Anda di halaman 1dari 58

RENCANA KERJA DAN SYARAT - SYARAT

PRASARANA SISI DARAT

SPESIFIKASI TEKNIS

PEK. PEMBANGUNAN GEDUNG WORKSHOP

TAHUN ANGGARAN 2021

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA MOROWALI
A. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Lingkup Pekerjaan Persiapan

1. Letak titik duga pokok (titik nol) akan akan ditentukan oleh
Direksi Lapangan bersama –sama pemborong.

2. Titik ini harus ditetapkan permanen dan dibuat dari tugu beton bertulang, berpenampang 20 x
20 Cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam 1 meter sehingga tidak dapat berubah / berpindah
tempat. Tugu beton tersebut diberi tanda jelas serta terletak di lokasi yang tidak akan tergusur
bangunan.

3. Ukuran selanjutnya, tugu tersebut harus menjadi dasar bagi setiap ukuran dan kedalaman.

4. Penentuan titik lainnya dilakukan oleh pemborong di lapangan dengan alat ukur optik yang
sudah ditera kebenaranya dan harus selalu berpedoman kepada titik duga pokok (titik nol)

5. Ketidak cocokan yang mungkin ada diantara gambar dan kenyataan harus segera
dilaporkan pada Direksi.

6. Pengukuran sudut – sudut 90 derajat atau bukan, hanya boleh dilakukan dengan alat ukur
optik.

7. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk
bagian – bagian ruang kecil saja.

8. Patok bouwplank dan papannya boleh menggunakan kayu lokal, tebal minimum 2,5 cm, lebar
20 cm, sisi atasnya harus diketam halus dan rata.

9. Tinggi bouwplank sama dengan titik nol atau apabila dikehendakinya harus dibicarakan
dahulu dan disetujui Direksi.

10. Papan bouwplank dipasang disekeliling luar bangunan dengan jarak


200 cm dari tepi luar bangunan

11. Pemasangan bouwplank harus kokoh, kuat dan tidak berobah oleh cuaca serta harus rata air.
Permukaan harus diukur dengan alat water pass.

12. Setelah selesai pemasangan bouwplank harus dilaporkan Direksi untuk diperiksa sebelum
pekerjaan selanjutnya dilakukan.

13. Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan membuat sumur lengkap dengan pompa
dilokasi proyek atau mengambil dari luar, air harus bersih, bebas dari lumpur, minyak dan
bahan-bahan lainnya yang dapat merusak struktur bangunan.

14. Reservoir / bak air untuk kerja berukuran minimum 4 (empat) m3 dan harus selalu terisi
penuh.

15. Listrik untuk keperluan kerja harus disediakan pemborong dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan dengan daya sekurang-
kurangnya 6 KVA. Penggunaan diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya
diperkenankan untuk penggunaan sementara atas persetujuan Direksi lapangan

16. Sebelum proyek dimulai, terlebih dahulu pemborong harus membuat pagar pengaman
sekeliling proyek, dengan batas-batas menurut petunjuk yang diberikan oleh Direksi
Pelaksana. Kalau tidak ditentukan lain pagar harus dibat dari kayu dolken dengan penutup
seng setinggi 180 cm dengan konstruksi yang cukup kuat dan menjamin keamanan.
17. Kantor Direksi Lapangan merupakan bangunan sementara dengan kontruksi rangka kayu,
dinding multiplek/Triplex tebal 6 mm dicat, penutup atap asbes gelombang, lantai beton
tumbuk diplester, diberi pintu/jendela secukupnya untuk penghawaan/pencahayaan.

Letak Kantor Direksi Lapangan harus cukup dekat dengan kantor


Pemborong tetapi terpisah dengan tegas.
Luas kantor : 4 x 9 m2, terbagi atas ruangan rapat : 4 x 6 m2
Ruang Pengawas Harian : 4 x 3 m2, dengan perlengkapan- perlengkapan :

1 (satu) meja rapat ukuran 1.20 x 1.80 m2, denga 6 kursi lipat

1 (satu) meja tulis ukuran 0.70 x 1.40 m2, dengan dua kursi lipat.

1 (satu) meja gambar ukuran A-1,dari kayu, dapat dilipat.

1 (satu) A.C window unit ukuran 1 PK untuk Ruangan Rapat.

1 (satu) lemari ukuran 1.50 x 2.00 x 0.50 m3, dapat dikunci.

1 (satu) whiteboard ukuran 1.20 x 2.40 m2

Kecuali ditentukan lain oleh Direksi.

18. Ukuran luas kantor pemborong, los kerja serta tempat penyimpanan bahan, diserahkan pada
pemborong dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran.

19. Khusus untuk penempatan bahan-bahan seperti : pasir, krikil, harus dibuatkan kotak simpan
yang dipagari dinding papan yang cukup rapat sehingga masing-masing bahan tidak
tercampur.

20. Pemborong harus membuat gudang tempat penyimpanan peralatan dan material yang harus
bebas dari hujan.

21. Pemborong harus membuat drainage sementara selama pelaksanaan pekerjaan berlangsung, baik
untuk pengeringan air hujan maupun untuk pengeringan air tanah, sehingga dapat menjamin
terhindarnya proyek dari kemungkinan genangan air yang mengganggu kelancaran
pekerjaan maupun lingkungan sekitar daerah kerja.

22. Pemborong harus menjamin keamanan proyek, baik untuk barang- barang milik Pemborong
sendiri maupun milik pemberi tugas. Pemborong harus menempatkan petugas-petugas
keamanan selama 24 jam setiap hari
2. Pekerjaan persiapan

1. Pengukuran

1.1. Ukuran titik duga-patok (titik nol) akan ditentukan oleh Direksi bersama-sama
pemborong. Selanjutnya titik ini harus ditetapkan permanen dengan tugu beton
sedemikian sehingga tidak bias berubah-ubah dan digerak-gerakkan, diberi tanda jelas.
Tugu tersebut harus menjadi dasar bagi setiap ukuran dan kedalaman.
1.2. Penentuan titik lainnya ditentukan oleh pemborong dilapangan dengan alat
teropong, waterpass yang baik dan sudah ditera kebenarannya terlebih dahulu.
1.3. Ketidak cocokan yang mungkin ada antara gambar dan kenyataan harus dilaporkan
kepada direksi.

2. Pengukuran sudut siku

2.1. Pengukuran sudut siku-siku dilakukan dengan alat teropong waterpass theodolit,
prisma penyiku atau penyiku lainnya

2.2. Pengukuran siku dengan benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan
untuk bagian-bagian ruangan kecil saja.

3. Papan Bangunan (Bouwplank)

3.1 Papan bangunan harus dipasang pada petak-petak kayu yang nyata kuat tertancap
didalam tanah sehingga tidak biasa bergerak-gerak atau berubah-ubah
.
3.2 Lebar papan babgunan sekurang-kurangnya 20 cm tebal sekurang-kurangnya 2,5 cm

3.3 Tinggi papan bangunan sama dengan titik nol atau apabila dikehendaki lain harus
dibicarakan dahulu dan disetujui oleh Direksi.

3.4 Setelah selesai pemasangan papan bangunan wajib dilaporkan kepada Direksi
untuk pemeriksaan, sebelum pekerjaan selanjutnya dilakukan.
B. PEKERJAAN TANAH

1. Pengupasan tanah (stripping) Dan Penyebarannya Kembali

1.1. Sebelum penggalian untuk grading dimulai harus dilakukan pengupasan tanah permukaan
setebal 20 cm.
Hasil kupasan ini apabila dianggap cukup baik untuk lapisan harus ditimbun ditempat-tempat
penimbunan yang ditentukan oleh Direksi lapangan, untuk ditimbunkan kembali pada daerah
rencana pertanaman. Apabila Direksi lapangan menilai bahwa lapisan tanah tersebut tidak
memenuhi syarat untuk lapisan humus, maka harus dikeluarkan dari lapangan .

1.2. Setelah pekerjaan grading selesai seluruhnya dan bentuk permukaan tanah telah menyerupai
rencana, maka tanah permukaan hasil pengupasan disebar dan diratakan pada keseluruhan
permukaan tanah yang digarap sebagai lapisan terakhir, kecuali pada bagian- bagian yang akan
dibangun jalan dan bangunan.

2. Penggalian Tanah untuk Site Grading

2.1. Penggalian dilakukan pada bagian-bagian yang lebih tinggi dari tanah direncanakan.

Hasil-hasil galian diangkut ke tempat-tempat dimana pengurugan.

2.2. Urutan kerja penggalian harus diukur demikian rupa sehingga tidak menimbulkan gangguan
pada lingkungan tapak ataupun menyebabkan timbulnya genangan air untuk waktu lebih
dari 24 jam

3. Pengupasan Tanah Untuk Site grading

3.1. Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari semua bahan–bahan yang dapat
merusak atau dapat mempengaruhi kemantapan urugan yang akan dilaksanakan.

3.2. Pengurugan tanah untuk halaman yang akan dibangun jalan / plaza/ bangunan tidak perlu
dipadatkan dengan mesin ,cukup ditimbras saja

3.3. Penghamparan tanah urugan dilakukan lapis demi lapis tidak lebih dari 20 cm dan langsung
dipadatkan.
Setiap kali penghamparan harus mendapat persetujuan dari direksi lapangan yang
mengatakan bahwa lapisan dibawahnya telah memenuhi syarat kepadatan yang disyaratkan

3.4. Kepadatan yang disyaratkan untuk konstruksi tanah urugan adalah :

3.4.1. Lapisan tanah lebih dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus mencapai 90%
dari kepadatan (kering) maksimum
3.4.2. Lapisan tanah kurang dari 30 cm dibawah permukaan subgrade, harus mencapai 100%
dari kepadatan (kering) maksimum
3.4.3. Tanah dasar tanpa kohesi harus mencapai 100% dari kepadatan (kering)
maksimum

3.4.4. Tanah dasar berkohesi dengan index plastis kurang dari 25, harus mencapai 100% dari
kepadatan (kering) maksimum

3.5. Selama pekerjaan pemadatan berlangsung , kadar air harus dijaga agar tidak lebih besar dari
2% kadar air optimum.

4. Penggalian Tanah Untuk Pondasi

a. Sebelum penggalian tanah untuk pondasi dimulai harus dilakukan pengupasan tanah permukaan
setebal 20 cm.

b. Penggalian harus dilakukan sesuai dengan lebar lantai kerja pondasi, penampang lereng
galian kiri kanan dimiringkan 10 derajat kearah luar pondasi.

c. Dasar galian harus mencapai tanah keras, apabila ternyata tidak sesuai dengan rencana gambar
pondasi, maka pemborong diharuskan melapor kepada Direksi Lapangan dan dimintakan
keputusannya.

d. Jika pada galian terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-bagiantanah yang
longgar (tidak padat), maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya kemudian lubang yang terjadi
diisi dengan pasir urug lapis demi lapis dan apabila dimungkinkan disiram dengan air tiap
lapis sampai jenuh, sehingga mencapai permukaan yang diinginkan.

5. Pengurugan dan Pemadatan Tanah Untuk Pondasi

a. Pengurugan tanah pondasi dilakukan berdasarkan petunjuk Direksi, dimana macam


pekerjaannya tergantung pada bentuk pondasi bangunan.

b. Sebelum dipasang pondasi, galian pondasi dibatasi dengan pasir urug setebal minimum 10
cm. Dibawah lantai dilapisi pasir urug setebal 20 cm.

c. Setelah pasangan pondasi cukup kuat atas ijin Direksi, lubang- lubang galian dapat diurug
kembali. Pada bagian dalam bangunan diurug dengan pasir urug, sedangkan bagian luar
bangunan cukup diurug dengan tanah galian.

d. Pengurugan harus lapis demi lapis, dan bila memungkinkan disiram dengan air untuk
mendapatkan kepadatan atau dengan cara lain yang disetujui. Tebal setiap lapis maximum 10
cm.

e. Tanah bekas galian harus dibuang atau ditimbun diluar bouwplank dengan penempatan yang
cukup rapih. Tanah antara bouwplank dan galian harus tetap bebas dari timbunan
tanah.

f. Apabila terjadi kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakan pondasi sesuai gambar
rencana, maka pemborong wajib melaporkan hal ini pada Direksi dan pihak Direksi
akan mengambil keputusan.

g. Pemborong wajib membuat parit-parit buangan air dari galian pondasi, agar pada saat hujan
air tanah tidak menggenangi lobang galian.
6. Tanah urug / Pasir urug

a. Tanah yang mengandung pasir, dengan kualitas pasir yang lebih kasar dari pada pasir pasang,
dapat menggunakan pasir laut yang sudah dicuci.

b. Tanah yang akan diurug dan tanah urugnya harus bebas dari segala bahan-bahan
yang dapat membusuk atau mempengaruhi kemantapan urugan yang akan
dilaksanakan

7. Perbaikan Tanah

a. Jika tanah terdiri dari jenis tanah lunak (lempung atau lanau) yang mempunyai harga pengujian
penetrasi standar N < 4, atau tanah organis yang mempunyai kadar air alamiah sangat tinggi
(tanah gambut) ; juga tanah berpasir yang dalam keadaan lepas maupun harga N < 10; maka
sebelum dilakukan pekerjaan kontruksi harus dilakukan dahulu perbaikan tanah sehingga di dapat
daya dukung yang memenuhi syarat.

b. Untuk tanah gambut perlu diadakan pengupasan sedalam + 50 Cm, baru diberikan terucukan
bambu atau dari kayu dengan diameter 10 Cm untuk setiap jarak 30 Cm.

c. Terucukan harus selalu terendam air tanah.

d. Untuk lanau atau lempung bisa langsung diberi terucukan dari bambu atau kayu dengan
diameter 10Cm untuk setiap jarak 30 Cm.

e. Setelah terucukan selesai baru dihamparkan pasir setebal 15Cm, kemudian diberi lapisan
anyaman bambu (gedek) sebagai perata beban, untuk selanjutnya diberi lapisan tanah urug
diatasnya.

8. Pekerjaan Tanah

1. Pekerjaan penggalian, perataan, pengukuran dan lain-lain (kalau ada) bagian dari pekerjaan
tanah ini.

2. Untuk galian pondasi-pondasi disesuaikan dengan gambar kecuali ditentukan lain, menurut
keputusan Direksi.

3. Lobang galian pondasi harus cukup lebar sehingga waktu mengerjakan pasangan pondasi
atau pengecoran beton tidak terganggu, untuk itu dasar galian harus rata dan bersih dari akar-
akar pohon dan lain-lain.

4. Apabila kondisi tanah tidak memungkinkan dilaksanakan pondasi sesuai gambar rencana, maka
pemborong wajib melaporkan hal ini kepada pengawas Direksi dan pihak Direksi akan
memberitahukan keputusan apa yang akan diambil.

5. Apabila pada dasar galian terdapat akar-akar atau tanah masih lunak, maka harus digali
sampai memenuhi syarat tanah yang cukup baik sesuai dengan pertimbangan Direksi.

6. Pemborong wajib membuat parit-parit pembuangan air dari galian pondasi, agar pada saat
hujan atau air tanah / tinggi tidak menggenangi lubang galian pondasi.
C. BAHAN-BAHAN DASAR BANGUNAN

1. Semen Portland

a. Memenuhi persyaratan-persyaratan SII dan N 1-8.

b. Apabila diperlukan jenis yang tersebut diatas, maka dapat dipakai jenis-jenis semen seperti :
semen Portland-tras, semen alumina, semen tahan sulfat dan lain-lain
Dalam hal ini pelaksana diharuskan untuk meminta pertimbangan-pertimbangan
dari lembaga pemeriksaan bahan- bahan yang diakui

c. Penyimpanan semen harus ditempat yang kering dengan lantai terangkat, bebas pengaruh air
dari tanah dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena terlalu lama
disimpan, mengeras ataupun tercampur dengan bahan-bahan yang dapat merusak struktur
bangunan, tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan.

d. Semen harus dilindungi sebaik-baiknya terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan
dipakai sesuai dengan urutan pengiriman.

2. Pasir (Aggregat Halus)

a. Bahan pasir dapat berupa pasir alami atau bahan halus yang diperoleh dari hasil mesin
pemecah batu. Bahan pasir harus cukup kuat, tidak rapuh, berbutir tajam, keras, bersih.

b. Komposisi gradasinya terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan tidak
mengandung lumpur lebih dari 5 %. Apabila kadar Lumpur melampaui 5 %, maka aggregate
halus harus dicuci Pasir sebagai bahan bangunan harus pula bebas dari bahan-bahan organis yang
dapat merusak fungsinya pada konstruksi.

3. Koral (aggregate kasar)

a. Aggregate kasar dapat berupa kerikil alam atau batuan-batuan yang diperoleh dari pemecahan
batu.

b. Bahan ini harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori, tidak mengandung butir-
butir yang pipih melampaui 20 % dari berat aggregate seluruhnya.

c. Aggregate kasar tidak boleh mengadung Lumpur lebih dari 1 % terhadap berat kering, dan juga
bebas dari bahan – bahan yang dapat merusak seperti zat-zat yang reaktif alkali.

d. Komposisi gradasi terdiri dari butir- butir yang beraneka ragam besarnya, bervariasi antara 5 – 80
mm.Dalam segala hal syarat-syarat ini disesuaikan dengan ketentuan dalam PBI 1971.

4. Air Kerja

a. Air kerja adalah air yang tidak mengandung minyak,asam, alkohol, garam-garam , bahan organis
atau bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan, bersih dan dapat lanjut.

b. Jika ada keragu-raguan dalam penentuan kualitas, maka pemborong diminta untuk mengirim
contoh air kelabotarium resmi yang ditunjuk guna dapat diselidiki lebih lanjut.
c. Selama air dilokasi bangunan belum mendapat persetujuan untuk digunakan sebagai
air kerja, maka pihak pemborong harus dapat mengadakan air dari sumber lain yang
disetujui.

5. Batu Bata

a. Semua batu bata yang dipergunakan harus berkualitas baik yang berwarna merata ,sisi-sisinya
tegak lurus sama lain, lurus dan rapi serta mempunyai ukuran/bentuk yang sama pejal dan relatif
utuh.

b. Menggunakan batu merah kwalitas baik yang terbakar matang dengan maximum 10 % untuk bata
merah yang pecah.

c. Dimensi (12 x 24 x 4) cm3 atau sesuai produksi setempat dengan persetujuan Direksi.

6. Bataco / Bata Tela

a. Bata Tela yang dipakai harus terdiri atas cetakan pres dengan campuran semen : Karang/
Padas = 1 : 5.

b. Ukuran batu tela harus sedemikian rupa sehingga jumlah yang diperlukan untuk 1 m3
pasangan berkisar antara 145 s/d 155 buah.

7. Batu Belah

a. Bahan batu belah kecuali dipersyaratkan lain, harus sesuai dengan PUBB 1977, NI – 3.

b. Batu belah yang dipakai ialah batu belah minimum tiga sisi.

c. Ukuran batu belah maximum 30 cm, dan strukturnya harus cukup keras dan
awet.Pengujian terhadap kekerasan apabila diperlukan harus dapat memenuhi ketentuan
pada pengujian abrasi.

8. Kayu

a. Kayu yang digunakan harus bersifat baik dengan ketentuan bahwa segala sifat dan
kekurangan-kekurangan yang berhubungan dengan pemakaiannya tidak akan merusak atau
mengurangi nilai konstruksi.

b. Kualitas dan ukuran kayu yang digunakan disesuaikan dengan gambar kerja yang ada. Demikian
pula mutu dan kelas kuat kayu yang apabila tidak ditentukan lain maka harus mengikuti syarat-
syarat dan ketentuan-ketentuan dalam PKKI NI –5.

c. Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 % untuk bahan yang mempunyai ketebalan.
Kurang dari 15 % untuk ketebalan lebih 25,4 mm (1 inchi).

d. Dihindarkan adanya cacat- cacat kayu antara lain yang berupa putih kayu, pecah- pecah, mata
kayu melintang. Syarat- syarat kelembaban kayu yang dipakai harus memenuhi syarat
PKKI.Untuk kayu kamfer kalimantan kelembabannya tidak dibenarkan melebihi 12 %.

e. Toleransi terhadap ukuran kayu yang tertera pada gambar hanya diperkenankan berbeda tidak lebih
dari 3 mm.
9. Baja Tulangan

a. Tulangan beton yang digunakan adalah batang-batang baja baru dan harus mempunyai
tegangan leleh minimum 2400 kg /cm2 dan tegangan maximum 3600 kg/cm2.
Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan- ketentuan PBI 1971

b. Baja tulangan yang digunakan adalah baja yang kualitasnya sesuai dengan yang ditentukan oleh
SII & PBI 71.

c. Sebelum baja tulangan dipasang, harus bersih dari karat, minyak, gemuk dan bahan-bahan lain
yang dapat mengurai daya lekat terhadap beton.

d. Batang tulangan dapat berupa batang polos atau batang yang diprofilkan, tergantung pada
kebutuhan yang disesuaikan dengan gambar pelaksanaan pekerjaan.

e. Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm dan tidak
bersepuh seng.

10. Baja Profil

a. Mutu baja profil yang digunakan sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat yang ditentukan
dalam peraturan umum untuk bahan bangunan di Indonesia NI –3,PUBB 1977dan PKBI.

b. Besi baja profil harus dalam keadaan baru dan tanpa cacat setelah ada dilokasi / dilapangan dan
harus bebas dari puntiran, tekukan dan tegangan-tegangan yang dapat mengakibatkan menurunnya
kekuatan baja dari persyaratan yang telah ditentukan

11. Bahan-Bahan Bangunan

1. Umum

1.1. Yang disebut dengan bahan bangunan ialah :


Semua bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai tercantum dalam
rencana kerja dan syarat-syarat ini serta gambar-gambarnya.

1.2. Semua bahan bangunan harus berkualitas baik, dan mendapat persetujuan dari Direksi.

1.3. Dalam jangka waktu 2 x 24 jam semua bahan-bahan yang dinyatakan ditolak oleh Direksi
supaya dikeluarkan dari proyek, dan apabila ternyata bahan-bahan tersebut masih
dipergunakan oleh pemborong, maka Direksi berhak memerintahkan pembongkaran
kembali dan segala kerugian yang diakibatkan menjadi tanggung jawab pemborong
sepenuhnya.

2. Pemeriksaan

2.1. Semua bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan ini, harus disetujui oleh Direksi
sebelum dipergunakan.

2.2. Pada perselisihan dengan pemborong tentang pemeriksaan bahan-bahan, Direksi


berhak meminta kepada pemborong untuk meminta contoh-contoh bahan- bahan yang telah
didatangkan untuk diperiksa dilaboratorium.

2.3. Selama itu pemborong dapat melanjutkan pekerjaan tapi sama sekali atas tanggungan
sendiri, dengan kemungkinan bahwa bahan-bahan yang ternyata tidak baik atau tidak
memenuhi syarat-syarat maka bahan- bahan tersebut harus disingkirkan.

2.4. Semua biaya pemeriksaan oleh laboratorium tersebut dipikul oleh pemborong.
D. PEKERJAAN UMUM BANGUNAN

1. Pekerjaan Beton Bertulang

a. Syarat umum pekerjaan beton bertulang ini mengikuti sepenuhnya peraturan beton Indonesia
tahun 1971 (NI –2)

b. Konstruksi beton bertulang untuk seluruh bagian harus mencapai mutu beton yang ditentukan
sesuai gambar kerja dinyatakan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium uji yang disetujui
Direksi lapangan.

c. Konstruksi beton dibuat sesuai dengan ukuran-ukuran, termasuk besi penulangan dan
sengkangannya, yang tertera dalam gambar- gambar rencana pelaksanan dan detail struktur
beton.Apabila terdapat ukuran-ukuran pada gambar rencana arsitektural dan gambar rencana
struktur beton, pemborong diwajibkan memberitahukan secara tertulis kepada Direksi
lapangan dan meminta keputusannyan sebelum melaksanakan pekerjaan tersebut.

d. Pemborong diwajibkan membuat rencana pengecoran, mulai dari pondasi beton hingga seluruh
pekerjaan beton selesai dengan diberi catatan-catatan mengenai bagian yang dicor, tanggal,
kode gugus test slump test, jam pengecoran dll.

e. Untuk mencegah gangguan cuaca, dianjurkan agar disediakan tenda-tenda/penutup plastik


secukupnya sehingga jalanya pekerjaan pengecoran tetap lancar.

f. Pada setiap sambungan pengecoran diharuskan menggunakan “additive” (bahan-bahan)


yang khusus untuk itu. Penggunaannya harus memenuhi persyaratan.

g. Penggunaan “additive”untuk tujuan mempercepat pengeringan beton. Dapat dilakukan


tanpa mengurangi mutu dan kekuatan beton.

h. Permukaan beton harus dilindungi dari pengeringan yang terlalu cepat atau tidak merata,
antara lain dengan dibungkus atau ditutup dengan SCAKPAFT 310 (reintorced building paper).

i. Selama pelaksanaan pengecoran beton, Pemborong diharuskan membuat kubus beton ukuran
15 x 15 x 15 cm, dibuat ditempat pengecoran untuk diperiksa kelabotarium pemeriksaan beton.

j. Test kubus berpedoman kepada P.B.I, 1971, yaitu pasal-pasal 4.6 dan 4.7.

k. Kekentalan campuran beton harus diperiksa dengan pengujian slump dengan kerucut
terpancung, ukuran diameter dibawah 20 cm, diameter diatas 10 cm, dan tinggi 30 cm,
kerucut diisi dengan adukan beton dalam 3 lapis yang sama tebal, masing-masing ditusuk-
tusuk dengan besi baja 16 mm. Setelah muka bidang atasnya merata, maka 30 detik
kemudian kerucut ditarik keatas dan penurunan puncak kerucut diukur terhadap tinggi semula.
Untuk bagian pondasi ditentukan penurunan maximum 10 cm, minimum 7,5 cm, untuk
bagian lainnya penurunan maximum 9 cm, minimum 8 cm.

l. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang yang lurus atau dibengkokan, sambungan
kait-kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan persyaratan yang tercantum pada P.B.I.
1971

m. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga tidak mengalami perubahan


bentuk maupun tempat selama pengecoran berlangsung.

n. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan P.B.I 1971.
o. Besi beton yang digunakan dengan mutu sesuai gambar kerja dan diuji pada labotarium uji
bahan yang ditunjuk sebelum pekerjaan dimulai. Pengujian dilakukan atas semua ukuran dari
setiap pabrik.

p. Substitusi pembersihan dapat dilakukan hanya atas persetujuan Direksi lapangan.

q. Untuk seluruh plat beton atap, ditambahkan tulangan susut.

r. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk beton (beton molen).

s. Takaran-takaran untuk semen, aggregat dan air harus disetujui terlebih dahulu oleh
pengawas ahli.

t. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat-syarat seperti sudah mengeras sebagian,
tercampur dengan bahan-bahan asing atau terlalu encer tidak boleh dipergunakan.

u. Melaksanakan pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-cetakan


sampai jenuh, pemeriksaan ukuran- ukuran dan ketinggian pemeriksaan penulangan dan
penempatan penahanan jarak-jarak.

v. Jarak antara tempat mengaduk dan mengecor supaya diambil sedikit mungkin.

w. Pengangkutan beton supaya dilakukan dengan hati-hati dan dijamin kelancarannya, sehingga
tidak berceceran dalam perjalanan dan tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang besar
antara beton.

x. Alat penggetar harus digunakan berdiri 90 derajat, hanya dalam keadaan khusus
diperkenankan menyentuh tulangan.Ujung penggetar harus diangkat dari dalam adukan apabila
adukan terlihat mulai mengkilap disekitar ujung penggetar, atau kurang lebih sebelum 30
detik.

y. Penghentian pengecoran hanya dilakukan pada tempat-tempat yang disetujui Direksi lapangan
didalam pola rencana pengecoran.

2. Bekisting

a. Bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa agar


pada waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat-cacat, gelombang
maupun perubahan- perubahan bentuk, ukuran, ketinggian serta posisi dari pada beton yang
dicetak/tercetak. Perencanaan pelaksanaan, serta pembongkaran bekisting harus
sesuai dengan cara-cara yang disarankan dan kriteria didalam NI-2 Bab 5.1. dan Bab 5.8.
Permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton harus benar- benar bersih sebelum
penggunaannya.

b. Penyangga-penyangga harus diberi jarak antara yang dapat mencegah difleksi bahan-
bahan bekisting.Bekisting beserta sambungan-sambungannya harus rapat sehingga dapat
mencegah kebocoran-kebocoran adukan selama pengecoran. Lubang-lubang pembukaan
sementara harus disediakan didalam bekisting untuk memungkinkan pembersihan bekisting.

c. Seluruh bekisting harus mengikuti persyaratan-persyaratan dalam normalisasi dibawah ini :


- NI-2
- NI-3
d. Bekisting untuk beton cor ditempat biasa bahannya dapat dibuat dari kayu jenis ‘meranti’ atau
jenis lain yang setarap yang disetujui oleh Ahli.

e. Bekisting untuk beton pracetak. Bahan bekisting terbuat dari metal ‘Slip From’ ataupun
bahan- bahan lain yang disetujui oleh ahli.

f. Bekisting untuk beton exposed cor ditempat. Untuk kolom : Plywood 18 mm dengan
frame 5/10. Untuk balok : Plywood 12 mm untuk bagian dasar dan 10 mm untuk
bagian samping-samping. Untuk bidang luas/dinding : plywood 18 mm.

g. “Form Ties” untuk beton “Exposed” harus dari jenis yang mudah dilepas, dapat terkunci dengan
baik dan tidak berubah pada waktu pengecoran dan penggrojogan dilaksanakan. Pemborong
harus mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Direksi lapangan sebelum dapat menggunakan
“Form Ties”

h. “Chamter Strips” dibuat dari jenis kayu yang baik dan dibentuk menurut ukuran-ukuran yang
terera pada gambar-gambar.

i. Bahan pelepas acuan (releasing agens)harus sepenuhnya digunakan pada semua acuan untuk beton
exposed. Bahan ini harus setarap dengan “Calstrips” buatan Cement Alds Australia.

j. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pemakaian bekisting beton exposed :

1). Tidak akan mengalami deformasi, sehingga bekisting harus cukup tebal dan terikat kuat.

2). Harus kedap air dengan menutup semua celah-celah bekisting.

3). Tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.

k. Bekisting harus dibongkar dengan cara yang sedemikian rupa sehingga dalam menjamin
keselamatan penuh atas struktur-struktur yang dicetak dengan memperhatikan persyaratan-
persyaratan minimum.

l. Bagian struktur beton vertical disangga dengan penturapan, bekisting boleh disangga setelah 24
jam, dengan syarat bahwa betonnya telah cukup keras dan tidak cacat karena pembongkaran
tersebut.

m. Bagian struktur-struktur beton yang disangga dengan menumpu tidak boleh dibongkar sebelum
betonnya mencapai kekuatan yang minimal untuk menyangga beratnya sendiri dan beban-beban
pelaksaanaan dan atau beban-beban bahan yang akan menimpa bagian struktur bagian beton
tersebut.

n. Dalam hal apapun bekisting pada jenis struktur ini tidak boleh dibongkar sebelum
berumur 7 (tujuh) hari, demikian juga bekisting-bekisting yang dipakai untuk
mematangkan (curing) beton tidak boleh dibongkar sebelum dianggap matang.
3. Pekerjaan struktur baja

a. Syarat Umum pekerjaan baja sepenuhnya mengikuti peraturan mengenal baja yang berlaku,
dan semua bagian/bahan baja yang digunakan/dipasang harus dari mutu yang telah ditentukan.

b. Pelaksanaan pekerjaan baja dan hasilnya harus bermutu baik, dimana semua pekerjaan harus
bebas dari puntiran,tekanan, hubungan terbuka dan harus mempunyai ukuran yang tepat, sehingga
dalam pemasangan tidak memerlukan bahan pengisi, kecuali yang tercantum dalam gambar
untuk itu.

c. Semua detail harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan gambar untuk itu.

d. Elektroda-elektroda las yang harus diambil dari GRADE-A (best heavy coated type) batang-
batang elektroda yang dipakai diameternya lebih besar atau sama dengan 6 mm (inch), dan
batang-batang elektroda harus dijaga agar selalu dalam keadaan kering. Juga untuk baut-baut yang
mungkin digunakan harus baut hitam dengan tegangan baut dan tegangan las minimum
adalah 1.400 kg/cm2. atau minimal sama dengan mutu baja yang digunakan.

e. Baja sebelum dikerjakan harus diluruskan dengan toleransi yang diijinkan menurut standar yang
berlaku dan atau diijinkan.

1). Batang profil tekan tidak diijinkan bengkok lebih dari 1/4000 kali panjang batang.

2). Batang profil harus bebas dari puntiran, lubang-lubang ataupun bengkoka bengkokan.

f. Sebelum palaksanaan dimulai, pihak pelaksana harus memberikan contoh hasil


pekerjaan tersebut kepada Direksi Pengawas untuk dilakukan pengujian (test di labotarium
test), dan biaya untuk ini menjadi tanggungan pihak pelaksana dan setelah pemasangan,
tempat-tempat yang tergores atau yang berkarat harus disikat bersih dengan sikat kawat dan
dicat dengan “Galvanising revair paints”, yang disetujui Direksi pengawas.

g. Pemotongan dengan oksigen sebaiknya dilakukan dengan mesin yang setandard.

h. Pengelasan dilakukan dengan menggunakan mesin las listrik dengan hasil tebal las yang
rata Pelaksanaan las sebanyak mungkin dikerjakan didalam bengkel untuk itu pekerjaan las
yang dikerjakan dilapangan harus sama dengan standardnya dengan pekerjaan las yang
dilakukan didalam bengkel dan tidak diperkenankan melakukan pekerjaan las dalam keadaan
basah atau hujan.

i. Juga harus diperhatikan :

a. Permukaan yang akan dilas harus bebas dari kotoran minyak, cacat dan lain-lain bahan asing.

b. Cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku atau disetujui Direksi
Pengawas.

c. Pada waktu pengelasan, propil-propil tidak termakan oleh las, sehingga luas effektif propil
tidak berkurang akibat pengelasan.

d. Pengelasan diatas harus dilaksanakan pada saat kontruksi-kontruksi telah dalam keadaan
diam (tidak berubah-ubah lagi).

e. Las yang dipakai yaitu las sudut dan las tumpul.

f. Mutu las minimal harus sama dengan mutu dari propil- propil yang bersangkutan.
g. Pekerjaan pengelasan yang akan tampak harus dihaluskan sehingga sama dengan
permukaan disekitarnya.

h. Baut yang akan digunakan adalah baut hitam. Dengan kekuatan minimum sama dengan
kekuatan baut propil yang digunakan (ST.37).

i. Lubang untuk sambungan baut harus dibor. Selisih diameter lubang dengan diameter baut
tidak lebih dari 1MM.

J. Penghalusan ataupun penyelesaian (finishing) akibat pemotongan plat, tidak diperlukan, kecuali
jika ditentukan lain oleh direksi pengawas dan dilakukan dengan alat-alat/perlengkapan yang
memenuhi syarat

k. Jika diperlukan, penglurusan harus dikerjakan dengan system mekanis atau dipanaskan
setempat, dimana temperatur tidak boleh lebih dari 650 c.

l. Pada konstruksi kaprangka-rangka harus coplanar sesuai dengan gambar bastek. Kecuali ada
instruksi khusus dari konsultasi pengawas.

m. Pada bagian-bagian dimana konstruksi baja menumpu atau berhubungan langsung dengan beton,
maka bagian beton tersebut harus sudah terpasang sekurang-kurangnya 28 hari setelah pengecoran
dan dinyatakan kering.

n. Bagian propil baja harus diangkat dengan baik dan tidak boleh terjadi puntiran-puntiran pada
waktu pengangkatan.

o. Ikatan-ikatan sementara harus digunakan untuk mencegah tegangan yang melewati tegangan
ijin dan ikatan sementara itu dibiarkan terpasang sampai pemasangan konstruksi selesai.

p. Untuk konstruksi Kap sebelumnya harus diberikan anti (lawan) lendut sebesar 1/600 kali
panjang bentang.

q. Bagian-bagian baja yang tertanam dalam beton harus dibersihkan sebelumnya dan tidak
diperkenankan untuk di cat. Baja-baja konstruksi harus diberi lapisan cat sesuai dengan
persyaratan Pengerjaan pengecatan pasal 12 pekerjaan baja yang sulit harus dicat sebelum
pemasangan. Permukaan baja yang sulit tercapai, harus di cat sebelum pemasangan.

r. Sebelum pengecatan dilakukan, propil baja harus disikat dengan sikat kawat baja sehingga
dalam keadan bersih, kering, bebas dari karat, bebas dari minyak dan debu-debu halus.

4. Sambungan

a. Sambungan-sambungan yang dibuat harus dapat mengikuti gaya- gaya bekerja, selain berguna
untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang.

b. Lubang bolt harus lebih besar 0,5 mm dari pada diameter luar dari bolt. Jika bolt dikerjakan di
shop, maka cara melubangi boleh langsung dengan alat penggerak. Jika bolt dilaksanakan
dilapangan, cara melubangi harus dengan dilubangi sebagian di shop dilanjutkan dilapangan
dengan alat penggerak.Semua pelubang/pengeboran untuk bolt ketat harus dapat dikerjakan
sesudah bagian/profil-profil yang akan berhubungan tersebut dikerjakan.

c. Daerah-daerah yang berbatasan antar profil dengan lubang rivet/bolt dan bolt/rivet itu
sendiri harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat dengan dengan cepat dapat meneruskan gaya
tersebut.

d. Khusus untuk lubang bolt dengan bentuk oval, harus dijamin dapat terjadi pergeseran kearah
horizontal akibat gaya horizontal.
e. Untuk sambungan-sambungan komponen konstruksi baja yang tidak bisa dihindarkan berlaku
ketentuan sebagai berikut :

- Hanya diperkenankan satu sambungan.

- Semua penyambungan profil baha harus dengan full penetration.

5. Pemasangan

a. Elevasi pada gambar kerja kap dan vanwerk adalah elevasi final.

b. Electrion komponen-komponen baja untuk rangka pintu harus mempergunakan alat pengangkat
mekanis (crane).

c. Tali pengikat dan penarik yang dipakai pada waktu erection harus dari kabel baja.

d. Toleransi dari kelurusan batang maupun komponen batang tidak boleh lebih dari 1/1000
panjang batang/komponen batang.

e. Perakitan komponen-komponen baja minimum harus dilakukan pada landasan yang rata
waterpas dan tidak mudah bergerak.

6. Pengecatan

1. Semua bahan struktur harus dicat, sebelum dicat semua permukaan baja harus bersih dari kotoran-
kotoran ataupun minyak-minyak. Pembersihan dapat dilakukan dengan mechanicalwire brush.

2. Sebelum mulai pengecatan Pemborong harus memberitahukan kepada Direksi untuk


mendapatkan persetujuan

3. Cat dasar pertama ialah merk yang ditentukan pada persyaratan bahan dilakukan satu kali
di work shop dan satu kali dilapangan.

4. Cat finish dilakukan di lapangan setelah semua konstruksi terpasang selesai.

5. Pada batang-batang yang saling berhimpitan dan jarak antaranya sempit terlebih dahulu dicat
dasar sebelum batang-batang tersebut digabung.

7. Persyaratan Pengujian

a. Semua bahan yang digunakan dan pekerjaan-perkerjaan baja harus dimungkinkan untuk diperiksa
atau ditest di workshop maupun dilapangan oleh Direksi dan semua biaya ditanggung
oleh pemborong.

b. Untuk sambungan-sambungan baut dan las dilakukan pemeriksaan visual, kecuali pengelasan
dengan full penetration harus dilakukan pemeriksaan dengan radiographie test atau x-ray test.

c. Direksi berhak meminta pemborong untuk melakukan radiographic test/X-ray test untuk bagian-
bagian tertentu pada konstruksi baja. Semua biaya untuk radiographic test//X-ray test ditanggung
oleh pemborong.
8. Peralatan

a. Peralatan yang dipergunakan untuk mengelas harus memakai type yang sesuai dengan yang
dibutuhkan, sehingga penyambungan dengan las dapat memuaskan.

b. Mesin las tersebut harus mencapai kapasitas 25 - 40 Volt dan 200 - 400 Ampere.

9. Pekerjaan Kayu Kasar

a. Bagian ini meliputi pekerjaan dan pemasangan kayu untuk :

- Rangka penggantung Langit-langit.


- Rangka penggantung Ducting AC (bila perlu).
- Pekerjaan kayu lain yang tidak tampak

b. Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan ketentuan yang tertera dalam
syarat dan ketentuan bahan pokok kayu. Pada umumnya untuk pekerjaan ini digunakan kayu
mutu B kelas II.

c. Apabila dalam pelaksanaan konstruksi digunakan alat sambungan, maka harus dipilih yang
paling tepat dengan mutu baik, ex produksi Dalam Negeri. Alat sambung dari logam yang
dapat berkarat. Atau terpengaruh oleh keadaan cuaca harus dilindungi dengan menie besi.

10. Pekerjaan Kayu Halus

a. Bagian ini meliputi pekerjaan perlengkapan dan pemasangan komponen kayu yang terbuka,
termasuk :

- Kosen pintu kayu dan daun pintu kayu.


- Kosen jendela kayu dan daun jendela kayu.
- Kosen untuk pelubangan pentilasi.
- Pekerjaan kayu lain yang diexpose.

b. Mutu dan kelas kayu yang digunakan harus memenuhi syarat dan ketentuan yang tertera dalam
syarat dengan ketentuan bahan pokok kayu.Pada umumnya untuk pekerjaan ini digunakan kayu
mutu A kelas II :

- Kayu yang dipakai harus lurus, dan penampang harus segi empat yang sudutnya saling
menyiku.

- Pembentukan profil harus disesuaikan dengan gambar kerja dan tidak boleh mengurangi
persyaratan yang tertera pada NI-5.

- Bagian yang akan dicat permukaannya terdiri dari serat-serat yang seragam.

- Semua pekerjaan kayu rapih harus sesuai dengan gambar kerja.

- Semua permukaan kayu harus diserut halus dan rapih.

- Daun pintu yang terdiri dari rangka kayu yang dilapis dengan plywood 4 mm kedua sisinya
memakai perekat kedap air dan tidak menimbulkan bercak-bercak pada bidang plywood.
Jenis perekat yang dipakai adalah yang setarap dengan mutu Herterin.
11. Pekerjaan Pasangan Batu belah/Batu karang

a. Bahan yang digunakan

- Batu belah/batu karang.


- Semen.
- Pasir.
- Air kerja.

b. Memenuhi seperti pada persyaratan bahan pokok.

- Kalau tidak ditentukan lain maka adukan spesi yang dipakai 1:5.

- Celah-celah yang besar antara batu dengan batu harus diisi dengan batu kricak dan
dicocok padat, kemudian diplester kasar dikedua sisi.

- Tidak diperkenankan memecah batu belah dengan martil besar disekitar bouplank.

12. Pekerjaan Pasangan Batu Bata/Bataco/Tela

a. Bahan yang digunakan :

- Batu bata.
- Semen.
- Pasir.
- Air kerja.

b. Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang ditentukan dalam
persyaratan bahan pokok.

c. Batu merah yang akan dipasang harus direndam air hingga menjadi jenuh.

d. Perekat yang digunakan berupa adukan 1 pc : 2 ps untuk bagian yang kedap air sedangkan
untuk bagian lain menggunakan adukan 1 pc : 5 ps.

e. Jarak spesi maximum 1 cm.

- Tiap-tiap spesi harus dibuat selang seling dan rapi.

13. Pekerjaan Beton Tumbuk/Rabat

a. Bahan yang dipakai :

- Semen
- Pasir beton
- Koral/batu pecah
- Air kerja
- Kualitas bahan yang dipakai harus memenuhi syarat seperti yang ditentukan dalam
persyaratan bahan pokok.

b. Apabila tidak ditentukan lain maka campuran yang dipakai adalah 1 pc : 3 ps : 5 koral/batu
pecah.

c. Adukan beton tumbuk dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terlalu lembek ataupun
terlalu pekat.
14. Plumbing

a. Syarat umum pemasangan dan bahan untuk jaringan plumbing berpegang/berpedoman kepada
pedoman plumbing 1974.

b. Untuk saluran air minum dan air buangan digunakan pipa baja galvanize (G.I.P) produksi
Dalam Negeri.

c. Ukuran yang tertulis dalam gambar Rencana dan Spesifikasi Teknis adalah diameter
dalam (“Inside Diameter”).

d. Penilaian baik atas pekerjaan jaringan plumbing ditentukan berdasarkan pemeriksaan dan
pengujian dilakukan oleh Direksi lapangan.

e. Seluruh jaringan plumbing harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak terlihat dari ruang dan pipa-pipa yang menembus beton harus sudah terpasang
pada waktu pengecoran. Pembobokan untuk pemasangan pipa pada beton, terutama beton
exposed tidak diperbolehkan. Penempatan kran- kran floor drain dan lain-lain, harus
memperhatikan pola dari pasangan finising dinding dan lantai sehingga terlihat serasi dan
rapi.

15. Listrik

a. Semua pekerjaan Instalasi listrik harus dilaksanakan oleh Perusahaan yang terdaftar
sebagai Instalatir.

b. Standard dan referensi yang digunakan dalam pelaksanaan Instalasi listrik disini mengikuti
peraturan umum instalasi listrik (PUIL) 1977 dan standard dari negara lain seperti
VDE, BS, NEC, DIN, NEMA.

c. Gambar-gambar Instalasi listrik menunjukan pekerjaan Instalasi listrik yang akan dikerjakan
dimana didalamnya digambarkan besaran-besaran listrik, kedudukan alat-alat listrik dan
spesifikasi lainnya dibuat oleh Kontraktor. Untuk pekerjaan dalam garis besar harus seperti yang
ditunjukan dalam gambar, dapat dirubah untuk disesuaikan dengan kondisi lapangan atau
bangunan atas persetujuan dari Direksi. Persetujuan tersebut diatur tidaklah membebaskan
pemborong dari kewajiban untuk memasang instalasi dengan cara yang ahli, yang betul dan
tepat fungsi dan ukuran-ukurannya. Gambar-gambar Arsitektur, struktur, plumbing, Drainage, Air
Conditioning dan kontrak-kontrak lainnya haruslah menjadi reverensi untuk koordinasi dalam
pekerjaan secara keseluruhan. Pemborong harus menyerahkan shop Drawing untuk disetujui
Konsultan sebelum mulai pelaksanaan pekerjaannya dan menyerahkan Built Drawing sebanyak
rangkap 4 (empat) sesudah pemasangan selesai.

d. Pelaksanaan pekerjaan Electrical harus selalu mengadakan koordinasi dengan pelaksana-


pelaksana pekerjaan lain seperti pekerjaan sipil, pekerjaan finishing dan lain-lain.

e. Pemborong menyediakan semua Insert, sleeve dan lain-lain peralatan tambahan yang
dibutuhkan yang harus ditanam didalam beton atau pekerjaan pemasangan lainnya ditempat yang
perlu.

f. Pemborong diharuskan menyerahkan daftar dari material-material yang akan digunakan untuk
disetujui oleh Direksi. Daftar harus dibuat dalam rangkap 2 (dua) disertai dengan brosure,
katalog, alamat manufacture dan keterangan-keterangan lain yang diperlukan.
16. PekerjaanKayu

1. Pekerjaan Kayu Kasar

1.1 Pekerjaan kayu kasar ini meliputi pengadaan dan pemasangan rangka-rangka dipakai
untuk pekerjaan kayu kasar ini adalah kayu setempat plafon, rangka partisi, rangka atap,
klos dan pekerjaan kayu lain yang tidak disyaratkan secara khusus dalam persyaratan ini.

1.2 Kayu yang dipakai untuk pekerjaan kayu kasar ini adalah kayu setempat dengan kualitas
baik, sejenis kamper (klas II).

1.3 Kayu ini harus mempunyai kelembaban kurang dari 12 % untuk bahan yang mempunyai
ketebalan kurang dari 2,54 mm, dan kurang dari 15 % untuk ketebalan 2,54 mm (1 inchi).

2. Pekerjaan Kayu Halus

2.1. Ini meliputi pengadaan dan pemasangan kuzen, lisplank, dan pekerjaan kayu halus
lainnya sesuai gambar.

2.2. Kayu yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah kayu setempat atau kayu klas I.

2.3. Semua pekerjaan kayu halus yang akan mendapat “transparent finish” harus dipilih
berdasarkan warna dan serat yang sama.

2.4. Semua pekerjaan kayu harus dikerjakan sesuai syarat-syarat pekerjaan baik.
Sambungan-sambungan kayu harus dikerjakan rapih dan penuh keahlian Direksi pelaksana
berhak menolak yang tidak memenuhi syarat.

3. K a y u

Semua kayu harus dari jenis kayu yang disyahkan dan kualitas baik, kayu harus kering tanpa mata
kayu, sisi-sisi berkerut, lubang-lubang dan tanpa cacat-cacat serius lain serta telah dikeringkan
diudara selama minimal 3 bulan. Kadar kelembaban kayu yang digunakan untuk pekerjaan didalam
ruangan serta untuk sambungan harus kurang dari15 % dan kayu untuk konstruksi harus kurang dari
20 %. Kadar kelembaban yang disyaratkan tersebut adalah untuk bahan bila diserahkan dilapangan
dan kadar kelembaban tersebut harus dipelihara sampai bangunan selesai.

4. Pekerjaan Bekisting

1. Untuk bekisting beton dipakai kayu setempat klas III yang cukup kering/plywood sesuai dengan
finishing yang diminta menurut bentuk dan garis ketinggian dan dimensi dari beton
sebagaimana dalam gambar.

2. Untuk papan bekisting dipakai kayu setempat sejenis terentang/plywood.

3. Untuk balok kayu dipakai kayu setempat kualitas baik.

4. Bekisting ini harus cukup kuat / ditunjang untuk menahan getaran-getaran vibrator dan
kejutan gaya-gaya lain yang mungkin diterimanya tanpa berubah bentuk.

5. Pembongkaran bekisting hanya boleh dilakukan seijin Direksi.

6. Semua pekerjaan tersebut harus dicatat tanggal dari pengecoran, dan pembuatan bekisting
dari setiap bagian pekerjaan. Semua pekerjaan tersebut harus sesuai dengan P.B.I. 1971.
E. PEKERJAAN KHUSUS PONDASI

1. Pasir Alas Pondasi

a. Pengurugan pasir untuk alas pondasi dilakukan setelah seluruh lubang galian pondasi
diperiksa olek Direksi Lapangan dan dinyatakan telah sesuai dengan ukuran-ukuran yang
tertera dalam gambar-gambar yang ada.

b. Pasir urug yang digunakan harus bersih dan tidak mengandung potongan-potongan bahan
keras yang berukuran lebih dari 1,5 cm.

c. Pengurugan dilakukan lapis demi lapis dan setiap lapisnya tidak lebih tebal dari 20 cm, digilas
dengan menggunakan alat pemadat, sedemikian rupa sehingga bilamana alat penggilas berjalan
diatas lapisan tersebut dengan lambat tidak terdapat gerakan tegak yang dapat dilihat pada urugan
tersebut.

d. Lantai kerja dibuat dengan ukuran-ukuran yang tertera dalam gambar untuk itu dengan
menggunakan adukan 1 semen pc : 3 pasir : 5 kerikil atau lantai kerja yang terdiri dari batu
belah dan urugan pasir.

2. Pondasi Beton Bertulang

a. Pelaksanan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan pondasi beton bertulang, poer dan sloof
beton harus mengikuti ketentuan- ketentuan dan syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal
8.1 tentang beton bertulang.

b. Pondasi beton bertulang, poer dan sloof beton dibuat dari beton dan baja beton dengan
kwalitas sesuai dengan yang ditentukan pada gambar kerja.
Tulang-tulangan dan sengkang-sengkang sesuai dengan ukuran- ukuran yang tertera dalam
gambar untuk itu.

3. Pondasi Batu Belah / Batu Karang

a. Pelaksanan pekerjaan dan persyaratan pekerjaan pondasi batu kali, harus mengikuti ketentuan dan
syarat-syarat yang disebutkan dalam pasal 8.5 tentang Pekerjaan Batu Belah dan Batu Karang.

b. Sebelum pemasangan dilaksanakan, kontraktor harus mempelajari letak-letak dari saluran yang
menembus pasangan serta stekl-stek besi kolom yang harus disediakan agar pekerjaan bongkar
pasang tidak terjadi. Pada saat pemasangan lobang pondasi tidak boleh tergenang air.
F. PEKERJAAN KHUSUS DINDING

1. Dinding Bata

a. Sebagian besar dinding dari batu bata merah, dengan menggunakan aduk campuran 1 semen Pc : 5
pasir.

b. Untuk semua dinding mulai dari permukaan sloof sampai setinggi 20 cm diatas permukaan lantai
dalam ruangan dan semua dinding disekeliling WC dan kamar mandi, mulai dari permukaan
sloof sampai setinggi 150 cm diatas permukaan lantai, digunakan aduk rapat air, dengan aduk
campuran 1 semen Pc : 2 pasir.

c. Batu bata yang digunakan batu bata ex. Lokal dengan kualitas terbaik yang disetujui Direksi,
siku dan sama ukurannya 5 x 11 x 23 cm.

d. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.

e. Setelah bata terpasang dengan aduk, naad/siar-siar harus dikerok rapih dan dibersihkan dengan
sapu lidi dan kemudian disiram air.

f. Pasangan dinding bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar
telah dikerok sedalam 1 cm serta dibersihkan.

g. Pemasangan dinding bata dilaksanakan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis setiap
harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.
Dinding bata batu yang luasnya lebik besar dari 12 m2 harus ditambahkan kolom dan balok
penguat (kolom praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, sesuai dengan lebar bata dengan
tulangan pokok ukuran 4,0 x 10 mm, beugel 0,8-20 cm.

h. Pembuatan lobang pada pasangan bata untuk steiger sama sekali tidak diperkenankan.

i. Bagian pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian permukaan beton (kolom, balok,
lisplank dan lain-lain) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm jarak 20 cm,
yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang
tertanam dalam pasangan bata sekurang- kurangnya 40 cm, kecuali ditentukan lain.

j. Batu bata yang pecah hanya boleh dipakai untuk hubungan batu dan ukurannya tidak boleh
kurang dari ½ batu.

k. Pemasangan bata merah harus dilaksanakan dengan verband yang baik.


Untuk profil-profil digunakan reng-reng atau bilah kayu tahun/yang sekualitas yang
lurus dan kuat. Tidak diperkenankan menggunakan bamboo.

l. Untuk kecepatan dan kelurusan tembok digunakan alat waterpass serta benang.

m. Pembuatan perancah tidak boleh menembus tembok.

n. Setiap pasangan harus continue, dibasahi sampai keras.

2. Dinding Bataco/Batu Tela

a. Semua bahan yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan pada :

- Bab C (Bataco/batu tela).


- Bab C (Semen, pasir, air kerja)
b. Perekat yang digunakan :

- Semua dinding dari permukaan atas rollag sloof hingga setinggi 20 cm diatas lantai.
- Semua dinding dari permukaan atas sloof/rollag sampai setinggi 150 cm diatas
permukaan lantai untuk kamar mandi/WC.

c. Sebelum pemasangan batu tela direndam air hingga jenuh.

d. Dinding batu tela umumnya terdiri dari dinding ½ batu.

e. Semua dinding harus dipasang secara rata (waterpass) serta tegak lurus lantai. Untuk ini
digunakan profil-profil serta benang dan alat waterpass.

f. Setiap jarak 3 s/d 4 m atau dinding seluas 12 m2 harus dipakai penguat dari beton bertulang.

g. Setiap selesai pemasangan, maka pada sambungan pemasangan harus dibersihkan dari sisa-
sisa adukan agar memudahkan pekerjaan plesteran nantinya.

3. Dinding Partisi Kayu Lapis

a. Kayu lapis yang digunakan dari kualitas baik. Bila pada gambar kerja dikehendaki :

1) Partisi kayu lapis yang diexpose, maka hendaknya kayu lapis yang dipakai
memperlihatkan texture kayu yang baik.

2) Partisi kayu lapis yang dicat, maka texture kayu yang baik bukan merupakan hal utama.

b. Rangka partisi.

1) Partisi dengan rangka kayu klas II yang betul-betul kering produksi setempat, dimensi
kayu 6/8 atau sesuai ketentuan gambar.

2) Partisi dengan rangka alluminimum setaraf Alcan sesuai ketentuan SII.

3) Partisi dengan rangka metal/besi sesuai ketentuan SII.

c. Rangka partisi disusun seemikian rupa sehingga luas bidang yang terjadi maximum 1,44 m2,
panjang maximum 1,2 m.

d. Partisi berdiri diatas plint dari bahan yang sama dengan rangka partisi setinggi locis pintu,
atau sesuai gambar.

e. Pertisi merupakan partisi kayu lapis bergambar dimana kedua sisi dari rangka tertutup oleh
kayu lapis.

f. Apabila ketinggian partisi tidak mencapai langit-langit celah antara 2 kayu lapis harus tertutup
rapat.

g. Kayu lapis dipakukan pada rangka sedemikian rupa sehingga permukaan kayu lapis tetap rata,
dengan paku yang kepalanya talah dipipihkan terlebih dahulu, jarak paku 20 cm.

h. Siar/nat diantara 2 modul kayu lapis harus tegak lurus dan rapi dengan lebar siar maximum
0,5 cm serta dicat dengan warna lain, kecuali ditentukan lain.

i. Pelaksanaan dan pemasangan partisi dilakukan sesudah pekerjaan lantai, dinding segala
penutupnya selesai dikerjakan.
4. Dinding Partisi Asbes

a. Bahan asbes adalah semutu dengan merk harflex (klas I).

b. Asbes yang dipakai adalah asbes datar sandwich dengan ukuran 1 x 2 m2 dengan ketebalan
minimum 6 mm.

c. Rangka dipakai aluminium atau kayu klas II ukuran 5 x 7 cm2 pada prinsipnya asbes tidak
boleh dipakai kayu, hanya diperbolehkan dijepit, kecuali dipersyaratkan lain.

5. Pelapis Dinding Keramik

a. Keramik yang dipakai harus berkualitas baik.

b. Warna dan ukuran sesuai dengan gambar atau ditentukan kemudian.

c. Pemasangan pada permukaan dinding, keramik langsung dilekatkan dengan


menggunakan perekat spesi 1 pc : 3 ps, atau dengan perekat lem.

d. Siar-siar porselin diisi dengan cairan semen yang berwarna sesuai warna keramik.

e. Bidang-bidang dinding keramik harus benar-benar rata, dan garis- garis siar harus benar-benar
lurus.

f. Pemasangan harus dilakukan oleh tukang ahli yang berpengalaman dalam pemasangan keramik.

6. Dinding Partisi Gipsum

a. Bahan dinding partisi adalah lembar papan gypsum dengan ketebalan 9 mm- 12 mm. Atau
dipersyaratkan lain.

b. Mutu papan gypsum harus berkualitas terbaik (klas I) yang memenuhi standarisasi
departemen perdagangan- perindustrian atau telah mempunyai sertifikat SNI-511.

c. Cara-cara pemasangan harus mengikuti petunjuk gambar kerja atau persyaratan/ petunjuk dari
produsen.

d. Dipasang pada rangka kayu, rangka aluminium atau rangka metal profil C (cannal).

e. Pada finishing pekerjaan dapat dicat atau dilapisi wall paper.

f. Perlu persetujuan Direksi/pengawas pada waktu pemasukan material.

7. Pelapis Dinding Porselin

a. Porselin yang dipakai harus berkualitas baik.

b. Warna putih dengan ukuran 11 x 11 cm2 kecuali dipersyaratkan lain.

c. Pemasangan : pada permukaan dinding, porselin langsung dilekatkan dengan menggunakan


perekat spesi 1 : 3, sehingga mendapatkan ketebalan sesuai gambar.
Untuk sisi dalam bak mandi digunakan perekat lem setelah permukaan dindingnya
diplester/diaci dengan halus dan sudah diuji kekedapannya (tidak bocor).
d. Siar-siar porselin disi dengan cairan semen yang berwarna sesuai warna porselin.

e. Bidang-bidang dinding porselin harus benar-benar rata, dan garis- garis siar harus benar-benar
lurus.

f. Pemasangan harus dilakukan oleh tukang ahli yang berpengalaman dalam pemasangan porselin.

8. Kusen, Daun Pintu/Jendela Kayu

a. Bahan kayu yang dipakai seperti yang disyaratkan pada persyaratan bahan kayu.

b. Sebelum kusen dipasang, agar diperhatikan dan diteliti kembali letak-letak dan ukuran
lubang-lubang pintu maupun jendela serta tipe-tipe jendela maupun pintu yang akan dipasang.

c. Kayu yang dipakai adalah kayu klas II, kecuali ditentukan lain.

d. Ukuran kusen adalah 6/12 (ukuran jadi), atau disesuaikan dengan gambar.

e. Detail-detail kusen dan sambungan material lain harus disesuaikan dengan tipe pintu yang akan
terpasang kusen harus lurus dan siku.

f. Semua kusen tidak dibenarkan dipulas dengan cat, vernis maupun menie sebelum diperiksa dan
diteliti oleh Direksi.

g. Angker-angker dan dok kusen yang dipakai harus sesuai dan memenuhi syarat yang telah
ditentukan dalam bab untuk pekerjaan ini.

h. Pemborong harus memperhatikan dan menjaga supaya bidang- bidang kayu yang terlihat
tidak boleh ada lubang-lubang paku bekas penyetelan penunjang ataupun penyiku.

i. Setelah dipasang perlu diberi bahan pelindung terhadap benturan.

j. Rangka daun pintu dari kayu jati ukuran disesuaikan dengan gambar-gambar detail untuk
rangka kayu yang mendatar diberi lubang hawa.

k. Teak plywood digunakan sebagai panil, untuk ditempelkan pada rangka dengan menggunakan
perekat kayu.

l. Untuk panil kaca diperhatikan detail-detail dan ukuran-ukuran dari loot yang dipasang.

m. Pemasangan /penyetelan semua daun pintu dalam kusen harus baik celah sponing merata sama
ialah 2 mm dan lurus.

n. Tebal daun pintu yaitu rangka berikut lapisan bak plywood yang terpasang ialah sesuai dengan
gambar setelah diserut.

o. Khusus untuk pintu toilet pada bagian dalam, ditempelkan formica pada rangka pintu yang telah
dilapisi dengan triplek.

p. Bingkai daun pintu-pintu kaca, adalah kayu jati.


9. Kusen Aluminium

a. Bahan dari aluminium Extrusion Alloy A-6063 TS.

b. Anodizing analok dengan tebal 18 micron.

c. Proses fabrikasi dan assembling harus sesuai dengan produksi system nickel aluminium
Japan seperti tercatum pada gambar.

d. Penggunaan accessories harus memenuhi persyaratan-persyaratan terhadap :

1) Kekuatan beban angin 100 kg/m2 dengan disertai perhitungannya.

2) Ketahanan terhadap air untuk setiap jenis dengan disertai hasil test.

3) Kebocoran terhadap udara untuk setiap jenis dengan disertai hasil test.

4) Bahan lain yang dipakai :

- Sekrup-sekrup dari stainless steel.


- Weather strip dari vynil.
- Pengikat alat-alat gantung.
- Alluminium harus ditutup coulking dan sealand.

e. Kekuatan yang diizinkan :

Jenis : sliding window dan projected out.


Lubang angin : 100 kg/m2.
Ketahanan terhadap kebocoran udara. : 15 m2/ Hr.m.
Tekanan terhadap kebocoran air : 15 kg/m2.

10. Pekerjaan Plesteran

a. Plesteran tembok baru boleh dilakukan sesudah selesainya pemasangan pipa-pipa saluran
air dan pipa listrik.

b. Untuk tembok pasangan bata yang akan diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu
sampai jenuh. Siar-siar dibersihkan, dikeruk masuk dalam 1 cm.

c. Plesteran yang digunakan :

- untuk tembok bagian dalam/luar pada umumnya dipakai campuran 1 pc : 5 psr.

- Untuk tepi sudut campuran 1 pc : 4 psr.

- Untuk beton campuran 1 pc : 3 psr.

- Untuk pasangan TRASRAAM, termasuk beton pada toilet, wc, urinoir dan kamar mandi
campuran 1 pc : 2 psr. Setinggi 1,5 meter dari lantai.

d. Bagian beton yang akan diplester terlebih dahulu harus dikasarkan dengan pahat sebelum diplester
dibasahi dahulu dengan air semen ancer.
e. Acian / penyelesaian plesteran, baru boleh dikerjakan setelah plesteran cukup kering minimal
selama 7 hari, sehingga cukup waktu bagi adukan yang akan menyusut, untuk acian dipakai acian
semen / pc. Murni.

11. Pintu Metal

a. Bahan pintu terbuat dari metal. Digunakan untuk lobang pintu yang lebar dan tinggi, ruang-ruang
khusus seperti ruang panel, genset, mesin, atau sesuai dengan kebutuhan yang tertera pada
gambar kerja.

b. Bahan metal dapat berupa lembar plat besi/baja, bilah-bilah besi/baja, pipa besi, lembar plat
alluminium, bilah-bilah aluminium atau pipa aluminium.

c. Bentuk-bentuk pintu metal dapat berupa daun pintu, rolling door, folding gate atau seperti yang
tertera dalam gambar kerja atau petunjuk pemberi tugas.

d. Persyaratan teknis pintu metal mengacu kepada gambar kerja atau spesifikasi teknis yang dibuat
oleh produsen.

e. Bahan pintu metal harus mempunyai kualitas terbaik (klas I) dan merupakan produk dalam negeri.

f. Finishing pintu metal untuk aluminium dapat dicat atau tanpa cat dan untuk besi/baja harus
dicat. Warna cat akan ditentukan kemudian oleh Direksi. Pemasangan pintu metal harus
lengkap dengan semua accessories (kosen, kunci-kunci, roda dan alat bantu lainnya).

g. Pemborong diharuskan menyampaikan spesifikasi teknis/brosur dari produsen pada waktu


penawaran.

h. Material yang akan dipasang harus disetuui oleh Direksi/pengawas dan harus sesuai dengan
penawaran yang diajukan.
G. PEKERJAAN KHUSUS PENUTUP ATAP

1. Penutup AtapLembaranMetalTanpa LobangBaut

a. Ketebalan minirnum 0,55 mm.

b. Warna coklat tua / antik, kecuali ditentukan lain.

c. Bahan metal memanjang ke arah kemiringan tanpa sambungan dengan kemiringan 25


derajat.

d. Sambungan kearah mendatar dengan overlap satu gelombang.

e. Jarak gording maximum 1,2 m.

f. Pemasangan dengan perlengkapan pengikat yang disekrup pada gording tanpa


memaku/mensekrup lembaran metal itu sendiri.

g. Hubungan dengan jenis bahan itu sendiri dengan rnemperhatikan jangan sampai terjadi
kebocoran.

h. Pelapisan isolasi (sisalation) adalah antara gording dengan penutup atap, kecuali bila tidak
diperlukan.

2. PenutupAtapLembaranMetaldenganBaut

a. Bahan yang digunakan dengan ketebalan 0,5 mm.

b. Wama coklat tua / antik, kecuali ditentukan lain.

c. Bahan metal memanjang kearah kemiringan tanpa sambungan dengan kerniringan 25


derajat, sambungan kearah mendatar dengan overlap satu gelombang.

d. Jarak gording maximum 1,7 m dan 1,3 m untuk overlap.

e. Pemasangan baut dibagian atas dan diberi ring karet untuk menghindari kebocoran.

f. Hubungan dari jenis bahan itu sendiri dengan memperhatikan jangan sampai terjadi
kebocoran.

g. Pelapisan isolasi (sisalation) adalah antara gording dengan penutup atap kecuali bila tidak
diperlukan.
H. PEKERJAAN KHUSUS TALANG

1. Pekerjaan talang horizontal dengan aluminium

a. Talang atap ini dibuat dari lembaran aluminium datar 0,5 mm tanpa sambungan memanjang.

b. Papan talang dipakai papan kayu local kualitas sejenis kruing setebal minimum 2 cm dan
papan tersebut sebelum dipasang talang, harus terlebih dahulu diresidu.

c. Pemasangan papan harus disusun kemiringannya sedemikian rupa sehingga air dengan mudah
mengalir dengan lancar.

d. Saringan talang yang digunakan adalah saringan dari kuningan tebal 5 mm dengan ukuran dan
bentuk diameter talang vertical.

e. Pemasangan dihindarkan adanya tekukan tajam dari lembaran aluminium yang dapat
mengakibatkan kerusakan.

2. Pekerjaan talang vertical dengan pralon

a. Saluran talang dibuat dari pipa pralon dengan diameter sesuai dengan gambar dipasang tegak
menempel pada dinding dengan cara diklem, tebal pralon adalah 5 mm.

b. Pipa pralon ini harus dicat dengan warna yang sesuai dengan warna tembok yang bersangkutan
kecuali ditentukan lain.

c. Setiap talang vertical harus diberi bak kontrol dibawahnya sehingga memudahkan
pengaliran dan pembersihan.
I. PEKERJAAN KHUSUS LANGIT-LANGIT

1. Rangka langit-langit

a. Rangka plafon dibuat dari kayu klas II produksi setempat 5/10 untuk rangka tembok, dan
kayu klas II untuk lainnya dengan bentuk serta cara pemasangan sesuai dengan gambar untuk
itu.

b. Seluruh rangka kayu diserut kasar tetapi rata dan lurus dengan menggunakan mesin serut dan pada
bagian bawahnya diserut halus dan pemasangan dengan menggunakan sistim klos yang dibuat dari
reng ukuran 2x3 cm dan paku serta seluruh rangka digantungkan dengan baik pada rangka kuda-
kuda.

c. Pola pemasangan rangka langit-langit sesuai dengan gambar untuk itu dan setelah rangka langit-
langit terpasang, bidang permukaan rangka harus rata, lurus, waterpas dan tidak ada bagian-bagian
yang bergelombang.

d. Seluruh permukaan kayu rangka langit-langit dicat dengan menggunakan cat residu atau
solinem ex dalam negeri.

e. Apabila bahan penutup langit-langit dipasang dengan diberi naad/skoneng antara unit-unit
bahan langit-langit, maka bagian bawah rangka langit-langit yang nantinya terlihat terlebih dahulu
dirapikan dengan dempul atau diberi lapisan triplek yang dipasang dengan baik dan sambungan-
sambungan unit tripleknya rata dan halus, sedemikian rupa sehingga setelah langit-langit
terpasang, naad terlihat rapi dan tidak ada celah-celah pada sambungan rangka langit-langit.

f. Pada pertemuan dengan dinding, maka dipasangi profil kayu tebal 1,5 cm dengan sisi-sisi sesuai
dengan gambar.

g. Rangka langit-langit juga dapat terbuat dari bahan aluminium atau metal dengan profil C (canal)
yang khusus digunakan untuk rangka langit-langit.

h. Ukuran rangka aluminium atau profil C mengikuti spesifikasi teknis bahan langit-langit yang
akan dipakai dari produsen bahan langit-langit tersebut.

i. Ketentuan teknis lebih lanjut harus mengikuti petunjuk-petunjuk pada gambar kerja atau
spesifikasi teknis dari produsen /pabrik.

2. Penutup langit-langit dengan Triplek/Multiplek/Plywood/Teakwood

a. Bahan penutup Langit-langit triplek, yang digunakan adalah triplek tebal 6 mm atau ukuran lain
sesuai gambar atau setaraf Ex. Dalam negeri jenis dengan ukuran, bentuk dan pola pemasangan
sesuai dengan gambar untuk itu.

b. Mutu kayu lapis (Multiplek/Plywood/Teakwood) harus kualitas terbaik menurut standarisasi


Departemen Perdagangan/Departemen Perindustrian.
3. Penutup Langit-langit Dengan Asbes

a. Bahan penutup dengan langit-langit Asbes yang digunakan 5 mm atau ukuran lain sesuai gambar
atau setaraf ex dalam negeri. Mutu asbes harus kualitet terbaik menurut standarisasi Industri
Indonesia.

b. Dihindarkan pemasangan asbes yang tepinya tidak rata (retak, terkikis).

4. Penutup langit-langit dengan gipsum

a. Bahan penutup langit-langit adalah lembaran papan gypsum dengan ketebalan 9 mm-12 mm
atau dipersyaratkan lain pada gambar.

b. Mutu papan gypsum harus berkualitas terbaik (kelas 1) yang memenuhi standarisasi
departemen perdagangan-perindustrian atau telah mempunyai sertifikat SNI-511.

c. Cara-cara pemasangan harus mengikuti petunjuk pada gambar kerja atau persyaratan/ petunjuk
dari produsen.

d. Dapat dipasang pada rangka kayu, rangka aluminium atau profil C (canal).

e. Perlu persetujuan Direksi/pengawas pada waktu pemasukan materi.

5. Penutup langit-langit dengan akustik

a. Bahan penutup langit-langit adalah lembar papan akustik dengan ketebalan 9 mm dan berukuran 60
x 120 atau 60 x 60 cm.

b. Mutu papan akustik harus berkualitas terbaik (kelas 1) yang memenuhi standarisasi
departemen perdagangan-perindustrian atau telah mempunyai sertifikat SNI-511.

c. Cara-cara pemasangan harus mengikuti petunjuk pada gambar kerja atau persyaratan/ petunjuk
dari produsen.

d. Dipasang pada rangka metal / aluminium.

e. Perlu persetujuan direksi / pengawas pada waktu pemasukan materi.


J. PEKERJAAN KHUSUS SANITASI

1. Washtafel

a. Washtafel yang digunakan adalah semutu merk KIA lengkap dengan segala accessorisnya
seperti tercantum dalam brosurnya, warna putih, kecuali ditentukan lain.

b. Washtafel dan perlengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi baik, tidak ada bagian
yang gompal, retak atau cacat lainnya.

c. Ketinggian dan konstruksi harus disesuaikan dengan gambar untuk itu, serta petunjuk-petunjuk
dari produsen dalam brosur. Pemasangan harus baik, rapi, waterpas dan dibersihkan dari semua
kotoran dan noda serta penyambungan instalasi plumbingnya tidak boleh ada kebocoran-
kebocoran.

d. Ada daerah-daerah dimana washtafel dipasang lebih dari satu, harus dibuat/disatukan dengan
satu meja beton. Ukuran-ukuran disesuaikan dengan gambar.

2. Urinoir

a. Urinoir berikut kelengkapannya yang digunakan adalah semutu dengan type-type merk KIA
dalam negeri, warna standar putih, kecuali ditentukan lain.

b. Urinoir yang dipasang adalah urinoir yang telah diseleksi dengan baik, tidak ada bagian-bagian
yang gompal, retak dan cacat-cacat lainnya.

c. Pemasangan urinoir pada tembok menggunakan baut ficher atau ramset dengan baut kuningan
atau stainless steeldengan ukuran yang cukup untuk menahan beban seberat 15 kg tiap baut.

d. Setelah urinoir dipasang, letak dan ketinggian pemasangan harus sesuai dengan gambar untuk itu,
baik waterpassnya Semua celah-celah yang mungkin ada antara dinding dengan urinal ditutup
dengan semen yang berwarna sama dengan urinal. Semua noda-noda semen dan lain-lainnya
dibersihkan dengan sempurna. Sambungan instalasi pumblingnya harus baik, tidak ada
kebocoran- kebocoran air.

3. Kloset

a. Kloset duduk berikut segala kelengkapannya yang dipakai adalah semutu merk KIA ex Dalam
negeri, warna standar akan ditentukan kemudian.

b. Kloset beserta kelengkapannya yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak
ada bagian yang gompal, retak atau cacat lainnya dan disetujui oleh Direksi lapangan.

c. Untuk dudukan dasar kloset dipakai papan jati tua atau jenis kayu yang sederajat, tebal 3 cm
dan telah dicelup dalam larutan pengawet tahan air, dibentuk seperti dasar kloset. Kloset
disekrupkan pada papan tersebut dengan sekrup kuningan.

d. Kloset jongkok yang dipasang adalah semutu merk KIA ex Dalam negeri, warna standar akan
ditentukan kemudian.

e. Kloset jongkok yang dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang
rusak atau cacat dan telah disetujui oleh Direksi.

f. Kloset jongkok dipasang pada lantai kamar mandi atau toilet yang dinaikkan 10-20 cm atau sesuai
dengan gambar kerja.
4. Keran

a. Semua keran yang dipakai adalah semutu merk KIA ex Dalam negeri atau setaraf dengan
chormed finish. Ukuran disesuaikan dengan keperluan masing-masing sesuai gambar
plumbing dan brosur alat-alat sanitair. Keran-keran tembok dipakai yang berleher panjang dan
mempunyai ring dudukan yang harus dipasang menempel pada dinding. Keran-keran yang
dipasang dihalaman harus mempunyai ulir untuk sambungan selang. Selang-selang untuk
metal sink diruang saji dan dapur disambung dengan pipa leher angsa (extension).

b. Stop keran yang dapat digunakan semutu merkKitazawa ex Jepang, bahan kuningan dengan putiran
berwarna hijau, diameter dan penempatan sesuai dengan gambar untuk itu.

c. Keran-keran harus dipasang pada pipa air bersih dengan kuat, siku, penempatannya harus sesuai
dengan gambar-gambar untuk itu.

5. Floor Drain

a. Floor drain yang digunakan adalah semutu dengan merk SANEI ex Dalam negeri, metal
verchroom, lubang diameter 2 inchi dilengkapi dengan siphon dan penutup berengsel.

b. Floor drain dipasang ditempat-tempat sesuai dengan gambar untuk itu.

c. Floor drain yang dipasang telah diseleksi dengan baik, tanpa cacat dan telah disetujui oleh
Direksi lapangan.

d. Pada tempat-tempat yang telah dipasang floor drain, penutup lantai harus dilubangi dengan rapih,
menggunakan pahat kecil dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan ukuran floor drain tersebut.

e. Hubungan saringan metal dengan beton/lantai menggunakan perekat beton kedap air.

f. Setelah floor drain terpasang, pasangan harus rapi waterpass, dibersihkan dari noda-noda
semen dan tidak ada kebocoran.

6. Jaringan Air Bersih

a. Jaringan air bersih dilengkapi dengan katup pengaman beserta bak pengontrolnya untuk jaringan
distribusi yang masuk kedalam bangunan.

b. Jaringan pipa galvanize yang tertanam dalam tanah, dipasang pada kedalaman minimum 60 cm
untuk diameter 4 inchi dan yang lebih besar, dan pada kedalaman minimum 40 cm untuk diameter 3
inchi dan yang lebih kecil.
Pipa-pipa tersebut diberi pondasi untuk tumpuan, terbuat dari pasangan pondasi 1 pc : 3
pc : 5 kr pada setiap jarak 3 m dan pada sambungan-sambungan dan pada belokan-belokan.

c. Jaringan utama pipa baja galvanize (G.I.P) tegak dipasang melalui “shaft” yang disediakan,
jaringan pembagi yang melalui dinding harus tertanam pada /dalam lapisan plesteran.

d. Jaringan pipa baja galvanize (G.I.P) yang tegak lurus dan yang tergantung dalam bangunan
dipasang dengan klem-klem / angker baut setiap jarak 2 m yang tertanam kuat pada bangunan.
7. Jaringan Air Kotor

a. Untuk saluran air kotor juga digunakan pipa PVC dengan ketebalan 5 mm semutu merk
“pralon atau benlon”, produksi Dalam negeri. Pemilihan salah satu merk produksi adalah
mengikat untuk seluruh proyek.

b. Jaringan-jaringan harus dilengkapi dengan pipa hawa (vent) sesuai gambar. Pipa hawa harus
dipasang sekurang-kurangnya 15 cm dari muka banjir alat sanitair tertinggi, dengan kemiringan 2
%. Pipa hawa yang menembus atap harus dibuat tahan cuaca, ujung atas terletak 15 cm diatas
muka atap. Untuk vent pipa dipakai PVC.

c. Sambungan-sambungan pipa PVC memakai system “Spigot” atau system susuk dengan perekat
solvent semen.

d. Sambungan-sambungan pipa tanah harus diberi penguat pondasi pasangan bata (1 ps : 2 ps)
sampai kuat yang menyelimuti sekeliling pipa dan kemudian diselimuti pasir urug.

e. Setip titik simpul T,Y dan X harus diberi lubang pembersih (clean out) untuk memudahkan
pemeliharaan.

f. Kemiringan jaringan pipa-pipa mendatar untuk air kotoran dan air hujan adalah 1 – 2 %.

8. Bak Kontrol Untuk Air Hujan, Air Kotor dan Air Limbah

a. Bak-bak kontrol dibuat dengan bentuk, ukuran seperti gambar, terbuat dari pasangan bata 1 ps :
2 ps atau beton menurut gambar, dengan kedalaman sesuai kebutuhan, diplester kedap air, ditutup
dengan plat beton atau grill besi strip dengan bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar untuk
itu.

b. Permukaan bak kontrol adalah sama dengan permukaan rumput, lantai atau bidang lainnya.

c. Grill besi terbuat dari besi strip 50,5 mm, disusun berjejer setiap 3 cm, diberi bingkai besi siku
50.50.5, ditengah diberi batang pengikat untuk besi strip terbuat dari besi diameter ¼ inchi
secukupnya.

9. Sistem Gantungan

a. Seluruh jaringan air bersih baik horizontal dan vertical maupun yang tergantung harus
diklem ketembok atau sekeliling dengan klem yang cukup kuat minimal berjarak 1 m.

b. Dalam system jaringan air kotor, seluruh jaringan tegak harus diklem dengan kuat minimal
sejarak 1 m, sama halnya dengan yang datar, dimana jaringan datar harus diberi kemiringan 5-
10 %.

c. Untuk talang air hujan sama dengan system jaringan air bersih

d. Untuk pipa tanah septic tank tidak diperlukan penggantung.

10. Saluran Air Halaman

a. Bahan yang digunakan pasir, kerikil, semen, batu kali dan besi beton grill. Bahan-bahan
tersebut haruslah baik, tidak cacat atau rusak dan telah disetujui oleh Direksi lapangan.

b. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan gambar dan syarat-syarat yang ditentukan dalam
pekerjaan pasangan lainnya.
11. Saluran air halaman

Saluran air halaman terdiri dari 3 macam, yaitu saluran air halaman terbuka, saluran air halaman
terbuka dengan pasangan dan saluran air halaman tertutup.

a. Saluran air halaman terbuka

- Pekerjaan galian tanah biasa untuk pembuatan saluran air halaman.


- Bentuk penampang saluran trapesium.
- Ukuran, lebar, tinggi penampang saluran seperti yang tertera pada gambar kerja.
- Sisi tegak atau sisi miring dikiri-kanan saluran ditanami rerumputan untuk
menghindari erosi.
- Kemiringan saluran agar memperhatikan arah aliran air dan tempat pembuangan atau
penampunganya atau mengikuti petunjuk Direksi.

b. Saluran air halaman terbuka dengan pasangan

- Galian tanah biasa untuk pembuatan saluran air halaman.


- Bentuk penampang saluran dapat berupa segi 4 atau trapesium, atau seperti yang tertera pada
gambar kerja.
- Pasangan yang digunakan dapat berupa pasangan batu kali, pasangan batu bata,
pasangan bataco atau dengan beton bertulang.
- Pasangan ditempatkan pada 3 sisi saluran (sisi tegak kiri dan kanan serta alas/dasar
saluran).
- Bentuk, tebal dan ukuran pasangan mengikuti seperti yang tertera pada gambar kerja.
- Kemiringan saluran agar memperhatikan arah aliran dan tempat pembuangan atau mengikuti
petunjuk Direksi.

c. Saluran air halaman tertutup

- Galian tanah biasa untuk pembuatan saluran air halaman.


- Bentuk penampang saluran dapat berupa segi 4 atau trapesium dengan penutup diatasnya
atau bentuk-bentuk lainnya seperti yang tertera pada gambar kerja.
- Saluran air halaman tertutup dibuat dengan pasangan batu bata, batu kali, bataco atau beton
bertulang dan dengan penutup bagian atasnya dari beton bertulang, gril besi profil atau
plat besi baja yang dapat diangkat.
- Saluran air halaman tertutup ini juga dapat berupa gorong - gorong.
- Kemiringan saluran agar diperhatikan arah aliran air dan tempat pembuangan atau
penampangnya atau mengikuti petunjuk Direksi.

12. Pekerjaan Septic Tank dan Rembesan

a. Septic dibuat dari beton bertulang menurut gambar-gambar untuk itu, beton yang harus dipakai
adalah beton kedap air (1 pc : 1,5 ps : 2,5 kr) sesuai dengan spesifikasi untuk itu.

b. Bagian atas dari septic tank diberi penutup dari beton bertulang menurut PBI 71, diperhitungkan
beban atasnya 300 kg/m2. Diberi tempat untuk pemeriksaan yang ditutup dengan beton plat
yang diberi pengangkat, dan diberi pipa hawa dari pipa besi diameter 2”.

c. Bentuk, ukuran septic tank dan kedalamannya dibuat sesuai dengan gambar untuk itu dan
menurut instruksi dari Direksi lapangan.

d. Setelah septic tank jadi, dipasang pipa limpahan tidak berlubang sepanjang 2 m kemudian
disambung dengan pipa rembesan dari pipa tanah liat bakar sepanjang minimum 4 m dan
bagian bawah dari pipa rembesan diberi lapisan ijuk, pasir, batu kali belah/ batu karang, satu sama
lainnya sesuai gambar untuk itu.
13. Pekerjaan Sanitair

1. Pekerjaaan ini meliputi pelaksanaan pemasangan alat-alat sanitair penyediaan bahan / alat-alat dan
tenaga.

2. Barang yang dipakai :

Jenis barang type warna


Closet monoblock type warna
Closet jongkok type warna
Washtefal type warna

3. Semua material sebelum dipasang harus ditunjukkan kepadaDireksi untuk mendapatkan


persetujuan.

4. Semua material harus dapat dipertanggung jawabkan dari segi kualitas dan harus memenuhi
ukuran standar dan mudah pasaran.

5. Pemasangan harus dikerjakan dengan rapih, terutama penyambungan dengan saluran


air bersih harus rapih dan sempurna.

6. Ketinggian dan konstrruksi pemasangan harus disesuaikan dengan gambar.

7. Pada tiap WC harus dilengkapi pula dengan kran 1 buah (tidak termasuk stop kran untuk mono
block).

8. Untuk satu kelompok toilet harus dibuat satu buah septic tank, penempatan sesuai gambar.
Ukuran dalam septic tank lebar dan panjang sesuai dengan gambar dibuat dari pasangan batu
bata ½ bata dan kedap air.

9. Untuk septic tank dilengkapi dengan sebuah sumur peresap ukuran sesuai dengan gambar dibuat
dari batu kali pecahan dan koral serta dibungkus dengan ijuk.

14. Pekerjaan Saluran Air Bersih

1. Pemasangan pipa air bersih dan keran-keran pada semua keperluan sanitair dilaksanakan untuk
pipa air bersih yang diambil dari saluran induk yang ada dengan pipa 01” sedang untuk
saluran pembagi dengan pipa ¾”.

2. Keran-keran air dipergunakan produksi dengan kualitas yang baik.

3. Penyambungan dan instalasi air dalam, sampai ke resevoir atau saluran bersih yang ada
lengkapdengan stop keran dan bak meternya sesuai dengan gambar.

4. Pemasangan harus dikerjakan dengan rapih, sehingga tidak mengalami kebocoran.


K. PEKERJAAN KHUSUS LISTRIK

1. Instalasi Kabel / Wiring

a. Semua kabel satu harus memenuhi persyaratan PUIL/VDE Semua kabel / kawat harus baru dan
harus jelas ditandai mengenai ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.Semua
kawat dengan penampang 6 mm2 keatas haruslah dipilin(stranded) Instalasi ini tidak boleh
memakai kawat dengan penampang lebih kecil dari 2,5 mm2 Kecuali dipersyaratkan lain,
konduktor yang dipasang adalah dari type :

1) Untuk instalasi penerangan NYA/NYM

2) Untuk kabel distribusi dan penerangan taman NYA/NYM

Semua kabel harus ada didalam konduit, cable tray, cable trench, cable rack dan diklem.

b. “Splice” / percabangan

Tidak diperkenankan adanya “splice” atau pun sambungan- sambungan baik dalam
feeder maupun cabang-cabang kecuali pada outlet atau kotak-kotak penghubung yang bisa
dicapai (accessible) Sambungan pada kawat circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara electris dengan cara-cara “solderless connector”
Jenis kabel tekanan, jenis “compression atau soldered”
Dalam membuat “splice”, connector harus dihubungkan pada konduktor-konduktor dengan baik,
demikian sehingga konduktor tersambung, insulasi robek, tidak ada kawat-kawat telanjang yang
kelihatan dan tidak bias lepas oleh getaran.

c. Bahan Isolasi

Semua bahan isolasi untuk “splice”, connection dan lain-lain seperti karet, fiction, asbes, gelas,
type sintetis, resin, spice case, composition dan lain-lain harus dari type yang disetujui untuk
penggunaan, lokasi, voltage dan lain-lain tertentu itu harus dipasang memakai cara yang
disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah dan atau manufacture.

d. Penyambungan kabel

1) Semua penyambungan karet harus dilakukan dalam kotak- kotak penyambungan yang
khusus untuk itu
Kontraktor harus memberikan brosur-brosur mengenai cara- cara penyambungan yang
dinyatakan oleh pabrik.

2) Kabel-kabel harus disambung sesuai dengan warna-warna atau nama-namanya masing-


masing, dan harus diadakan pengetesan tahan isolasi sebelum dan sesudah penyambungan
dilakukan.

3) Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-penyambungan tembaga


yang dilapisi timah putih dengan kuat.
Penyambungan-penyambungan harus dari ukuran-ukuran yang sesuai.

4) Penyambungan kabel yang berisolasi karet atau PVC harus diisolasi dengan pita karet atau
PVC/protolen.

5) Penyambungan pada kabel yang berisolasi kertas harus diisolasi khusus. Penyakat-
penyekat khusus harus dipergunakan bila perlu untuk menjaga nilai isolasi tertentu.

6) Cara-cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misalnya temperatur-
temperatur pengecoran dari semua lubang-lubang udara harus terbuka selama
pengecoran.
e. Saluran Penghantar Dalam Bangunan

1) Untuk instalasi penerangan didaerah tanpa menggunakan ceiling gantung, saluran


penghantar (conduit) ditanam dalam beton.

2) Untuk instalasi penerangan didaerah yang menggunakan ceiling gantung, saluran


penghantar (conduit) dipasang diatas papan kayu dan diletakkan diatas ceiling.

3) Untuk instalasi outlet lantai (floor outlet), saluran ditanam didalam lantai dengan
menggunakan saluran pipa conduit atau kanal
Ukuran-ukuran lubang pada lantai untuk floor outlet disesuaikan dengan produk pabrik yang
ditawarkan oleh pemborong.

4) Untuk instalasi saluran penghantar diluar bangunan, dipergunakan saluran beton, kecuali
untuk penerangan taman dipergunakan saluran pipa galvanize berdiameter 3”. Saluran beton
dilengkapi dengan hand-hole untuk belokan-belokan.

5) Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit logam minimum
berdimeter 5/8”
Setiap pencabangan ataupun pengambilan saluran keluar harus menggunakan junction-box
yang sesuai, dan sambungan yang lebih dari satu harus menggunakan terminal strip dalam
junction-box. Junction yang dipakai ex. Dalam negeri yang baik, dengan tutup blank-plate
stainless steel, albanyranch.

6) Ujung pipa yang masuk dalam panel harus dilengkapi dengan socket/lock nut,
sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel.
Bila tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka lantai
s/d 2 m harus dimasukan dalam pipa logam dan pipa harus diklem ke bangunan setiap jarak
50 cm.

2. Instalasi Sakelar dan Stop Kontak / Outlet

a. Sakelar-sakelar

1) Sakelar-sakelar harus dari jenis rocker mekanisme dengan ratting 5 A – 10 A, 250 V, sakelar
pada uamumnya dipakai inbouw atau disebutkan lain pada gambar.

2) Jika tidak ditentukan lain, sakelar-sakelar tersebut bingkainya harus dipasang rata
pada tembok pada ketinggian 150 cm diatas lantai yang sudah selesai.

3) Sakelar-sakelar tersebut harus dipasang dalam kotak-kotak dan ring, setelannyan yang
standar dan dilengkapi dengan tutup persegi.

4) Sambungan-sambungan hanya diperbolehkan antara kotak- kotak yang berdekatan.

b. Stop Kontak.

1) Stop kontak harus dengan type yang memakai earthingcontact dengan rating 10
A, 250 V AC.

2) Semua pasangan stop kontak dengan tegangan kerja 220 Vharus diberi saluran ketahanan.
Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding dengan ketinggian 150 cm dari
atas lantai yang sudah selesai.
3) Stop kontak untuk keperluan rettering dipasang pada jarak 15 cm dari ceiling yang sudah
selesai.

4) Floor outlet dipasang dibagian atas dari pada intersection box dengan accessories yang
sesuai.

3. Instalasi Fixtures Penerangan

a. Fixtures penerangan harus dari jenis yang tertera dalam gambar.


Harus dibuat dari bahan yang sesuai dan bentuknya harus menarik dan pekerjaannya harus
baik, tebal plat baja yang dipakai untuk fixture minimum 0,8 mm.
Pemborong harus menyediakan contoh-contoh dari semua fixture yang akan dipasang.

b. Kawat-kawat untuk Fixture

1) Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kawat-kawat untuk fixture harus ditutup
asbestos dan tahan panas.

2) Tidak boleh ada kawat yang lebih kecil dari 1,5 m2. kawat- kawat harus dilindungi dengan
“tape” atau “tubing” disemua tempat dimana mungkin ada abrasi.

3) Semua kawat harus disembunyikan dalam konstruksi amature kecuali dimana


diperlukan penggantung rantai atau kalau pemasangan /perencanaan fixture menunjuk lain.

4) Tidak boleh ada sambungan kawat dalam suatu amature dan penggantung, dan harus terus
menerus mulai kotak sambung ke terminal-terminal khusus pada amature-amature lampu.

5) Saluran-saluran kawat harus tidak tajam dan dilindungi sehingga tidak merusak kawat.

4. Instalasi/Konstruksi Panel

a. Kabinet

1) Semua Kabinet harus dibuat dari plat baja dengan tebal minimum 1,5 mm, atau dibuat
dari bahan lain seperti polyster atau bakelite.

2) Kabinet untuk “panel board” mempunyai ukuran yang proposional seperti


dipersyaratkan untuk panel board. Yang besarnya menurut kebutuhan sehingga untuk
jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak terlalu banyak.

3) Frame/rangka panel harus digrounding.

4) Pada kabinet harus ada cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel
“panel board”serta tutupnya.

5) Kabinet dengan kawat-kawat “through feoder” harus diatur sedemikian rupa sehingga ada
saluran dengan lebar tidak kurang dari 10 cm untuk branch circuit panel board.

6) Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci-kunci. Untuk satu kabinet harus disediakan
2 (dua) buah anak kunci, dengan master key.
b. Finishing

1) Semua kabinet harus dicat dengan warna abu-abu, kecuali ditentukan lain.

2) Semua kabinet dan pintu-pintu untuk panel board listrik, harus dibuat tahan karat dengan
cara galvanized cadmium plating atau “zinc chromate primer”.

3) Selain yang tersebut diatas, harus dilengkapi/dilapisi dengan lapisan anti karat yaitu sebagai
berikut :

a) Bagian dalam dari box dan pintu.

b) Bagian luar dari box yang digalvanizeer atau cadmium plating tidak perlu dicat kalau
seluruhnya terpendam, kalau dipakai zinc chromate primer harus dicat dengan cat bakar.

c. Pemasangan Panel

1) Pemasangan panel sedemikian rupa sehingga peralatan dalam panel dengan mudah
masih dapat dijangkau, tergantung dari macam/type panelnya.

2) Bila dibutuhkan alas/pondasi/penumpu/penggantung, maka pemborong harus


menyediakannya, sekalipun tidak tertera dalam gambar.

d. Panel Distribusi Utama

1) Panel distribusi utama harus seperti yang ditunjuk pada gambar, kecuali ditentukan lain.

2) Seluruh assembly termasuk housing, bar-bar, alat-alat pelindung harus direncanakan, dibuat,
dicoba dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan persyaratan.

3) Panel distribusi utama harus dari jenis in door type terbuat dari plat baja (metalclad).

4) Konstruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang kaku, yang bisa
mempertahankan strukturnya oleh stress mekanis pada waktu terjadi hubungan singkat.

5) Rangka ini secara lengkap dibungkus pada bagian bawah, atas dan sisi dengan plat-plat
penutup (metal clad) harus cukup louvers untuk ventilasi dimana perlu untuk mengatasi
kenaikan suhu dari bagian-bagian yang mengalirkan arus dan bagian- bagian yang
bertegangan sesuai dengan persyaratan PUIL/VDE untuk peralatan yang tertutup.

6) Material-material yang bertegangan harus dicegah dengan sempurna terhadap


kemungkinan percikan air. Semua meteran dan tombol transfer yang dipersyaratkan
harus dikelompokkan pada satu papan panel yang berengsel tersembunyi.

e. Pull Box

1) Bila ditunjuk dalam gambar atau bila diperlukan oleh kondisi pemasangan, harus dipasang
sebuah pull box pada ketinggian yang cukup dan dari jenis konstruksi yang sama dengan
switch board pada bagian atas dari setiap switch board.

2) Bagian sisi atas dan samping dari pull box harus terdiri dari bagian-bagian yang bias
dibuka lepas. Dasar dari pull box harus terdiri dari papan asbestos atau bahan tahan api
yang semutu, dan kabel yang menuju “individual breaker” harus tegak lurus melalui lubang-
lubang yang terpisah-pisah pada dasar pull box ini. Penutup atas yang ditempatkan di
bagian belakang struktur harus bias dilepas dengan mudah supaya memungkinkan
pembuatan lubang- lubang untuk conduit kabel atau “bus duct” yang diperlukan.
f. Papan Nama

1) Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama, pada pintu
atau panel dekat pada pemutusan dan dapat dilihat dengan mudah.

2) Cara-cara pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari pemutus
daya atau alat-alat yang tersambung padanya. Keterangan mengenai ini harus diajukan
dalam shop drawings.

g. Bus Bar

1) Bus bar disusun dengan / dan dipegang oleh isolator dengan baik untuk system 3 phase 4
kawat seperti ditunjuk dalam gambar.

2) Setiap panel harus mempunyai bus netral yang diisolir terhadap tanah, dan sebuah bus
pertahanan yang telanjang diklem dengan kuat pada freme dan panel serta dilengkapi
dengan klem untuk pertahanan dari peralatan perlu diketanahkan (5 bar).

3) Gambar-gambar pelaksanaan (show drawings) harus menunjukkan ukuran-ukuran dari bus-


bus juga susunannya.

4) Ukuran dari bus harus ukuran sepanjang panel dan harus disediakan cara-cara untuk
penyambungan dikemudian hari.

h. Cadangan / Penyambungan Dikemudian Hari

1) Bila digambar dinyatakan adanya cadangan maka ruangan-ruangan tersebut harus dilengkapi
dengan bus, klem-klem pemasangan pendukung dan lain sebagainya, untuk peralatan-
peralatan yang dipasang dikemudian hari, termasuk terminal.

2) Kemudian penyambungan dikemudian hari dapat berupa equipment bus bar, panel
baru, switch, circuit breaker dan lain-lain.

i. Alat-alat ukur

1) Setiap panel harus dilengkapi dengan alat-alat ukur seperti pada gambar.

2) Meter-meter adalah dari type “moving iron vane type” khusus untuk panel, dengan
skala sirkulair, flush atau semi flush, dalam kotak tahan getaran, dengan ukuran 15 x 15
cm2 atau 10 x 10 cm2, dengan skala linier dan ketelitian 1 %.

3) Posisi dari sakelar putar untuk voltmeter dan amperemeter harus ditandai dengan jelas.

j. Transformator Arus

1) Trafo arus adalah dari type kering,dalam ruangan type jendela dengan perbandingan
kumparan yang sesuai dengan ketelitian 0,3 dengan burder sesuai dengan standar-standar
VDE.

2) Pemasangan harus kuat dan dapat menahan gaya-gaya mekanis.

3) Pada waktu terjadinya hubungan singkat 100 KA, trafo arus untuk amperemeter masih bias
dipakai, asalkan ketelitiannya masih baik, bila tidak baik maka harus dipergunakan trafo
arus khusus.
4) Semua sekering harus dipasang pada sisi sumber dari suatu peralatan yang dapat dicabut
(draw out) atau disisi beban dari peralatan yang lain, dan harus mempunyai kapasitas
interupsi 200000 A.

5) Bila sekering merupakan bagian dari semuia sakelar, maka harus diatur sedemikian rupa
sehingga sakelar tersebut tidak dapat dimasukan bila sekering tidak pada tempatnya.

6) Harus ada indicator bila sekering putus.


Sekering harus dipasang pada pendukung yang sama pada peralatan-peralatan yang
dapat dicabut (draw out)

k. Sekering Cadangan

Untuk setiap panel harus disediakan sekering cadangan sebanyak sekering yang ada, yang
disimpan dalam almari khusus dan diberi pengenal yang jelas.

l. kawat-kawat Pengontrol

1) Kawat pengontrol dari panel-panel harus dipasang dipabrik / bengkel secara lengkap dan
dibundel serta dilindungi terhadap kerusakan mekanis.

2) Ukuran minimum adalah 1,5 mm2 dari type 600 V, PVC.

m. Merek Pabrik

Semua peralatan pengaman harus diusahakan buatan satu pabrik atau satu merk. Peralatan peralatan
sejenis harus dapat saling dipindahkan dan ditukar tempatnya pada freme panel.

n. Peralatan Pengaman Pemutus Daya

1) Peralatan-peralatan pengaman adalah pemutus daya type draw out tanpa minyak dengan
sekering pembatas arus, pemutus daya dengan rumah tuangan (moulded case) dilengkapi
dengan sekering pembatas arus dan pemutus sekering.

2) Arus kerja dari draw out circuit breaker harus sesuai dengan gambar, dengan sekering
berkapasitas interupsi 100000 KA minimum pemutus sekering harus dari type yang
membuka dan menutup dengan cepat.

o. Lampu-lampu

1) Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu-lampu dan dipasang sesuai dengan persyaratan
dan gambar.

2) Untuk lampu pijar memakai lamp holder dan base type Edison Screw, untuk lamp
holder type Edison Screw cable netral tidak boleh dihubungkan ke center control, kecuali
dipersyaratkan lain, lampu fluorescent haruslah dari jenis day light.

3) Semua lampu fluorescent atau lampu lainnya yang memerlukan perbaikan factor daya
haruslah dilengkapi dengan kapasitor.
p. Fixtures Lampu

1) Lampu TL 40 W Reflector / tanpa Reflektor.

2) Housing + reflector dari plat 0,8 mm, dilengkapi dengan ballast + kapasitor 0,3 mF,
fitting.
Rugi daya : 11 W / lampu TL 40 W, warna 33, 3200 lumen / lampu.

3) Lampu TL 20 W, reflector / tanpa reflector


Housing + reflector dari plat 0,8 mm, dilengkapi dengan ballast + capasitor 0,3 mF, fitting
Rugi daya 5 W / lampu TL 20 W, warna 33.

4) Lampu TL 4 x 20 W, dilengkapi dengan opal diffuser 4 mm dari reflector dibagian dalam


housing.
Perlengkapan lampu sama dengan yang sudah disebut diatas.

5) Dount light mounted


Housing blck laquared alluminium cilindder, black bayonet fitting diaphragm dengan
reflector
Lampu incandescent 100 W, atau multigroove , mini 40 / 100 W (surface)

6) Down light recessed type 1


Housing aluminium cylinder, black poly carbonate dibagian dalam, dilengkapi dengan
reflector.
Lampu : indescent 100 W atau multigroove, mini 40/100 W (variable depth).

7) Down light flush type 2.


Idem diatas.
Lampu : indescent 100 W atau multigroove, mini 40/100 W (variable depth).

8) Down light flush type 3


Idem ditas, dengan acrylic diffuser. Ring : black alluminium.

9) Spot light
Fitting & bracket dari injection moulded poly carbonate warna hitam, double insulated.
Lampu : Glass comptalux 150 W.

10) Flood light


Housing high pressure die fast alluminium. Lampu SON / T 250 W.
Perlengkapan lampu build in dalam housing. Bearn Scread 2 x 27 (wide).
Kaca depan : kaca tahan pecah.

11) Down light wall mounted


Bentuk housing persegi panjang dengan arah keatas dan kebawah, dilengkapi dengan
brackets yang sesuai.
Bahan metal dengan silver anodired.
Lampu indescent 2 x 100 W, dan bisa diatur kedudukan lampunya.

12) Bowl fixtures pole mounting


Bowl dari bahan gelas. Bear build ini adalah bowl.
Lampu indescent 100 W (Argenta heavy duty).
Diameter bowl 300 mm. Jumlah pole tiap pole 4 buah.
5. Pekerjaan Instalasi Listrik

1. Instalator harus mempunyai izin instalator dari PLN setempat.

2. Pemasangan instalasi listrik harus menurut gambar kerja dan pemasangan harus
mengikuti peraturan-peraturan instalasi listrik yang berlaku.

3. Perlengkapan seperti fitting, stop kontak sakelar, union buls, kabel- kabel isolator dan
sebagainya harus berkualitas baik dan disetujui Direksi.

4. Kabel untuk lampu-lampu dan stop kontak :

a. dipakai jenis : sesuai gambar.

5. Sakelar dan stop kontak ex lokal untuk lampu dipasang pada ketinggian 125 cm dari
lantai.

6. Lighting armature :
Armature ex lokal sesuai dengan kode dalam gambar dan semua armature harus
mendapat persetujuan Direksi.

7. Semua biaya pemeriksaan gambar instalasi dan lain-lain ditanggung pemborong.


M. PEKERJAAN KHUSUS LANTAI

1. Lantai Tegel PC

a. Ubin PC yang digunakan adalah jenis ubin PC kepala basah dengan tebal minimum 2,5 cm
tebal lapisan kepala minimum 0,3 cm, warna abu-abu, ukuran 30 x 30, kecuali dipersyaratkan
lain.

b. Adukan yang digunakan sebagai perekat 1 pc : 5 ps.

c. Lapisan urug dibawah lantai setebal 10 cm disiram air kemudian ditimbris/dipadatkan.

d. seluruh ubin harus rata air.

e. Aduk terisi padat serta lot, siku dan waterpassnya baik.

f. Tebal siar setebal 1 mm, setiap perpotongan siar membentuk 2 garis lurus yang saling tegak
lurus.

g. 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai, siar diisi dengan air semen kental sesuai dengan warna ubin
dan seluruh siar terisi padat.

h. Pada semua semen masih belum kering, lantai dibersihkan sampai tidak ada noda semen pada
lantai.

2. Lantai Mozaik

a. Ubin mozaik yang digunakan adalah jenis kwalitas satu dengan tebal, warna sesuai standar /
spesifikasi pabrik, ukuran 30 x 30 cm, motif disesuaikan dengan warna ubin keramik.

b. Sebelum dipasang mozaik lantai diplester dengan adukan 1 pc : 5 ps tebal 5 cm dan rata air
(waterpass).

c. Lapisan pasir urug dibawah lantai setebal 5 cm disiram air kemudian ditimbris/dipadatkan.

d. Pemasangan menggunakan perekat semen (PC) dan dipasang rata air, kecuali ditentukan lain.

e. Siar atau nat selebar kurang lebih 3 mm, setiap pertemuan siar/nat membentuk 2 garis lurus yang
saling tegak lurus.

f. 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai, siar/nat diisi dengan air semen kental (PC putih) dan
atau dicampur oker sesuai warna ubin dan seluruh siar harus terisi padat.

g. Menjelang semua semen menjadi kering. Lantai harus dibersihkan sampai tidak ada noda semen
yang melekat pada lantai (keramik).

3. Lantai Wafel

a. Ubin wafel yang dipakai adalah jenis yang berketebalan ubin 3 cm dengan tebal kepala 0,5 cm,
warna kuning dengan ukuran 20 x 20 cm, kecuali dipersyaratkan lain.
Digunakan pada kamar mandi / WC atau sesuai gambar kerja.

b. Perekat yang digunakan adalah adukan 1 pc : 3 ps.


c. Didasari lapisan pasir urug setebal 10 cm yang dipadatkan.

d. Pemasangan seluruh ubin harus rata air, aduk terisi padat serta baik lot, siku dan waterpassnya.

e. Tebal siar selebal 1 mm, setiap perpotongan siar membentuk 2 garis lurus yang saling tegak
lurus.

f. 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai, siar diisi dengan air semen kental warna sesuai dengan
warna ubin dan seluruh siar terisi penuh.

g. Pada saat semen masih belum kering, lantai dibersihkan sampai tidak ada noda semen pada
keramik.

4. Ubin Keramik

a. Ubin keramik yang digunakan baik motif, warna maupun ukuran disesuaikan dengan petunjuk
gambar kerja atau ditentukan kemudian dan atas persetujuan Direksi.

b. Pengiriman ubin kelokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum dibuka
dan dilindungi dengan label / merk dagang yang jelas dan utuh.

c. Ubin keramik dipasang pada tempat-tempat sesuai pada gambar kerja.

d. Ubin yang dipasang adalah ubin yang telah diseleksi dengan baik sehingga warna, bentuk dan
motif masing-masing ubin sama, tidak ada bagian yang retak atau cacat lain yang telah
mendapat persetujuan dari Direksi lapangan.

e. Aduk sebagai perekat menggunakan 1 pc : 3 ps dengan tebal minimum 20 mm.

f. Ubin keramik dipasang diatas lantai plester yang rata air.

g. Siar-siar harus rata dan sama selebar 1 mm atau ditentukan sesuai petunjuk gambar kerja. Setiap
perpotongan siar membentuk 2 garis yang berpotongan saling tegak lurus.

h. Pemotongan ubin keramik hanya diperkenankan dengan menggunakan mesin potong dan
dihaluskan dengan batu gerinda.

i. Bidang ubin keramik harus rata air dengan aduk terisi padat tidak boleh berongga.

j. 3 x 24 jam setelah pemasangan ubin selesai siar diisi dengan air semen kental warna sesuai
dengan warna keramik sampai siar terisi penuh. Setelah itu dibersihkan sampai bekas semen
dikeramik hilang.

k. Untuk kamar mandi dan WC harus diperhatikan kemiringan lantai.

5. Lantai Ubin Teraso

a. Ubin teraso yang dipakai adalah jenis dengan ketebalan ubin 3 cm dan tebal kepala 0,5 cm.
Warna putih dengan ukuran 30 x 30 cm2 kecuali dipersyaratkan lain.

b. Adukan yang digunakan sebagai perekat 1 pc : 5 ps.

c. Diberi lapisan pasir urug, setebal 10 cm dan dipadatkan.

d. Pemasangan seluruh ubin harus rata air, aduk terisi padat serta baik lot, siku dan waterpassnya.
e. Tebal siar selebar 1 mm, setiap perpotongan siar membentuk 2 garis lurus yang saling tegak
lurus.

f. Pemotongan ubin hanya diperkenankan menggunakan mesin potong ubin dan dihaluskan
dengan batu gerinda atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

g. 3 x 24 jam setelah pemasangan selesai, siar diisi dengan air semen kental sesuai dengan warna
ubin sehingga seluruh siar terisi padat. Setelah pemasangan siar-siar tersebut selesai
(minimum 10 hari)kemudian digosok dengan mesin, dengan batu asah 24 grit untuk pertama
kali, kemudian 80 grit untuk kedua kali.
Setelah itu dilapisi PC dengan warna sama dengan ubin untuk menutupi pori-pori yang
terjadi.

h. Terakhir teraso dipoles dengan cairan pemoles netral yang tidak akan merubah warna
/merusak sampai licin mengkilap.

i. Lindungi permukaan lantai selama pelaksanaan dari kemungkinan gangguan yang akan
merusak.

6. Lantai Beton Tumbuk

a. Untuk beban-beban yang berat tebal lantai beton 20 cm dengan mutu beton K 175 dan U 24.
tulangan digunakan adalah 09-20. Untuk beban biasa digunakan tulangan praktis 06-20 cm
tebal 8 cm. Adukan tang digunakan 1 PC : 2 ps : 4 kr.

b. Permukaan lantai beton dengan beban berat harus dilakukan dengan sekali cor dan tidak
diperkenankan adanya pekerjaan finishing.

c. Untuk menghindarkan kemungkinan-kemungkinan ketidak rapihan serta keretakan-keretakan,


maka beton rabat harus dibuat dalam bentuk unit-unit dengan ukuran tertentu
Unit-unit ini secara menyeluruh merupakan pola dari pada lantai.
Bentuk pola akan ditentukan dilapangan.

d. Beton tumbuk pada trotoir dan tempat-tempat parkir dipisahkan dengan jalan aspal dengan
kansteen beton dicetak ditempat, sesuai dengan gambar detail.

e. Permukaan beton rabat sama tinggi dengan kansteen, dipisah dengan alur 1 cm.
N. PEKERJAAN KHUSUS PENGUNCI DAN PENGGANTUNG

1. Kunci dan Pegangan Pintu

a. Untuk pintu-pintu panil dan pintu-pintu besi pada umumnya digunakan kunci tanam silinder
sejenis merek SCHALAGE ex Australia type H medium duty atau sederajat. Kenob dipakal model
CENTURY DESIGN stainless steel. Demikian pula untuk keperluan pintu-pintu WC dan
pintu-pintu gudang dipakai type yang sama atau yang sederajat.

b. Untuk panel-panel listrik, pintu staft dan lain-lain kunci yang dipakai sederajat dengan merk
yale.

c. Untuk daun jendela kaca dipakai hendle pengunci sejenis WHITCO seri 22 hendle Ex
Australia, warna Bronze.

d. Semua kunci-kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu. Dipasang
setinggi 90 cm diatas lantai atau sesuai petunjuk Direksi lapangan.

2. Engsel

Untuk pintu-pintu panilpada umumnya menggunakan engsel pintu sejenis merk Arch. Ex Jepang,
ukuran 4 x 3 warna Gold, dipasang sekurang- kurangnya 3 buah untuk setiap daun pintu dengan
menggunakan sekrup kembang dengan warna yang sama dengan warna engsel.
Jumlah engsel yang dipasang harus diperhitungkan menurut beban berat daun pintu, tiap engsel
memikul maksimal 20 kg.

3. Door Closer, Door Stopper, dan Door Holder

a. Untuk seluruh daun pintu ruangan WC bagian sebelah luar dan kantor, menggunakan door
closer sejenis/setaraf merk DOPMA TX 73 Ex jerman, warna sesuai dengan ketentuan Direksi
lapangan. Door closer harus terpasang dengan baik dan merekat dengan kuat pada batang kusen
dan daun pintu, serta disetel sedemikian rupa sehingga pintu selalu menutup rapat pada kusen
pintu.

b. Untuk seluruh pintu diberi Door stopper sejenis merk DOPMA atau yang setarap. Door
stopper dipasang dengan baik pada lantai dengan sekrup FISHER.
Holder dipasang pada semua pintu kecuali pintu-pintu toilet, pintu masuk utama dan pintu-pintu
besi. Door holder dengan injakan karet dan spring pen release.

4. Pekerjaan Alat Penggantung

1. Untuk kusen pintu dan jendela dipasang 3 buah angker pada tiap tiangnya.

2. Untuk pintu-pintu kayu digunakan engsel jenis kualitas baik Untuk jendela digunakan engsel jenis
kualitas jenis baik.

3. Untuk semua pintu-pintu, digunakan kunci tanam kualitas baik lengkap dengan hendle, sesuai
persetujuan Direksi.

4. Pemborong diwajibkan mengajukan contoh terlebih dahulu tiap- tiap bahan yang akan
digunakan dan mendapatkan persetujuan Direksi.

5. Pemasangan harus rapih, hingga pintu-pintu dan jendela dapat ditutup dan dibuka dengan
mudah.

6. Semua kunci-kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu, dipasang
setinggi 90 cm dari lantai, atau sesuai petunjuk Direksi.
O. PEKERJAAN KHUSUS KACA DAN CERMIN

1. KACA

a. Seluruh kaca-kaca (kaca bening dan kaca es) yang digunakan adalah kaca dalam negeri
dengan kualitas yang baik, tebal 6 mm untuk pintu masuk, 5 mm dan 3 mm untuk jendela-jendela
dengan ukuran luas kurang dari 0,5 m2.

b. Pemasangan kaca-kaca dalam sponing rangka kayu digunakan dempul khusus disepanjang
sponing. Dipasang lis kayu sebagai penjepit kaca.

c. Kaca yang boleh dipasang adalah yang telah diseleksi dengan baik, tidak ada bagian yang
bergelombang, tidak ada bagian yang gompal atau retak dan telah mendapat persetujuan dari
Direksi lapangan.

d. Pemotong kaca harus disesuaikan dengan ukuran rangka, minimal 10 mm masuk kedalam alur
kaca pada kusen.

e. Setelah kaca selesai terpasang, tidak diperkenankan memberi tanda-tanda dengan


menggunakan kapur, tanda-tanda harus dibuat dari potongan kertas yang direkatkan dengan
menggunakan lem aci.

f. Pembersihan akhir dari kaca harus menggunakan kain katun yang lunak dengan menggunakan
cairan pembersih kaca.

2. CERMIN

a. Bahan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat berikut :

- Tidak boleh berwarna belang-belang dan tanpa penyinaran berbeda.


- Tidak berbunga-bunga/garis-garis yang mengganggupenglihatan.
- Tidak boleh ada goresan.

b. Untuk cermin dipakai ukuran tebal 5 mm, pelindung belakang cermin : cat water proof.
Pemasangan harus dikerjakan dengan rapih, terutama pemotongan pinggiran cermin harus halus
dan disesuaikan petujuk dalam gambar.

c. Cermin ditempel didinding dengan dasar kayu lapis jenis MR yang disekrup pada kios-kios di
dinding, kemudian dilapis dengan plastik busa tebal 1 cm.
Pemasangan cermin menggunakan penjepit aluminium siku dan atau sekrup kaca yang
mempunyai dop verchrom.

d. Setelah terpasang cermin harus dibersihkan dengan cairan pembersih yang mengandung
ammonia.
P. PEKERJAAN KHUSUS FINISHING

1. Cat Emulsi

a. Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan dan / bagian-
bagian lain yang ditentukan didalam gambar.

b. Untuk dinding luar bangunan digunakan cat khusus luar sejenis DANATOP 271 merk
DANAPAINT, warna ditentukan Direksi lapangan.

c. Untuk dinding dalam bangunan digunakan jenis EMULSI ACRYLIC semutu merk
DANAPAINT dengan lapisan dasar ALKALI RESISTANCE SEALER 440-2705 semutu merk
DANAPAINT, warna ditentukan oleh Direksi lapangan.

d. Plamuur yang digunakan adalah plamuur tembok sejenis DANPLAMUR


WALLPUTTY 550-1967 merk DANAPAINT.

e. Sebelum dinding diplamuur, plesteran sudah harus betul-betul kering, tidak ada retak-retak dan
pemborong harus meminta persetujuan Direksi lapangan.

f. Pekerjaan plamuur dilakukan dengan pisau plamuur dari plat baja tipis dan lapisan plamuur
dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.

g. Sesudah 7 hari plamuur terpasang dan percobaan warna sudah disetujui Direksi lapangan,
bidang dinding yang akan diplamuur diamplas dengan amplas besi halus No.00, kemudian
dibersihkan dengan bulu ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding dicat dengan menggunakan
roller.

h. Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 lapis alkali resistance sealer yang dilanjutkan
dengan 3 lapis acrylic emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
- Lapis I encer (tambahan 20 % air)
- Lapis II kental
- Lapis III encer

i. Untuk warna-warna yang sejenis, pemborong diharuskan menggunakan kaleng-kaleng dengan


nomor pencampuran (batch number) yang sama.

j. Setelah pekerjaan cat selesai, bidang-bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin,
tidak ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

k. Pemborong harus menyediakan 5 galon cat dari warna-warna yang dipakai dan diserahkan pada
waktu penyerahan pertama, sebagai cadangan untuk perawatan oleh pemilik.

2. Menie Kayu

a. Yang termasuk pekerjaaan ini adalah pengecatan seluruh permukaan multiplex plywood
yang akan dicat, rangka langit, rangka-rangka atap pintu dan / bagian-bagian lain yang ditentukan
gambar.

b. Menie yang digunakan adalah sejenis merk PATNA warna merah.

c. Semua kayu hanya boleh dimenie ditapak proyek dan mendapatpersetujuan Direksi lapangan.

d. Sebelum pekerjaan menie dilakukan, bidang kayu harus diamplas dengan amplas kayu kasar dan
dilanjutkan dengan amplas kayu halus sampai permukaan bidang licin dan rata.
e. Pekerjaan menie dilakukan dengan menggunakan kwas, dilakukan 1 lapis, sedemikian rupa
sehingga bidang kayu tertutup sempurna dengan lapisan menie.

3. Cat Kayu

a. Yang termasuk dalam pekerjaan cat kayu adalah daun pintu panil multiplex, kosen kamper dan
pintu-pintu dihalaman belakang dan bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.

b. Cat yang digunakan adalah yang sejenis SYNTETIC ENAMEL warna ditentukan Direksi
lapangan setelah melakukan percobaan pengecetan.

c. Bidang yang akan dicat diberi manie kayu semutu merk PATNA, warna merah 1 lapis, kemudian
diplamuur dengan plamuur kayu semutu merk Danol plamuur sampai lubang-lubang / pori-pori
terisi sempurna.

d. Setelah 7 hari, bidang yang telah diplamuur dapat diamplas dengan menggunakan amplas yang
sesuai.

4. Lapisan Melamin

Untuk kayu dengan finishing melamin, mula-mula kayu harus digosok terlebih dahulu dengan amplas
halus dan semua lobang-lobang bekas paku ditutup dengan bahan yang warnanya sesuai dengan
warna kayu. Kemudian dilapisi dengan bahan “melamin sending sealer”, setelah kering digosok
kembali dengan amplas halus untuk menghilangkan lapisan-lapisan sending sealer yang tidak rata.
Terakhir kali dilapisi dengan lapisan melamic clear 2 x, dengan jarak antara 6 jam. Harus
diperhatikan juga pada ujung-ujung kayu dibagian manaharus diberi lapisan pelindung tersebut.

5. Finishing Teak Oil

a. Yang dimaksud dengan pekerjaaan ini adalah seluruh bidang- bidang pekerjaan kayu yang
terlihat didalam bangunan utama, termasuk kosen, panil-panil, lis-lis, ralling kayu, pekerjaan
interior dan meubel, plint serta bagian-bagian lain yang ditentukan dalam gambar.

b. Semua bagian kayu yang akan diteak oil/dipolitur harus telah diserut rata, diamplas kemudian
digosok dengan batu apung sampai seluruh pori-pori kayu terisi dan setelah itu disirlak dan
amplas harus berulang-ulng sampai halus, baru kemudian dilapisi dengan PINOTEX sejenis merk
DANAPAINT dengan warna yang ditentukan oleh Direksi.
Pekerjaan teak oil dioleskan dengan kwas halus sebanyak 2 lapis.

c. Sebelum pekerjaan teak oil dilaksanakan, pemborong harus membuat contoh (sample)
percobaan warna sampai mendapat persetujuan dari Direksi lapangan.

d. Untuk bagian furniture yang tidak terlihat nyata dari luar, sekurang-kurangnya harus
diberi teak oil 2 lapis.

e. Dempulan-dempulan harus dicampur dengan pewarna yang sama dengan warna polituran.
6. Menie Besi

a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bidang besi yang akan dicat besi,
talang-talang seng kecuali pintu-pintu besi dan pagar-pagar besi / bagian-bagian lain yang
ditentukan didalam gambar.

b. Menie yang digunakan adalah manie besi sejenis merk Q.D REDLEAD PRIMER Danapaint.

c. Semua besi hanya boleh dimenei ditapak proyek dan mendapat persetujuan dari Direksi
lapangan.

d. Sebelum pekerjaan menie dilakukan, permukaan besi diamplas dengan amplas besi, sehingga
merupakan permukaan berwarna putih yang bebas dari karat, besi yang mengelupas, lemak,
minyak dan bahan-bahan kotor lainnya.

e. Pekerjaan menie besi dilakukan dengan menggunakan semprot, dilakukan 1 lapis, sedemikian
rupa sehingga bidang besi tertutup sempurna dengan lapisan manie.

7. Cat Besi

a. Yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian- bagian besi pagar beserta
pintunya, pintu-pintu besi dan pekerjaan besi lain yang ditentukan dalam gambar.

b. Cat yang dipakai adalah yang sejenis dengan syntetic ENAMEL DANAPAINT Super gloss.

c. Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas halus dan bebas
debu, oli dan bahan-bahan lain yang dapat merusak cat.

d. Sebagai dasar lapisan dasar anti karat dipakai sejenis Zinc Chromat primer, dipakai sebagai cat
dasar 1 kali. Sambungan las dan ujung- ujung yang tajam diberi “touch up” dengan 2 lapis zinc
chromat primer setelah itu lapisan tebal 40 micron diulaskan.

e. Setelah kering sesuadah 8 jam, maka bahan sejenis DANAQUICK UNDER COAT diulas 1
lapis. Setelah 16 jam mengering baru lapisan akhirnya dioleskan bahan sejenis Danalux Enamel
3 lapis.

f. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor (duco) sekurang-


kurangnya 3 kali.

g. Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada gelembung-
gelembung udara dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
B. PekerjaanCatdanPlitur

1. Cat Tembok

1.1. Untuk semua dinding, kolom, plafon, lisplank beton dicat tembok warna ditentukan
kemudian pada waktu pelaksanaan berlangsung.

1.2. Semua bidang plesteran yang akan dicat, sebelum dicat tembok harus diplamuur
dengan merk yang sama atau minimal sekualitas supaya benar-benar rata, lurus dan halus.

1.3. Pelaksanaan harus baik, merata dan sedapat mungkin menggunakan roller.

2. Cat Kayu (cat minyak untuk kayu)

2.1. Pekerjan kayu yang akan dicat harus digosok, dihaluskan terlebih dahulu, kemudian
dipulas dengan menie kayu sebagai penutup pori-pori kayu.

2.2. Setelah menie kayu digosok dengan amplas, dibersihkan kemudian diplamuur dan digosok
hingga rata kemudian baru dipulas dengan cat hingga warnanya merata.

3. Cat Besi (cat minyak untuk bidang-bidang besi)

3.1. Untuk semua bidang-bidang besi terbuka dicat besi mengikuti gambar.

3.2. Untuk besi jarus dipakai cat dasar metal primer.

4. Politur

4.1. Pekerjaan kayu yang akan dipolitur / teak oil mengikuti gambar.

4.2. Bidang-bidang kayu yang akan dipolitur digosok dan dibersihkan kemudian dipolitur/teak
oil dengan warna yang akan ditentukan kemudian.

4.3. Pelaksanaan polituran / teak oil ini harus benar-benar baik, rapih, rata, poro-pori kayu
harus ditutup.

5. Bahan Cat

5.1. Cat kayu dan tembok yang dipergunakan harus berkualitas baik setaraf dan waktu
tiba ditempat pekerjaan harus masih dalam aslinya.

5.2. Cat yang sudah siap dan segera dipakai tidak diperbolehkan mengandung endapan, yang
sudah membatu, dan sesudah diaduk dengan baik harus menjadi homogen, serta dapat
disaputkan dengan mudah.

5.3. Warna dan cat adalah warna aslinya dari kaleng dan tidak boleh ada campuran dari
bermacam-macam warna dari tua atau lebih.
Cat yang sudah disetujui merk dan warnanya supaya diberitahukan kepada pemberi tugas
untuk memudahkan pemeliharaannya dikemudian hari.
Q. PEKERJAAN KHUSUS MEKANIKAL

1. Jaringan Fire Alarm & Fire Fighting

a. Yang dicakup dalam lingkup pekerjaan instalasi fire alarm dan fire fighting ini adalah
menyediakan, memasang, mencoba,/trial run dan mengisi dari semua instalasi fire alarm
maupun fire fighting; yang diperinci dalam uraian pekerjaan dibawah ini serta yang tertera
dalam gambar.

b. Lingkup pekerjaan disini adalah pengertian bahwa unit dapat bekerja dengan baik tiap-tiap
bagiannya maupun seluruh instalasi yang terpasang sebagai unit keseluruhan.

1) Pengadaan dan pemasangan semua fire detector, manual call alarm bell, beserta instalasi
wiringnya.

2) Pengadaan dan pemasangan master control fire alarm panel beserta instalasi wiringnya.

3) Pengadaan dan pemasangan power supply untuk melayani system fire alarm tersebut.

4) Pengadaan dan pemasangan unit-unit fire fighting (fire extinguiser).

5) Pengadaan trial run dan pengujian untuk seluruh instalasi, maupun demonstrasi dari
unit-unit fire fighting yang dipergunakan.

6) Board yang menunjukan adanya peralatan-peralatan manual fush button,fire fighting


unit,menunjukan tempat/arah pintu bahaya/tangga bahaya(fire escape).

7) Pembuatan lemari-lemari untuk FHR, Fire Extingusher dan alarm call dan button pada
tempat-tempat yang ditentukan.

c. Pemborong harus meyakinkan pemberi tugas bahwa pekerjaan dilaksanakan oleh


tenaga-tenaga yang berpengalaman dan mengikuti standar yang telah ditentukan. Selama
pemasangan, pemborong harus menempatkan seseorang ahli yang selalu mengawasi pelaksanaan.

d. Pemborong harus mengganti kembali material-material yang rusak, sehingga syarat-syarat


fisik maupun teknis tetap dapat dipenuhi.

e. Pemborong harus membersihkan kembali sisa-sisa/bekas-bekas pekerjaaan yang berupa


potongan-potongan kayu, kabel metal, bekas bobokan baik pada tembok/beton maupun pada
dinding dan lantai.

f. Pemborong harus mengadakan testing, start up dan demonstrasi bila diminta, dimana segala
keperluan untuk hal ini adalah menjadi tanggung jawab dan biaya pemborong.

g. Manual, Spare part, Instruksi, Training

1) Sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum proyek diserahkan kepada pemilik.

2) Pemborong diwajibkan menyerahkan manual, keterangan spare part serta instruksi yang
dianggap perlu terhadap semua peralatan yang dipasang.

h. Built In Insert

Pemborong harus menyediakan semua “Insert” serta peralatan-peralatan tambahan lain yang
dibutuhkan yang harus dipendam dalam beton maupun cara pemasangan yang lain.
i. Pentanahan

1) Semua peralatan-peralatan harus diketanahkan sesuai dengan peraturan yang ada.

2) Untuk itu pembohong harus membuat gambar kerja untuk persetujuan Direksi Lapangan.

j. Finishing

1) Semua matrial yang dipasang harus sudah dalam keadaan difinished dengan baik sesuai
yang disyaratkan, finishing setelah terpasang adalah disyaratkan dan ini mencakup segala
perbaikan pada matrial tersebut maupun pekerjaan lain sebagai akibat pemasangan instalasi
tersebut termasuk didalamnya : perbaikan,pengecatan kembali,pembersihan dan lain-lain.

2) Semua peralatan dari Alarm yang dapat dilihat,seperti pipa conduit,yang tidak ditanam, manual
call, bell, fire fighting unit dan lain-lain harus difinished dengan cat merah.

k. Master Control Fire Alarm Panel

1) Master Control Fire Alarm Panel harus mempunyai kapasitas minimal 16 zones (loop zones).

2) Harus mempunyai perlengkapan-perlengkapan standard :


a) Indicator/zignal zones sesuai dengan jumlah zones.
b) Buzzer/Horn.
c) Fire Brigade Telephone Line.
d) Fire Fighting (Fire Pump) line.
e) Monitor line.
f) Signal otomatis dan manual Monitor untuk memberi petunjuk terjadinya gangguan
Open Circuit maupun Short Circuit pada jaringan 100 p ataupun gangguan instalasi lainnya.

3) Panel dibuat dengan konstruksi rangka besi danditutup dengan pelat besi tebal 1,5 mmCat
finished berwarna merah dan sebelum dicat harus diberi lapisan dasar. Master Control
diletakan diruangjaga pada Central Control.

l. Power supply

1) Tegangan yang boleh dipergunakan adalah tegangan DC, tidak lebih dari 100V, tegangan ini
diperoleh dari Rectifier.

2) Dalam keadaan Emergency dipergunakan supply dari baterry yang dapat melayani system
ini selama 6(enam) jam (Nickel Cadmium Baterry).

3) Besar kapasitas baterry dan rectifier system harus sesuai dengan instalasi fire alarm secara
keseluruhan.

m. Fire Detector

1) Maksimum temperatur detector mempunyai daerah cakup + 20 M,dengan temperatur


maksimum + 60 derajat C.

2) Kombinasi maksimum dan rate of rise temperatur detector dengan maksimum temperatur +
60 derajat Celcius dan mempunyai daerah cakup + 20 M2.

3) Smoke Detector (lonization), High Sesitivity, dipasang pada ketinggian + 3 M, daerah basement,
ambient temperatur sekitar minimum + 20 derajat celcius, maksimum + 50 derajat celcius,
supply DC tidak lebih dari 100V.
n. Alarm Bell

1) Supply DC tidak lebih dari 100 V, type indoor.

2) Bell yang dipasang didaerah kantor mempunyai frequensi yang cukup, sehingga dapat mengatasi
noise level dengan tingkat sedang.

o. Manual Alarm (Sirine)

Indoor type, dipasang semi inbow pada dinding, Supply DC tidak lebih dari 100 V, element
utama push button.

p. Horn Alarm (Sirine)

1) Dipasang out door, didaerah parkir atau tempat lainnya, sesuai petunjuk Direksi Lapangan.

2) Mempunyai frequensi yang cukup sehingga bisa didengar dengan jelas didalam kantor
maupun diluar.

q. Fire Fighting Unit

1) Fire Fighting Unit adalah dari type dry chemical, multi purpose untuk A, B, C, class fire rating.

2) Serbuk kimia yang digunakan harus dari jenis non tonix (tidak beracun).

3) Dilengkapi dengan hose karet dan nozzle.

4) Unit-unit fire Extinguisher yang dipergunakan adalah :

Fire Extinguisher.

Bahan : Multi purpose dry chemical (A, B, C, class fire).


Capasitas : 2,0 kg.
Daya semprot : 3-7 m.

r. Instalasi, Conduit, race way

1) Master control fire alarm diletakkan didalam ruangan jaga, ditempat pada central control.

2) Kabel yang menghubungkan antara master control panel dan auxiliary monitor panel adalah
kabel NYY, dimasukkan dalam pipa conduit baja dan diletakkan didalam trench telepon
(dalam bangunan), keluar bangunan kabel ditanam langsung kecuali apabila kabel
menyeberang jalan harus dimasukkan dalam pipa besi diameter 4” dua buah.

3) Untuk menggabungkan CTC dari tiap lantai ke lantai atasnya kabel NYY dalam conduit
diklem pada dinding shaft.

4) Dari CTB ke fire detector, manual call box maupun bell dipergunakan kabel NYY 1,5 mm2
diletakkan dalam conduit pipa union yang ditanam pada beton.

5) Setiap pembelokan/pencabangan/penyambungan harus diadakan junction box, dipasang


tertanam pada beton.

6) Untuk instalasi didinding atau beton pipa conduit ditanam dalam dinding atau dicor
dalam beton.

7) Manual call box dipasang mounted pada dinding setinggi 1.40 m.


8) Conduit kabel yang turun kebawah harus dipasang ditanam/tertanam dalam dinding.

9) Untuk pipa conduit junction box yang tertanam dalam beton, pemborong harus memasang
sebelum pengecoran beton.

10) Fire fighting unit fixed type digantung pada dudukan penggantung, sedangkan
dudukan penggantung dipasang menempel pada dinding dengan anchor, dibuat built in dalam
legokan pada dinding atau dipasang pada lemari-lemari set FHR & fire fighting equipment.

s. Papan-papan tanda

1) Pemborong harus melengkapi peralatan tersebut dengan papan- papan tanda yang menunjukkan
adanya alat-alat seperti manual call, fire fighting unit emergency door.

2) Papan pada plat besi 0,2 mm ukuran disesuaikan dengan jumlah huruf, warna dasar merah,
dengan huruf kuning terbaca dari jarak 10 m untuk mata normal.

2. PENGKONDISIAN UDARA (AC)

a. Packaged water cooled AC split :

Jumlah Unit :

Kapasitas pendingin : minimal……..btuh.

Total kapasitas : ……….btuh.

: Setiap unit AC mempunyai …(….) bh kompresor jenis hermatic


reciprocating dilengkapi dengan crankase heater dan internal motor winding thermal
protection.

Capacity control : Setiap unit dengan Capacity step 100%-67%-0%..

Condenser : jenis shell & tube jumlah :……,water circuit :…

Karekteristik : 380 Volts/3 Phase/50 hz dengan toleransi 10%. Listrik

Protektion device : - high and low pressure cutout.


- flusible plug.
- Overcurent relay.
- Internal motor winding thermostat.

b. Pemasangan Condensing unit:

Condensing unit di tempatkan dihalaman air side dengan membuat pondasi 1 : 2 batu bata
yang plester tinggi pondasi 10 Cm dengan ukuran panjang dan lebar 10 Cm lebih besar dari pada
ukuran condensing unit.

c. Suhu rata-rata yang dikehendaki didalam ruangan 22 –26 c pada operasi medium atau high.
d. Fan Coil Unit

Penempatan Fan Coil Unit agar dicapai pendinginan yang merata bagi seluruh ruangan.

- Dipasang pada dinding tembok dengan rangka besi siku yang dianker dengan ketinggian rata-
rata  2,5 meter dari lantai.

- Dipasang pada ceiling (disesuaikan dengan keadaan gambar ruangan /bangunan dengan
persetujuan direksi ).

- Disertai dengan bahan-bahan dan material untuk pemasangan seperti

Pipa tembaga, Isolasi Arma Fiex, Seal / Gasket, Nipple, klem dari besi strip, besi siku untuk
konsol rangka penggantung baut-baut anker.

e. Peralatan Kontrol dan Pengaman

Harus disertakan seperti :

- Thermostat dan kabel-kabelnya.


- Motor protection switch.
- Klem-klem iso pasangan kabel bila opbauw.
- Pipa-pipa pelindung PVC atau pipa besi jenis union bila inbauw.
- Kawat BC 6 mm2 dan 10 mm2 untuk pentanahan dan elektroda tanahnya.
- Nilai pentanahan maximum 5 ohm.

f. Pengadaan disertai dengan jaminan garansi 1 (satu) tahun dan service gratis dihitung setelah
test dan balancing dari peralatan-peralatan yang dipasang.

g. Pemasangan air – curtain

- Panjang 90/120 cm.

- Tegangan satu phase + nol 220 volt 50 Hz, dilengkapi dengan saklar law, medium, high dan
lampu indicator.

- Cara pemasangan : sedikit lebih besar dari lebar ambang pintu, bila dipasang lebih dari satu
buah air-curtain pada satu ambang pintu, sambungan listriknya diambilkan dari phasa yang
berlainan dan pemasangan tidak mengganggu daun pintu.
Pada waktu dilakukan testing dan balancing dari peralatan AC air- curtain dicoba/disesuaikan
pada posisi kecepatan yang sesuai, agar diperoleh efisiensi yang tinggi dalam pengoperasian
air-condition.

Morowali, 28 Desember 2020


PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN
KANTOR UPBU MOROWALI

HASWAN, SE
Penata Muda (III/a)
NIP. 19860729 201012 1 002

Anda mungkin juga menyukai