SKRIPSI
OLEH:
VITA TRI WIDYA
NIM 135110201111069
i
ii
iii
iv
せ᪨
࢘ࢹࠊࣦࢱࠋࢺࣜࠋ2017ࠋ㧗⏿ࡢᫎ⏬ࠗࡄࡸጲࡢ≀ㄒ࠘ᫎࡿ
ᖹᏳ௦㧗㈗ࡢጲྩࡢ⨾ᐜࡢఏ⤫ᩥࡢఏ⤫ࠋㄽᩥࠋࣈࣛ࢘ࢪࣕࣖᏛࠋ
᪥ᮏㄒᏛ⛉ࠋ
ᣦᑟᩍဨ㸸ࣞࠋࣉࢪࣁࢫࢸ࢘ࢸ
࣮࣮࢟࣡ࢻ : ㈗ேࠊ⨾ᐜ ࠊmise en sceneࠊྂྐほ
ࠗ㯤㔠௦࠘ゝ࠺ᖹᏳ௦ࡣᩥ⨾⾡ᅜᩥᏛࡀⓎ㐩ࡍࡿࡑࢀ
ᅜ㢼ᩥࡀసࡽࢀࡿࠋࡇࡢ௦࡛ࡣᑒᘓⓗ࡞⤫ᶵᵓࡀ࠶ࡾࠊ㈗ேᶒຊ
ࡀ࠶ࡿࠋᩥ⨾⾡ᅜᩥᏛࡣ㈗ேࡼࡿⓎ㐩ᗈࡲࡿࠋ࡛ࡍࡽࠊ㧗㈗ࡢ
ጲྩࡣ⨾ᐜࡢఏ⤫ᩥࡀ࠶ࡿࠊࡑࢀࡇࢀ⨾ࡋࡉࡢᇶ‽ᙳ㡪ࢆ࠼ࡿࠋ
㧗㈗ࡢጲྩࡢ࣓ࢪࢆཷࡅࡿࡼ࠺ࠊዪࡢᏊࡣ⨾ᐜࡢఏ⤫ᩥࢆᑓᨷࡋ࡞ࡅ
ࢀࡤ࡞ࡽ࡞࠸ࠋ⨾ᐜࡣእࡢ⨾ࡋࡉࡔࡅ࡛࡞ࡃࠊෆ㠃ࡢ⨾ࡋࡉࡶᚲせ࡛࠶ࡿࠋ
እࡢ⨾ࡋࡉࡣ⢝㧥ᙧ╔᭹ࡍࡿࠋෆ㠃ࡢ⨾ࡋࡉࡣᩥᩍ⨾⾡♩㔠࡛࠶
ࡿࠋ
ࡇࡢ◊✲࡛ࡣᐇయࡢ◊✲ࡋ࡚ࠗࡄࡸጲࡢ≀ㄒ࠘ࡢࢽ࣓ࢆ࠺ࠋ
ࡇࡢ◊✲ࡣࠊࡇࡢ◊✲ࡢࡣ㉁ⓗ࡞᪉ἲグ㏙ⓗ࡞ศᯒᅗ᭩㤋Ꮫࢆ⏝ࡋ࡚
࠸ࡿࠋࡇࡢ◊✲ࢆຍᢸࡍࡿ⌮ㄽࡣࢢࣜࣇࢵࡢྂྐほᛶ᱁ᥥ mise en
scene ࡛࠶ࡿࠋࡑࡋ࡚ࠊ ◊✲⪅ࡣࠊᖹᏳ௦࠾ࡅࡿ᪥ᮏࡢṔྐࠗࡄࡸ
ጲࡢ≀ㄒ࠘ࡢࡼ࠺ᫎࡉࢀࡿࠊ㛵㐃ࡍࡿ⨾ᐜᩥࢆⓎぢࡋࡼ࠺ࡋ
࡚࠸ࡿࠋ
ࡇࡢ◊✲ࡢ⤖ᯝࡣ㧗㈗ࡢጲྩࡢࡄࡸጲእࡢ⨾ࡋࡉෆ㠃ࡢ⨾ࡋࡉ
ࡀ࠶ࡿࠋእࡢ⨾ࡋࡉ࡛ࡣ㯮㧥ᘬࡁ┱࠾ⓑ࠸࠾ṑ㯮༑༢ࡀⓎぢࡉࢀ
࡚࠸ࡿࠋෆ㠃ࡢ⨾ࡋࡉ࡛ࡣ⍆᭩㐨♩ࡀⓎぢࡉࢀ࡚࠸ࡿࠋ
v
ABSTRAK
Widya, Vita Tri. 2017. Tradisi Kecantikan Wanita Aristokrat Jepang Pada Tokoh
Kaguya-Hime Yang Tercermin Dalam Film Kaguya Hime Monogatari Karya
Isao Takahata
Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Brawijaya
Pembimbing : Renny Puji Hastuti
Kata Kunci : Aristokrat, Kecantikan, Mise en scene, dan Old historiscm
=DPDQ +HLDQ GLVHEXW MXJD VHEDJDL 7KH *ROGHQ¶V $JH \DLWX ]DPDQ EXGD\D
seni dan karya sastra berkembang pesat dan terciptalah budaya sendiri disebut
kokufuu bunka. Pada zaman ini sistem pemerintahan menggunakan sistem foedalisme
yaitu kekuasaan berada ditangan kaum aristokrat. Budaya, kesusastraan dan seni
dikembangkan dan disebar oleh kaum aristokrat. Sehingga terciptalah budaya
kecantikan dikalangan wanita aristokrat dan budaya ini mempengaruhi standar
kecantikan seseorang. Seorang wanita harus mempelajari budaya-budaya kecantikan
tersebut untuk memperoleh image sebagai seorang putri bangsawan sejati.
Kecantikan tidak hanya sekedar penampilan fisik (outer beauty) namun didukung
oleh kecantikan dari dalam (inner beauty). Penampilan fisik (outer beauty) mencakup
make-up, gaya rambut dan gaya berpakaian. Sedangkan kecantikan dari dalam (inner
beauty) mencakup pendidikan, seni dan correct manners.
Penelitian ini menggunakan objek berupa film animasi Jepang berjudul
Kaguya Hime No Monogatari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
desktiptif analisis dan studi kepustakaan. Teori yang yang menunjang penelitian ini
adalah pendekatan old historiscm oleh Griffit, tokoh penokohan, dan mise en scene.
Kemudian peneliti mencoba untuk menemukan seberapa relevan budaya kecantikan
yang tercermin dalam film Kaguya Hime Monogatari dengan sejarah Jepang pada
zaman Heian.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kecantikan wanita aristokrat Jepang
pada tokoh Kaguya-Hime mencakup dua kriteria yaitu inner beauty dan outer beauty.
Inner beauty mencakup kurokami, hikimayu, oshiroi, ohaguro dan juuni-hitoe. Dan
outer beauty mencakup koto, kaligrafi dan correct manners.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus atas
EHUNDWGDQSHQ\HUWDDQ1\DSHQXOLVGDSDWPHQ\HOHVDLNDQVNULSVLGHQJDQMXGXO³Tradisi
Kecantikan Wanita Aristokrat Jepang Pada Tokoh Kaguya-Hime Yang Tercermin
Dalam Film Kaguya Hime Monogatari Karya Isao Takahata´
Penyusunan skripsi ini tidak akan penulis selesaikan dengan baik tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada Renny Puji Hastuti, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing selama proses penyusunan
skripsi, dan juga telah memberi saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat disusun
dengan baik.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ni Made Savitri
Paramitha, S.S selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan koreksi secara
mendetail sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih kepada ayah dan ibu,
bang Indra, bang Mada, kak Vina, dan kak Vika yang selalu menjadi motivasi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini, serta teman-teman yang selalu memberikan
semangat dari awal sampai skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak serta untuk
penelitian-penelitian selanjutnya..
Malang, 2017
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
2.2. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 38
ix
DAFTAR TRANSLITERASI
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Kaguya Hime ............................................................................... 45
Gambar 4.2 Pengrajin meminta upah ............................................................... 46
Gambar 4.3 Kaguya meletakkan keranjang makanan ...................................... 48
Gambar 4.4 Lady Sagami ................................................................................. 50
Gambar 4.5 Lady Sagami menyerahkan kertas lamaran .................................. 50
Gambar 4.6 Hikimayu ..................................................................................... 53
Gambar 4.7 Setelah Hikimayu ........................................................................ 53
Gambar 4.8 Proses melukis alis Butterfly ........................................................ 55
Gambar 4.9 Proses Ohaguro ............................................................................ 56
Gambar 4.10 Kaguya Hime bersama pembantunya ........................................ 59
Gambar 4.11 Tokoh Miyatsuko dan istrinya ................................................... 59
Gambar 4.12 Oshiroi pada tokoh Lady Sagami ............................................... 59
Gambar 4.13 Kaguya Hime kembali ke bulan ................................................. 61
Gambar 4.14 Istri Miyatsuko menyisir rambut Kaguya-Hime ........................ 61
Gambar 4.15 Lady Sagami sedang menginstruksikan ..................................... 62
Gambar 4.16 Perempuan pekerja .................................................................... 63
Gambar 4.17 Upacara kedewasaan .................................................................. 64
Gambar 4.18 Lady Sagami mengajari Kaguya-Hime memainkan Koto ......... 67
Gambar 4.19 Kaguya-Hime menunjukkan kemampuan koto dihadapan
Inbe no Akita ............................................................................. 68
Gambar 4.20 Isonokami, Otomo, Abe, Kuramochi dan Ishitsukuri sedang
membicarakan Kaguya-Hime ................................................... 71
Gambar 4.21 Kaguya-Hime berlatih kaligrafi ................................................. 74
Gambar 4.22 Kaguya-Hime sedang menulis .................................................. 74
Gambar 4.23 Kaguya-Hime berlari-lari di rumah ............................................ 76
Gambar 4.24 Lady Sagami sedang menginstruksikan etika berdiri, berjalan
dan mengambil barang ............................................................... 78
Gambar 4.25 Kaguya Hime memberi hormat kepada ayahnya Miyatsuko ..... 79
Gambar 4.26 Kaguya Hime memberi hormat kepada Inbe no Akita ............... 80
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Sinopsis Film Kaguya Hime No Monogatari......................................89
2. Curriculum Vitae ................................................................................92
3. Berita acara bimbingan .......................................................................94
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Zaman Heian (ᖹᏳ௦) berlangsung selama 390 tahun, dimulai dari tahun
History Alive! The Medieval World and Beyond bagian Heian-kyo - The Heart of
Golden Age karya Bower (1994 : 229). Pada zaman ini Jepang menganut sistem
kebudayaan Jepang. Jepang mulai melepaskan diri dari pengaruh budaya Cina,
Pada zaman ini sistem kepercayaan, struktur sosial, bahasa dan kesusastraan
(prosa, puisi/pantun dan nyanyian) serta seni budaya dan kecantikan berkembang
pesat. Masyarakat Jepang mengurangi pengaruh budaya yang sangat kuat dari
Akibat akulturasi ini terciptalah budaya baru sebagai karakteristik asli masyarakat
1
2
kesusastraan pada masa ini lebih didominasi oleh para aristokrat sehingga disebut
karya sastra pada zaman ini, sehingga disebut sebagai The Golden¶V Age atau
Zaman Keemasan.
elegance (keanggunan), dan correct manners menurut Bower (1994 : 233). Ketiga
hal ini dijadikan sebagai tolak ukur status sosial dan bagus tidaknya taste
seseorang. Selain ketiga hal tersebut masyarakat pada zaman ini harus terlihat
bagus dan paham akan keindahan alam, puisi dan seni. Oleh karena itu, baik pria
Kecantikan wanita Jepang zaman Heian menurut Bower (1994 : 233) adalah
penampilan diatas, juga dipengaruhi oleh pemilihan warna dan jenis pakaian,
karya seni lainnya. Hal ini sangat penting untuk dikuasai karena menunjukkan
3DQMDQJ´ GL 6XNX 'D\DN .DOLPDQWDQ ,QGRQHVLD &DQWLN DGDODK ZDQLWD \DQJ
telinga ini dilakukan dengan menggunakan anting logam atau emas yang
Penambahan anting ini dilakukan tiap satu tahun sekali, untuk mengetahui berapa
usia wanita suku Dayak cukup dengan menghitung berapa banyak anting yang
menghiasi telinganya. Tidak hanya menunjukkan usia, tetapi sebagai identitas diri
dan lambang keturunan bangsawan. Strata sosial akan semakin terangkat seiring
bagi pria Mauritania. Remaja wanita diminta untuk makan makanan dengan porsi
yang banyak, tradisi ini disebut sebagai Leblouh. Dalam kebudayaan mereka,
wanita gemuk adalah simbol kelas dan status yang tinggi dan menunjukkan
kecantikan seorang wanita. Bagi wanita yang tidak mengikuti tradisi tersebut akan
mendapat sanksi sosial. Karena kecantikan termasuk bagian dari norma dan nilai
sosial budaya.
Oleh karena itu, definisi kecantikan beragam, beda perspektif beda makna.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan negara, bangsa, suku,
kebudayaan manusia, era dan preferensi setiap individu serta tidak terlepas dari
perkembangan zaman. Hal ini diungkapkan oleh Knight Dunlap melalui Kevin
4
bahwa :
Taketori Monogatari. Folklor berasal dari dua kata yaitu Folk dan Lore. Folk
secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai gerak isyarat atau alat bantu
pengingat.
macam apa saja, secara tradisional, dalam versi berbeda, baik dalam bentuk lisan
maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat, atau dengan alat pengingat
(verbal folklor), 2) folklor sebagian lisan (party verbal folklor), 3) folklor bukan
tradisional (teka-teki), puisi rakyat, cerita prosa rakyat (mite, legenda dan
dongeng), dan nyanyian rakyat. Folklor sebagian lisan yaitu religi (agama dan
5
upacara, pesta rakyat, dan lain-lain. Folkor bukan lisan yaitu materiil dan yang
bukan materiil. Bentuk-bentuk folklor materiil yaitu arsitektur rakyat, seni kriya,
pakaian dan perhiasan tubuh rakyat, makanan dan minuman rakyat, dan obat-
obatan tradisional; sedangkan yang tergolong bukan materiil yaitu gerak isyarat
pertama yaitu cerita prosa rakyat mite. Menurut KBBI (2008:962) mite (mitos)
adalah cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat
sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-
hal yang ajaib, dan umumnya ditokohi oleh dewa. Taketori Monogatari berkisah
tentang tokoh bernama Kaguya yang tumbuh dari benih bambu dan diasuh oleh
sepasang suami istri yang tengah lanjut usia, yang dapat bertumbuh kembang
oleh 5 orang putra raja. Cerita ini pun diadaptasi dalam bentuk film animasi di
Studio Gibli tahun 2013 oleh sutradara bernama Isao Takahata dengan judul
SRVWPRGHUQ PHQJDWDNDQ EDKZD ³VDVWUD WLGDN KDQ\D WHUEDJL PHQMDGL GXD genre,
namun terbagi menjadi tiga kelompok yaitu sastra lisan, sastra tulisan, dan sastra
HOHNWURQLN´. Sastra lisan adalah suatu bentuk karya sastra yang disampaikan secara
lisan dari mulut ke mulut. Sastra tulisan adalah suatu bentuk karya sastra yang
6
disampaikan dalam bentuk tulisan. Sastra elektronik adalah karya sastra yang
gambar hidup, yang berarti film adalah suatu bentuk cerita yang berupa gambar
hidup yang tercipta lewat dunia digital. Menurut Arsyad (2014), Film merupakan
gambar itu terlihat hidup. Unsur intrinsik yang terkandung dalam sastra lisan dan
tulisan sama dengan yang ada dalam sastra elektronik. Namun yang membedakan
yaitu dengan gambar bergerak dan dialog sebagai sarana pendamping untuk
tidak mendapat banyak modifikasi dari cerita asalnya, hanya saja mendapat
tambahan visual tentang kecantikan wanita aristokrat Jepang pada zaman Heian.
tentang Kaguya-Hime yang berasal dari benih bambu dan diasuh oleh Sanuki no
oleh pangeran bahkan kaisar. Selama masa transisi menjadi seorang bangsawan,
Kaguya Hime harus mengikuti standar kecantikan wanita bangsawan pada masa
7
itu. Dalam film ini digambarkan kecantikan wanita aristokrat Jepang. Seperti
music koto, menulis shodou (kaligrafi), gaya berpakaian, tata cara berbicara,
bahkan gerak tubuh. Hal ini sebagai representasi wanita bangsawan yang
Alasan peneliti tertarik untuk mengangkat topik ini sebagai bahan skripsi
aristokrat Jepang pada zaman Heian melalui tokoh utama Kaguya-Hime dan
Hime No Monogatari dengan tradisi kecantikan pada sejarah Jepang pada zaman
Heian agar tidak terjadi asimetris dengan menggunakan teori old historiscm, mise
Jepang pada zaman Heian yang tercermin pada tokoh Kaguya-Hime dalam film
animasi Kaguya Hime no Monogatari karya Isao Takahata dilihat dari teori old
historicism?
8
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja tradisi
kecantikan wanita aristokrat Jepang pada zaman Heian yang tercermin pada tokoh
mengetahui seperti apa kecantikan wanita kaum aristrokrat pada zaman Heian dan
meneliti kecantikan wanita kaum aristokrat yang tercermin pada tokoh Kaguya-
Hime dan menemukan relevansi antara data primer dengan data sekunder.
negara harus diperintahkan oleh kaum bangsawan (orang kaya dan orang-
KBBI (2008:260).
c. Mise en scene : Segala hal yang terletak di depan camera yang akan
KAJIAN PUSTAKA
Sejarah adalah sebagai ilmu hidup dalam dunia realitas dan sejarah
(Kuntowijoyo, 2004:17). Sejarah dan sastra adalah dua hal yang berbeda. Sejarah
memiliki erat kaitannya dengan fakta sementara sastra erat kaitannya dengan
membuat keduanya saling melengkapi. Hal ini sesuai dengan yang diungkapan
ROHK $ 7HHXZ ³6\XNXUODK DGD VDVWUD VHUWD LOPX VHMDUDK VHEDJDi dua raga
10
11
yang nyata terjadi untuk menganalisis data dan membuktikan data tersebut benar
Pendekatan historis dibagi menjadi dua yaitu pendekatan historis lama dan
baru. Pendekatan sejarah lama memandang semua fakta sejarah yang merupakan
sarana untuk memperjelas sebuah ide, sindiran, bahasa dan detail dalam literatur.
sejarah yang ada pada karya sastra yang relevan dengan sejarah asli yang terjadi di
dunia nyata. Pendekatan historis lama sangat cocok digunakan dalam meneliti
karya sastra, khususnya karya sastra yang memiliki unsur sejarah di dalamnya,
Sedangkan pendekaan historis baru lebih menggambarkan suatu kritik dari sistem
yang diterapkan dalam sebuah tatanan sosial. Dalam hal ini pendekatan baru
Hime No Monogatari interpretasi dari seorang tokoh yang bernama Kaguya telah
digambarkan secara rinci. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan pendekatan
ini untuk menganalisis kecantikan wanita aristokrat Jepang pada tokoh Kaguya-
12
Hime yang tercermin dalam film Kaguya Hime No Monogatari. Serta peneliti
sejarah Jepang zaman Heian. Dengan tujuan peneliti akan menemukan suatu
Kecantikan berawal dari bahasa Latin, bellus, yang pada saat itu diperuntukkan
Terjemahan :
Cantik adalah gabungan yang menyenangkan dari sifat, mutu kualitas
dari seseorang atau objek, keanggunan atau khusus, hingga para
wanita tampak lebih bagus.
Menurut Ashad Kusuma Djaya, (2007: x), bahwa kecantikan adalah total,
memiliki kecantikan dari dalam hatinya, yang biasanya disebut dengan inner
Sehingga kecantikan sejatinya terdiri dari dua macam yaitu, kecantikan dari
dalam (Inner Beauty) dan kecantikan dari luar (Outer Beauty). Outer beauty atau
kecantikan dari luar memang dapat direfleksikan dengan bentuk wajah yang ayu,
cantik, dan enak dilihat. Outer Beauty (keelokan yang ada di luar), yaitu daya
tarik fisik yang meliputi faktor fisik, seperti kesehatan, kemudaan, simetri wajah,
purba, zaman pertengahan, zaman modern, dan masa kini. Zaman purba terdiri
atas zaman Batu tua, Jomon, Yayoi, Kofun, Asuka, Nara, dan Heian. Zaman
Zaman modern yaitu zaman Edo. Zaman Modern dan masa kini terdiri atas zaman
budaya Jepang tersebar dan berkembang kedalam bentuk yang unik sehingga
terciptalah budaya sendiri. Zaman Heian merupakan akhir dari zaman Nara yang
memindahkan ibukota Jepang dari Nara ke Nagaoka, hal ini dipicu oleh
kekhawatiran akan pengaruh politik pendeta Buddha di dalam batas kota Nara.
Namun pemindahan ibukota ini tidak berjalan dengan baik, karena beberapa
adanya korupsi, anggota keluarga yang terserang penyakit, dan bencana alam.
Dalam waktu kurang dari sepuluh tahun ibukota Nagaoka ditinggalkan dan
Kyouto). Dalam bahasa Jepang Kyou EHUDUWL ³NRWD´ GDQ Heian DUWLQ\D ³GDPDL´
ibukota jauh dari peristiwa buruk. Peristiwa ini dianggap sebagai tanda awal mula
panglima perang dan kuil Budhis setempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Masao
tanah pribadi (VKǀHQ. Perkebunan ini merupakan badan hukum yang kompleks,
Pada zaman ini, kaum aristokrat menikmati kebudayaan ala Cina (Tofu), kaum
aristokrat juga menjadi pemimpin politik dan budaya, sehingga kekuatan terbesar
bangsawan yang paling berpengaruh pada masa ini adalah klan Fujiwara
shi ( keluarga Fujiwara ). Memasuki akhir abad ke-9, dinasti Tang mulai goyah,
pengiriman utusan resmi ke Cina pun dihentikan sehingga pengaruh dari daratan
Cina semakin berkurang, dan hal ini memunculkan kebudayaan baru khas
Secara garis besar ada empat kelompok besar yang memegang kekuasaan
politik selama periode Heian. Pertama adalah kaisar dan keluarga kekaisaran,
16
kedua dalah kaum aristokrat, ketiga adalah pejabat yang kurang penting dan
pejabat kecil.
atau kemampuan sebenarnya, melainkan peringkat turunan dari orang tua atau
kerabat yang telah dipegang/dipertahankan. Dengan kata lain rank sebagian besar
tiga besar) berasal dari cabang-cabang junior keluarga kekaisaran dan dari
keluarga besar yang telah memegang gelar klan (kabane) dalam pra-reformasi.
Rangking Keempat dan Kelima ditarik dari anggota asli mereka terutama dari
klan-klan yang lebih rendah di wilayah Yamato dan dari beberapa keluarga asing
Peringkat yang tersisa termasuk kepala klan kecil, terutama di provinsi, Morris
(1994 : 79)
berasarkan peringkat sosial seperti, jenis pakaian yang dipakai seseorang (dalam
berbagai situasi), jenis kereta yang bisa digunakan, ukuran dan lokasi tempat
17
manusia.
Terjemahan :
Hal yang paling mencolok dari masyarakat aristokrat ibukota Heian
adalah kualitas estetik. Benar, bahwa masyarakat ini terdiri dari
sejumlah kecil orang yang sangat disukai, tetapi tidak ada yang lebih
luar biasa, bahkan dengan kebodohan terberat, hal itu digerakkan oleh
penyempurnaan dan diatur oleh aturan akan selera.
tantangan utama bagi seorang aristokrat untuk mencapai reputasi yang baik.
Aristokrat Heian membuat kultus kecantikan sendiri. Contohnya dari segi outer
beauty, bangsawan Heian menganggap gigi putih itu jelek, terutama untuk wanita.
Namun dalam situasi budaya yang berbeda hal ini mungkin dianggap jelek.
Baik pria maupun wanita menghargai sosok bulat dan gemuk. Wajah yang
bulat dan bengkak, mata kecil dan kulit putih berbedak merupakan kecantikan
yang ideal. Seorang aristokrat dengan kulit gelap, baik pria maupun wanita, harus
sering mengaplikasikan riasan agar tampil lebih pucat. Bahkan sebagian besar
18
perwira militer militer, yang banyak di antaranya adalah bangsawan sipil tanpa
latihan militer sama sekali tidak akan berani tampil di depan publik pada acara-
Selain penampilan fisik diatas correct manners juga sangat penting, seperti
tata cara berjalan, berbicara, dan makan. Semua aristokrat wajib memainkan
musik, dan penampilan artistik. Tulisan tangan seseorang juga sangat penting.
Hal ini diungkapkan oleh Morris (1994 : 195) tentang pentingnya tulisan tangan:
"A fine hand was probably the most important single mark of a 'good' person, and
it came close to being regarded as a moral virtue."
Terjemahan :
Tulis tangan yang bagus mungkin hal yang paling penting dalam menggambarkan
RUDQJ\DQJ³EDLN´GDQKDOLWXPHQGHNDWLVHEDJDLNHEDMLNDQPRUDO
1. Kecantikan (Make-up)
a. Ohaguro (࠾ṑ㯮)
dilakukan karena gigi mereka yang berwarna putih alami akan terlihat
kontras warna gigi yang hitam akan terlihat menarik dan sepadan
dengan rambut hitam kelam. Oleh karena itu, gigi yang dicat hitam
menunjukkan satu gigi pun. Namun ilusi ini lebih efektif bila dilihat
dari kejauhan.
peluang sakit gigi karena sisa makanan yang menempel di mulut akan
setiap hari.
20
Terjemahan :
Cairan tersebut kemudian dilukisan pada gigi dengan
menggunakan sikat dari bulu halus. Dengan bubuk besi dan empedu
gallnuts (ekskresi tanaman yang dihasilkan saat iritan dilepaskan oleh
larva serangga empedu seperti pada keluarga Cynipidae, tawon
empedu) yang lebih banyak dan setelah beberapa kali melakukannya,
maka warna yang diinginkan akan diperoleh. Ukiyoe (gaya seni Jepang
pada abad 17-19) sering menggambarkan wanita menyikat giginya
dengan ramuan tersebut.
Terjemahan :
Wanita-wanita di Jepang dalam era Heian (794-1185)
mempraktekan Ohaguro (penghitaman gigi) dengan cara menambal
gigi mereka dengan campuran bubuk besi dan air atau cuka. Hattab,
Qudeimat dagb Al-Rimawi(1999) meyakini bahwa Ohaguro dilakukan
tidak hanya untuk menghindari kerusakan gigi namun juga untuk
menandakan bahwa seorang wanita telah dewasa atau untuk
menyembunyikan ekspresi mulut mereka. Ai, Ishikawa dan Seiro
(1965, yang dikutip oleh Hattab dan penulis lainnya 1999)
memberikan alasan ilmiah bahwasanya merawat gigi dengan cara
Ohaguro dapat mencegah lapisan luar gigi dari demineralisasi (tidak
kropos,kuat).
21
&ULVWLQHD6PLWKEHUMXGXO³6R7DVWHIXO$1RWH$ERXW,URQ-*DOO,QN´
:LWK WKH RYHUZHHQLQJ UH¿QHPHQW RI WKH +HLDQ FRXUW DURXQG WKH
ninth century the style again became voguish with ladies, and girls
were initiated after puberty. Some male courtiers also resumed the
practice, and by the twelfth century the custom was again widespread
with men at court. Boys also blacked their teeth after puberty.
Terjemahan :
Dengan melalui kemegahan dan kesempurnaan istana Heian,
sekitar abad ke 9 gaya penampilan menjadi populer di kalangan wanita,
dan para gadis mulai dipersiapkan setelah pubertas. Beberapa pria
istana juga melanjutkan praktek tersebut, dan di abad 12 adat tersebut
disebarluaskan kembali oleh para pria di istana. Anak laki-laki pun
menghitamkan giginya setelah pubertas.
Terjemahan :
Ohaguro, pada ratusan tahun yang lalu saat zaman prasejarah
Jepang, awalnya dilakukan oleh anggota keluarga kekaisaran dan para
aristokrat
b. Hikimayu (ᘬࡁ┱)
detailnya, melukis wajah mereka lebih tebal, dan melukis alis mereka
22
mengungkapkan bahwa :
Terjemahan :
Hikimayu merupakan proses mencukur atau mencabut alis dan
melukis kembali agak keatas mendekati dahi berbentuk sabit
³EXWWHUIO\´GHQJDQPHQJJXQDNDQWLQWDKLWDP6DODKVDWXSHPLNLUDQ
yang melatar belakangi adalah dengan tidak adanya alis
memudahkan wanita untuk melukis wajah mereka dan alis yang
tinggi menyeimbangkan wajah dan menyempurnakan rambut
hitam mereka.
Terjemahan :
Hikimayu yang juga disebut alis titik adalah gaya merias alis
di kalangan wanita aristokrat di Jepang. Gaya merias ini telah
menjadi populer untuk menunjukan status yang tinggi di Jepang
pada periode Heian. Di tahun-tahun berikutnya para pria bahkan
juga melakukan Hikimayu (Kyo dan Selden, 2012). Gaya merias
alis Hikimayu ini bertujuan untuk menunjukan karakter yang
berstatus tinggi seperti dewa, pangeran, aristokrat, jendral, dan
sebagainya yang mana orang-orang tersebut sangat dihormati.
23
c. Oshiroi (ⓑ⢊)
mouth, mata kecil/sipit, hidung kecil, dan pipi bulat seperti buah apel.
merah (kurenai).
For women, makeup was also important. Women used white face
powder to make themselves look very pale. Over the chalky powder, a
Heian women put touches of red on her cheeks. Then she painted on a
small red mouth. She also plucked out her eyebrows and painted on a
set in just the right spot on forehead.
Terjemahan :
Bagi wanita, tata rias juga penting. Wanita biasanya menggunakan
tepung putih untuk membuat mereka terlihat pucat. Setelah bubuk
putih, seorang wanita Heian juga memberi sentuhan merah ke pipinya.
Kemudian melukis kecil bibir berwarna merah. Dia juga mencabut
alisnya dan melukisnya kembali tepat di atas dahi.
Terjemahan:
Pakar busana mengatur pakaian masyarakat. Pria mengenakan
jangut pendek dan topi yang menyerupai kepala burung puyuh. Baik
wanita maupun pria, menggunakan bubuk putih di wajahnya. Wanita
mencukur alisnya dan menggambarnya lagi dengan lebih besar dan
24
Terjemahan :
Praktek oshiroi (memutihkan kulit) berasal dari antara kalangan elit
istana zaman Nara (710-795) dan periode Heian (794-1185) dalam
tiruan kebangsawanan Cina, baik dikalangan elit kedua masyarakat,
warna kulit diperlakukan sebagai simbol penanda kelas sosial, bukan
perbedaan rasial.
d. Kurokami (㯮㧥)
rambut yang panajng dianggap cantik dan dikagumi baik oleh kaum
)RUWXQHV´\DQJPHQGHVNULSVLNDQNHFDQWLNDQZDQLWD
25
6KǀVKL FDUULHG KHUVHOI ZLWK DQ DLU RI PDWXULW\ DQG JUDFH 7KH
colors of her robes were carefully coordinated and perfumed. Her hair
swept behind her as she walked, being five or six inches longer than
KHU RZQ KHLJKW 6KǀVKL¶V ODGLHV-in waiting were attired in bombycine
jackets with trains decorated with traditional wave and shell patterns,
tastefully avoiding a fashion faux-pas while still maintaining a
GLVWLQFWLYH EHDXW\ 7KH (PSHURU ,FKLMǀ ZDV GHOLJKWHG E\ KLV QHZHVW
consort, and loved to visit her in her wing of the palace. (hal 218-220).
Terjemahan :
Terjemahan :
Bagi wanita, rambut panjang merupakan kecantikan yang utama,
ideal, rambut seorang wanita panjangnya melebihi tinggi badan.
2. Gaya Berpakaian
atas jubah putih sutra dan ditutup dengan mantel. Lapisan warna
terlihat di lengan dan leher dan hal itu sangat penting, mereka
26
Terjemahan :
Juni hitoe membelokkan sebagian besar nilai-nilai penting
di zaman Heian. Banyaknya lapisan warna yang susah payah
dipilih melambangkan elemen alam, seperti keindahan alami dari
pohon maple atau iris. Tiap tema warna hanya dapat dikenakan
pada musim yang sesuai atau jabatan khusus, seperti festival resmi.
Mengenakan warna tidak pada musimnya, atau bahkan memilih
warna yang salah pada salah satu lapisan saja, langsung
mengundang ejekan dari wanita lainnya dan sangat memalukan
bagi wanita yang keliru tersebut.
Terjemahan :
Karaginu-mo merupakan istilah yang lebih akurat untuk
jubah formal wanita bangsawan, umumnya disebut dengan juni-
hitoe. Karakteristik dari juni-hitoe terletak dari tumpukan warna-
warna (Kasane no irome) yang dibuat terlihat (transparan) pada
bagian bawah kostum, pada bagian kerah, dan bagian lingkar
lengan dengan perubahan tiap lapisan.
27
b. Aksesoris
kipas yang rumit, yang bisa diikat oleh tali saat dilipat. Kipas
untuk berbicara tatap muka dengan pria luar, dia bisa memegang
maupun pria.
dalam mengutip ayat yang sempurna dalam setiap kesempatan. Jika hal ini
court culture is not the use of poetry or music as a medium for courtship;
these arts have been used to woo the opposite sex for centuries. It is rather
WKHH[SOLFLWMXGJLQJRIDQRWKHUSHUVRQ¶V FKDUDFWHUWKDWRFFXUVUHSHDWHGO\
in the novel.
Terjemahan :
Gaya bermain musik pun digunakan sebagai kunci untuk melihat
kepribadian si pemain. Tidak biasanya di dalam Genji karakter pria
mendengar beberapa not panjang yang dimainkan pada koto dan
PHQ\LPSXONDQ³DNXVDQJDWLQJLQEHUWHPXZDQLWDLWX´$VSHN\DQJSDOLQJ
menarik dalam budaya istana zaman Heian bukanlah mengenai
penggunaan puisi dan musik sebagai media untuk menjalin hubungan
asmara, seni tersebut digunakan kepada lawan jenis selama berabad-abad.
Hal tersebut lebih kepada penilaian tersirat kepada pribadi karakter lainnya
yang terjadi secara berulang-ulang dalam novel.
Terjemahan :
Ki no Tsurayuki, seorang penulis puisi terkenal mengganggap
musik dan puisi hampir sama. Puisi dan Musik sama-sama lagu, sama-
sama curahan perasaan. Pada saat Murasaki menulis novelnya (novel
Genji, 11th century, zaman Heian), puisi dan musik dianggap sebagai hal
yang bernilai tinggi sebagai seni penting untuk para aristokrat yang
beradab.
6HSHUWL \DQJ GLNDWDNDQ ROHK /D0DUUH ³'L LEXNRWD +HLDQ SXLVL
PHQ\HUDS VHPXD DVSHN NHKLGXSDQ´ 8QWXN GDSDW GLOLKDW VHEDJDL SULEDGL
yang berbudaya dan beradab, seseorang dalam lingkungan ibukota Heian
harus berlatih salah satu keterampilan menulis puisi atau kaligrafi atau
menguasai alat musik, dan apabila memungkinkan ketiganya (Lloyd
Botway, 2013: 3).
29
Terjemahan :
Kemampuan menulis surat dan puisi dapat membuat reputasi
bangsawan menjadi naik atau sebaliknya merusak. Puisi atau sajak
digunakan untuk berbagai macam fungsi bahkan sebuah lembaga
pemerintahan menggunakan media tersebut untuk mengkritik lembaga
lain yang tidak disebutkan dalam catatannya. Ide yang dipresentasikan
melalui puisi atau surat itu sendiri tidaklah cukup. Kaligrafi atau
kemampuan menulis juga sangat penting dalam menentukan reputasi
semenjak kualitas visual tulisan seseorang dianggap sebagai cerminan
jiwanya. Menulis surat adalah suatu bentuk seni yang menggabungkan
beberapa elemen keindahan termasuk kemahiran dalam berpuisi atau
prosa, penampilan huruf, kualitas kertas, bahkan wewangian dengan
aroma musim semi atau musim panas yang ditambahkan pada surat.
There was much more to the rule of taste and the cult of beauty
than one's physical appearance. All aspects of behavior were
opportunities for the display of taste or the lack thereof. Walking, talking,
eating, playing music and, of course, all aristocrats and more were all
opportunities for artistic display. Most important of all was a person's
handwriting. Careers were made and lost over the quality of one's
writing. Love affairs began and ended similarly. As Morris points out
regarding the importance of handwriting, "A fine hand was probably the
most important single mark of a 'good' person, and it came close to being
regarded as a moral virtue."
Terjemahan :
Terdapat lebih banyak aturan dan budaya kecantikan daripada
sekedar penampilan fisik. Segala aspek perangai adalah kesempatan
untuk menampilkan cita rasa atau ketiadaan. Berjalan, berbicara, makan,
30
bermain musik, dan tentu saja semua segala aspek kebangsawanan itu
merupakan kesempatan untuk menampilkan sisi artistik. Lebih daripada
itu yang terpenting adalah tulisan tangan seseorang. Karier akan diraih
ataupun hilang berdasarkan kualitas tulisan tangan. Demikian pula
hubungan percintaan dimulai dan berakhir. Sebagaimana Morris
PHQHNDQNDQ PHQJHQDL SHQWLQJQ\D WXOLVDQ WDQJDQ µWDQJDQ \DQJ EDLN
mungkin merupakan satu-satunya tanda penting dari orang baik, dan itu
FXNXSGHNDWXQWXNGLDQJJDSVHEDJDLHWLNDPRUDOLWDV¶
Terjemahan :
Masyarakat Heian sangat menghargai kecantikan, keanggunan, dan
gaya berpakaian. Untuk menjadi baik, orang-orang harus berasal dari
keluarga penting. Mereka juga harus terlihat bagus dan sensitif akan
keindahan alam, puisi dan seni. Setiap individu dinilai melalui seberapa bagus
selera mereka. Kemampuan untuk mengetahui kecantikan dinilai atas kualitas
seperti kedermawanan dan kejujuran.
Suatu karya sastra terdiri dari dua unsur, yaitu unsur intrinsik (unsur formal
di dalam karya sastra) dan unsur ekstrinsik (unsur di luar karya sastra). Di dalam
dengan adanya penokohan akan muncul suatu karakter atau watak dari tokoh atau
demikian, karakter dapat berarti pelaku cerita dan dapat pula berarti perwatakan
Nurgiyanto (2010:165).
orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama. Pebedaan tokoh
Dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah
sebagian besar cerita (tokoh utama), dan sebaliknya ada tokoh yang
hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita, itu pun dalam
(2000:176).
(2010:181) dalam bentuknya yang asli adalah tokoh yang hanya memiliki
menjadi tokoh tipikal dan tokoh netral. Tokoh tipikal Altenberd dan
mata demi cerita, atau bahkan sebenarnya empunya cerita, pelaku cerita,
Menurut Pratista (2008:61), Mise en scene adalah segala hal yang terletak di
depan camera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise
en Scene EHUDVDO GDUL EDKDVD 3UDQFLV \DQJ EHUDUWL ³VWDJLQJ DQ DFWLRQ´ DWDX
³PHQJJXQDNDQDNVL´
1. Setting
segala proSHUWLQ\D´6HWWLQJGDODPVHEXDKILOPXPXPQ\DGLEXDWVHQ\DWD
mendukung cerita film dan juga mampu untuk membangun mood sesuai
2. Kostum
Kostum juga dapat menentukan kelas atau status sosial para pelaku
cerita.
d. Image (citra)
e. Tata Rias
3. Pencahayaan
a. Kualitas pencahayaan
b. Arah pencahayaan
iii. Back lightning : mampu menampilkan bentuk siluet sebuah objek atau
c. Sumber cahaya
d. Warna cahaya
Umumnya, warna cahaya natural hanya terbatas pada putih dan kuning
ii. Low key lightning adalah suatu teknik tata cahaya yang
Unsur terpenting dari aspek mise en scene adalah mengontrol pemain dan
sebuah adegan semata namun, juga harus mengontrol dan mengatur bagaimana
adegan tersebut diambil seperti, jarak, ketinggian, sudut, lama pengambilan, dan
sebagainya.
Terdapat tujuh jenis dimensi jarak kamera terhadap objek, antara lain :
Dikenal juga sebagai Extra Long Shot atau Very Long Shot yaitu teknik
dalam frame
2. LS (Long Shot)
Pada teknik ini pengambilan gambar hanya menggunakan area yang cukup
dan pas untuk memperlihatkan seluruh tubuh subjek tanpa terpotong oleh
frame
37
Shot yang menyajikan bidang pandangan lebih dekat dari pada long Shot,
obyek manusia biasanya ditampilkan dari atas lutut sampai di atas kepala
4. MS (Medium Shot)
Pada teknik ini area pengambilan gambar sedikit lebih sempit dari teknik
medium long shot di atas yaitu dimulai dari batas pinggang sampai atas
Shot sangat dekat, obyek diperlihatkan dari bagian dada sampai atas
6. CU (Close Up)
sempit yaitu batas sedikit dibawah bahu sampai batas kepala. Tujuannya
untuk menceritakan secara detail ekspresi dan mimik dari wajah seseorang.
Teknik pengambilan gambar ini akan mengambil area yang lebih sempit
lagi dari teknik close up standar di atas. Batas area yaitu sedikit dibawah
dagu sampai di atas dahi (batas kepala). Pada dasarnya tujuan teknik ini
sama dengan teknik close up, hanya saja lebih mendetailkan ekspresi dan
MXGXO VNULSVL ³ )DNWD 6HMDUDK GDODP )LOP Jiobanni no Shima Karya Sutradara
0L]XKR 1LVKLNXER´ WDKXQ .HVLPSXODQ GDUL SHQHOLWLDQ LQL DGDODK WHUGDSDW
lima fakta sejarah yaitu, seranga udara oleh Amerika terhadap Nemuro pada Juli
Pulau Shikotan pada tahun 1945, serangan oleh Soviet terhadap Pulau Shikotan
pada 1 September 1945, dan pengusiran warga Pulau Shikotan pada tahun 1947.
sastra film sebagai objek penelitian. Film ini menggunakan metode kualitaf, dan .
yang tercermin pada tokoh Kaguya Hime dengan data sekunder yaitu data yang
MXGXO VNULSVL ³.RQIOLN 7RNRK 3XWUL .DJX\D 'DODP $QLPH Kaguya Hime No
Monogatari .DU\D ,VDR 7DNDKDWD´ WDKXQ .HVLPSXODQ GDUL SHQHOLWLDQ LQL
adalah dua faktor penyebab konflik tokoh Kaguya yaitu, faktor internal dan
39
eksternal. Faktor internal yaitu, karakter yang bertentangan antara tokoh utama
Kaguya dengan tokoh bawan Sanuki no Miyatsuko (ayah Kaguya). Tokoh kaguya
memiliki karakter dermawan, hormat dan patuh pada orangtua, serta memiliki
temperamental, egois dan tidak peka, serta tegas. Sehingga hal ini menimbulkan
tentang konsep kebahagiaan dan adat istiadat dalam keluarga bangsawan yang
oleh tokoh Kaguya dengan aturan adat yang berlaku di lingkungan sekitarnya dan
konflik batin atas pemaksaan pernikahan, perasaan terhadap diri sendiri dan
menggunakan prinsip id, ego dan superego oleh Sigmund Freud, dan
lainnya dengan menggunakan pendektan old historiscm, mise en scene, dan tokoh
penokohan.
BAB III
METODE PENELITIAN
kualitatif dengan teknik deskriptif analisis dan metode studi pustaka. Ratna
dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.
etimologis deskripsi dan analisa berarti menguraikan. Metode ini tidak semata-
tentang kecantikan wanita aristokrat Jepang pada zaman Heian, dan menganalisis
kaitannya dengan sumber data yang ada secara akurat. Namun peneliti tidak
40
41
diteliti.
adalah melakukan kajian teori yang berkaitan dengan topik penelitian Nazir
(1998:112).
dilakukan oleh wanita aristokrat pada tokoh Kaguya-Hime dalam film animasi
sekunder.
Sumber data penelitian yaitu sumber data dari subjek darimana data bisa
dihadapinya pada suatu saat. Sumber data primer adalah film Kaguya Hime No
Monogatari karya Isao Takahata. Sumber data primer berkenaan dengan adegan
dan dialog yang berkenaan dengan kecantikan wanita aristokrat pada tokoh
Hime.
dan rumusan masalah, yaitu mengklasifikasikan adegan dan dialog yang berkaitan
tentang kecantikan wanita aristokrat yang tercermin melalui tokoh Kaguya dan
dan satuan uraian dasar data yang dikumpulkan dianalisis satu persatu. Penulis
dari analisis.
BAB III
METODE PENELITIAN
kualitatif dengan teknik deskriptif analisis dan metode studi pustaka. Ratna
dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya.
etimologis deskripsi dan analisa berarti menguraikan. Metode ini tidak semata-
tentang kecantikan wanita aristokrat Jepang pada zaman Heian, dan menganalisis
kaitannya dengan sumber data yang ada secara akurat. Namun peneliti tidak
40
41
diteliti.
adalah melakukan kajian teori yang berkaitan dengan topik penelitian Nazir
(1998:112).
dilakukan oleh wanita aristokrat pada tokoh Kaguya-Hime dalam film animasi
sekunder.
Sumber data penelitian yaitu sumber data dari subjek darimana data bisa
dihadapinya pada suatu saat. Sumber data primer adalah film Kaguya Hime No
Monogatari karya Isao Takahata. Sumber data primer berkenaan dengan adegan
dan dialog yang berkenaan dengan kecantikan wanita aristokrat pada tokoh
Hime.
dan rumusan masalah, yaitu mengklasifikasikan adegan dan dialog yang berkaitan
tentang kecantikan wanita aristokrat yang tercermin melalui tokoh Kaguya dan
dan satuan uraian dasar data yang dikumpulkan dianalisis satu persatu. Penulis
dari analisis.
BAB IV
Tokoh utama atau yang memiliki peran penting dalam film Kaguya Hime No
Monogatari adalah Kaguya-Hime meskipun demikian, para tokoh lain dalam film
aristokrat.
ke bumi melalui benih bambu dan dapat bertumbuh kembang dengan pesat.
45
46
a. Dermawan
NDUXQ³UDQWLQJSHUPDWDGDULJXQXQJ+RUDL´1DPXQ3DQJHUDQ.XUDPRFKL
Miyatsuko : Apa?
(keluar menemui pengrajin yang datang
kerumah)
Pengrajin1 : Harap bayar kami untuk biaya pembuatan
48
cabang permatanya.
Pengrajin2 : Perkenalkan saya Ayabe Uchimaro, saya
adalah pengrajin dari asrama Takumi. Kami
diberi tugas untuk membuat cabang yang
bertahtakan permata, sepertinya itu perintah
dari Pangeran Kuramochi. Tetapi Pangeran
belum memberikan kami bayaran. Maafkan
kami telah mendatangi Selir Pangeran ke
sini, ah bukan.. maksud saya seorang istri
Pangeran. Selain meminta Putri Kaguya
untuk membayar, kami tidak punya pilihan
lain. Inilah alasan mengapa kami datang ke
rumah ini.
Ayah : Saya mengerti (masuk ke dalam mencari
Pangeran Kuramochi).
Tuan apa ini.... Tuan? Kemana anda pergi?
Cabang permatanya?
Kaguya : Tuan sudah pergi. Tolong berikan imbalan
pada pengrajin dengan baik.
ࡗ࡚ࠊᤞࡕࡷࢇ⣙᮰ ࡋ࡚ࠊ......
ࡳࡸࡘࡇ 㸸 ⨨࠸࡚࠸ࡁ࡞ࡉ࠸ࠋࡉ࠶...⾜ ࡇ࠺ࠋ
ࡄࡸጲ 㸸 ᮅ᪥ ࢟ࢪ㘠࡛ࡁࡿ࡞࠶.......
Hime tidak menentang, dia mengikuti apa yang dikatakan oleh Sanuki no
Miyatsuko.
50
1. Lady Sagami
ࡲࡏࠋ
ࡄࡸጲ 㸸 ࠾ ࠸ࡋࡓࡇࡶ࡞࠸ࡢ㸽
┦ᶍẊ 㸸 ࡶࡕࢁࢇ࡛ࡈࡊ࠸ࡲࡍࠋẊ᪉ࡀ⏦ࡋ࡛ጲྩ
ࡀ࠾ཷࡅࡋ࡚ࡈ፧ ࡀᩚ࠸ጞࡵ࡚ேࡣ
࠾࠸࡞ࡿࡢ࡛ࡍࠋࡇࢇ࡞⣲ᬕࡽࡋ࠸
ேࡶࡢ㈗බᏊࡽ࠾㑅ࡧ࡞ࢀࡿ ࡞ࢇ
࡚ࠊ࡞ࢇጲᵝࡣ࠾ᖾࡏ࡞ࡢ࡛ࡋࡻ࠺ࠋ
ࡄࡸጲ 㸸 ᖾࡏ㸽 ⚾ࡣࡲࡔ࡞ࡓࡶῧ࠺ࡘࡶࡾࡣ
࠶ࡾࡲࡏࢇࠋ
┦ᶍẊ 㸸 ఱࢆ࠾ࡗࡋࡷ࠸ࡲࡍࠋ㧗㈗ࡢጲྩ࡞ࢀࡤ
࡛ࡁࡿࡔࡅ᪩ࡃࡋࡿࡁ᪉ῧࢃ࡞ࡅࢀ
ࡤ࡞ࡽ࡞࠸ࡢ࡛ࡍࠋࡑࢀࡇࡑࡀጲྩࡋ࡚
ࡢᖾࡏࠋఱ ࢆ㏞࠺ࡇࡀ࠶ࡾࡲࡋࡻ࠺
ࠋ࡞ࡓࢆ࠾㑅ࡧ࡞ࡗ࡚ࡶጲᵝ
ࡢᖾࡏࡣ⣙᮰ࡉࢀ࡚࠾ࡾࡲࡍࠋ
mengharuskan dia untuk memilih salah satu diantara surat lamaran yang
menikah dan dia belum mengenal sama sekali diantara kelima bangsawan
tersebut.
(1994 : 233). Hal ini menjadi tolak ukur cantik tidaknya seseorang, selain ketiga
hal tersebut masyarakat pada zaman ini harus terlihat bagus dan paham akan
keindahan alam, puisi dan seni. Dalam film Kaguya Hime No Monogatari peneliti
menemukan kecantikan wanita diukur melalui kecantikan fisik (outer beauty) dan
menggunakan teori old historicism (sejarah lama) oleh Griffith (2011), dengan
sekunder.
penampilan luar yang dapat dinilai tanpa mengenalnya lebih jauh. Kecantikan
fisik adalah kecantikan yang berasal dari tubuh perempuan itu sendiri seperti
rambut, wajah, dan badan. Kecantikan juga didukung oleh berbagai atribut yang
melekat pada tubuh perempuan yang secara langsung dan tampak oleh indra
Outer Beauty wanita aristokrat Jepang zaman Heian terlihat melalui tokoh
Kaguya, Lady Sagami, Ibu Kaguya dan tokoh wanita lainnya. Kecantikan fisik
terlihat melalui hair style, makeup yang digunakan (oshiroi, kurenai, hikimayu),
1. Hikimayu (ᘬࡁ┱)
ࡄࡸጲ 㸸 ࠸ࡸ࠸ࡸ㸟࠸ࡸࡼ㸟
┦ᶍẊ 㸸 ࡑࡢࡲࡲ࡛ࡣ㧗㈗ࡢጲྩࡣ ័ࢀ࡞࠸ࡢ࡛ࡍ
ࡼࠋ
ࡄࡸጲ 㸸 ┱ࡢᢤ࠸ࡓࡽࠊờࡀ┠ධࡗ࡚ࡋࡲ࠺ࡣࠋ
┦ᶍẊ 㸸 㧗㈗ࡢጲྩࡣࠊờࢆࡃࡼ࠺࡞ࠊヰࡋࡓ࡞࠸┿
ఝࡣ࡞ࡉࡽࡠࡶࡢࠊࡉ࠶ࠋࠋࠋ
tokoh Lady Sagami terhadap tokoh Kaguya-Hime. Dengan cara mencabut satu
persatu bulu alis menggunakan pinset (gambar 4.6) sampai habis yaitu, tidak
adanya bulu alis pada sisi kanan dan sisi kiri (gambar 4.7). Kemudian dilukis
kembali beberapa senti di atas alis (dahi) berbentuk sabit dengan menggunakan
tinta berwarna hitam dalam cawan yang kecil melalui kuas (gambar 4.8).
55
Kecantikan hikimayu ini juga terlihat pada wajah Lady Sagami (gambar 4.8),
1 2
Gambar 4.8 Proses melukis alis Butterfly (menit 00:57:51)
Kecantikan hikimayu dan oshiroi merupakan satu kesatuan, hal ini terlihat
adanya perbedaan warna kulit wajah tokoh Kaguya-Hime pada gambar 4.6 dan
4.7. Pada gambar 4.6 warna kulit wajah Kaguya-Hime digambarkan sedikit
kemerahan sedangkan pada gambar 4.7 warna kulit wajahnya berubah menjadi
putih pucat. Begitu juga dengan warna wajah Lady Sagami yaitu putih pucat
kecantikan ini merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun di kalangan
Penemuan data ini, peneliti bandingkan dengan data sekunder pada Jurnal
proses hikimayu yang digambarkan dalam film sesuai, yaitu dilakukan dengan
56
cara mencukur atau mencabut alis, kemudian melukisnya kembali berbentuk sabit
DWDX³EXWWHUIO\´GHQJDQPHQJJXQDNDQWLQWDKLWDP
dan Selden dalam Shao (2016:104) bahwa hikimayu adalah gaya merias alis di
kalangan wanita aristokrat di Jepang. Gaya merias ini menunjukan status yang
hikimayu yang dicerminkan melalui tokoh Kaguya-Hime dan tokoh Lady Sagami
2. Ohaguro (࠾ṑ㯮)
1 2
3
57
ࡄࡸጲ 㸸 ࠾ṑ㯮ࡶ࠸ࡸ㸟ཱྀࢆ㛤ࡅࡿኚࡼࠊࡑࢀࡌ
ࡷࠊ➗࠺ࡇࡶ࡛ࡁ࡞࠸ࡌࡷ࡞࠸㸽
┦ᶍẊ 㸸 㧗㈗ࡢጲྩࡣࠊཱྀࢆ㛤ࡅ࡚ࠊ࠾➗࠸࡞ࡗࡓ
ࡾࡋ࡞࠸ࡶࡢ ࡛ࡍࠋ
ࡄࡸጲ 㸸 ࡤࡳࡓ࠸ 㸟 㧗㈗ ࡞ጲྩࡔࡗ࡚ờࢆࡃࡋࠊ
ࡣ ࡤࡽࡤࡽ➗࠸ࡓ࠸ࡇࡔࡗ࡚࠶ࡿࡣࡎ
ࡼࠋ ᾦࡀṆ ࡲࡽ࡞ ࠸ࡇࡔࡗ࡚ࠊᛣ㬆ࡾࡓࡃ
࡞ࡿࡇࡔࡗ࡚ ࠶ࡿࢃࠋ
┦ᶍẊ 㸸 ࠸࠸࠼ࠊ㧗㈗ࡢጲྩࡣ....
ࡄࡸጲ 㸸 㧗㈗ࡢጲྩࡣே ࡛ࡣ࡞࠸ࡢࡡ 㸟
Kaguya : Kenapa pula aku ingin gigi yang hitam? Aku tak
akan membuka mulut nanti! Dan aku tak bisa
tertawa lagi!
Lady Sagami : Tak perlu khawatir! Untuk putri bangsawan tidak
perlu membuka mulutnya untuk tertawa.
Kaguya : Itu bodoh! Bahkan seorang putripun harus
berkeringat dan terkadang tertawa terbahak-bahak.
Ada saat aku ingin menangis dan berteriak dengan
suara yang keras.
Lady Sagami : Tidak, seorang putri adalah...
Kaguya : Kalau begitu seorang putri Tuan Putri bukanlah
manusia!
Hime dengan menggunakan kuas yang telah dicelupkan kedalam cawan berisi
cairan berwarna hitam (gambar 4.9 no.2) dan hasilnya terlihat pada gambar nomor
tiga. Tampak gigi Kaguya-Hime terlihat hitam (gambar 4.9 no.3). Kecantikan
ohaguro ini dibantu dengan data dialog di atas, yaitu Kaguya-Hime menolak
kecantikan ini, dengan pandangan bahwa seorang wanita berhak untuk tertawa
lepas. Namun pada film ini proses ohaguro hanya dilakukan di saat-saat tertentu.
Sebab pada film ini peneliti menemukan bahwa ohaguro dilakukan sesaat setelah
kecocokan data praktek ohaguro yang diungkapakan oleh Mitford dengan film ini
yaitu alat yang digunakan adalah sikat dari bulu alus. Alat yang digunakan sesuai
Ohaguro sebagai wujud kedewasaan dalam film ini sesuai dengan data
dalam kutipan dilakukan oleh Foo, Samantha. (2010) dalam buku berjudul The
wanita telah dewasa dan untuk menyembunyikan ekspresi mulut mereka. Hal ini
didukung dengan dialog di atas, bahwa seorang wanita bangsawan tidak membuka
kecantikan ini juga dilakukan oleh beberapa pria istana. Tradisi ohaguro
59
ungkapan Forai dalam Diaconu (2014 : 257) bahwa tradisi ini awalnya dilakukan
oleh anggota keluarga kekaisaran dan para aristokrat sejak ratusan tahun yang lalu
3. Oshiroi (ⓑ⢊)
Gambar 4.10 Kaguya Hime bersama Gambar 4.11 Tokoh Miyatsuko dan
pembantunya (menit 01:01:11) istrinya (menit 00:33:47)
Dengan menggunakan unsur mise en scene tata rias pada gambar 4.10,
tokoh Kaguya Hime mencerminkan oshiroi, yaitu tampilan wajah putih pucat
Miyatsuko beserta istrinya (gambar 4.11) dan tokoh Lady Sagami (gambar 4.12).
Mise en scene tata rias oshiroi disini berfungsi sebagai penunjuk status sosial.
Sebab praktek oshiroi berasal dari kalangan elit istana zaman Heian, oshiroi
bukan sebagai perbedaan rasial melainkan penanda kelas sosial (Russel, 2008 :
42).
merah. Hal ini sesuai dengan ungkapan Bower (1994 : 233), bahwa oshiroi
merupakan tata rias yang penting. Mereka menggunakan tepung putih untuk
dan istrinya. Sehingga oshiroi tidak hanya digunakan oleh kaum wanita
melainkan kaum lelaki bangsawan. Penemuan ini sesuai sejarah Jepang yang
diungkapkan oleh Frazee A Charles (1997 : 293) bahwa, baik wanita maupun pria,
dilakukan oleh kaum bangsawan dan sudah menjadi standar kecantikan seorang
61
bangsawan yang hidup di istana baik bagi wanita yang belum menikah maupun
sudah menikah.
kecantikan oshiroi yang tercermin melalui tokoh Kaguya Hime, Lady Sagami,
dalam film ini relevan dengan data sejarah Jepang (data sekunder). Relevansi ini
didukung atas adanya data visual yaitu scene yang menampilkan tradisi
kecantikan oshiroi wujudnya sama dengan yang dideskripsi pada data sekunder.
4. Kurokami (㯮㧥)
rambut yang panjang, hitam, dan lurus. Semakin panjang rambut seorang wanita,
dicerminkan oleh Kaguya-Hime adalah rambut yang panjang dan berwarna hitam
terlihat pada gambar 4.14 yaitu, istri Sanuki No Miyatsuko tengah menyisir
ibunya terlihat lebih hitam, lurus dan panjang. Cerminan kecantikan kurokami
juga terlihat pada tokoh tambahan Lady Sagami, yaitu berwarna hitam, panjang
1 2
63
3
Gambar 4.16 Perempuan pekerja
dikalangan bangsawan. Hal ini terlihat pada cuplikan gambar 4.16 dengan
menggunakan unsur mise en scene setting (tempat), kostum, tata rias, pemain serta
pergerakannya. Terlihat bahwa mereka adalah wanita dengan kelas sosial rendah
yaitu pekerja (pengrajin dan pembantu). Pada gambar no. 1 tokoh netral sedang
Gambar no.2 adalah gambar pada masa istri Sanuki no Miyatsuko masih
menjadi orang pegunungan, rambutnya pendek, diikat dan berwarna coklat. Pada
gambar no.3 tampak tokoh netral sedang melakukan aktifitas, rambutnya ditutupi
dengan sebuah kain, dan diikat. Panjang dan warna rambut yang digambarkan
pada gambar 4.16, jika dibandingkan panjang rambut Kaguya-Hime dan Lady
kurokami pada film ini menunjukkan kelas sosial, khususnya bagi wanita aritokrat.
Hal ini sesuai dengan data sekunder oleh McCullough dalam cerita Jepang
³$7DOHRI)ORZHULQJ)RUWXQHV´\DQJPHQGHVNULSVLNDQNHFDQWLNDQZDQLWDPHODOXL
tokoh Soshi dalam karya sastra. Tokoh soshi digambarkan memiliki aura dewasa
64
dan kehormatan. Didukung oleh warna pada jubahnya, wewangian yang dipakai
dan rambutnya yang panjang hingga terseret dibelakang. Panjangnya sekitar lima
atau enam inci lebih panjang daripada tinggi badannya sendiri. Bagi wanita pada
zaman itu memiliki rambut yang panjang merupakan hal yang utama, ideal
kurokami yang tercermin pada tokoh Kaguya-Hime, Lady Sagami dalam film ini
kecantikan kurokami dalam film ini relevan dengan dengan data sekunder sejarah
Jepang zaman Heian. Sebab peneliti menemukan kesesuaian antara visual yang
a. Juuni-hitoe (༑༢)
Lapisan ini terlihat melalui lipatan warna-warni yang terletak pada bagian leher,
Lapisan warna ini disebut sebagai kasane no irome. Selain itu, dengan
aktivitas pemasangan mo (rok formal) berwarna putih yang dilakukan oleh Lady
dialog di atas, yaitu Miyatsuko bahagia akan mengadakan pesta yang megah
elemen alam, tiap pengguanan tema warna pada pakaian disesuaikan dengan
oleh wanita bangsawan. Karakteristik dari pakaian ini terletak dari tumpukan
bawah kostum, pada bagian kerah, dan bagian lingkar lengan dengan perubahan
adalah seorang wanita bangsawan dan telah menjadi wanita dewasa. Juuni-hitoe
yang digambarkan dalam film ini sesuai dengan pendapat Morris dan Sugino.
Heian (data sekunder), sebab peneliti menemukan data pendukung visual yang
mencakup bagaimana sikapnya terhadap siapa saja, memiliki watak yang baik,
tutur kata yang sopan dan lemah lembut (atitude), bagaimana keanggunan atau
sendirinya dan hanya orang lainlah yang bisa menilainya bukan diri sendiri.
Dalam film ini peneliti menemukan inner beauty yang terpancarkan dari
alat musik), tutur kata yang sopan, dan tingkah laku. Peneliti menemukan inner
beauty dalam pendidikan dan seni, menulis kaligrafi, dan correct manners.
67
Koto merupakan alat musik tradisional Jepang yang terbuat dari kayu
dan panjangnya sekitar 180 cm. Koto memiliki memiliki 12 senar pada
mirip dengan alat musik guzheng dari China, yatga dari Mongolia,
gayageum dari Korea dan kecapi dari Indonesia. Alat musik ini dikenal
sebagai alat musik istana. Koto dimainkan dengan cara dipetik dan sering
dimainkan sebagai alat musik tunggal, tanpa iringan alat musik lain
(www.djarumcoklat.com).
ࡳࡸࡘࡇ 㸸 ௨ୗ࡛ࡍ࡞ࠊ⍆ࡢ࠾⤖ᯝࡢ࠺ࡣ㸽
┦ᶍẊ 㸸 ࠸࠸࠼ࠊࡲࡔࠊጞࡵࡓࡤࡾࡈࡊ࠸
ࡲࡍࢀࡤࠋ
ࠋࠋࠋ
ࡳࡸࡘࡇ 㸸 ࠾࠾࣮ࠊࡇࢀࡣࠋࠋࠋ
gozaimasureba
...
Miyatsuko : Oooo, kore haaaaa.....
Dalam film ini memainkan alat musik koto merupakan salah satu
image menjadi seorang putri sejati. Pada cuplikan gambar 4.18 dengan
melihat dari pelajaran bermain koto yang dilakukan oleh Lady Sagami.
memainkan alat musik koto, dan pembawaan dirinya dengan sikap yang
࠸ࡑࡢࡳ 㸸 ࡋࡋࠊ⨾ࡋ࠸ጲ࡛ࡋࡓࡡࠋኌࡶ⍆
ࡶࠋࠋ
࠾ࡶ 㸸 ࡸ࠶ࠊࡃࠋࡇࡢࡼ࠺࡞ࡶࡢㄪ࠺ࠋ
࠶ : ࡋࡋ࠶ࡢࡼ࠺࡞↓⌮࡞ࢇࡔࡼ✺ࡁࡘ
ࡅࡿࡣࠋࠋ
࠸ࡋࡘࡃࡾ 㸸 ࡲࡇᚓ㞴࠸ᐆࡼࠋ
akan suara dan permainan alat musik koto yang dilakukan oleh Kaguya-
wawasannya dibidang seni terutama alat musik koto. Rasa kagum yang
Puisi dan musik dianggap sebagai hal yang bernilai tinggi sebagai
seni penting untuk para aristokrat yang beradab ( Lloyd 2013 : 2 ). Untuk
menulis puisi atau kaligrafi atau menguasai alat musik, dan apabila
intelektualitas.
didukung dengan adanya data visual yaitu scene Kaguya Hime memaikan
alat musik koto dan dialog yang menunjukkan kekaguman oleh keempat
bangsawan.
b. Menulis Kaligrafi
Kaligrafi Jepang atau shodo (᭩㐨) adalah tulisan artistik yang berasal
dari karakter atau huruf Jepang. Tulisan ini memiliki teknik dan prinsip-
prinsip yang mirip dengan kaligrafi China. Metode yang sering dipakai
di dalam suatu ruangan pada malam hari (gambar lilin sebagai sumber
caya dalam ruangan dan warna cahaya high key lightning yaitu batasan
tampilan yaitu rambutnya terlihat mulai panjang dan berwarna hitam, dan
yang tegak serta pembawaan diri yang tenang saat menulis di siang hari.
┦ᶍẊ 㸸 ᖾࡏ࠾ఇࡳࡃࡔࡉ࠸ࡲࡏࠋࡇࢀࡈ
⇕ᚰ࡚࡞ࡽ࠸ࢆບࡳ㐟ࡤࡉࢀࡿ,
ࡉࡀࡳࡣ࡞ከᖾࡈࡊ࠸ࡲࡍ.
Hime memperoleh apresiasi dari Lady Sagami terlihat dalam dialog di atas.
Dalam film ini peneliti tidak menemukan adanya keterkaitan erat antara
Dalam film ini kaligrafi adalah pendidikan seni yang harus dilakukan oleh
baik mungkin merupakan satu-satunya tanda penting dari orang baik, dan
itu cukup dekat untuk dianggap sebagai etika moralitas ( Morris 1994 :
195).
zaman Heian. Meskipun hanya didukung oleh data visual, dialog diatas
2. Correct Manners
a. Etika berperilaku di istana
ࡄࡸጲ 㸸 ࡡ࠼ ࡉࡲ࠶ࡑࡇ࡛Ὃ࠸࡛࠸࠸ࢇ
࡛ࡋࡻ㸽
┦ᶍẊ 㸸 ⁛┦ࡶࡈࡊ࠸ࡲࡏࢇ Ὃࡄ࡞ࠋ㧗
㈗ࡢጲྩゝ࠺ࡶࡢࡣࠊࡑࡢࡼ࠺㉮
ࡗࡓ࡞ࡃࠊ㥑ࡅᅇࡗࡓࡾࡋ࡚ࡣ࡞ࡾࡲ
ࡏࢇࠋ
ࡳࡸࡘࡇ 㸸 ጲᵝࠊࡇࡕࡽࡢࡉࡀࡳࡓࡢࡣࠋጲᵝ
࠾㧗㈗ࡢጲࡂࡳࡋ࡚ࠊ࠾⫱ࡗ࡚ࡶࡋ
࠶ࡆࡿࠋ⚾ࡀᐑ୰ࡽཬࡧࡓ࠸ࡋࡓࡢ
࡛ࡍࠋ
ࡄࡸጲ 㸸 㧗㈗ࡢጲࡂࡳ㸽ᐑ୰㸽
┦ᶍẊ 㸸 ࢃࡓࡃࡋࡇࢇ࡞࠾⫱ࡗ࡚ࡀࡢ࠶ࡾࡑ
ࢇ࡞࠾Ꮚࡣึࡵ࡚࡛ࡈࡊ࠸ࡲࡍࠋࡇࡢ
┦ᶍᚲࡎࡸጲᵝࢆ㧗㈗ࡢጲࡂࡳࡋ࡚
ࡾࡗࡥ࠾⫱ࡗ࡚ࡶࡋ࠶ࡆࡲࡍࠋ
terbuat dari kayu, dan hal ini dianggap tidak baik bagi seorang wanita
┦ᶍẊ 㸸 ࡼࢁࡋࡈࡊ࠸ࡲࡍࠋࡇࡢࡼ࠺⫼➽
ࢆࡢࡤࡋ࡚, ࡍࡗ࠾❧ࡕ࠶ࡑࡤࡋ࡚.
ࡄࡸጲ 㸸 ࡍࡗ㸽
┦ᶍẊ 㸸 ࡑࡢࡲࡲ࡛ࢁࡋࡈࡊ࠸ࡲࡍࠋ㧗⣭ࡢ
ጲྩࡶ࡞ࢀࡤࠊ࠾❧ࡕ㐟ࡤࡍࡢࡶࡲ
ࢀ࡞ࡇࡺ࠼ࠋ
ࡄࡸጲ 㸸 ࡌࡷ࠶ࠊ࠺ࡸࡗ࡚ືࡃࡢ≀ࢆྲྀࡿ
ࡣ㸽
┦ᶍẊ 㸸 ࡑࡢࡼ࠺࡞ሙྜࡣࠊࡇࢀࠋࡇࡢࡼ࠺
❧࡚⭸࡚㟼ࠎࠊ࠶ࡃࡲ࡛ࡶඃ㞞
ࠋඃ㞞࡞ࡶࡢ࡛ࡈࡊ࠸ࡲࡋࡻࠋࠋ
Kaguya-Hime : Kibas?
Lady Sagami : Nah seperti itulah kira-kira. Dalam hal
apapun seorang Tuan Putri berdiri hanya
pada kesempatan langkah.
Kaguya-Hime : Tapi... bagaimana aku akan bergerak jika
ingin mengambil suatu barang?
Lady Sagami : Jika demikian hal seperti itu, kembali ke
posisi duduk dan gerakkan lututmu dengan
anggun.
Seret, seret, seret, jadilah anggun setiap saat.
bagaimana etika duduk, berdiri dan mengambil barang yang benar sebagai
memainkan alat musik koto. Sikap ini terlihat dengan cara Kaguya Hime
1 2
81
3 4
Gambar 4.26 Kaguya-Hime memberi hormat kepada Inbe no Akita
ࡄࡸጲ 㸸 ࡈᶵ᎘㯇ࡋࡹ࠺Ꮡࡌࡲࡍࠋ
yaitu warna wajah yang sedikit kemerahan, dan alis yang masih utuh.
musik, dan tentu saja semua segala aspek kebangsawanan itu merupakan
berjalan dan mengambil barang, etika memberi salam kepada tamu yang
diajarkan oleh Lady Sagami kepada Kaguya-Hime, hal ini sesuai dengan
Jepang zaman Heian, data ini didukung dengan adanya data visual dan
dialog.
BAB V
5.1 Kesimpulan
wanita aristokrat yang tercerrmin pada tokoh Kaguya-Hime terbagi menjadi dua
kategori yaitu :
1. Outer Beauty yaitu kecantikan fisik yang dapat dilihat secara langsung,
yang berasal dari tubuh perempuan tersebut seperti rambut, wajah dan badan serta
atribut yang melekat pada tubuh, seperti pakaian. Kecantikan ini terdiri atas
kepribadian, intelektualitas, kelemah lembutan, tutur kata yang sopan santun dan
tingkah laku sehari-hari. Terdiri dari permainan alat musik koto, kaligrafi, etika
tercermin pada tokoh Kaguya Hime dalam film Kaguya Hime No Monogatari
benar dipraktekan oleh wanita aristokrat pada zaman Heian melalui sejarah
Jepang zaman Heian (data sekunder). Peneliti menggunakan data visual atau
adegan dan dialog yang berhubungan dengan kecantikan wanita aristokrat sebagai
83
84
5.2 Saran
Dari temuan dan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap penelitian ini,
peneliti menemukan banyak hal untuk diteliti dalam film animasi Kaguya Hime
yang dialami oleh tokoh utama yaitu Kaguya Hime di lingkungan istana dengan
FILM
Takahata Isao. (2013). Kaguya Hime No Monogatari. Studio Gibli.
BUKU
$QRQLP:HEVWHU¶VNew Dictionary and Thesaurus (Concise Edition). New
York: Russell, Geddes & Grosset.
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Bower, Bert. Lobdell,Jim. (1994). History Alive! The Medieval World and Beyond.
California : Teachers Curriculum Institute
Djaya, Ashad Kusuma. 2007. Natural Beauty Inner Beauty: Managemen Diri
Meraih Kecantikan Sejati dari Khazanah Tradisional. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Dalby,L.C. (2001). Kimono: Fashoning Culture. Seattle and London : University
of Washington Press
Danandjaja, James. (1997). Folklor Jepang: Dilihat Dari Kacamata Indonesia.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Diaconu, Diana, et al.(2014). Religious And Spiritual Concepts In Dental
Practices In Ancient Orient. Rumania : International Journal of Medical
Dentistry
Ellington, Lucien. (2009). Japan. United States of Ametica: ABC-CLIO, LLC.
Esten, Mursal. (1978). Kesusastraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung :
PT Angkasa.
Foo, Samantha. (2010). The Beauty Trap: How the pressure to conform to
VRFLHW\¶VDQGPHGLD¶VVWDQGDUGVRI beauty leave women experiencing body
dissatisfaction. Tesis. Auckland : Auckland University of Technology
Frazee A Charles. (1997). World History: Volume One: Ancient and Medieval
Times to A.D.15001HZ<RUN%DUURQ¶V(GXFDWLRQDO6HULHV,QF
Fitryarini, Inda. (2010). Semiotika Komunikasi: Membedah Stereotype
Perempuan dalam Iklan. Yogyakarta. Bimotry.
Griffith, Kalley. (2011). Writing Essays about literature, Greensboro. Cengage
Learning.
Hara, M. (1994). $VWXG\RI³RKDJXUR´ Tokyo : Ningennokagakusya.
Hayles, N. Katherine. (2008). Electronic literature: new horizons for the literary.
Indiana : University of Notre Dame Press.
Kitami, Masao. (2005). Swordless Samurai. Jakarta: Zahir Books.
Kuntowijoyo. (2004). Sejarah/Sastra. Humaniora, Volume 16, 17-26
M. Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
85
86
PAPER
Chirstinea, Smith. (2003). So Tasteful : A Note About Iron-Gall Ink.
The Four-Women Concert in Genji Monogatari: A Window into Heian Musical
Performance and Teaching, Lloyd Botway, 2013 Hal.2)
SKRIPSI
Rochman, Nur. (2016). Konflik Tokoh Putri Kaguya Dalam Anime Kaguya Hime
No Monogatari Karya Isao Takahata. Universitas Diponegoro. Fakultas
Ilmu Budaya. Universitas Brawijaya.
Abdurrozak, Umar. (2015). Fakta Sejarah dalam Film Jiobanni no Shima Karya
Sutradara 0L]XER1LVKLNXER´)DNXOWDV,OPX%XGD\D8QLYHUVLWDV
Brawijaya.
INTERNET
Aashna. (2016). Heian Beauty and Fashion Court Ladies. (Online).
http://aminoapps.com/page/japan/2354660/heian-beauty-and-fashion-court-
ladies. Diakses pada tanggal 08 Maret 2017.
Alat Petik Koto Asal Jepang. (2014). (Online).
http://www.djarumcoklat.com/article/alat-petik-koto-asal-jepang. Diakses pada
tanggal 01 Juni 2017.y
Ayuk. (2014). 10 Tradisi Unik Menjadi Cantik di Berbagai Negara. (Online).
http://www.top10magz.com/10-tradisi-unik-menjadi-cantik-di-berbagai-
negara/. Diakses pada tanggal 17 Februari 2017.
Encyclopedia Britannica. Japan-The Heian period (794-1185). (Online).
https://www.britannica.com/place/Japan /The-Heian-period-794-1185.
Diakses pada tanggal 17 Februari 2017.
Putri, Istiarina. (2014). 4 Tren Kecantikan Jepang yang Unik dan Aneh. (Online).
https://kawaiibeautyjapan.com/article/583/tren-kecantikan-aneh-di-jepang.
Diakses pada tanggal 24 Maret 2017.
Putri, Stela Eka. (2016). Standard Kecantikan Jepang dari Jaman Kuno Hingga
Kini. (Online). https://www.japan-tour.jp/id/15529. Diakses pada tanggal 17
Februari 2017.
Storm, Alfred. (2004). Beauty, Art and Race. (Online).
http://www.kevinalfredstrom.com/ 2008/10/beauty-art-and-race/. Diakses
pada tanggal 17 Februari 2017.
The Fair Face of Japanese Beauty: Cosmetics for Japanese
88