : teraba panjang, keras seperti papan (punggung)

g. Leopold III : bagian terbawah janin teraba bulat, melenting,

dan keras, (kepala)

h. Leopold IV : bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas

panggul, penurunan hodge I (4/5 bagian).

i. TFU Mc Donald : 31 cm

j. TBJ : (31-11) x 155 = 3100 gram


k. DJJ : 136x/ menit

l. Vagina Toucher : portio tebal, pembukaan 2 cm, kulit ketuban

utuh, presentasi kepala, penurunan hodge I.

2. MASALAH

Ibu mengatakan cemas karena kehamilannya sudah lewat perkiraan

lahir.

3. KEBUTUHAN

Memberikan support mental pada ibu agar tidak cemas dalam

menghadapi persalinannya.

C. DIAGNOSA POTENSIAL

1. Pada ibu mengalami partus lama

2. Pada janin mengalami IUFD

88

D. TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:

1. Infus RL 20 tetes/menit

2. Induksi oxytocin drip 5 IU dengan 20 tetes/menit.

E. RENCANA TINDAKAN

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.15 WIB

1. Beritau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

2. Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman

3. Anjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.

4. Ajarkan ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi

5. Anjurkan keluarga untuk memberi nutrisi (makan dan minum) pada

ibu di antara HIS.

6. Siapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi

7. Observasi kemajuan persalinan

8. Berikan terapi sesuai advice dokter drip oxytocin 5 IU 20 tetes per

menit, dan mengganti cairan infus saat habis.


9. Observasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit sekali pada pemasangan

cairan infus pertama, obserfasi DJJ dan kontraksi setiap 15 menit

sekali pada pemasangan cairan infus kedua.

89

F. PELAKSANAAN

Tanggal: 13 Maret 2017 pukul: 19.20 WIB

1. 19.20 WIB Memberitau ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa

saat ini ibu dan janin dalam keadaan baik, namun belum ada

pembukaan, dan belum ada tanda-tanda kemajuan persalinan.

2. 19.23 WIB Menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman

seperti jalan-jalan (bila kuat), tidur miring kiri/kanan.

3. 19.25 WIB Menganjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu

sebelum pembukaan lengkap agar tidak terjadi pembengkakan jalan

lahir/ kehabisan tenaga sebelum persalinan .

4. 19.27 WIB Mengajarkan ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi yaitu

dengan tarik napas panjang dari hidung dan hembuskan secara

perlahan dari mulut.

5. 19.30 WIB Menganjurkan keluarga untuk memberi nutrisi (makan dan

minum) pada ibu di antara HIS, sebagai penambah energi untuk

tenaga saat meneran.

6. 19.35 WIB Siapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu

dan bayi:

a. Partus set:

1) 1 klem tali pusat

2) Umbilical klem

3) Gunting tali pusat

4) ½ kocher

90

5) Kassa steril
6) Kateter

7) Gunting episiotomi

b. Heacting set:

1) Jarum steril

2) Benang steril (catgut)

3) Kassa steril

4) Kom berisi betadine

5) Pinset anatomis

c. Alat resusitasi:

1) Penghisap lendir

2) Sungkup

d. Pakaian ibu:

1) Jarik

2) Pakaian bersih

3) Celana dalam

4) Pembalut

e. Pakaian bayi:

1) Popok

2) Baju

3) Bedong

4) Topi

91

7. 19.45 WIB Mengobservasi kemajuan persalinan meliputi: nadi, suhu,

respirasi setiap 30 menit sekali dan tekanan darah, pembukaan serviks

setiap 4 jam sekali.

8. 19.47 WIB Memberikan terapi sesuai advice dokter dengan mengganti

cairan infus drip oxytocin 5 IU saat cairan infus habis dengan tetesan

20 tetes per menit.

9. 19.50 WIB Mengobservasi DJJ dan kontraksi setiap 30 menit sekali.


10. 23.00 WIB Melakukan pemeriksaan dalam ke dua

11. 01.00 WIB Melakukan pemeriksaan dalam ke tiga

G. EVALUASI

Tanggal: 14 Maret 2017 pukul: 01.05

1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu sudah memilih posisi yang nyaman (miring kiri)

3. Ibu bersedia untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.

4. Sudah diajarkan pada ibu tehnik relaksasi saat ada kontraksi.

5. Ibu bersedia makan dan minum pada pukul 20.15 WIB dengan jenis:

sepotong roti dan minum 1 gelas teh hangat pada sela-sela HIS.

6. Telah disiapkan partus set, heacting set, alat resusitasi, pakaian ibu

dan bayi.

7. Telah dilakukan observasi kemajuan persalinan dengan hasil:

(terlampir)

8. Telah dilakukan observasi DJJ dan kontraksi dengan hasil: (terlampir)

92

9. Telah dilakukan pemeriksaan dalam ke dua pada pukul 23.00 WIB

dengan hasil: Portio tipis, pembukaan 8 cm, kulit ketuban utuh,

presentasi kepala, UUK jam 1, penurunan hodge III.

10. Telah dilakukan pemeriksaan dalam ke tiga dengan hasil: Portio

tidak teraba, pembukaan 10 cm, kulit ketuban sudah pecah,

presentasi kepala, UUK jam 12, penurunan hodge IV.

93

DATA PERKEMBANGAN I

KALA II

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.00 WIB

S : Subyekif

1. Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng semakin kuat

2. Ibu mengatakan ingin mneran


3. Ibu mengatakan merasa ingin BAB

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV : TD :120/80 mmHg N: 82x/ menit

R : 22x/ menit S: 36.7 C

4. HIS : 4x dalam 10 selama 45 detik

5. DJJ : 136x/ menit, teratur.

6. Inspeksi pemeriksaan tanda gejala kala II:

a. Ada tekanan dari anus

b. Perinium menonjol

c. Vulva membuka

94

7. Pemeriksaan dalam

a. Portio : tidak teraba

b. Pembukaan : 10 cm

c. Ketuban : sudah pecah

d. Presentasi : belakang kepala

e. Posisi : UUK jam 12

f. Penurunana : hodge IV

8. Ekstremitas kanan atas terpasang infur RL drip oxytocin 5 IU dengan

tetesan 20 tpm.

A : Assesment

Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, inpartu kala II dengan

induksi atas indikasi serotinus.

P : Planning

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.05 WIB

1. Memberitau ibu bahwa hasi pemeriksaan pembukaan sudah lengkap dan

akan dipimpin bersalin.


2. Memeriksa kembali partus set.

3. Mengatur posisi ibu dengan dorsal recumbent yaitu kaki ditekuk dan

telapak kaki menapak di tempat tidur, tangan berada pada pergelangan

kaki.

95

4. Mengajarkan pada ibu cara meneran yang benar yakni saat ada kontraksi

ibu meneran dengan kepala menunduk, dan meneran tanpa bersuara,

sedang mata tetap membuka.

5. Melakukan pertolongan persalinan kala II

a. Menggunakan celemek

b. Mencuci tangan 6 langkah dengan air mengalir

c. Meletakkan kain bersih di atas perut ibu

d. Meletakkan underpad di bawah bokong ibu

e. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

f. Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm membuka vulva maka lindungi

perinium dengan tangan kanan dengan dilapisi kain bersih.

g. Melahirkan kepala bayi, tangan kiri berada di vertek untuk menahan

kepala agar tidak terjadi defleksi maksimal, dan menganjurkan ibu

meneran saat ada kontraksi.

h. Setelah kepala bayi lahir, periksa lilitan tali pusat dan menunggu

bayi melakukan putaran paksi luar.

i. Meletakkan tangan penolong secara biparetal pada kepala bayi

dengan tangan terkuat berada di atas, dengan perlahan gerakkan

kepala bayi ke bawah dan distal hingga bahu depan lahir, kemudian

gerakkan ke atas dan distal hingga bahu belakang lahir.

j. Menggeser tangan kanan ke arah perinium ibu untuk menyangga

kepala bayi, sedang tangan kiri menyusuri badan bayi hingga ujung

kaki.

96
k. Melakukan penilaian selintas pada bayi dengan memposisikan

kepala 15 lebih rendah dari kepala untuk menilai tangisan, tonus

otot, dan warna kulit bayi.

l. Meletakkan bayi di atas perut ibu untuk dikeringkan mulai dari

muka, kepala, dan bagian tubuh lain kecuali pada telapak tangan,

kemudian ganti kain dengan yang kering dan dilakukan

antropometri.

m. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan janin tunggal.

EVALUASI

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.15 WIB

1. Ibu sudah mengetahui bahwa pembukaan sudah lengkap dan siap

dipimpin bersalin.

2. Partus set sudah diperiksa dan sudah lengkap.

3. Posisi ibu sudah diatur dengan posisi dorsal recumbent.

4. Sudah diajarkan pada ibu cara meneran yang benar dan ibu sudah paham.

5. Telah dilakukan pertolongan persalinan kala II, bayi lahir spontan pukul

01.15 WIB, jenis kelamin perempuan, gerakan aktif, usaha napas baik,

menangis spontan, warna kulit kemerahan, BB: 3000 gram, PB: 48 cm,

LK/LD: 30/31 cm, anus berlubang APGAR score 8.

97

DATA PERKEMBANGAN II

KALA III

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.16 WIB

S : Subyekif

1. Ibu mengatakan bahagia atas klahiran anaknya.

2. Ibu mengatakan masih merasa mules-mules.

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 22x/ menit

N : 84x/ menit S : 36.7 C

4. Palpasi uterus : Tidak teraba jain ke dua

5. Kontraksi : Keras

6. TFU : Setinggi pusat

7. Ekstremitas kanan atas terpasang infur RL drip oxytocin 5 IU dengan

tetesan 20 tpm

8. Inspeksi tanda-tanda pelepassan plasenta

A : Assesment

Ny. P G2P1A0 umur 36 tahun, inpartu kala III dengan induksi atas indikasi

serotinus.

98

P : Planning

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.20 WIB

1. Menyuntikkan oxy 5 IU secara IM pada 1/3 paha atas lateral dalam

waktu kurang dari 1 menit setelah bayi lahir dan jelaskan pada ibu tujuan

dari tindakan yakni agar ari-ari cepat lahir.

2. Memastikan tanda pelepasan plasenta.

3. Membantu persalinan plasenta

a. Memindah klem 5-6 cm di depan vulva

b. Melakukan penegangan tali pusat setiap ada kontraksi menggunakan

tangan kanan ke arah bawah sejajar lantai dengan telapak tangan

menghadap ke atas, sedang tangan kiri berada di atas simfisis

mendorong uterus ke arah belakang atas (dorsokranial).

c. Lakukan dorsokranial hingga plasenta lepas, minta ibu meneran dan

penolong membantu menegangka tali pusat mengikuti poros jalan

lahir.

d. Bila tali pusat bertambah panjang, maka pindahkan klem 5-6 cm di

depan vulva, kemudian lakukan penegangan tali pusat kembali.


e. Setelah plasenta berada pada introitus vagina, lahirkan plasenta

menggunakan kedua tangan dengan memutar plasenta searah jarum

jam hingga selaput ketuban terpilin.

f. Melakukan massase pada perut ibu selama 15 detik.

99

g. Memeriksa kelengkapan plasenta dan letakkan pada tempat yang telah

disediakan (kendil).

4. Memeriksa kemungkinan adanya laserasi pada jalan lahir

EVALUASI

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.25 WIB

1. Ibu sudah disuntik oxytocin 5 IU secara IM pada 1/3 paha atas lateral.

2. Telah terlihat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali pusat bertambah

panjang, terdapat semburan darah tiba-tiba dari jalan lahir, uterus globular.

3. Plasenta lahir spontan pada pukul 01.25 WIB, selarut ketuban utuh,

kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc,

kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat.

4. Terdapat laserasi derajat II.

100

DATA PERKEMBANGAN III

KALA IV

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.30 WIB

S : Subyekif

1. Ibu mengatakan lega karena ari-ari bayinya sudah lahir.

2. Ibu mengatakan masih merasa mules.

O : Obyektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran :Composmentis

3. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20x/ menit

N : 80x/ menit S : 36.7 C


4. Kontraksi : Keras

5. TFU : 2 jari di bawah pusat

6. Perdarahan : ± 80 cc

7. Lochea : Rubra

8. Perinium : Ada laserasi derajat II

9. ekstremitas kanan atas terpasang infus RL drip oxytocin 5 IU dengan

tetesan 20 tpm.

A : Assesment

Ny. P umur P2A0 36 tahun, inpartu kala IV dengan induksi atas indiksi

serotnus.

101

P : Planning

Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.35 WIB

1. Mengobservasi keadaan umum ibu.

2. Menjahit laserasi jalan lahir ibu dengan tehnik jelujur

3. Menyibin ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu dengan yang

bersih.

4. Mengobservasi TD, nadi, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan setiap

15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

5. Menganjurkan ibu memassase uterus sendiri agar kontraksi uterus kuat.

6. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk menambah energi dan

mengembalikan tenaga yang sudah hilang.

7. Menjelaskan kebutuhan gizi ibu nifas, cara perawatan luka perinium, dan

ASI eksklusif.

8. Mengganti infus RL drip Oxytocin dengan cairan infus RL biasa jika

sudah habis.

9. Memindah ibu ke bangsal nifas setelah 2 jam.

102

EVALUASI
Tanggal : 14 Maret 2014 Pukul: 01.40 WIB

1. Telah dilakukan observasi keadaan umum ibu dengan hasil:

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV : TD : 120/80 mmHg R : 20x/ menit

N : 80x/ menit S : 36.7 C

2. Perinium sudah dijahit dengan tehnik jelujur

3. Ibu sudah disibin dengan air DTT dan sudah gantai pakaian.

4. Telah dilakukan observasi TD, nadi, kontraksi, kandung kemih dan

perdarahan, dengan hasil:

Tabel. 4.2 Observasi Kala IV

Jam

ke

Waktu Tekanan

darah

Nadi Suhu Tinggi undus uteri Kontaksi

uterus

Kandung

kemih

Perdarahan

I 01.30 120/80 80 36,7 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 20 cc

01.45 120/80 80 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10 cc

02.00 120/80 82 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10 cc

02.15 120/80 80 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 10 cc

II 02.45 120/80 82 36,7 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 5 cc

03.15 120/80 82 2 jari di bawah pusat Keras Kosong ± 5 cc

5. Ibu sudah bisa memassase uterus sendiri.

6. Ibu sudah makan dan minum dengan jenis nasi, lauk, sayur dan minum teh

hangat.
7. Ibu sudah mengerti dan paham tentang kebutuhan ibu nifas, cara

perawatan luka perinium, dan pemberian ASI eksklusif.

8. Infus RL drip Oxytocin sudah diganti dengan cairan infus RL biasa pukul

04.30 WIB.

9. Ibu sudah dipindah ke bangsal nifas pada pukul 05.00 WIB.

103

II. PEMBAHASAN

Pada pengkajian ini penulis akan membandingkan antara hasil studi

kasus dengan teori. Teori yang disajikan dapat mendukung atau

bertentangan dengan kasus di lahan. Dari hal tersebut penulis dapat

mengetahui kelebihan dan kekurangan atau kesenjangan yang ada

menggunakan langka-langkah manajemen kebidanan yaitu:

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan

semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi pasien (Nurasiah dkk, 2014). Keluhan utama ibu bersalin

dengan serotinus dan keluarga yakni merasa cemas bilamana kehamilan

terus berlangsung melewati taksiran persalinan. (Prawirohardjo, 2009).

Data obyektif pada bersalin dengan serotinus dari hasil pemeriksaan

umum didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis, berat

badan menurun (Nugroho, 2012). Pada pemeriksaan sistematis

didapatkan hasil pemeriksaan lingkar perut mengecil, TFU mengalami

penurunan, DJJ <120x/menit atau >160x/menit (Nugroho, 2012).

Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan seperti USG, KTG,

amnioskopi/amniotomi, atau sitologi vagina (Norma dan Dwi, 2013).

Pada kasus didapati data dasar subyektif Ny. P dengan keluhan

utama merasa cemas karena kehamilannya sudah melewati perkiraan

lahir, dan kenceng-kenceng pada perut bagian bawah. Pada data

obyektif didapati keadaan umum baik, kesadaran composmentis, dan


104

tidak mengalami penurunan berat badan. Lingkar perut tidak mengecil,

TFU tidak turun dan DJJ dalam keadaan normal. Sedang pada

pemeriksaan penunjang hanya dilakukan pemeriksaan laboratorium

dengan hasil Hb:11,3 gr/dl, leukosit:13,5 ribu/ul, trombosit:208 ribu/ul,

HBSag: Non Reaktif, golongan darah: A.

Pada langkah ini penulis menemukan beberapa kesenjangan yaitu

pada data obyektif dan pemeriksaan sistematis (lingkar perut, TFU dan

DJJ), dan pada pemeriksaan penunjang.

B. Interpretasi Data

Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah

yang spesifik (Walyani, 2014).

Diagnosa kebidanan dengan kasus serotinus: Ny..., umur...tahun,

G...P...A..., hamil... minggu, letak..., presentasi..., punggung..., bagian

terbawah janin masuk... bagian, dengan kehamilan serotinus inpartu

kala I fase... Masalah yang mungkin timbul pada ibu bersalin dengan

serotinus adalah perasaan cemas (Prawirohardjo, 2009). Kebutuhan

pada ibu bersalin dengan serotinus yakni memberi informasi dan

edukasi tentang kehamilan serotinus serta memberi support mental dari

keluarga dan tenaga kesehatan (Manuaba dkk, 2012).

Dari data yang diperoleh saat penulis melakukan pengkajian dapat

ditegakkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun,

hamil 42+3 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, letak memanjang,

105

punggung kiri, presentasi kepala, penurunan hodge I, inpartu kala I fase

laten dengan kehamilan serotinus. Masalah dari kasus Ny. P adalah Ibu

mengatakan cemas karena kehamilannya sudah lewat perkiraan lahir.

Kebutuhan yang diperlukan Ny. P yakni memberikan support mental


pada ibu agar tidak cemas dalam menghadapi persalinannya.

Pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

praktik lahan.

C. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah

diidentifikasi (Walyani, 2014).

Berdasarkan teori yang ada diagnosa potensial yang ditemukan

pada kasus ibu bersalin denga induksi atas indikasi serotinus yakni pada

janin dapat menyebabkan janin besar, pertumbuhan janin terhambat,

gawat janin, keluarnya mekonium akibat oligohidramnion, kelaian

cairan amnion yang mengakibatkan tali pusat tertekan hingga

menyebabkan kematian janin mendadak (saifuddin, 2009). Pada ibu

mengakibatkan kecemasan, persalinan traumatis, angka kejadian seksio

sesarea meningkat akibat pertimbangan persalinan lama, terjadi tanda

gawat janin, infertilitas, kesalahan letak janin (Nugroho, 2012).

Pada kasus Ny. P dengan bersalin serotinus, diagnosa potensial

tidak mucul sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dengan praktik lahan.

106

D. Tindakan Segera

Pada langkah ini mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh

bidan dan dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan lain (Walyani, 2014).

Antisipasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

yaitu kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi titrasi

oksitosin 2,5—5 IU dalam dekstrose 5% 500 ml, diberikan secara drip

sampai maksimal 2 botol (1000 ml) dan pemantauan pada denyut

jantung janin (DJJ) menggunakan doppler laenec (Nugroho, 2012).


Pada kasus Ny. P tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi

dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi yaitu Infus RL 500 ml

drip oxytocin 5 IU dengan tetesan 20 tpm.

Pada langkah ini terdapat kesenjangan yaitu pemberian terapi

yaitu Infus RL 500 ml drip oxytocin 5 IU dengan tetesan 20 tpm.

107

E. Rencana Tindakan

Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan

sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga,

kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya

(Walyani, 2014).

Rencana tindakan yang diberikan dalam asuhan bersalin dengan

serotinus menurut Manuaba dkk (2013), meliputi:

1) Mempertimbangkan usia kehamilan benar-benar lebih dari 42

minggu, berat janin, evaluasi hasil USG, dan kematangan servik

uteri.

2) Melakukan expectative manajemen (manajemen menunggu), yaitu

mengharap proses persalinan tanpa rangsangan dari luar, dengan

tetap melakukan evaluasi kesejahteraan janin yang adekuat.

3) Melakukan induksi dengan infus oksitosin, pituitrin atau sintosinon

5 unit dalam 500 cc glukosa 5% di mulai dari 8 tetes, dengan

maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15 menit

sebanyak 4-8 tetes sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes

kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan dipertahankan.

Bila terjadi kegagalan, ulangi induksi dengan selang waktu 24-48

jam, atau lakukan operasi seksio sesarea.

(Maryunani dan Eka, 2013).

4) Anjurkan pasien tidur miring kiri, melakukan pemantauan

elektronik jantung janin, memberi oksigen bila ditemukan keadaan


108

jantung yang abnormal, memperhatikan jalanya persalinan, dan

segera setelah bayi lahir harus diperiksa terhadap kemungkinan

hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dan polisitemi.

(Saifuddin, 2009).

5) Langsung dengan seksio sesarea

Dalam perencanaan asuhan pada kasus Ny. P bersalin dengan

induksi atas indikasi serotinus pada kala I: kolaborasi dengan dokter

SpOG, mengobservasi KU dan vital sign ibu. Mengobservasi DJJ dan

HIS setiap 30 menit, melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml

drip oxytocin 5 IU dalam 500 cc ringer laktat dengan tetesan 20 tpm,

memberitau ibu cara relaksasi yang benar,menyiapkan partus set,

heacting set, pakaian ibu dan bayi serta menganjurkan ibu meneran

ketika pembukaan sudah lengkap. Kala II melakukan pertolongan

persalinan. Kala III melakukan manajemen aktif kala III. Kala IV

melakukan observasi TD, nadi, kontraksi, TFU, perdarahan dan

kandung kemih setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama dan setiap 30

menit sekali pada 1 jam kedua.

Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik

lahan yaitu: melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml drip

oxytocin 5 IU dalam 500 cc ringer laktat dengan tetesan 20 tpm.

109

F. Pelaksanaan

Pada langkah ini rencana asuhan yang komperhensif yang telah

dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau

dokter atau tim kesehatan lain (Walyani, 2014).

Pelaksanaan pada kasus Ny. P dengan bersalin serotinus

dilaksanakan sesuai dengan rencana tindakan yang telah dibuat.

Pada langkah ini terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik


lahan yaitu: melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml drip

oxytocin 5 IU dalam 500 cc ringer laktat dengan tetesan 20 tpm.

G. Evaluasi

Melakukan evaluasi dari asuhan yang telah diberikan meliputi

pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi

sesuai dengan diagnosa/masalah (Walyani, 2014).

Evaluasi pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

menurut Manuaba (2010) meliputi: Keadaan umum dan tanda-tanda

vital (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi) normal, Input dan output

cairan seimbang, Induksi persalinan berhasil, terjadinya kemajuan

persalinan, bayi lahir dengan selamat, Ibu sehat, plasenta lahir lengkap,

tidak terjadi perdarahan.

Pada kasus bersalin dengan serotinus evaluasi dilakukan secara

sitematis untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan.

Hasil yang diperoleh adalah : Keadaan umum Ny. P baik, TD:

120/80mmHg, R: 22x/menit, N: 84x/menit, S: 36.7 C. Bayi lahir

110

spontan pukul 01.15 WIB, jenis kelamin perempuan, BB 3000 gram,

PB 48 cm, LK 30 cm, LD 31 cm, anus berlubang, cacat (-), APGAR

score: 8-9-10, plasenta lahir spontan pukul 01.20 WIB, selaput ketuban

utuh, kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm, perdarahan ± 80 cc,

kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat laserasi perinium

derajat II, keadaan umum ibu baik, jumlah darah yang dikeluarkan dari

kala I-IV ± 200 cc, kandung kemih kosong.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dengan praktik lahan.

111

BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan sesuai dengan manajemen

kebidanan 7 langkah varney meliputi pengkajian, interpretasi data,

diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

dan data perkembangan SOAP. Pada kasus ibu bersalin Ny. P dengan

induksi atas indikasi serotinus di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pengkajian data pada kasus Ny. P dengan induksi atas indikasi

serotinus, pada data subyektif ibu mengeluhkan cemas karena

kehamilannya sudah melewati perkiraan lahir, da kenceng-kenceng

pada perut bagian bawah. Pada data obyektif tidak mengalami

penurunan berat badan, lingkar perut tidak mengecil, TFU tidak turun

dan DJJ normal 136x/menit. Hb: 11,3 gr/dl, leukosit: 13,5 ribu/ul,

HBSAg: Non Reaktif, trombosit: 208 ribu/ul, Gol: A, dan tidak

dilakukan USG.

2. Interpretasi data pada kasus Ny. P didapatkan diagnosa kebidanan:

Ny. P G2P1A0 Umur 36 tahun, hamil 42+3 minggu, janin tunggal,

hidup, intrauterin, letak memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,

penurunan hodge I, inpartu kala I fase laten dengan kehamilan

serotinus. Masalah dari kasus Ny. P yakni merasa cemas karena

112

kehamilannya sudah lewat perkiraan lahir. Kebutuhan yang

dibutuhkan Ny. P yaitu memberi support mental agar tidak cemas

dalam menghadapi persalinannya.

3. Diagnosa potensial kasus Ny. P dengan induksi atas indikasi serotinus

tidak muncul.

4. Tindakan segera yang dilakukan ketika menangani kasus Ny. P adalah

melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi:

Infus RL 500 ml dengan Induksi oxytocin drip 5 IU dengan 20


tetes/menit.

5. Perencanaan asuhan kebidanan pada kasus Ny. P bersalin dengan

induksi atas indikasi serotinus pada kala I: kolaborasi dengan dokter

SpOG, mengobservasi KU dan vital sign ibu. Mengobservasi DJJ dan

HIS setiap 30 menit, melakukan induksi persalinan dengan RL 500 ml

drip oxytocin 5 IU dengan tetesan 20 tpm, memberitau ibu cara

relaksasi yang benar, menyiapkan peralatan persalinan serta

menganjurkan ibu meneran ketika pembukaan sudah lengkap. Kala II

melakukan pertolongan persalinan. Kala III melakukan manajemen

aktif kala III. Kala IV melakukan observasi TD, nadi, kontraksi, TFU,

perdarahan dan kandung kemih.

6. Pelaksanaan tindakan pada kasus Ny. P bersalin dengan induksi atas

indikasi serotinus sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan.

113

7. Evaluasi pada kasus bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus

pada Ny. P dilakukan secara sistematis untuk melihat efektifitas dari

asuhan yang telah diberikan. Hasil yang diperoleh dalam melakukan

asuhan kebidanan pada Ny. P sebagai berikut: Keadaan umum : baik,

TD : 120/80 mmHg, R : 22x/menit, N : 84x/menit, S : 36.7 C. Bayi

lahir spontan pukul 01.15 WIB, jenis kelamin perempuan, BB 3000

gr, PB 48 cm, LK 30 cm, LD 31 cm, anus berlubang, cacat (-),

APGAR score: 8-9-10, plasenta lahir spontan pukul 01.20 WIB,

selaput ketuban utuh, kotiledon lengkap, panjang tali pusat ± 40 cm,

perdarahan ± 80 cc, kontraksi keras, TFU 2 jari di bawah pusat, terjadi

laserasi perinium derajat II, keadaan ibu baik, jumlah darah yang

dikeluarkan dari kala I sampai kala IV ± 200 cc, kandung kemih

kosong.

8. Pada kasus bersalin Ny. P dengan induksi atas indikasi serotinus,

penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktik lahan pada


pengkajian dan pelaksanaan yaitu pada data obyektif tidak mengalami

penurunan berat badan, pemeriksaan sistematis lingkar perut tidak

mengecil, TFU tidak turun dan DJJ dalam keadaan normal

136x/menit, serta tidak dilakukan pemeriksaan penunjang seperti

USG, KTG, amnioskopi/amniotomi, maupun sitologi vagina dan pada

langkah induksi persalinan drip oxytocin 5 IU pada RL 500 ml dengan

tetesan 20 tpm.

114

B. SARAN

1. Pasien

Agar ibu hamil lebih rutin dalam pemeriksaan kehamilan (ANC)

dengan tujuan jika ada masalah/kelainan bisa mendapat penanganan

secara cepat dan tepat.

2. Profesi

Agar meningkatkan penatalaksanaan masalah kebidanan khususnya

pada persalinan dengan induksi atas indikasi serotinus lebih optimal

dan berkualitas tinggi.

3. Institusi pendidikan

Bagi institusi pendidikan dapat menambah referensi asuhan kebidanan

pada penanganan ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus,

sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan

mengambil kasus sama.

4. Instansi pelayanan

Untuk meningkatkan kualitas oleh rumah sakit dalam memberikan

asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar prosedur oprasional.

Khususnya pada pasien dengan induksi atas indikasi serotinus dapat

tertangani dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E. Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta : Nuha


Medika.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :

Rineka Cipta.

Chamberlain, G. 2012. ABC Asuhan Persalinan. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Dinkes Jateng. 2015. Profil Kesehatan Povinsi Jawa Tengah Tahun 2015.

www.dinkesjatengprov.go.id. 24 Oktober 2016.

Hakimi, M. Ed. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.

Yogyakarta : Andi Offset.

Hidayat, A.A.A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik analisis Data

2010. Jakarta : Salemba Medika.

____________. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik analisis Data

2010. Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.

http://www.kemenkes.go.id. 22 Oktober 2016.

Lammarisi, E. 2015. Handbook Klinik Keperawatan & Kebidanan. Bhafana

Publising.

Liu, D.T.Y. manual Persalinan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Manuaba, I.B.G. dkk. 2012. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Maryunani, A. Sari, Eka. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : Trans Info Medika.

Maryunani, A. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Trans Info

Media.

Matondang, C. S, Wahidayat, I. Sastroasmoro, S. 2013. Diagnosis Fisis Pada

Anak. Jakarta : CV Sagung Seto.

Norma, M. S, Dwi, . 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha

Medika.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurasiah, Ai. Rukmawati, A. Badriah, D. 2014. Asuhan persalinan normal bagi

bidan. Bandung : PT Refika Aditama.

Nursalam. 2009. Proses Dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika.

Oxorn, H. Forte, W.R. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan.

Yogyakarta : Andi Offset.

Prawiroharjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Rismalinda, P.H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : IN MEDIA.

Saifuddin, Ed. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Nasional. Jakarta : Bina Pustaka.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia

Press.

Sujarweni, V.W. 2014. Metodologi Penelitian Lengkap, Prktis, Dan Mudah

Dipahami. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Walyani, E. Purwoastuti, E. 2014. Asuhan Persalian Dan Bayi Baru Lahir.

Yogyakarta : PT Pustaka Baru.

Walyani, E. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka

Baru Press.

Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Edah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai