Anda di halaman 1dari 8

ORLI Vol. 45 No.

1 Tahun 2015 Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital

Laporan Kasus

Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital


Trimartani, Novra Widayanti
Departemen Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta

ABSTRAK
Latar belakang: Nasal bifida dan supernumerary nostril merupakan kelainan hidung kongenital yang
sangat jarang. Nasal bifida disebut juga hidung ganda atau celah hidung, mempunyai manifestasi sangat
beragam mulai dari lekukan minimal pada puncak hidung hingga celah maksila. Supernumerary nostril
merupakan bagian dari kelainan duplikasi hidung. Tujuan: Sebagai ilustrasi kepada ahli THT-KL mengenai
kasus kelainan hidung kongenital yang jarang ditemukan. Kasus: Dilaporkan tiga kasus anak dengan
kelainan hidung kongenital selama bulan Agustus-Desember 2012. Satu kasus dengan nasal bifida, satu
kasus dengan nasal bifida disertai atresia koana, dan satu kasus dengan triple nostril. Penatalaksanaan:
Pada kasus nasal bifida dilakukan rekonstruksi hidung menggunakan tandur dermis dan pada kasus
triple nostril dilakukan fistulektomi dan rekonstruksi alae. Kesimpulan: Nasal bifida dan triple nostril
merupakan kelainan hidung kongenital yang jarang ditemukan. Kelainan ini membutuhkan rekonstruksi
yang optimal. Indikasi waktu dari operasi pada kasus kelainan hidung kongenital ini berdasarkan ukuran
hidung menyerupai ukuran dewasa dan perkembangan sosial anak.

Kata kunci: kelainan hidung kongenital, nasal bifida, supernumerary nostril, duplikasi hidung

ABSTRACT
Background: Bifid nose and supernumerary nostril are rare nasal congenital anomalies. The
appearance of bifid nose, also called double nose or cleft nose, varies from a simple groove at the
nasal apex to a maxillary cleft. Supernumerary nostril is a kind of nasal duplication. Purpose: This
case report is to forewarn general practitioners and ENT specialist about these rare nasal congenital
anomaly cases. Case: Reported three cases with congenital nasal anomaly, one case with bifid nose, one
case with bifid nose and choanal atresia, and one case with triple nostril. Management: The cases with
bifid nose underwent nasal reconstruction using dermal graft and the case with triple nostril underwent
fistulectomy and alae reconstruction. Conclusion: Bifid nose and triple nostril are rare nasal congenital
anomaly that need optimal reconstruction. Indication for the time of the operation for cases of congenital
nasal deformities is based on the size approaching the adult size and on the child’s social development.

Keywords: congenital nasal anomaly, bifid nose, supernumerary nostril, nasal duplication
Alamat korespondensi: Trimartani, e-mail: trimartani@yahoo.com.au

53
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital

PENDAHULUAN inferior.
Kelainan hidung kongenital merupakan Pada fase pertumbuhan, ukuran hidung
kelainan yang jarang terjadi, insidennya dan struktur yang terkait bertambah. Secara
berkisar antara satu per 20.000 hingga simultan terjadi perubahan struktur hidung
40.000 kelahiran hidup.1 Celah kraniofasial dan terjadi penulangan stuktur tulang rawan
merupakan kelainan wajah yang mempunyai sebagian atau seluruhnya. Hidung tumbuh
berbagai macam manifestasi dan derajat secara cepat pada masa kanak-kanak dan
kelainan, bisa hanya bermanifestasi di kulit kemudian melambat. Periode kedua terjadi
hingga kelainan tulang dan jaringan lunak. selama pubertas hingga usia 16-17 tahun
Kelainan ini sangat jarang, diperkirakan pada anak perempuan dan 16-18 tahun pada
insiden berkisar 1,4 sampai 4,9 per 100.000 anak laki-laki. Neurokranium mencapai
kelahiran hidup.2 90% ukuran dewasa pada usia 6 tahun dan
viserokranium tumbuh hingga usia 18-20
Kelainan celah kraniofasial terjadi
tahun.3
karena adanya kegagalan fase perkembangan
hidung pada masa dalam kandungan. Fase Tujuan penulisan laporan kasus ini
perkembangan adalah periode embrionik adalah sebagai ilustrasi penatalaksanaan
pembentukan hidung dan struktur yang rinoplasti pada kelainan hidung kongenital
terkait. Fase ini berlangsung dari minggu yang jarang ditemukan, menggunakan
ketiga hingga bulan ketiga kehamilan. teknik tandur dermis.
Pada minggu ketiga, prosesus maksila dan
mandibula mulai berkembang dan organ
penghidu mulai terlihat. Sekitar bulan ketiga, LAPORAN KASUS
pembentukan hidung, maksila dan mandibula Kasus 1
selesai. Hidung dan midface dibentuk oleh
dua prosesus maksila dan mandibula dan Seorang anak laki-laki usia 6 tahun
prosesus frontonasal antara minggu keempat datang ke Poli Plastik Rekonstruksi THT
dan delapan. Usia 4 minggu (panjang 3-5 RSCM dengan atresia koana komplit kiri,
mm) prosesus frontonasal mulai berkembang atresia koana inkomplit kanan, dan defek
serta kedua prosesus mandibula dan maksila alae nasi, pada tanggal 27 Agustus 2012.
tumbuh dari lateral ke medial. Usia 5-6 Dari anamnesis didapat keluhan napas
minggu (panjang 5-6 mm) prosesus maksila melalui mulut sejak lahir, namun bila pilek
bersatu dengan lipatan nasal medial dan masih keluar lendir dari lubang hidung
lateral. Kedua prosesus mandibula bersatu. kanan. Riwayat kehamilan cukup bulan dan
Pertemuan antara maksila dan mandibula tidak terdapat kelainan bawaan lain. Pada
membentuk mulut primitif. Jika penyatuan pemeriksaan fisik tampak bentuk hidung
ini tidak lengkap, maka terjadilah celah bibir asimetris dan puncak hidung tidak terbentuk
atau palatum. Usia 6-7 minggu (panjang 12- sempurna. Didapati kavum nasi kanan dan
18 mm) nares anterior dan lubang hidung kiri lapang, konka inferior eutrofi, tidak
primitif terbentuk dan piramid hidung mulai terdapat deviasi septum, dan tampak sekret
terlihat. Usia 7-8 minggu (panjang 22 mm) seromukoid di kavum nasi kanan. Dorsum
kapsul hidung terbentuk, septum mulai nasi tampak asimetris, terdapat celah antara
berkembang ke arah kaudal. Usia 2-2,5 kedua alae nasi membentuk huruf Y, dan
bulan (panjang 3-4 mm) terjadilah osifikasi hidung tampak pendek. Tenggorok normal
maksila dan prosesus palatina. Usia 4-4,5 dan tidak didapatkan celah palatum. Pada
bulan (panjang 15-18 mm) terjadi osifikasi pemeriksaan nasoendoskopi tampak atresia
kapsul nasal dan bagian lateral konka kedua koana. Tidak didapatkan kelainan

54
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital

kongenital lain. Dari tomografi komputer


sinus paranasal tanggal 6 September 2012,
didapatkan penutupan posterior kavum nasi
bilateral (atresia koana bilateral), sinusitis
maksila, etmoid, serta sfenoid bilateral,
ostiomeatal kanan dan kiri tertutup serta
deviasi septum nasi ke kanan. Pasien
direncanakan rekonstruksi koana dan
repair defek alae nasi oleh divisi Plastik
Rekonstruksi bersama divisi Rinologi THT
RSCM.
Gambar 2. Pascaoperasi hari ke-10
Tanggal 18 September 2012 dilakukan
operasi rinoplasti eksterna untuk rekontruksi
alae nasi. Daerah dorsum nasi yang akan Kasus 2
diinsisi ditandai bentuk bujur sangkar, Pasien anak perempuan usia 7 tahun
insisi dilakukan menembus subkutis datang ke Poli Plastik Rekonstruksi THT
dan jaringan lemak, kemudian diangkat. RSCM pada tanggal 14 September 2012
Dilanjutkan pengerokan bagian epidermis dengan keluhan bentuk hidung tidak
dan digunakan sebagai tandur dermis. sempurna sejak lahir tampak seperti
Tandur dermis dipasang di daerah defek, bertumpuk. Keluhan hidung tersumbat
kemudian dilakukan interdomal suture tidak ada, riwayat trauma tidak ada. Pada
untuk memperbaiki tip hidung dan luka pemeriksaan fisik didapatkan hidung
dijahit lapis-demi lapis. Kulit dijahit secara tampak saddle nose, os nasal tidak teraba,
continuous interlocking dan difiksasi dengan tampak nostril yang bertumpuk. Rongga
plester steril. Rekonstruksi atreasia koana hidung kanan lapang, konka inferior eutrofi
dilakukan dua tahap. dan tidak tampak deviasi septum. Rongga
Pasien kontrol di poli Plastik hidung kiri sempit, struktur lain sulit dinilai,
Rekonstruksi, 10 hari pascaoperasi. Luka pasase udara lancar namun hidung kiri lebih
jahitan baik dan kering. sedikit. Pada pemeriksaan tenggorok tidak
didapatkan celah palatum, struktur lain dalam
batas normal. Pasien didiagnosis sebagai
nasal bifida karena mid facial cleft dan
dilakukan pemeriksaan tomografi komputer
sinus paranasal tanggal 19 September 2012
dengan hasil defek pada os maksila sisi
anterior selebar 0,46 cm dan sepanjang
1,46 cm ke anterior. Kompleks ostiomeatal
kanan dan kiri terbuka serta dinding sinus
paranasal tampak utuh. Pasien direncanakan
operasi rekonstruksi.
Pada tanggal 26 September 2012
dilakukan rinoplasti eksterna dengan
Gambar 1. Pra operasi pengambilan tandur dermis dari sulkus
gluteus kanan dan tandur kartilago konka
aurikula kiri. Daerah dorsum nasi yang akan
diinsisi ditandai bentuk elips, selanjutnya

55
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital

dilakukan infiltrasi dan insisi hingga Kasus 3


subkutis. Kulit yang dieksisi dijadikan Pasien anak perempuan usia 5 tahun
tandur dermis, namun tidak mencukupi datang ke poli Plastik Rekonstruksi THT
sehingga ditambah dari regio sulkus gluteus RSCM pada tanggal 10 Desember 2012
kanan. Pada daerah dorsum nasi dilakukan dengan keluhan terdapat lubang hidung
pemasangan tandur dermis, kemudian ketiga sejak lahir. Keluhan keluar cairan dari
tandur shield menggunakan tandur dermis hidung tidak ada, hidung tersumbat tidak
dan kolumelar strut menggunakan tandur ada, makan minum tidak keluar dari hidung.
dermis dan kartilago konka. Selanjutnya Saat ini orangtua mengeluh pasien malu
tandur difiksasi dan dilanjutkan penjahitan bila bermain dengan teman-teman. Pada
lapis demi lapis. Terakhir dilakukan fiksasi pemeriksaan fisik didapatkan kavum nasi
dengan plester steril. kanan-kiri sempit, konka eutrofi, septum
Pasien kontrol 1 minggu pascaoperasi, deviasi setinggi konka media, tampak
luka jahitan di daerah dorsum nasi, aurikula lubang hidung ketiga di atas hidung sebelah
kiri dan gluteus kanan kering. Minggu ke-2 kiri, ukuran diameter 3 mm, sekret tidak ada.
pascaoperasi jahitan di daerah aurikula Tenggorok tidak tampak kelainan palatum.
kiri dan gluteus kanan diangkat, jahitan di Pasien direncanakan rekonstruksi nostril
daerah dorsum nasi diangkat minggu ke-3 pada 19 Desember 2012.
pascaoperasi. Pasien kontrol pascaoperasi Pada tanggal 19 Desember 2012
2 bulan dan 3 bulan. Pada pemeriksaan dilakukan ekstirpasi fistula nostril. Pertama
didapatkan jaringan parut pascaoperasi dilakukan infiltrasi dengan larutan adrenalin
di daerah dorsum nasi dan direncanakan 1:200.000 dilanjutkan identifikasi fistel
rekonstruksi ulang 3 bulan kemudian. dengan menyuntikkan metilen biru. Sekitar
muara fistel diinsisi berbentuk elips dan
dilanjutkan hingga ke sulkus alae nasi kiri.
Fistel diekstirpasi termasuk alae asesorius,
kemudian dilakukan penjahitan dilanjutkan
rekonstruksi alae nasi.
Pasien kontrol 8 hari pascaoperasi, tidak
didapatkan keluhan, luka jahitan kering,
kemudian dilakukan perawatan luka.

Gambar 3. Pra operasi

Gambar 5. Pra operasi

Gambar 4. Pascaoperasi hari ke-21

56
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital

Tabel 1. Klasifikasi kelainan hidung kongenital


menurut Losee1
I. Hipoplasia/ atrofi
Agenesis sebagian
Arhinia, komplit / sebagian
Kartilago
Tulang
Kolumela
Hipoplasia sebagian
Heminose
Gambar 6. Pascaoperasi hari ke-8 Stenosis nostril
Stenosis apertura piriformis
Atresia koana
Nasal hipoplasi
DISKUSI Sindrom kraniofasial
Kraniostosis
Pada tiga kasus kelainan kongenital Disostosis kraniofasial
hidung tersebut, dua kasus adalah nasal Binder
Mikrosomia hemifasial
bifida dengan tampilan bervariasi. Kasus Kelumpuhan nervus fasialis
pertama dengan celah ringan di puncak Hunermann
hidung tanpa kelainan tulang, sedangkan Treacher Collins
kasus kedua adalah nasal bifida dengan celah Byrne
Fraser
maksila. Kasus ketiga adalah triple nostril Trichorrhinophalangeal
yang berbeda dengan dua kasus sebelumnya Delleman
tetapi masuk dalam kelainan kongenital. II. Hiperplasia/ duplikasi
Multipel dari bagian-bagian hidung
Beberapa kepustakaan menyatakan bahwa Prosboscis
kelainan kongenital terjadi akibat gangguan Nostril
perkembangan embrio usia sekitar minggu Kolumela
Hipertrofi hemifasial
keempat. Diperkirakan bahwa penyatuan Hiperplasi jaringan
yang tidak sempurna dari prosesus maksila III. Celah atipik
dan prosesus nasalis menyebabkan adanya Tessier 0/14
kelainan di garis tengah wajah. Displasia frontonasal, celah wajah
medial,displasia kraniofrontonasal,
Berbagai macam klasifikasi digunakan ensefalokel frontonasal
untuk kelainan hidung kongenital salah Tessier 1/13
satunya berdasarkan Losee dkk.1 yang Tessier 2/12
Tessier 3/11
membagi menjadi 4 kategori berdasarkan Deformitas celah bibir
etiologi, anatomi dan prinsip tatalaksana. IV. Neoplasma dan kelainan vaskular
Lesi jinak
Hairy nevus
Glioma
Dermoid
Pilomatrixoma
Neurofibroma
Lipoma
Lesi ganas
Kelainan vaskular
Malformasi vaskular
Hemangioma

57
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital

Kelainan hidung kongenital yang juga displasia frontonasal atau sindrom


melibatkan berlebihnya struktur hidung celah wajah medial.1 Secara klinis celah
sangat jarang terjadi. Kelainan ini memiliki Tessier nomor 0 merupakan celah bibir sejati
dua manifestasi yaitu duplikasi hidung dengan manifestasi kolumela dan puncak
komplit yang simetri dan kelebihan struktur hidung berbentuk bifida dengan garis tengah
yang asimetri. Duplikasi nasal sejati atau melekuk ke dalam atau membentuk seperti
polirhinia dimana terdapat dua buah hidung celah. Celah alveolar terdapat di antara
yang masing-masing mempunyai dua kedua insisivus pertama. Dasar septum
buah nostril dan kavum dibentuk oleh dua mungkin tebal, duplikasi atau bahkan tidak
pasang lempeng nasal yang tumbuh menjadi ada. Pangkal hidung biasanya lebar dan
empat celah hidung dan empat sakus nasal dihubungkan dengan adanya hipertelorisme
yang mengalami perkembangan normal. orbita. Ukuran vertikal hidung tampak
Supernumerary nostril didefinisikan sebagai pendek. Kelainan yang berat melibatkan
nostril tambahan, yang sudah terdapat kranial berbentuk celah Tessier nomor 14.5
sepasang nostril normal dan adanya
Untuk memperbaiki estetika pada
alae nasi tambahan untuk membentuk
kelainan hidung kongenital tipe II,
supernumerary nostril. Apabila tidak
tindakan bedah harus dilakukan untuk
terdapat alae nasi tambahan maka disebut
mengangkat semua struktur yang berlebih
fistula. Supernumerary nostril dan fistula
dan memperbaiki kembali bentuk
terbentuk dari celah prosesus nasalis
anatominya. Pada saat melakukan koreksi
lateral selama masa perkembangan yang
supernumerary nostril, fistulektomi saja
menyebabkan duplikasi segmen.4 Jurnal
tidaklah adekuat apabila terdapat kelebihan
lain menyebutkan supernumerary nostril
kartilago nasalis lateralis inferior. Kartilago
dihubungkan dengan atresia koana dan
ini perlu direkonstruksi untuk mendapatkan
kelainan apertura piriformis. Dikatakan
estetika hidung yang baik. Setelah dilakukan
bahwa dua buah lempeng nasal atau celah
fistulektomi dan struktur hidung terpapar,
olfaktori asesorius menyebabkan terjadinya
seperti pada rinoplasti terbuka, dapat
supernumerary nostril.
dilakukan rekonstruksi untuk memperbaiki
Kelainan tipe 2 yang lain adalah anatomi. Penjahitan puncak kartilago nasal
kolumela ganda yang berhubungan lateral inferior memberikan estetika yang
dengan kista dermoid dan kaudal septum lebih baik.4
bifida. Celah kraniofasial tengah (midline
Berbagai macam prosedur bedah
craniofacial cleft) dapat menimbulkan
digunakan untuk nasal bifida, beberapa
kelainan yang tampak seperti duplikasi nasal
menyebutkan bahwa operasi menggunakan
atau nasal bifida. Oleh karena itu duplikasi
jabir lokal atau jaringan subkutan dan
nasal yang dilaporkan mungkin merupakan
tulang rawan memberikan hasil bentuk
bentuk dari celah kraniofasial.1
hidung yang baik. Untuk rinoplasti eksterna
Tessier 0 cleft atau celah Tessier masih merupakan kontroversi antara
0/14 yang mengenai bagian tengah wajah metode terbuka atau tertutup. Kekurangan
menyebabkan terjadinya celah kraniofasial. pendekatan terbuka adalah adanya jaringan
Bentuk yang paling ringan adalah nasal parut pascaoperasi di garis tengah dorsum
bifida ringan dan gambaran yang berat nasi, namun kelebihannya adalah lapang
dapat berupa hipertelorisme orbita dan pandang yang lebih luas. Pada nasal bifida,
ensefalokel frontonasal. Garis rambut lipatan dan kelebihan kulit pada dorsum nasi
bagian depan membentuk huruf V di bagian direseksi dan disimpan untuk digunakan
dahi (widow’s peak). Kelainan ini disebut sebagai tandur spindle. Setelah kartilago

58
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital

alae dievaluasi, selanjutnya kedua kartilago dengan perbandingan perempuan banding


tersebut disatukan ke tengah dengan laki-laki 2:1 dan atresia unilateral lebih
jahitan matras menggunakan benang nylon sering dibandingkan bilateral. Kelainan ini
5-0, diposisikan dengan benar kemudian dapat diturunkan secara autosomal resesif.8-9
difiksasi untuk mengangkat puncak hidung.
Dasar embriologi dari atresia koana
Kulit yang sudah direseksi dikelupas
belum jelas sepenuhnya, tetapi Hengerer
lapisan epidermisnya dan kemudian tandur
dan Strome10 mengajukan empat teori yaitu
dermis diletakkan di bagian puncak hidung
menetapnya membran bukofaringeal dari
menggunakan benang nylon. Bila perlu
foregut, menetapnya membran nasobukal
dapat ditambahkan fiksasi bolster. Kulit
Hochstetter, kelainan menetap dari adhesi
dijahit melalui pendekatan 2 lapis.2,6
pembentukan mesoderm di daerah koana
dan adanya kesalahan arah mesoderm akibat
faktor lokal. Akibat dari jaringan mesenkim
yang salah letak di daerah tengah wajah,
terjadi lempeng tangensial yang menutupi
jalan nafas dari vomer posterior menuju
dinding hidung. Sembilan puluh persen
lempeng ini berupa tulang.
Atresia koana unilateral tidak
membutuhkan tindakan segera dan biasanya
baru disadari pada anak usia lebih besar atau
remaja dengan sumbatan hidung unilateral
Gambar 7. Teknik dan metode bedah.6 rinorea, dan obstructive sleep apnea.
Diagnosis dapat ditegakkan menggunakan
pemeriksaan endoskopik dan tomografi
Tandur dermis ditanamkan dari dermis komputer, untuk melihat karakteristik
setelah epidermis diangkat. Tandur ini sangat dinding lateral atresia apakah terbentuk
mudah digunakan, tahan terhadap infeksi dari tulang atau membran dan memantau
dan dapat ditanam di bawah permukaan hasil tindakan rekonstruksi. Atresia koana
kulit. Ketika ditanam sel epitel atrofi dan bilateral sering terjadi bersama dengan
tidak aktif, namun tandur yang terpapar atau gangguan jantung, sindroma CHARGE
digunakan di permukaan dapat mengalami (coloboma, heart defect, choanal atresia,
reepitelisasi. Tandur dermis telah digunakan retarded growth, genitourinary hypoplasia
untuk menutupi permukaan intraoral atau and ear anomalies), OSA, kelainan darah
implan subkutan, untuk menambah massa dan gagal tumbuh.8-9
atau kontur daerah yang akan diperbaiki.
Saat ini penggunaan tandur dermis sudah Sebagian besar atresia koana
banyak digantikan dengan tandur dermis direkonstruksi dengan cara transnasal dengan
aseluler (misalnya Alloderm®) untuk atau tanpa bidai. Pada bayi baru lahir metode
menambah massa dan memperbaiki kontur bedah untuk atresia koana tipe membran
defek pada wajah.7 adalah dengan mengambil membran dan
memasang bidai minimal 6 minggu. Pada
Atresia koana adalah salah satu penyebab atresia koana tipe tulang, dinding tulang
sumbatan hidung yang jarang ditemukan, dapat diambil secara endoskopik dan
yang diakibatkan kegagalan perkembangan dilanjutkan pemasangan stent. Reseksi
koana posterior. Atresia koana terjadi pada dapat disempurnakan pada usia 3-4 tahun
satu dalam 5000-8000 kelahiran hidup melalui pendekatan transpalatal.8-9

59
ORLI Vol. 45 No. 1 Tahun 2015 Rinoplasti pada kelainan hidung kongenital

Waktu yang tepat untuk tindakan DAFTAR PUSTAKA


rekonstruksi haruslah mempertimbangkan 1. Losee EJ, Kirschner RE, Whitaker LA.
pertumbuhan anatomi dan juga psikis pasien. Congenital nasal anomalies: a classification
Pada usia lima tahun hidung akan mencapai scheme. Plast Reconstr Surg. 2004; 113: 676-
75% ukuran dewasa sehingga visualisasi 89
struktur hidung melalui rinoplasti terbuka 2. Freitas R, Alonso N, Shin JH. Surgical
lebih mudah dilakukan tanpa melupakan correction of tessier number 0 cleft. J
perkembangan psikologis anak yang pada Craniofac Surg. 2008; 19: 1348-52
usia ini biasanya mulai bersekolah.4 3. HuizingEH, DeGrootJAM. Nasal development
and growth. In : Functional reconstructive
Terdapat berbagai macam teknik untuk nasal surgery. New York: Thieme; 2003.
merekonstruksi nasal bifida berdasarkan p.40-5
derajat kelainan. Pada kasus nasal bifida 4. Zbar RIS, Rai SM, Ghimire P. Repair
yang dilaporkan, tidak didapatkan of congenital nasal anomalies involving
kelainan celah bibir dan palatum sehingga redundancy of structures. Cleft Palate J.
rekonstruksi dilakukan melalui pendekatan 2003; 40: 214-7
terbuka pada dorsum nasi dengan 5. Turkaslan T, Ozcan H, Genc B,
menggunakan tandur dermal (dermal graft) Ozsoy Z. Combined intraoral and nasal
untuk memperbaiki bentuk puncak hidung. approach to tessier no:0 cleft with bifid nose.
Ann Plast Surg. 2005; 54: 207-10
Tindakan rekonstruski pada kedua kasus
nasal bifida di atas berbeda. Pada kasus 6. Kurokawa N, Oe M, Ueda K. Open
approach via the nasal dorsum with dermal
kedua, rekonstruksi hidung memakai tandur graft for bifid nose. J Craniofac Surg. 2009;
alih dari sulkus gluteus disertai tandur alih 20: 1356-8
tulang rawan konka telinga karena tandur
7. Triana Jr RJ, Murakami CS, Larrabee Jr. WF.
dermal (dermal graft) dari dorsum hidung Skin graft and local flaps. in: Papel ID, Frodel
saja tidak mencukupi. Tindakan rekonstruksi J, Holt GR, Larrabee WF, Nachlas N, Park SS
selanjutnya untuk memperoleh hasil yang et al, editors. Facial plastic and reconstructive
lebih estetis dapat direncanakan pada usia surgery 2nd ed. New York: Thieme; 2002.
remaja. Kasus ketiga yaitu nostril tambahan p.38-54
(triple nostril) atau dengan alae nasi asesorius 8. Friedman M, Vidyasagar R. Surgical
masuk dalam kriteria supernumerary nostril. management of septal deformity, turbinate
hypertrophy, nasal valve collapse and
Tindakan rekonstruksi diawali dengan choanal atresia. In: Bailey BJ, Johnson
fistulektomi yaitu mengeksisi kavum nasi JT, Newlands SD editors. Head and neck
asesorius, dilanjutkan dengan memperbaiki surgery–otolaryngology 4th ed. Philadephia:
alae nasi melalui rinoplasti terbuka dengan Lippincot William and Wilkins; 2006. p.319-
teknik tip-suturing. 34.
9. Drake AF, Ferguson MO. Controversies in
Hidung merupakan bagian estetika yang upper airway obstruction. In: Bailey BJ,
penting dari wajah. Oleh karena itu, kelainan Johnson JT, Newlands SD editors. Head
di daerah ini penting untuk direkonstruksi and neck surgery–otolaryngology 4th ed.
sebelum masa remaja agar tidak mengganggu Philadephia: Lippincot William and Wilkins;
perkembangan psikologis anak dengan 2006. p.803-13
mempertimbangkan waktu pertumbuhan 10. Myers EN. Surgery for choanal
hidung yang optimal. atresia. In: Eugene EN editor. Operative
otolaryngology. Head and Neck Surgery
2nd ed. Pittsburgh: Saunders Elsevier; 2008.
p.27-32

60

Anda mungkin juga menyukai