Anda di halaman 1dari 235

SISTEM PERSEDIAAN

Monanda Wandita Rini, S.T., M.Sc

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


1
Agenda Pembelajaran

Kontrak Perkuliahan

Konsep Dasar Sistem Inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 2


Tata Tertib Perkuliahan
◦ Hadir sebelum perkuliahan dimulai
◦ Toleransi keterlambatan 15 menit, lebih dari 15 menit tidak diijinkan mengisi daftar hadir
◦ Menggunakan pakaian rapi dan sopan
◦ Selama perkuliahan tidak mengunakan HP, Gadget dan alat komunikasi lain, HP di-silent
◦ Tidak melakukan keributan atau aktivitas lain yang mengganggu perkuliahan
◦ Mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, keterlambatan
pengumpulan tugas akan dikenakan sanksi pengurangan nilai.
◦ Melakukan kecurangan dalam ujian, secara otomatis akan mendapatkan NILAI E dan
tidak dapat mengikuti REMEDIAL

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 3


Kontrak Perkuliahan
◦ Kehadiran 70% dari 14 pertemuan, kurang dari 70% kehadiran tidak
diperkenankan mengikuti UAS dan Remedial
◦ Unsur Penilaian
◦ Tugas : 20% (Quiz, Tugas, Keaktifan)
◦ UTS : 35%
◦ UAS : 45%
◦ Nilai
A : 80 – 100 D : 45 – 55.9
B : 68 – 79.9 E : 0 – 44.9
C : 56 – 67.9
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 4
Tata Tertib Praktikum
◦ Kehadiran WAJIB 100%
◦ Hadir sebelum perkuliahan dimulai
◦ Toleransi keterlambatan 15 menit, lebih dari 15 menit tidak diijinkan mengisi daftar hadir
◦ Menggunakan pakaian rapi dan sopan
◦ Selama perkuliahan tidak mengunakan HP, Gadget dan alat komunikasi lain, HP di-silent
◦ Tidak melakukan keributan atau aktivitas lain yang mengganggu perkuliahan
◦ Mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, keterlambatan pengumpulan tugas
akan dikenakan sanksi pengurangan nilai.
◦ Tugas/Laporan hasil copy-paste tidak mendapatkan nilai
◦ Melakukan kecurangan dalam ujian, secara otomatis akan mendapatkan NILAI E dan tidak dapat
mengikuti REMEDIAL

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 5


Kontrak Praktikum
◦ Kehadiran WAJIB 100%
◦ Unsur Penilaian
◦ Tugas : 30% (Quiz, Pre-Test, Test Formatif, Laporan)
◦ UTS : 35%
◦ UAS : 35%
◦ Nilai
A : 80 – 100 D : 45 – 55.9
B : 68 – 79.9 E : 0 – 44.9
C : 56 – 67.9

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 6


Silabus Perkuliahan
Week Materi Perkuliahan
1 Kontrak Perkuliahan dan Konsep Dasar Sistem Inventori
2 Inventori Deterministik Statik
3 Inventori Deterministik Statik
4 Validitas Model Wilson
5 Validitas Model Wilson
6 Model Dinamis dengan Metode Heuristik
7 Model Dinamis dengan Metode Heuristik
8 UTS

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 7


Silabus Perkuliahan
Week Materi Perkuliahan
9 Metode Pengendalian Inventori (MRP)
10 Model Probabilistik Sederhana
11 Pengendalian Inventori dengan Model Q
12 Pengendalian Inventori dengan Model Q
13 Pengendalian Inventori dengan Model P
14 Pengendalian Inventori dengan Model Q
15 Pemilihan Metode dan Analisis ABC
16 UAS

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 8


Referensi
◦ Nur Bahagia, Senator, Sistem Inventori, Penerbit ITB, Bandung, 2006
◦ Render dan Hayzer (2000): Manajemen Operasi, Salemba Empat, Jakarta
◦ J.R Tony Arnold, PE, CFPIM, Introduction to Material Management
◦ Fograty, D.W and Hoffman, Production and Inventory Management
◦ Barry Render, Yay Heizer. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi
◦ Agus Ahyari. Efisiensi Persediaan Bahan
◦ Elwood Buffa, Manajemen Operasi dan Produksi Modern
◦ Jurnal terkait Inventory

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 9


PENGERTIAN
Inventory adalah sumber daya mengganggur
(idle resources) yang keberadaannya menunggu
proses lebih lanjut.
(Nur Bahagia, 2006)

Keberadaan inventory dalam suatu unit usaha


perlu diatur sedemikian rupa sehingga
kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakaian
dapat dijamin, tetapi ongkos yang ditimbulkan
sekecil mungkin
(Nur Bahagia, 2006)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 10


Bentuk Inventory (Manufaktur)

Bahan Baku
(Raw Material)
Barang Jadi
(Finished Good)
Aliran tersebut menggambarkan
keterkaitan antara bentuk Barang Setengah Jadi
inventory yang terdapat di dalam (Work in Process)
sistem manufaktur

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 11


Bentuk Inventory (Manufaktur)
Inventori dalam sistem manufaktur dijumpai juga dalam bentuk
bahan penolong dan dalam bentuk suku cadang.

Di luar sistem manufaktur, inventori bergerak dari gudang pabrik


ke pemakai melalui rantai saluran distribusi yang membentuk
sistem rantai pasokan (supply chain sistem).

Menurut Buffa dan Miller (1979) dan Tersine (1988), inventori di


luar sistem manufaktur dapat dibedakan atas beberapa tipe yaitu
inventori operasi, inventori penyangga, inventori siklis, inventori
musiman

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 12


Bentuk Inventory (Non Manufaktur)
Adakah inventory pada
Sistem Usaha Non Manufaktur?

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 13


Fungsi Inventory
Buchan dan Koenigsberg (1977) mengidentifikasi 3 jenis motif sebagai fungsi diperlukan
adanya inventory, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif berspekulasi

Besarnya stok operasi


Motif transaksi Besarnya inventori
ini pada prinsipnya
adalah motif untuk minimal untuk
bergantung pada
menjamin kelancaran
menjamin besarnya waktu
pemenuhan
kelancaran ancang-ancang (lead
permintaan disebut
pemenuhan time) dan banyaknya
stok operasi
permintaan barang. kebutuhan barang
(operating stock).
per satuan waktu

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 14


Fungsi Inventory
Motif berjaga-jaga Besarnya inventori
Makin besar variasi
adalah motif untuk untuk meredam
permintaan dan
meredam ketidakpastian
waktu ancang-ancang,
ketidakpastian baik disebut cadangan
semakin besar pula
yang berasal dari pengaman (safety
jumlah cadangan
pemakai (user) stock) atau cadangan
pengaman yang perlu
maupun pemasok penyangga (buffer
disediakan
(supplier). stock).

Hari Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Perlu


Permintaan 100 130 120 70 80 safety
(unit) stock ?

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 15


Fungsi Inventory

Faktor spekulasi ini


Motif berspekulasi biasanya terjadi pada Perlu pengawasan
adalah motif untuk barang-barang yang pemerintah dan
mendapatkan langka di pasaran masyarakat terhadap
keuntungan yang ataupun barang- pelaku bisnis sehingga
berlipat ganda di barang yang tidak merugikan
kemudian hari dipasarkan dengan masyarakat.
sistem monopolistik.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 16


MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 17
Jenis-Jenis Persediaan Menurut Fungsinya
 Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan karena membeli barang-barang dalam
jumlah yang lebih besar
 Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan
 Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 18


Persediaan menurut jenis dan posisi
barang
 Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-barang berwujud seperti
besi, kayu, plastic
 Persediaan komponen-komponen rakitan yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari
komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung dapat dirakit
menjadi satu produk
 Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi
 Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang
merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
 Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai
diproses

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 19


Resiko Inventori
 Kesalahan dalam menetapkan persediaan dapat berakibat fatal:
Persediaan terlalu kecil
Hilangnya kesempatan : untuk menjual – memperoleh laba
Persediaan terlalu besar
Adanya biaya besar : memperkecil laba – memperbesar resiko

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 20


Keuntungan Persediaan
 Perusahaan dapat:
 Mempengaruhi ekonomi produksi
 Mempengaruhi pembelian
 Dapat memenuhi pesanan dengan lebih cepat

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 21


Kerugian adanya persediaan
 Biaya penyimpanan
 Biaya pemindahan
 Pengembalian modal yang tertanan dalam bentuk persediaan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 22


Fokus Pengelolaan Persediaan

Berapa banyak yang harus dipesan pada waktu tertentu ?

Berapa banyak jenis persediaan yang harus disimpang ?

Kapan sebaiknya persediaan dipesan ?

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 23


Biaya Persediaan
Biaya Biaya Biaya
Pembelian Pemesanan Penyimpanan

Biaya Biaya
Persiapan Kekurangan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 24


Biaya Pemesanan (Orderinng Cost)
 Biaya selama proses pesanan
 Biaya pengiriman permintaan
 Biaya penerimaan barang
 Biaya penempatan barang ke dalam gudang
 Biaya processing pembayaran kepada supplier

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 25


Biaya Persiapan (set up cost)
 Biaya mesin-mesin yang menganggur
 Biaya persiapan tenaga kerja langsung
 Biaya scheduling (penjadwalan)
 Biaya ekspedisi
 dll

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 26


Biaya kekurangan (shortage cost)
 Kehilangan penjualan
 Kehilangan langganan
 Biaya pemesanan khusus
 Biaya ekspedisi
 Selisih harga
 Terganggunya operasi
 Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan administrasi

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 27


Biaya Penyimpanan (holding cost)
 Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan, misalnya penerangan, pemanas,
pendingin, dll
 Biaya modal
 Biaya keusangan
 Biaya penghitungan fisik dan konsiliasi laporan
 Biaya asuransi
 Biaya pajak persediaan
 Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan
 Biaya penanganan (handling) persediaan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 28


Model Inventori Deterministik Statis
Monanda Wandita Rini, S.T., M.Sc

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 29


Fenomena Inventori Secara Statistik (SIC)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 30


Klasifikasi Metode SIC
 Persoalan inventori deterministik
a. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali melakukan pemesanan?
b. Kapan saat pemesanan dilakukan?

 Persoalan inventori probabilistik


a. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali pemesanan?
b. Kapan saat pemesanan dilakukan (reorder point)
c. Berapa besarnya cadangan pengaman? (safety stock)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 31


Ilustrasi
 Deterministik statis ditandai dengan tidak adanya pengaruh waktu terhadap besarnya
permintaan sehingga besarnya permintaan dianggap sama pada setiap periode perencanaan
 Salah satu model yang sangat popular di dalam sistem inventori deterministic statis adalah
Model Wilson (1929). Model ini merupakan model pertama dari penggunaan matematika dan
statistika.
 Dalam kehidupan riil fenomena permintaan deterministic statis dapat dijumpai seperti :
a. jumlah beras yang dibutuhkan untuk keperluan rumah tangga
b. jumlah kertas untuk menyelesaikan pekerjaan di kantor
c. jumlah material yang diperlukan untuk membangun suatu gedung
d. jumlah bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 32


Ilustrasi Model Deterministik Statis
Kebutuhan bahan baku XYZ untuk tahun depan sebanyak 10.000 unit. Untuk
mendapatkan barang tersebut dibeli dari seorang pemasok dengan harga barang
sebesar Rp 10.000 per unit dan ongkos pesan sebesar Rp 1.000.000 untuk setiap
kali melakukan pemesanan. Jika ongkos simpan barang Rp 2.000 per unit per
tahun, Bagaimana PT. Logisto mengatur persediaan bahan baku XYZ yang paling
ekonomis?

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 33


Alternatif
 Membeli barang sekaligus artinya 10.000 unit dibeli sekaligus (qo = 10.000 unit)

 Membeli barang dua kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 5.000 (qo = 5.000 unit)

 Membeli barang empat kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 2.500 (qo = 2.500 unit)

 Membeli barang lima kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 2.000 (qo = 2.000 unit)

 Membeli barang delapan kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 1.250 (qo = 1250 unit)

 Membeli barang sepuluh kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 1000 (qo = 1.000 unit)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 34


Formulasi Masalah
 Wilson secara implisit menyatakan bahwa di dalam model deterministik statis tidak ada
permasalahan yang berkaitan dengan cadangan pengaman sebab dalam kondisi
deterministik tidak terjadi unsur ketidakpastian baik dari pemasok maupun dari
pemakai

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 35


Asumsi model deterministik statis
 Permintaan barang (D) selama horizon perencanaan (biasanya satu tahun) diketahui dengan
pasti dan akan datang secara kontinu sepanjang waktu dengan kecepatan konstan
 Ukuran lot pemesanan (Qo) tetap untuk setiap kali pemesanan
 Barang yang dipesan akan datang secara serentak pada saat pemesanan dilakukan (leadtime
L=o)
 Harga barang (p) yang dipesan tidak bergantung pada jumlah barang yang dipesan/dibeli dan
waktu
 Ongkos pesan (A) tetap untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan (h) sebanding dengan
jumlah barang yang disimpan dan harga barang per unit serta lama waktu penyimpanan
 Tidak ada keterbatasan baik yang berkaitan dengan kemampuan finansial, kapasitas gudang,
dan lainnya.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 36


Komponen Model
 Kriteria Performansi

- ukuran lot pemesanan ( qo ) yang optimal

- ongkos total inventori yang minimal

 Variabel Keputusan

- ukuran lot pemesanan ekonomis (EOQ) untuk setiap kali melakukan pemesanan (qo)

- saat pemesanan dilakukan (r) atau sering dikenal dengan titik pemesanan kembali (reorder point)

 Parameter

- Harga barang per unit (p)

- ongkos setiap kali pesan (A)

- ongkos simpan per unit per periode (h)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 37


Formulasi Model

Ongkos Total = O.Beli + O. Pesan + O.Simpan + O. Kekurangan

Tingkat Pelayanan
Besarnya tetap selama 100%
horizon perencanaan.
Tidak mempengaruhi nilai
optimalitas

Ongkos Total = Ongkos Pesan + Ongkos Simpan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 38


Formulasi Model Matematis

qo

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 39


Formulasi Model Matematis

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 40


Solusi Model

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 41


Solusi Model

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 42


Contoh
Diketahui:
D = 10.000 unit/tahun
A = Rp 1.000.000 / pesan
h = Rp 2.000/ unit

a. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali melakukan pemesanan?
b. Kapan saat pemesanan dilakukan?
c. Berapa ongkos total inventori?

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 43


MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 44
Validitas Model Wilson
Monanda Wandita Rini, S.T., M.Sc

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 45


Validitas Model Wilson
Model Wilson menggunakan asumsi yang cukup ideal sehingga perlu dikaji
lebih lanjut jika terjadi perubahan asumsi dan seberapa jauh pengaruh model
Wilson terhadap perubahan asumsinya

Pengaruh terhadap asumsi keempat >> berkaitan dengan harga barang

Pengaruh terhadap asumsi ketiga >> berkaitan dengan waktu ancang-ancang


(Leadtime)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 46


Perubahan Asumsi ke 4 : Model Diskon
 Pengaruh potongan harga (diskon) terhadap pembelian barang yang semakin banyak
maka ongkos pembelian barang tersebut menjadi sesuatu yang bersifat variabel

 Ongkos beli (Dp) akan mempengaruhi nilai optimalitas ongkos total inventori karena p
adalah harga barang per unit yang merupakan fungsi dari Q
 Jika harga barang per unit adalah:
a. Rp 1000 bila membeli Q ≤ 1000 unit
b. Rp 900 bila membeli 1000 < Q ≤ 2000
c. Rp 800 bila membeli Q > 2000

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 47


Bentuk Fungsi Q >>>> p = f(Q)

 Karena fungsi berupa tangga formula Wilson hanya dapat diberlakukan pada setiap interval
saja
 Nilai Q optimal yang diperoleh hanya berlaku untuk interval harga tertentu saja

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 48


Pencarian Solusi Model Diskon
 Hitung Qo dengan menggunakan formula Wilson untuk suatu interval ke-i dan
tentukan ukuran lot optimal pada harga tersebut
 Hitung ongkos inventori total OT dengan menggunakan formula Wilson berdasarkan
harga Qo yang telah diperoleh dari hasil pada langkah 1
 Pilih Qo yang memiliki ongkos inventori total OT minimum, nilai dan harga pembelian
barang pada harga tersebut diperoleh dari langkah 1 di atas.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 49


Contoh Soal

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 50


MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 51
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 52
Penyelesaian
Harga Ukurang Pesanan Ongkos Total Keterangan
(Rp per unit) Ekonomis (Q) (Juta Rp)
25.000 10.000 2.550
24.000 10.200 2.448,99
23.000 10.300 >> 15.000 2.351,17 Optimal

 Dari ketiga total ongkos tersebut dilakukan perbandingan sehingga diperoleh total
ongkos terendah yaitu Rp 2.351,17 juta per tahun
 Ukuran lot ekonomis ditentukan berdasarkan total ongkos terendah yaitu Q = 15.000

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 53


Perubahan Asumsi ke 3 :
Perubahan Lead Time
 Asumsi model Wilson, barang akan datang pada saat pemesanan dilakukan yang
berarti waktu ancang-ancang sama dengan nol (L=0)
 Dalam keadaan riil, kondisi ini sangat jarang terjadi, yang sering terjadi adalah waktu
ancang-ancang tidak berharga nol.
 Apakah ada perubahan terhadap model Wilson jika waktu ancang-ancang tidak nol
tetapi bernilai konstan sebesar L satuan waktu ?

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 54


Saat Pemesanan Bila Lead Time ≠ 0

 Model Wilson tidak akan berubah walaupun terjadi perubahan untuk waktu ancang-
ancang tidak nol. Dalam hal ini yang berubah adalah saat pemesanan yaitu pada
tingkat intentori (r) sebesar:
 r = kebutuhan selama waktu ancang-ancang L
 r=DxL
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 55
Contoh Soal
Kebutuhan bahan baku XYZ untuk tahun depan sebanyak 10.000 unit. Untuk
mendapatkan barang tersebut dibeli dari seorang pemasok dengan harga barang
sebesar Rp 10.000 per unit dan ongkos pesan sebesar Rp 1.000.000 untuk setiap
kali melakukan pemesanan. Jika ongkos simpan barang Rp 2.000 per unit per
tahun, Bagaimana PT. Logisto mengatur persediaan bahan baku XYZ yang paling
ekonomis jika waktu ancang-ancang (leadtime) selama 3 bulan? Berapa ongkos
inventori total selama setahun?

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 56


MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 57
Model Inventori Multi Item
Monanda Wandita Rini, S.T., M.Sc

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 58


Permasalahan
 Metode yang telah diuraikan pada bagian terdahulu adalah metode yang dapat digunakan bila
hanya ada satu jenis barang dalam setiap kali pemesanan.
 Bila antara satu item barang dengan item barang yang lain saling bebas dan tidak ada
ketergantungan apapun, metode yang telah dikaji dapat diberlakukan untuk item per item.
 Bila ada ketergantungan, metode yang telah dikaji tidak sepenuhnya dapat diberlakukan.
 Salah satu bentuk ketergantungan adalah kesamaan sumber untuk mendapatkan barang
(pemasok) sehingga pada saat melakukan pembelian barang ke pemasok tersebut
sekumpulan barang yang dibeli dari pemasok akan dipesan secara bersamaan.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 59


Formulasi dan Solusi Model

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 60


MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 61
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 62
Contoh
Berikut ini ada 4 jenis barang yang biasa dipesan dari sebuah pemasok di luar kota. Ongkos
pesan sebesar Rp 2,5 juta per pesan. Tentukan ukuran lot pemesanan ekonomis untuk setiap
jenis barang dan kapan pemesanan dilakukan?
Jenis Barang Kebutuhan Harga Barang Ongkos Simpan
(unit per tahun) (Rp per unit) (Rp per unit per tahun)

A 10.000 5.000 1.000


B 9.000 10.000 2.000
C 22.000 8.000 2.000
D 16.000 2.500 500

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 63


Model Inventori Deterministik Dinamis
Monanda Wandita Rini, S.T., M.Sc

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 64


Fenomena Inventori Secara Statistik (SIC)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 65


Inventori Deterministik Dinamis
 Dalam inventori deterministik dinamis, permintaan barang diketahui secara pasti dan
besarnya tidak selalu sama antara satu periode dengan periode lainnya.
 Permasalahan yang dijumpai dalam fenomena permintaan dinamis tidak berbeda dengan
fenomena statis yaitu terkait dengan penentuan operating stock, yang berbeda adalah cara
untuk mendapatkan solusinya.
 Penentuan ukuran lot ekonomis dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan optimasi
maupun heuristic.
 Metode optimasi akan menghasilkan solusi optimal, sedangkan metode heuristik akan
menghasilkan solusi terbaik yang tidak selalu dapat menjamin keoptimalannya.
 Metode optimasi yang popular dalam hal ini adalah Wagner-Within dengan menggunakan
prinsip program dinamis
 Metode heuristik yang akan dibahas di antaranya adalah least unit cost, least total cost,
economic part periode, part period balancing, period order quantity, silver meal.
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 66
Asumsi Model
1. Permintaan barang diketahui secara pasti dan muncul pada awal periode perencanaan serta
besarnya tidak selalu sama antara satu periode dengan periode perencanaan lainnya
2. Horison perencanaan terbatas dan terdiri atas beberapa periode perencanaan yang sama
panjang
3. Ukuran lot pemesanan akan meliputi kebutuhan dan permintaan barang satu atau beberapa
periode perencanaan secara utuh (integer), artinya pemenuhan permintaan dalam satu
periode perencanaan tidak dapat dipecah
4. Barang yang dipesan akan datang pada awal periode perencanaan karena itu pemesanan
akan dilakukan L periode waktu sebelum waktu kedatangan barang yang direncanakan
5. Tidak ada diskon dalam pembelian barang
6. Barang yang dibeli bersifat independen antara barang yang satu dengan barang yang lainnya
7. Tidak ada inventori awal dan inventori akhir pada setiap periode perencanaan serta tidak
ada barang dalam daftar pesanan yang belum tiba pada saat pemesanan dilakukan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 67


Komponen Model
 Masalah : Bagaimana menentukan kebijakan inventori yang optimal
 Kriteria Kinerja : minimasi ongkos total inventori yang terdiri dari ongkos beli, ongkos pesan,
dan ongkos simpan
 Variabel Keputusan : Ukuran lot setiap pemesanan, saat pemesanan dilakukan.
Namun, karena waktu kedatangan barang dan waktu ancang-ancang (L) diketahui secara pasti
maka saat pemesanan barang dapat ditentukan secara pasti yaitu L satuan waktu sebelum
barang yang dipesan tiba.
Oleh karena itu, variabel keputusan pokok dalam inventori deterministik dinamis adalah
ukuran lot pemesanan yang ekonomis
 Parameter : Harga satuan barang, harga satuan pesan, ongkos simpan per unit per periode,
lead time

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 68


Komponen Model
 Pembatas:
 Jumlah lot pemesanan untuk mencakup beberapa periode adalah sejumlah permintaan
selama beberapa periode tersebut
 Tingkat inventori pada awal horizon perencanaan sama dengan nol
 Tingkat inventori pada akhir horizon perencanaan sama dengan nol
 Karakteristik demand : permintaan diketahui secara pasti dan berubah-ubah sepanjang
periode dalam horizon perencanaan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 69


Formulasi Model

Ongkos Total = O.Beli + O. Pesan + O.Simpan + O. Kekurangan

Tingkat Pelayanan
Besarnya tetap selama 100%
horizon perencanaan.
Tidak mempengaruhi nilai
optimalitas

Ongkos Total Inventori = Ongkos Pesan + Ongkos Simpan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 70


Metode Penyelesaian Masalah
 Metode optimasi yang popular dalam hal ini adalah Wagner-Within dengan menggunakan
prinsip program dinamis
 Metode Heuristik >>> Material Requirement Planning (MRP) atau Perencanaan Kebutuhan
Material (PKM)
 Metode heuristik yang akan dibahas di antaranya adalah least unit cost, least total cost,
economic part periode, part period balancing, period order quantity, silver meal
 Metode heuristik akan menghasilkan solusi terbaik yang tidak menjamin adanya optimalitas,
namun dapat mengatasi kesulitan perhitungan metode optimasi.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 71


Prasyarat
 Tersedianya jadwal induk produksi (JIP) atau master production schedule (MPS)
 Tersedianya struktur produk atau bill of material (BOM)
 Tersedianya catatan status inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 72


Model Inventori Deterministik Dinamis
(Metode Heuristik)
Monanda Wandita Rini, S.T., M.Sc

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 73


Metode Heuristik (Teknik Lot Size)
• Metode Heuristik akan menghasilkan solusi yang tidak menjamin adanya optimalitas.
• Metode heuristik dikembangkan untuk mengatasi kesulitan perhitungan dengan metode optimasi
• Metode ini digunakan untuk menentukan ukuran lot (lotting) pada metode pengendalian inventori MRP
• Beberapa metode heuristik:
- Metode Lot For Lot (LFL)
- Metode Least Unit Cost (LUC)
- Metode Least Total Cost (LTC)
- Metode Economic Part Period (EPP)
- Metode Period Order Quantity (POQ)
- Metode Part Period Balancing (PPB)
- Metode Silver-Meal

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 74


Metode Lot For Lot
 Metode LFL pada prinsipnya menentukan ukuran lot pemesanan (qt) yang besarnya sama
dengan besarnya permintaan (Dt) pada periode tersebut dengan waktu pemesanan dilakukan L
periode sebelum barang diperlukan.
 Contoh:
Jika ongkos setiap kali pemesanan Rp 500.000, ongkos simpan Rp 10.000/unit/periode, dan
waktu ancang-ancang 1 minggu. Tentukan lot pemesanan dengan menggunakan metode LFL.

Periode (t) 0 1 2 3 4 5 6
Permintaan (Dt) 8 20 56 45 35 40
Ukuran lot pemesanan (qt) 8 20 56 45 35 40
Saat pemesanan (POR) 8 20 56 45 35 40

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 75


Metode Least Unit Cost
◦ Metode LUC menentukan ukuran lot pemesanan berdasarkan lot yang memberikan ongkos satuan per
unit terkecil.
◦ Ongkos satuan per unit merupakan ongkos total (ongkos pesan dan ongkos simpan) dibagi dengan
ukuran lot.
◦ Contoh LUC
◦ Diketahui:
◦ Ongkos pesan : Rp 500/pesan
◦ Ongkos simpan : Rp 10/unit/periode
◦ Jadwal Induk Produksi

Periode (t) 1 2 3 4 5 6
Produk A (Dt) 8 20 56 45 35 40

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 76


Penyelesaian dengan LUC

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 77


Metode Least Total Cost (LTC)
◦ Metode LTC menentukan lot pemesanan dengan cara mencari ukuran lot yang memberikan ongkos
simpan dan ongkos pesan berimbang.
◦ Langkah-langkah perhitungan dengan metode LTC menurut Fogarty (1984) adalah sebagai berikut:
1. Mulai dengan periode awal dan tambahkan dengan permintaan periode berikutnya untuk
menentukan kemungkinan ukuran lot
2. Hitung ongkos simpan kumulatif setiap kali penjumlahan permintaan dilakukan, sampai nilai ongkos
simpan kumulatif mendekati ongkos pesan. Ukuran lot optimal adalah ukuran lot yang memberikan
nilai ongkos simpan kumulatif yang mendekati ongkos pesan, tapi tidak melebihi ongkos pesan.
3. Lakukan langkah 1 dan 2 untuk periode berikutnya yang belum termasuk ke dalam ukuran lot
pemesanan sebelumnya.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 78


Contoh Least Total Cost
◦ Contoh LTC
◦ Diketahui:
◦ Ongkos pesan : Rp 500/pesan
◦ Ongkos simpan : Rp 10/unit/periode
◦ Jadwal Induk Produksi

Periode (t) 1 2 3 4 5 6
Produk A (Dt) 8 20 56 45 35 40

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 79


Penyelesaian dengan LTC

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 80


Metode Economic Part Period (EPP)
◦ Metode EPP prinsipnya sama dengan LTC. Metode EPP menentukan ukuran lot dengan mencari lot yang
memberikan unit-period kumulatif yang mendekati Economic Part Periode.

𝐴
◦ 𝐸𝑃𝑃 = ℎ

Dimana :
A : ongkos satuan pesan (Rp/pesan)
h : ongkos satuan simpan (Rp/unit/pesan)
◦ Ukuran lot ekonomis dicapai bila total kumulatif unit-periode yang disimpan mendekati nilai EPP.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 81


Contoh EPP
◦ Contoh EPP
◦ Diketahui:
◦ Ongkos pesan : Rp 500/pesan
◦ Ongkos simpan : Rp 10/unit/periode
◦ Jadwal Induk Produksi

Periode (t) 1 2 3 4 5 6
Produk A (Dt) 8 20 56 45 35 40

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 82


Penyelesaian dengan EPP
EPP

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 83


Metode Period Order Quantity (POQ)
 Metode POQ pada dasarnya adalah memesan barang menurut suatu selang interval pesan (T) yang tetap
dengan jumlah ukuran lot pemesanan sama dengan kebutuhan barang selama periode pemesanan yang
dicakup.
 Cara penentuan T tersebut didasarkan atas formula Wilson dengan cara sebagai berikut
1. Hitung economic order quantity (EOQ)
2𝐴𝐷 𝑁
𝑞= 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝐷 = 𝑡=1 𝐷𝑡

2. Hitung jumlah frekuensi pemesanan f, yaitu dengan membagi permintaan per tahun (D) dengan EOQ.
Bulatkan ke atas bila hasil pembagian (nilai f) bukan bilangan bulat
𝐷
𝑓=
𝑞
3. Hitung POQ (nilai T) dengan membagi jumlah periode per tahun (N) dengan f. Hasil pembagian ini
kemudian dibulatkan ke atas
𝑁
𝑇=
𝑓

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 84


Contoh POQ

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 85


Part Period Balancing

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 86


Part Period Balancing

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 87


Part Period Balancing

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 88


Contoh PPB

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 89


Contoh Penyelesaian

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 90


Contoh Penyelesaian
101

Kaji lot yang ke dua q2 =

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 91


Contoh Penyelesaian

70

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 92


Contoh Penyelesaian

101

n=2

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 93


Silver Meal
 Metode heuristik yang dikembangkan dari formula Wilson
 Metode ini menghasilkan nilai optimum lokal. Namun pada beberapa kasus tertentu bisa
mendekati Metode Wagner-Withing
 Kriteria kinerja : Satuan ongkos inventori per periode yang terkecil

𝑇
𝐴+ℎ 𝑡=1 𝑡 − 1 𝐷𝑡
𝑂𝑠𝑡 =
𝑇

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 94


Silver Meal
 Jika T sudah ditentukan dengan menggunakan persamaan T= N / f , maka

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 95


Langkah Penyelesaian Silver-Meal
1. Mulai dengan lot yang memenuhi periode (T=1) dan hitung ongkos satuan inventori per
periode (Ost)
2. Tambahkan permintaan pada periode berikutnya pada ukuran lot sebelumnya dan hitung
Ost+1
3. Bila Ost+1 ≤ Ost perbesar nilai T dan kembali ke langkah 2. Bila Ost+1 > Ost berarti titik optimal
dicapai pada periode T dan ukuran lot optimal adalah qt
4. Bila semua periode belum tercakup, kembali ke langkah 1 dan bila semua periode telah
tercakup, iterasi dihentikan
5. Hitung ukuran lot pemesanan qt

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 96


Contoh Silver Meal

Total ongkos = Rp 700.0000 + Rp 950.000 + Rp 900.000

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 97


MATERIAL REQUIREMENT PLANNING
(MRP)
MONANDA WANDITA RINI, S.T., M.SC

PERTEMUAN 8

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


1
Metode Pengendalian Inventori
Metode
Pengendalian
Inventori

Statistical Material Just In Time


Inventory Requirement Inventory
Control (SIC) Planning (MRP) Control (JIT)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


Statistical Inventory Control (SIC)
 Metode SIC menggunakan ilmu matematika, statistika, dan optimasi sebagai alat bantu utama
untuk menjawab permasalahan kuantitatif yang terjadi di sistem persediaan.
 Metode ini berusahan mencari jawaban yang optimal untuk menentukan kebijakan inventori,
yaitu kebijakan yang berkaitan dengan penentuan ukuran lot pemesanan ekonomis, saat
pemesanan dilakukan, serta safety stock yang diperlukan.
 SIC biasanya digunakan untuk pengendalian inventori dimana permintaan barang yang dikelola
tidak bergantung antara satu jenis barang dengan jenis barang lainnya, sehingga dasar
pendekatannya berorientasi pada pengendalian tiap jenis barang yang berdiri sendiri. Contohnya
pengendalian inventori di pasar swalayan, misalnya saja permintaan pakaian jadi tidak
bergantung besarnya dengan permintaan bahan sembako.
 Klasifikasi metode SIC dibagi tiga yaitu, deterministik, probabilistik, dan tak tentu.
Material Requirement Planning
(Sejarah)
 MRP biasanya digunakan untuk pengendalian inventori untuk permintaan barang yang dikelola
memiliki ketergantungan antara satu jenis barang dengan jenis barang lainnya.
 Metode MRP mulai dikembangkan sejak tahun enam puluhan di Amerika
 Metode ini berorientasi pada penggunaan computer karena pada awalnya metode ini lahir dan
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi komputer (Computer
Oriented Approach).
 Kehadiran metode MRP/PKM (Perencanaan Kebutuhan Material) memberikan arti besar bagi
perkembangan manufaktur antara lain dalam meminimasi investasi dalam inventori,
memudahkan penyusunan jadwal kebutuhan setiap komponen yang diperlukan, dan sekaligus
menjadi alat pengendali produksi dan inventori.
Komponen Model
 Masalah : Bagaimana menentukan kebijakan inventori yang optimal

 Kriteria Performansi : minimasi total ongkos yang terlibat selama horizon perencanaan (ongkos
pesan dan ongkos simpan)
Asumsi sebagai prakondisi berlakunya MRP
 Terdapat data file terintegrasi yang berisi data status inventori dan data struktur produk serta
jadwal induk produksi
 Waktu ancang-ancang (lead time) untuk semua item komponen dan bahan diketahui secara
pasti dan tidak bervariasi
 Tersedia mekanisme yang mampu memantau dan mengevaluasi status inventori dan tahapan-
tahapan proses produksi dari bahan baku sampai dengan produk jadi
 Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit artinya barang dipesan dan digunakan
pada suatu titik waktu tertentu.
Persyaratan yang harus dipenuhi pada MRP
 Tersedianya jadwal induk produksi, yaitu suatu rencana produksi rinci yang menetapkan jenis
dan jumlah serta waktu suatu produk akhir harus tersedia.
 Tersedianya struktur produk yang mencerminkan hirarki semua komponen dan bahan yang
diperlukan dalam pembuatan suatu produk akhir. Struktur produk harus bisa mendeskripsikan
secara jelas komposisi suatu produk mulai dari bahan baku hingga produk jadi.
 Tersedianya catatan status inventori untuk semua komponen dan bahan baku yang menyatakan
jumlah inventori yang ada sekarang (inventory on hand) dan yang akan datang/dalam pesanan
(inventory on order) serta waktu ancang-ancang (lead time)
Solusi : Input dan Output MRP
Jadwal Induk
Status Inventori Struktur Produk
Produksi (JIP) Input

Proses PKM:
• Netting
• Lotting Proses Perencanaan Kebutuhan Material Proses
• Offsetting
• Exploding

Rencana Penjadwalan Pembatalan


Pembelian Ulang Pesanan
Rencana Proses Output
Input untuk MRP
1. Master Production Schedule (MPS) atau Jadwal
Induk Produksi (JIP)

2. Struktur Produk

3. Status Inventori
Jadwal Induk Produksi
 Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu rencana produksi yang menggambarkan
hubungan antara jenis dan kuantitas setiap jenis produk akhir dengan waktu
penyediaannya.

Contoh Jadwal Induksi Produksi


Produk Periode
1 2 3 4 5 6 7 8
A 50 40 75 90 75 50 60 50
Status Inventori
 Status inventori menggambarkan keadaan setiap komponen atau bahan yang terdapat dalam
sistem inventori
 Inventory on hand >>> yaitu jumlah inventori yang ada di gudang pada setiap periode
 Inventory on order >>> yaitu jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut
akan datang
 Lead time >>> waktu ancang-ancang setiap bahan atau komponen

It = It-1 + Qt - Dt It = jumlah inventori on hand pada periode t


It-1 = jumlah inventori yang tersedia pada akhir periode t-1
Qt = jumlah inventory on order yang akan datang pada periode t
Dt = jumlah kebutuhan inventori selama periode t
Contoh Status Inventori
Contoh Status Inventori Produk A

Periode t 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Kebutuhan - 50 40 75 90 75 50 60 50
Kotor (Dt)

Penerimaan - - 100 - 100 - - - -


dari pesanan
Qt (IOO)
Persediaan 100 50 110 35 45 -30 -80 -140 -190
yang tersedia
It (IOH)
Struktur Produk (BOM)
 Struktur Produk adalah kaitan antara produk dengan komponen-komponen
penyusunnya mulai dari bahan baku sampai produk jadi.
 Kelengkapan informasi yang dibutuhkan untu BOM:
a. jenis komponen
b. jumlah yang dibutuhkan
c. tingkat penyusunnya
Contoh Struktur Produk (BOM)
Kaleng Level 0
Kemasan

Bottom Seal Ring


Body (1) Cup (1) Level 1
(1) (1)

Plat polos Plat print Plat polos Plat polos


Level 2
(25cm2) (100cm2) (10cm2) (25cm2)
Output dari MRP
 Menentukan jumlah material serta waktu pemesanannya dalam rangka
memenuhi permintaan produk akhir
 Menentukan jadwal pembuatan komponen yang menyusun produk akhir
 Menentukan pembatalan pesanan
 Menentukan penjadwalan ulang produksi atau pembatalan atas suatu jadwal
produksi yang sudah direncanakan
Langkah Dasar Proses MRP : NETTING
 Netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih untuk setiap periode
selama horizon perencanaan.

Rt = kebutuhan bersih pada suatu periode t


Dt = kebutuhan kotor pada suatu periode t
It-1 = inventori yang tersedia pada akhir periode t-1
Qt = rencana penerimaan barang pada periode t
PROSES NETTING
Periode t 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Kebutuhan - 50 40 75 90 75 50 60 50
Kotor (Dt)
Penerimaan - - 100 - 100 - - - -
dari pesanan
Qt (IOO)
Persediaan 100 50 110 35 45 -30 -80 -140 -190
yang tersedia
It (IOH)
Kebutuhan 0 0 0 0 0 30 50 60 50
Bersih (Rt)
Langkah Dasar Proses MRP: LOTTING
 Lotting adalah proses penentuan besarnya ukuran lot pesanan ekonomis untuk memenuhi
kebutuhan bersih (Rt) beberapa periode sekaligus.
 Besarnya ukuran lot pesanan ditentukan berdasarkan jumlah pesanan yang tetap, periode
pemesanan, keseimbangan antara ongkos pengadaan dan ongkos simpan.
 Beberapa teknik lot sizing, antara lain:
• Pendekatan Lot for Lot
• Pendekatan Least Unit Cost (LUC)
• Pendekatan Least Total Cost (LTC)
• Pendekatan Economic Part Period (EPP)
• Pendekatan Part Period Balancing (PPB)
• Pendekatan Period Order Quantity (POQ)
• Pendekatan Silver Meal
• Pendekatan EOQ
OFFSETTING dan EXPLODING
 Offsetting adalah suatu proses penentuan saat dilakukannya pemesanan
(Planned order release) sehingga kebutuhan bersih (Rt) dapat dipenuhi
 Tujuan dari offsetting yaitu untuk menentukan kapan saat pemesanan harus
dilakuan dengan mengurangkan saat kebutuhan bersih (Rt) harus tersedia
dengan waktu lead time nya
 Exploding adalah proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya, yaitu
netting, lotting, dan offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang
berada pada level di bawahnya
Algoritma Proses MRP
Solusi: Matriks MRP
Nama Komponen: Level: PD 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan kotor (Dt)
Penerimaan dari pesanan (Qt atau IOO)
Inventori yang tersedia (It atau IOH)
Kebutuhan bersih (Rt)
Lot pemesanan (Qt)
Rencana pemesanan (POR)
 Level >> level paling rendah suatu item ditemukan dalam struktur produk
 Nama komponen >> nama atau nomor yang mengidentifikasi item terjadwal
 LT (lead time) >> waktu sejak order dipsan sampai order diterima
 PD (Past due) >> orders behind schedule
 Kebutuhan kotor (Dt) >> permintaan item pada periode t
 Penerimaan dari pesanan (Qt) >> jumlah dalam on order
 Inventori yang tersedia (It) >> inventori pada akhir periode t
 Kebutuhan bersih (Rt) >> jumlah bersih yang diperlukan
 Lot pemesanan (Qt) >> ukuran lot pemesanan berdasarkan kebutuhan bersih
 Rencana pemesanan (POR) >> planned order release yang disesuaikan dengan lead time
Contoh Permasalahan
Diketahui:

Jadwal Induksi Produksi


Produk Periode
1 2 3 4 5 6 7 8
A 50 40 75 90 75 50 60 50

Jika diketahui lead time dari komponen bottom adalah 1 periode dan untuk plat polos
juga 1 periode. Buatlah perencanaan kebutuhan material dengan menggunakan teknik
Lot for Lot.
Contoh Permasalahan
Status Inventori Produk A

Periode t 0 1 2 3 4 5 6 7 8

Kebutuhan - 50 40 75 90 75 50 60 50
Kotor (Dt)

Penerimaan - - 100 - 100 - - - -


dari pesanan
Qt (IOO)
Persediaan 100 50 110 35 45 -30 -80 -140 -190
yang tersedia
It (IOH)
Contoh Permasalahan
Kaleng Level 0
Kemasan

Bottom Seal Ring


Body (1) Cup (1) Level 1
(1) (1)

Plat polos Plat print Plat polos Plat polos


Level 2
(25cm2) (100cm2) (10cm2) (25cm2)
Contoh Penyelesaian
Kaleng Kemasan Level: 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan kotor (Dt) 50 40 75 90 75 50 60 50
Penerimaan dari pesanan (Qt atau IOO) 0 0 100 0 100 0 0 0 0
Inventori yang tersedia (It atau IOH) 100 50 110 35 45 -30 -80 -140 -190
>> Jika hasil
Inventori yang tersedia (It atau IOH) 100 50 110 35 45 0 0 0 0
minus, isikan 0
Kebutuhan bersih (Rt) 0 0 0 0 0 30 50 60 50
Lot pemesanan (Qt) 30 50 60 50
Rencana pemesanan (POR) 30 50 60 50

Bottom Level: 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan kotor (Dt) 30 50 60 50 0
Penerimaan dari pesanan (Qt atau IOO) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Inventori yang tersedia (It atau IOH) 50 50 50 50 20 -30 -90 -140 0
>> Jika hasil
Inventori yang tersedia (It atau IOH) 50 50 50 50 20 0 0 0 0
minus, isikan 0
Kebutuhan bersih (Rt) 0 0 0 0 0 30 60 50 0
Lot pemesanan (Qt) 30 60 50 0
Rencana pemesanan (POR) 30 60 50

Plat Polos Level: 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8


Kebutuhan kotor (Dt) 750 1500 1250
Penerimaan dari pesanan (Qt atau IOO) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Inventori yang tersedia (It atau IOH) 0 0 0 0 -750 -2250 -3500 0 0
>> Jika hasil
Inventori yang tersedia (It atau IOH) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
minus, isikan 0
Kebutuhan bersih (Rt) 0 0 0 0 750 1500 1250 0 0
Lot pemesanan (Qt) 750 1500 1250 0 0
Rencana pemesanan (POR) 750 1500 1250
Kelemahan MRP
 MRP mengasumsikan lead time diketahui dan tetap
 Dalam kenyataannya, beban kerja dan jadwal adalah saling bergantungan
 MRP cenderung menentukan lead time lebih panjang
 Estimasi konservatif sehingga inventory tinggi
Transfer lot yang lebih kecil daripada production lot perlu dihindarkan padahal cara ini akan
menurunkan WIP dan leadtime
 Membutuhkan sistem pelaporan yang berlebihan
MODEL PROBABILISTIK SEDERHANA
MONANDA WANDITA RINI, S.T., M.SC

PERTEMUAN 9

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


1
Mekanisme dan Pendekatan
 Model probabilistik sederhana dapat dipandang sebagai model deterministik statis dengan
menambahkan cadangan pengaman (Qo + ss)
 Pada model probabilistik sederhana tingkat pelayanan ditetapkan oleh pihak manajemen,
sehingga kriteria kinerja yang perlu dioptimalkan hanya ongkos inventori total
 Kebijakan inventori untuk model probabilistik sederhana menjadi:
1. Pesan barang sejumlah Qo pada setiap melakukan pemesanan
2. Pemesanan dilakukan bila jumlah barang digudang mencapai tingkat pemesanan ulang yaitu
sebesar kebutuhan selama waktu ancang-ancangnya

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 2


Cadangan Pengaman (Safety Stock)
 Ketidakpastian dalam sistem inventori pada bagian ini yang dipertimbangkan berasal dari dua
sumber yaitu pemakai (user) dan pemasok (supplier). Semakin besar ketidakpastian, akan
semakin besar pula cadangan pengaman.
 Contoh ilustrasi barang diperoleh dari seorang pemasok dengan waktu ancang-ancang 1 hari.
Berapa cadangan pengaman yang akan diberikan jika waktu ancang-ancang bukan satu hari
tetapi selama dua hari? Bila dikehendaki tingkat pelayanan 100%. Sudah diketahui sebelumnya
bahwa operating stock sebesar 100. Disini ada dua kemungkinan jawaban, yaitu:

 Cadangan pengaman sebesar 30 jika permintaan dikelompokkan dua hari dengan


pengelompokan dilakukan sbb: Senin + Selasa; Kamis+Jumat
 Cadangan pengaman sebesar 50 jika permintaan dikelompokkan dua hari dengan
pengelompokkan dilakukan sbb: Selasa+Rabu; Kamis+Jumat

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 3


Cadangan Pengaman (Safety Stock)
 Dari uraian ilustrasi sebelumnya Nampak jelas bahwa ada tiga faktor yang menentukan
besarnya cadang pengaman, yaitu:
1. fluktuasi permintaan yang direpresentasikan dengan variasi atau deviasi standar
2. Waktu ancang-ancang (L) yang berasak dari pemasok
3. Tingkat pelayanan yang diinginkan oleh pemakai atau yang akan diberikan oleh pihak
manajemen

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 4


Formulasi Cadangan Pengaman
 Jika distribusi kemungkinan permintaan selama waktu ancang-ancang berdistribusi normal
dengan fungsi kepadatan probabilitas dan harga rata-rata sebesar DL, standar deviasi sebesar SL,
maka besarnya cadangan pengaman (ss) untuk besar kemungkinan kekurangan (N) menjadi:

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 5


Formulasi Cadangan Pengaman

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 6


Contoh
 Kebutuhan barang tiap tahunnya berdistribusi normal dengan rata-rata sebesar 10.000 unit dan
deviasi standar 2.000 unit. Jika waktu ancang-ancang untuk mendapatkan barang sebesar 3
bulan. Berapa cadangan pengaman dan tingkat pelayanannya jika dikehendaki kemungkinan
terjadinya kekurangan inventori tidak boleh lebih dari 5%

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 7


Solusi

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 8


Jika L Tidak Konstan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 9


Contoh
 Sesuai dengan contoh sebelumnya tetapi dengan waktu ancang-ancang sebesar 3 bulan dan
memiliki standar deviasi waktu ancang-ancang SL sebesar 2 minggu. Tentukan cadangan
pengaman dan tingkat pelayanannya jika dikehendaki ∝ = 5% dan satu tahun dianggap 50
minggu

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 10


Solusi

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 11


Asumsi Model Probabilistik Sederhana
1. Permintaan selama horison perencanaan bersifat probabilistik dengan permintaan rata-rata
D dan deviasi standar (S) serta berpola distribusi normal.
2. Ukuran lot pemesanan (𝑞0 ) konstan untuk setiap kali pemesanan, barang akan datang secara
serentak dengan waktu ancang-ancang (L), pesanan dilakukan pada saat inventori mencapai
titik pemesanan ulang (r).
3. Harga barang (p) konstan baik terhadap kualitas barang yang dipesan maupun waktu.
4. Ongkos pesan (A) konstan untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan (h) sebanding
dengan harga harga barang dan waktu penyimpanan.
5. Ongkos kekurangan inventori (𝑐𝑢 ) sebanding dengan jumlah barang yang tidak dapat
dipenuhi.
6. Tingkat pelayanan (ƞ) atau kemungkinan terjadinya kekurangan inventori (α) diketahui atau
ditentukan oleh pihak manajemen.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 12


Formulasi Model Inventori
1. Ongkos Persediaan (Ob)
Ongkos beli barang Ob merupakan perkalian antara jumlah barang yang dibeli (D) dengan harga barang per-unitnya (p),
secara matematis di tuliskan sebagai berikut.
Ob = D . P

2. Ongkos Pemesanan (Op)


Besarnya ongkos pemesanan selama horison perencanaan merupakan perkalian antara frekuensi pemesanan
(f) dan ongkos untuk setiap kali pemesanan barang (A), secara matematis dinyatakan sebagai berikut.
Op = f . A
Adapun frekuensi pemesanan selama horison perencanaan adalah banyaknya permintaan selama horison perencanaan
(D) dibagi dengan ukuran lot pemesanannya (qₒ):
D
f=
qₒ
Dengan demikian ongkos pemesanan selama horison perencanaan dapat dirumuskan:
AD
Op =
qₒ

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 13


Formulasi Model Inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 14


Formulasi Model Inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 15


Formulasi Model Inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 16


Formulasi Model Inventori
Kebijakan inventori untuk model probabilistic sederhana menjadi:
a. Ukuran lot pemesanan selalu konstan untuk setiap kali pesan, yaitu sebesar:
2D(A + cu N)
qₒ0 =
h
b. Pemesanan dilakukan pada saat inventori mencapai titik pemesanan ulang (r)
sebesar:
r0 = DL + Zα SL
c. Cadangan pengaman sebesar
ss = Zα SL

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 17


Contoh Kasus
 Kebutuhan barang tiap tahunnya berdistribusi normal dengan rata-rata sebesar
10.000 unit dan deviasi standar 2.000 unit. Untuk mengadakan barang tersebut
dipesan dari seorang pemasok dengan ongkos pesan sebesar Rp. 1.000.000,- per
pesan, harga beli Rp. 25.000,- per unit dan waktu ancang-ancang 3 bulan. Jika
ongkos simpan sebesar 20% dari harga barang per unit per tahun, kemungkinan
terjadinya kekurangan inventori tidak lebih dari 5% dan ongkos kekurangan
inventori sebesar Rp. 10.000,- per unit. Tentukan:
a. Kebijakan inventori yang optimal!
b. Berapa tingkat pelayanan yang diberikan?
c. Berapa ongkos inventori selama 1 tahun?

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 18


Solusi

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 19


Solusi
b. Tingkat Pelayanan

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 20


Solusi
c. Total Ongkos Inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 21


MODEL PROBABILISTIK Q – BACK ORDER
MONANDA WANDITA RINI, S.T., M.SC

PERTEMUAN 10

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


1
Karakteristik Model Q
Karakteristik kebijakan inventori model Q ditandai oleh 2 hal mendasar yaitu:
1. Besarnya ukuran lot pemesanan (Qo) selalu tetap untuk setiap kali pemesanan dilakukan
2. Pemesanan dilakukan apabila jumlah inventori yang dimiliki telah mencapai suatu tingkat
tertentu (r) yang disebut titik pemesanan ulang (reorder point)
Untuk mengatasi kondisi kekurangan inventori, dapat ditempuh melalui dua cara sebagai
berikut:
1. Pemesanan ulang (back order), yaitu melakukan pemesanan darurat untuk memenuhi
kekurangan tersebut, dimana ongkos yang ditimbulkan biasanya lebih mahal dari pemesanan
normal. Kondisi backorder biasa terjadi dalam pasar yang sifatnya monopolistik atau pemakai
mau menunggu sampai barang tersedia
2. Kehilangan penjualan (lost sales), yaitu membiarkan pelanggan tidak terpenuhi
pemesanannya. Keadaan ini menyebabkan pelanggan mencari barang di tempat lain.
Biasanya terjadi pada situasi persaingan ketat.
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 2
Asumsi Model Q
1. Permintaan selama horison perencanaan bersifat probablistik dan berdistribusi normal
dengan rata-rata dan deviasi estándar
2. Ukuran lot pemesanan (Qo) konstan untuk setiap kali pemesanan, barang akan datang
serentak dengan waktu ancang-ancang (L), pesanan dilakukan pada saat inventori mencapai
titik pemesanan
3. Harga barang (p) konstan baik terhadap kuantitas barang yang dipesan maupun waktu
4. Ongkos pesan (A) konstan untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan (h) sebanding
dengan harga barang dan waktu penyimpanan.
5. Ongkos kekurangan inventori sebanding dengan jumlah barang yang tidak dapat dilayani atau
sebanding dengan waktu pelayanan (tidak tergantung pada jumlah kekurangan)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 3


Komponen Model Q
 Kriteria Kinerja
Kriteria kinerja yg menjadi fungsi tujuan dari model Q adalah minimasi ongkos total inventori
dengan mengoptimalkan tinggkat pelayanan. Karena fenomenanya bersifat probabilistik
maka semua ongkos yang dibahas bukanlah ongkos riil tapi ekpektasi ongkos yang terjadi
selama satu tahun.
Ekspektasi ongkos total inventori terdiri dari empat elemen yaitu ongkos beli, ongkos pesan,
ongkos simpan dan ongkos kekurangan barang.

OT  Ob  O p  Os  Ok

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 4


Komponen Model Q
 Variabel Keputusan
Variabel keputusan yang terkait dalam penentuan kebijakan inventori probabilistik model Q
yaitu :
1. Ukuran lot pemesanan untuk setiap kali melakukan pembelian (Qo)
2. Saat pemesanan dilakukan/titik pemesanan ulang (r)
 Parameter
Paramater yang digunakan dalam model Q:
1. Harga barang per unit (p)
2. Ongkos tiap kali pesan (A)
3. Ongkos simpan per unit per periode (h)
4. Ongkos kekurangan inventori (cu)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 5


Formulasi Model
 Ongkos Total

OT  Ob  O p  Os  Ok
 Ongkos Pembelian

Ob  D  p
Ongkos Pengadaan/Pemesanan

AD
Op 
qo

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 6


Formulasi Model
 Ongkos Simpan

 qo 
Os  h  r  DL 
 2 
 Ongkos Kekurangan
cuD
Ok  N
q0
N  S L  f ( z )  z z 
 Formulasi Model Back Order

 h1 / 2qo  r  DL  Cu


AD D
OT  Dp  N
qo qo

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 7


Solusi Model Q-Back Order

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 8


Contoh Soal Model Q-Back Order
Kebutuhan suatu barang tiap tahun berdistribusi normal dengan harga rata-rata sebesar
100.000 unit dan standar deviasi sebesar 10% dari harga rata-rata. Untuk pengadaan barang,
dipasok dari sebuah supplier dengan ongkos pesan sebesar Rp. 2.500.000,- per pesan, harga
barang Rp. 25.000,- per unit dan waktu ancang-ancang 3 bulan. Bila ongkos kekurangan barang
sebesar Rp. 100.000,- per unit dan ongkos simpan sebesar 20% dari harga barang per unit per
tahun.
Tentukan:
1. Kebijakan inventori dengan model Q back order
2. Tingkat pelayanan optimal
3. Ongkos total inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 9


Jawaban
 D = 100.000 unit/tahun
 S = 10.000 unit/tahun
 L = 3 bulan = ¼ tahun
 SL = 5.000 unit per tahun
 A = Rp 2.500.000 per pesan
 p = Rp 25.000 per unit
 h = 20% x Rp 25.000/ unit/ tahun = Rp 5.000 /unit/tahun
 Cu = Rp 100.000/unit

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 10


Jawaban (Iterasi 1)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 11


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 12


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 13


Jawaban (Iterasi 2)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 14


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 15


MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 16
MODEL PROBABILISTIK Q – BACK ORDER
MONANDA WANDITA RINI, S.T., M.SC

PERTEMUAN 10

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


1
Karakteristik Model Q
▪Karakteristik kebijakan inventori model Q ditandai oleh 2 hal mendasar yaitu:
1. Besarnya ukuran lot pemesanan (Qo) selalu tetap untuk setiap kali pemesanan dilakukan
2. Pemesanan dilakukan apabila jumlah inventori yang dimiliki telah mencapai suatu tingkat
tertentu (r) yang disebut titik pemesanan ulang (reorder point)
▪Untuk mengatasi kondisi kekurangan inventori, dapat ditempuh melalui dua cara sebagai
berikut:
1. Pemesanan ulang (back order), yaitu melakukan pemesanan darurat untuk memenuhi
kekurangan tersebut, dimana ongkos yang ditimbulkan biasanya lebih mahal dari pemesanan
normal. Kondisi backorder biasa terjadi dalam pasar yang sifatnya monopolistik atau pemakai
mau menunggu sampai barang tersedia
2. Kehilangan penjualan (lost sales), yaitu membiarkan pelanggan tidak terpenuhi
pemesanannya. Keadaan ini menyebabkan pelanggan mencari barang di tempat lain.
Biasanya terjadi pada situasi persaingan ketat.
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 2
Asumsi Model Q
1. Permintaan selama horison perencanaan bersifat probablistik dan berdistribusi normal
dengan rata-rata dan deviasi estándar
2. Ukuran lot pemesanan (Qo) konstan untuk setiap kali pemesanan, barang akan datang
serentak dengan waktu ancang-ancang (L), pesanan dilakukan pada saat inventori mencapai
titik pemesanan
3. Harga barang (p) konstan baik terhadap kuantitas barang yang dipesan maupun waktu
4. Ongkos pesan (A) konstan untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan (h) sebanding
dengan harga barang dan waktu penyimpanan.
5. Ongkos kekurangan inventori sebanding dengan jumlah barang yang tidak dapat dilayani atau
sebanding dengan waktu pelayanan (tidak tergantung pada jumlah kekurangan)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 3


Komponen Model Q
▪ Kriteria Kinerja
Kriteria kinerja yg menjadi fungsi tujuan dari model Q adalah minimasi ongkos total inventori
dengan mengoptimalkan tinggkat pelayanan. Karena fenomenanya bersifat probabilistik
maka semua ongkos yang dibahas bukanlah ongkos riil tapi ekpektasi ongkos yang terjadi
selama satu tahun.
Ekspektasi ongkos total inventori terdiri dari empat elemen yaitu ongkos beli, ongkos pesan,
ongkos simpan dan ongkos kekurangan barang.

OT = Ob + O p + Os + Ok

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 4


Komponen Model Q
▪ Variabel Keputusan
Variabel keputusan yang terkait dalam penentuan kebijakan inventori probabilistik model Q
yaitu :
1. Ukuran lot pemesanan untuk setiap kali melakukan pembelian (Qo)
2. Saat pemesanan dilakukan/titik pemesanan ulang (r)
▪ Parameter
Paramater yang digunakan dalam model Q:
1. Harga barang per unit (p)
2. Ongkos tiap kali pesan (A)
3. Ongkos simpan per unit per periode (h)
4. Ongkos kekurangan inventori (cu)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 5


Formulasi Model Q-Back Order
▪ Formulasi dan solusi berikut hanya berlaku bila kekurangan inventori diperlakukan dengan cara
back order
▪ Hal ini berarti pemakai mau menunggu barang yang diminta sampai dengan tersedia di gudang
dan pengelola akan melakukan pemesanan darurat sebagai upaya memenuhi permintaan yang
belum dapat dilayani.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 6


Formulasi Model
▪ Ongkos Total
OT = Ob + O p + Os + Ok
▪ Ongkos Pembelian

Ob = D  p
▪Ongkos Pengadaan/Pemesanan

AD
Op =
qo

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 7


Formulasi Model
▪ Ongkos Simpan

 qo 
Os = h + r − DL 
 2 
▪ Ongkos Kekurangan
cuD
Ok = N
q0
N = S L  f ( z ) − z (z )
▪ Formulasi Model Back Order
AD   qo   D
OT = Dp + + h   + r − DL  + Cu N
qo   2  qo

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 8


Solusi Model Q-Back Order

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 9


Contoh Soal Model Q-Back Order
▪Kebutuhan suatu barang tiap tahun berdistribusi normal dengan harga rata-rata sebesar
100.000 unit dan standar deviasi sebesar 10% dari harga rata-rata. Untuk pengadaan barang,
dipasok dari sebuah supplier dengan ongkos pesan sebesar Rp. 2.500.000,- per pesan, harga
barang Rp. 25.000,- per unit dan waktu ancang-ancang 3 bulan. Bila ongkos kekurangan barang
sebesar Rp. 100.000,- per unit dan ongkos simpan sebesar 20% dari harga barang per unit per
tahun.
▪Tentukan:
1. Kebijakan inventori dengan model Q back order
2. Tingkat pelayanan optimal
3. Ongkos total inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 10


Jawaban
▪ D = 100.000 unit/tahun
▪ S = 10.000 unit/tahun
▪ L = 3 bulan = ¼ tahun
▪ SL = 5.000 unit per tahun
▪ A = Rp 2.500.000 per pesan
▪ p = Rp 25.000 per unit
▪ h = 20% x Rp 25.000/ unit/ tahun = Rp 5.000 /unit/tahun
▪ Cu = Rp 100.000/unit

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 11


Jawaban (Iterasi 1)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 12


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 13


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 14


Jawaban (Iterasi 2)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 15


Jawaban (Iterasi 2)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 16


Jawaban (Iterasi 3)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 17


Jawaban (Iterasi 3)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 18


Jawaban
1. Kebijakan Inventori optimal
▪ q0 = 21.260 unit
▪ r = 36.750 unit
▪ ss = zα x S 𝐿 = 2,35 x 10.000 x ½ = 11.750 unit

2. Tingkat Pelayanan
𝑁
ɳ = 1 − x 100%
𝐷 ×𝐿
88
ɳ = 1 − = 99,648%
1
4 × 100.000

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 19


Jawaban
3. Total Ongkos Inventori
+ h(1 / 2qo + r − DL ) + Cu
AD D
OT = Dp + N
qo qo

+ 5.000((1 / 2 x 21.260) + 36.750 − 25.000 ) + 100.000 x


2.500.000 x100.000 100.000
OT = 100.000 x 25.000 + x88
21.260 21.260

OT = Rp 2.665.051.458 / tahun

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 20


MODEL PROBABILISTIK Q – LOST SALES
MONANDA WANDITA RINI, S.T., M.SC

PERTEMUAN 11

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


21
Komponen Model Q
▪ Variabel Keputusan
Variabel keputusan yang terkait dalam penentuan kebijakan inventori probabilistik model Q
yaitu :
1. Ukuran lot pemesanan untuk setiap kali melakukan pembelian (Qo)
2. Saat pemesanan dilakukan/titik pemesanan ulang (r)
▪ Parameter
Paramater yang digunakan dalam model Q:
1. Harga barang per unit (p)
2. Ongkos tiap kali pesan (A)
3. Ongkos simpan per unit per periode (h)
4. Ongkos kekurangan inventori (cu)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 22


Formulasi Model Q – Lost Sales
▪ Formulasi dan solusi hanya berlaku bila kekurangan inventori diperlakukan dengan cara lost
sales.
▪ Hal ini berarti pemakai tidak mau menunggu barang yang diminta sampai dengan tersedia di
gudang
▪ Pemakai akan pergi dan mencari barang kebutuhannya di tempat lain

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 23


Formulasi Model Q Lost Sales
▪ Ongkos Total
OT = Ob + O p + Os + Ok
▪ Ongkos Pembelian

Ob = D  p
▪Ongkos Pengadaan/Pemesanan

AD
Op =
qo

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 24


Formulasi Model Q Lost Sales
▪ Ongkos Simpan
 qo 
Os = h + r − DL + N 
 2 
▪ Ongkos Kekurangan
cuD
Ok = N
q0
N = S L  f ( z ) − z (z )
▪ Formulasi Model Back Order
AD  qo  D
OT = Dp + + h ( ) + r − DL + N  + (Cu N)
qo  2  qo
atau
AD  qo  D
OT = Dp + + h ( ) + r − DL  + (Cu + h) N
qo  2  qo

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 25


Solusi Model Q-Lost Sales

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 26


Contoh Soal Model Q-Lost Sales
▪Kebutuhan suatu barang tiap tahun berdistribusi normal dengan harga rata-rata sebesar
100.000 unit dan standar deviasi sebesar 10% dari harga rata-rata. Untuk pengadaan barang,
dipasok dari sebuah supplier dengan ongkos pesan sebesar Rp. 2.500.000,- per pesan, harga
barang Rp. 25.000,- per unit dan waktu ancang-ancang 3 bulan. Bila ongkos kekurangan barang
sebesar Rp. 100.000,- per unit dan ongkos simpan sebesar 20% dari harga barang per unit per
tahun.
▪Tentukan:
1. Kebijakan inventori dengan model Q back order
2. Tingkat pelayanan optimal
3. Ongkos total inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 27


Jawaban
▪ D = 100.000 unit/tahun
▪ S = 10.000 unit/tahun
▪ L = 3 bulan = ¼ tahun
▪ SL = 5.000 unit per tahun
▪ A = Rp 2.500.000 per pesan
▪ p = Rp 25.000 per unit
▪ h = 20% x Rp 25.000/ unit/ tahun = Rp 5.000 /unit/tahun
▪ Cu = Rp 100.000/unit

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 28


Jawaban (Iterasi 1)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 29


Jawaban (Iterasi 1)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 30


Jawaban (Iterasi 1)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 31


Latihan Soal
Lanjutkan Iterasi 2 dst hingga iterasi selesai.
Tentukan nilai :
A. kebijakan inventori optimal (qo, r, dan ss)
B. tingkat pelayanan
C. Ongkos total inventori

▪ Upload hasil pengerjaan Anda dalam bentuk 1 file pdf dengan format Lat11_Nama_Nim
▪ Maksimal upload file untuk Kelas 4C tanggal 21 April 2020 max 10.00 WIB dan untuk Kelas 4D
tanggal 21 April 2020 max 15.30 WIB

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 32


MODEL PROBABILISTIK P (Back Order)
MONANDA WANDITA RINI, S.T., M.SC

PERTEMUAN 12

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


1
Karakteristik Model P
Karakteristik model P ditandai dengan 2 hal pokok yaitu :
▪ Pemesanan dilakukan menurut suatu selang interval waktu yang tetap (T)
▪ Ukuran lot pemesanan (qo) besarnya merupakan selisih antara inventori maksimum yang
diinginkan (R) dengan inventori yang ada pada saat pemesanan dilakukan (r)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 2


Asumsi Model P
▪ Permintaan selama horizon perencanaan bersifat probabilistik dan berdistribusi normal dengan
rata-rata dan deviasi standar
▪ Waktu antar pemesanan konstan untuk setiap kali pemesanan. Barang akan datang serentak
dengan waktu ancang-ancang dan pesanan dilakukan pada saat inventori mencapai titik
pemesanan
▪ Harga barang konstan baik terhadap kuantitas barang yang dipesan maupun waktu
▪ Ongkos pesan konstan untuk setiap kali pemesanan dan ongkos simpan sebanding dengan
harga barang dan waktu penyimpanan
▪ Ongkos kekurangan inventori sebanding dengan jumlah barang yang tidak dapat dilayani atau
sebanding dengan waktu (tidak tergantung pada jumlah kekurangan)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 3


Komponen Model P
▪ Kriteria Kinerja:
Kriteria kinerja yang menjadi fungsi tujuan dari model P sama dengan model Q yaitu
minimasi ekspektasi ongkos total inventori selama horizon perencanaan dengan
mengoptimalkan tingkat pelayanan.
Ekspektasi ongkos total inventori terdiri dari empat elemen yaitu ongkos beli, ongkos pesan,
ongkos simpan dan ongkos kekurangan barang.

OT = Ob + O p + Os + Ok

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 4


Komponen Model P
▪ Variabel keputusan
Ada dua variabel keputusan utama yang terkait dalam penentuan kebijakan inventori probabilistic
model p, yaitu:
1. Periode waktu antar pemesanan (T)
2. Inventori maksimum yang diharapkan (R)
▪ Parameter
Paramater yang digunakan dalam model Q:
1. Harga barang per unit (p)
2. Ongkos tiap kali pesan (A)
3. Ongkos simpan per unit per periode (h)
4. Ongkos kekurangan inventori (cu)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 5


Formulasi Model P-Back Order
▪Formulasi dan solusi berikut hanya berlaku bila kekurangan inventori diperlakukan dengan cara
back order
▪ Hal ini berarti pemakai mau menunggu barang yang diminta sampai dengan tersedia di gudang
dan pengelola akan melakukan pemesanan darurat sebagai upaya memenuhi permintaan yang
belum dapat dilayani.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 6


Formulasi Model
▪ Ongkos Total
OT = Ob + O p + Os + Ok
▪ Ongkos Pembelian

Ob = D  p
▪Ongkos Pengadaan/Pemesanan

A
Op =
T

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 7


Formulasi Model
▪ Ongkos Simpan

 TD 
Os =  R − D L − h
 2 
▪ Ongkos Kekurangan
cu N
Ok =
T
N = S T + L  f ( z ) − z  ( z )
▪ Formulasi Model Back Order
A  TD  cu
OT = Dp + + h R − DL − + N
T  2  T

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 8


Solusi Model P - Back Order

SS

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 9


Solusi Model P - Back Order

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 10


Contoh Soal Model P-Back Order
▪Kebutuhan suatu barang tiap tahun berdistribusi normal dengan harga rata-rata sebesar
100.000 unit dan standar deviasi sebesar 10% dari harga rata-rata. Untuk pengadaan barang,
dipasok dari sebuah supplier dengan ongkos pesan sebesar Rp. 2.500.000,- per pesan, harga
barang Rp. 25.000,- per unit dan waktu ancang-ancang 3 bulan. Bila ongkos kekurangan barang
sebesar Rp. 100.000,- per unit dan ongkos simpan sebesar 20% dari harga barang per unit per
tahun.
▪Tentukan:
1. Kebijakan inventori dengan model P back order
2. Tingkat pelayanan optimal
3. Ongkos total inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 11


Jawaban
▪ D = 100.000 unit/tahun
▪ S = 10.000 unit/tahun
▪ L = 3 bulan = ¼ tahun
▪ A = Rp 2.500.000 per pesan
▪ p = Rp 25.000 per unit
▪ h = 20% x Rp 25.000/ unit/ tahun = Rp 5.000 /unit/tahun
▪ Cu = Rp 100.000/unit

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 12


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 13


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 14


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 15


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 16


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 17


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 18


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 19


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 20


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 21


Jawaban

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 22


Jawaban
T (tahun) R (unit) SS (unit) N (unit) OT (Rp)
0,03 43.875 15.875 18 2.730.208.333

0,05 45.611 15.611 29 2.698.555.000

0,10 50.382 15.382 58 2.734.910.000

0,15 55.496 15.496 90 2.691.646.667

0,20 60.765 15.765 119 2.700.825.000

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 23


MODEL PROBABILISTIK P (Lost Sales)
MONANDA WANDITA RINI, S.T., M.SC

PERTEMUAN 13

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


24
Komponen Model P
▪ Variabel keputusan
Ada dua variabel keputusan utama yang terkait dalam penentuan kebijakan inventori probabilistic
model p, yaitu:
1. Periode waktu antar pemesanan (T)
2. Inventori maksimum yang diharapkan (R)
▪ Parameter
Paramater yang digunakan dalam model Q:
1. Harga barang per unit (p)
2. Ongkos tiap kali pesan (A)
3. Ongkos simpan per unit per periode (h)
4. Ongkos kekurangan inventori (cu)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 25


Formulasi Model P-Lost Sales
▪ Formulasi dan solusi hanya berlaku bila kekurangan inventori diperlakukan dengan cara lost
sales.
▪ Hal ini berarti pemakai tidak mau menunggu barang yang diminta sampai dengan tersedia di
gudang
▪ Pemakai akan pergi dan mencari barang kebutuhannya di tempat lain

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 26


Formulasi Model P-Lost Sales
▪ Ongkos Total
OT = Ob + O p + Os + Ok
▪ Ongkos Pembelian

Ob = D  p
▪Ongkos Pengadaan/Pemesanan

A
Op =
T

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 27


Formulasi Model P-Lost Sales
▪ Ongkos Simpan
 TD 
Os =  R − DL − + N h
 2 
▪ Ongkos Kekurangan

Ok =
cu N N = S T + L  f ( z ) − z  ( z )
T
▪ Formulasi Model P Lost Sales
A  TD  cu
OT = Dp + + h R − DL − + N+ N
T  2  T
atau
A  TD   cu 
OT = Dp + + h R − DL − +
  + h N
T  2  T 
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 28
Solusi Model P – Lost Sales

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 29


Solusi Model P – Lost Sales

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 30


Contoh Soal Model P-Lost Sales
▪Kebutuhan suatu barang tiap tahun berdistribusi normal dengan harga rata-rata sebesar
100.000 unit dan standar deviasi sebesar 10% dari harga rata-rata. Untuk pengadaan barang,
dipasok dari sebuah supplier dengan ongkos pesan sebesar Rp. 2.500.000,- per pesan, harga
barang Rp. 25.000,- per unit dan waktu ancang-ancang 3 bulan. Bila ongkos kekurangan barang
sebesar Rp. 100.000,- per unit dan ongkos simpan sebesar 20% dari harga barang per unit per
tahun.
▪Tentukan:
1. Kebijakan inventori dengan model P back order
2. Tingkat pelayanan optimal
3. Ongkos total inventori

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 31


Jawaban
▪ D = 100.000 unit/tahun
▪ S = 10.000 unit/tahun
▪ L = 3 bulan = ¼ tahun
▪ A = Rp 2.500.000 per pesan
▪ p = Rp 25.000 per unit
▪ h = 20% x Rp 25.000/ unit/ tahun = Rp 5.000 /unit/tahun
▪ Cu = Rp 100.000/unit

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 32


Latihan Soal
▪ Kerjakan Contoh Soal dengan menggunakan Model P-Lost Sales
▪ Tentukan nilai :
A. kebijakan inventori optimal (T, r, dan ss)
B. tingkat pelayanan
C. Ongkos total inventori minimum
▪ Upload hasil pengerjaan Anda dalam bentuk 1 file pdf dengan format Lat13_Nama_Nim
▪ Maksimal upload file untuk Kelas 4C dan kelas 4D tanggal 5 Mei 2020 max 23.59 WIB.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 33


KINERJA INVENTORI
MONANDA WANDITA RINI, S.T., M.SC

PERTEMUAN 14

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA


1
Kriteria Kinerja Inventori
 Intangible service
 Ukuran kualitatif yang bersifat intangible yaitu:
a. Kemudahan Akses
b. Kenyamanan Pelayanan
c. Kepercayaan
d. Kepastian
e. Diskon
 Kemampuan Pelayanan
Tolak ukur kemampuan sistem inventori dalam cara memberikan pelayanan kepada user, dapat
berupa :
a. waktu pengiriman (delivery time)
b. waktu proses (processing time)
c. waktu tunggu (waiting time)

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 2


Analisis ABC
 Salah satu metode pengelolaan inventori melalui pemilahan karena tidak semua barang
mempunyai tingkat kepentingan dan penggunaan yang sama. Metode ini ditemukan oleh
pareto, seorang pejabat tinggi keuangan di Italia pada abad pertengahan.

 Analisis ABC adalah metode pemilihan barang berdasarkan tingkat penyerapan model dengan
menggunakan prinsip diagram pareto.

Pada prinsipnya analisis ABC ini adalah mengklasifikasikan jenis barang yang didasarkan atas
tingkat investasi tahunan yang terserap di dalam penyediaan inventori untuk setiap jenis barang.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 3


Analisis ABC
Berdasarkan prinsip Pareto, barang dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori:
1. Kategori A (80-20)
Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 80% dari seluruh modal yang
disediakan untuk inventori dan jumlah jenis barangnya sekitar 20% dari semua jenis barang
yang dikelola.
2. Kategori B (15-30)
Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana sekitar 15% dari seluruh modal yang
disediakan untuk inventori (sesudah kategori A) dan jumlah jenis barangnya sekitar 30%
dari semua jenis barang yang dikelola.
3. Kategori C (5-50)
Terdiri dari jenis barang yang menyerap dana hanya sekitar 5% dari seluruh modal yang
disediakan untuk inventori (yang tidak termasuk kategori A dan B) dan jumlah jenis
barangnya sekitar 50% dari semua jenis barang yang dikelola.

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 4


Diagram Pareto

Bentuk Diagram Pareto


• Sumbu X >> % kumulatif jenis item
• Sumbu Y >> % kumulatif Penyerapan Modal

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 5


Diagram Pareto
1. Hitung jumlah penyerapan dana untuk setiap jenis barang per tahun (Mi) yaitu dengan
mengalikan antara jumlah pemakaian tiap jenis barang per tahun (Di) dengan harga satuan
barang (pi) >>> sehingga Mi = Di x pi
2. Hitung jumlah total penyerapan dana untuk semua jenis barang >>> M = 𝑀𝑖
3. Hitung persentase penyerapan dana untuk setiap jenis barang (Pi) >>> Pi = (Mi/M) x 100%
4. Hitung persentase setiap jenis item >>> Ii = 1/N x 100% ; N merupakan jumlah jenis item barang
5. Urutkan persentase penyerapan dana sesuai dengan urutan besarnya persentase penyerapan
dana, dimulai dari persentaser penyerapan dana terbesar hingg terkecil.
6. Hitung nilai kumulatif persentase penyerapan dana dan nilai kumulatif persentase jenis barang
berdasarkan urutan yang diperoleh pada langkah 5.
7. Gambarkan diagram pareto, dengan menggunakan nilai persentase kumulatif jenis item sebagai
sumbu X dan persentase kumulatif penyerapan dana sebagai sumbu Y.
8. Tentukan kategori barang berdasarkan prinsip pareto
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 6
Contoh
Diketahui
Kuantitas
No Jenis Barang Satuan Harga Satuan (pi)
Pemakaian (Di)
1 Beras Ton 15 2.000.000
2 Gula Pasir Ton 1 3.500.000
3 Kopi Kg 250 10.000
4 Rokok Slof 100 100.000
5 Teh Kg 100 15.000
6 Minuman Krat 40 25.000
7 Garam Kg 250 2.000
8 Cabe Kg 40 12.500
9 Baterai Lusin 50 8.000
10 Obat Flu Strip 100 1.000

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 7


Contoh
Persentase
Kuantitas Harga Satuan Nilai Penyerapan
No Jenis Barang Satuan Penyerapan Dana
Pemakaian (Di) (pi) Dana (Mi)
(Pi)
1 Beras Ton 15 2.000.000 30.000.000 60,00%
2 Gula Pasir Ton 1 3.500.000 3.500.000 7,00%
3 Kopi Kg 250 10.000 2.500.000 5,00%
4 Rokok Slof 100 100.000 10.000.000 20,00%
5 Teh Kg 100 15.000 1.500.000 3,00%
6 Minuman Krat 40 25.000 1.000.000 2,00%
7 Garam Kg 250 2.000 500.000 1,00%
8 Cabe Kg 40 12.500 500.000 1,00%
9 Baterai Lusin 50 8.000 400.000 0,80%
10 Obat Flu Strip 100 1.000 100.000 0,20%
Total 50.000.000 100%

MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 8


Contoh
Persentase Persentase
Persentase Persentase
Kumulatif Kumulatif
No Jenis Barang Satuan Penyerapan Item jenis Kategori
Penyerapan Item Jenis
Dana (Pi) Barang
Dana Barang

1 Beras Ton 60% 60,00% 10% 10% A


2 Rokok Slof 20% 80,00% 10% 20% A
3 Gula Pasir Ton 7% 87,00% 10% 30% B
4 Kopi Kg 5% 92,00% 10% 40% B
5 Teh Kg 3% 95,00% 10% 50% B
6 Minuman Krat 2% 97,00% 10% 60% C
7 Garam Kg 1% 98,00% 10% 70% C
8 Cabe Kg 1% 99,00% 10% 80% C
9 Baterai Lusin 0,8% 99,80% 10% 90% C
10 Obat Flu Strip 0,2% 100,00% 10% 100% C
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 9
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 10

Anda mungkin juga menyukai