SISPER
SISPER
Kontrak Perkuliahan
Bahan Baku
(Raw Material)
Barang Jadi
(Finished Good)
Aliran tersebut menggambarkan
keterkaitan antara bentuk Barang Setengah Jadi
inventory yang terdapat di dalam (Work in Process)
sistem manufaktur
Biaya Biaya
Persiapan Kekurangan
Membeli barang dua kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 5.000 (qo = 5.000 unit)
Membeli barang empat kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 2.500 (qo = 2.500 unit)
Membeli barang lima kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 2.000 (qo = 2.000 unit)
Membeli barang delapan kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 1.250 (qo = 1250 unit)
Membeli barang sepuluh kali artinya untuk setiap kali pembelian sebesar 1000 (qo = 1.000 unit)
Variabel Keputusan
- ukuran lot pemesanan ekonomis (EOQ) untuk setiap kali melakukan pemesanan (qo)
- saat pemesanan dilakukan (r) atau sering dikenal dengan titik pemesanan kembali (reorder point)
Parameter
Tingkat Pelayanan
Besarnya tetap selama 100%
horizon perencanaan.
Tidak mempengaruhi nilai
optimalitas
qo
a. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali melakukan pemesanan?
b. Kapan saat pemesanan dilakukan?
c. Berapa ongkos total inventori?
Ongkos beli (Dp) akan mempengaruhi nilai optimalitas ongkos total inventori karena p
adalah harga barang per unit yang merupakan fungsi dari Q
Jika harga barang per unit adalah:
a. Rp 1000 bila membeli Q ≤ 1000 unit
b. Rp 900 bila membeli 1000 < Q ≤ 2000
c. Rp 800 bila membeli Q > 2000
Karena fungsi berupa tangga formula Wilson hanya dapat diberlakukan pada setiap interval
saja
Nilai Q optimal yang diperoleh hanya berlaku untuk interval harga tertentu saja
Dari ketiga total ongkos tersebut dilakukan perbandingan sehingga diperoleh total
ongkos terendah yaitu Rp 2.351,17 juta per tahun
Ukuran lot ekonomis ditentukan berdasarkan total ongkos terendah yaitu Q = 15.000
Model Wilson tidak akan berubah walaupun terjadi perubahan untuk waktu ancang-
ancang tidak nol. Dalam hal ini yang berubah adalah saat pemesanan yaitu pada
tingkat intentori (r) sebesar:
r = kebutuhan selama waktu ancang-ancang L
r=DxL
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 55
Contoh Soal
Kebutuhan bahan baku XYZ untuk tahun depan sebanyak 10.000 unit. Untuk
mendapatkan barang tersebut dibeli dari seorang pemasok dengan harga barang
sebesar Rp 10.000 per unit dan ongkos pesan sebesar Rp 1.000.000 untuk setiap
kali melakukan pemesanan. Jika ongkos simpan barang Rp 2.000 per unit per
tahun, Bagaimana PT. Logisto mengatur persediaan bahan baku XYZ yang paling
ekonomis jika waktu ancang-ancang (leadtime) selama 3 bulan? Berapa ongkos
inventori total selama setahun?
Tingkat Pelayanan
Besarnya tetap selama 100%
horizon perencanaan.
Tidak mempengaruhi nilai
optimalitas
Periode (t) 0 1 2 3 4 5 6
Permintaan (Dt) 8 20 56 45 35 40
Ukuran lot pemesanan (qt) 8 20 56 45 35 40
Saat pemesanan (POR) 8 20 56 45 35 40
Periode (t) 1 2 3 4 5 6
Produk A (Dt) 8 20 56 45 35 40
Periode (t) 1 2 3 4 5 6
Produk A (Dt) 8 20 56 45 35 40
𝐴
◦ 𝐸𝑃𝑃 = ℎ
Dimana :
A : ongkos satuan pesan (Rp/pesan)
h : ongkos satuan simpan (Rp/unit/pesan)
◦ Ukuran lot ekonomis dicapai bila total kumulatif unit-periode yang disimpan mendekati nilai EPP.
Periode (t) 1 2 3 4 5 6
Produk A (Dt) 8 20 56 45 35 40
70
101
n=2
𝑇
𝐴+ℎ 𝑡=1 𝑡 − 1 𝐷𝑡
𝑂𝑠𝑡 =
𝑇
PERTEMUAN 8
Kriteria Performansi : minimasi total ongkos yang terlibat selama horizon perencanaan (ongkos
pesan dan ongkos simpan)
Asumsi sebagai prakondisi berlakunya MRP
Terdapat data file terintegrasi yang berisi data status inventori dan data struktur produk serta
jadwal induk produksi
Waktu ancang-ancang (lead time) untuk semua item komponen dan bahan diketahui secara
pasti dan tidak bervariasi
Tersedia mekanisme yang mampu memantau dan mengevaluasi status inventori dan tahapan-
tahapan proses produksi dari bahan baku sampai dengan produk jadi
Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit artinya barang dipesan dan digunakan
pada suatu titik waktu tertentu.
Persyaratan yang harus dipenuhi pada MRP
Tersedianya jadwal induk produksi, yaitu suatu rencana produksi rinci yang menetapkan jenis
dan jumlah serta waktu suatu produk akhir harus tersedia.
Tersedianya struktur produk yang mencerminkan hirarki semua komponen dan bahan yang
diperlukan dalam pembuatan suatu produk akhir. Struktur produk harus bisa mendeskripsikan
secara jelas komposisi suatu produk mulai dari bahan baku hingga produk jadi.
Tersedianya catatan status inventori untuk semua komponen dan bahan baku yang menyatakan
jumlah inventori yang ada sekarang (inventory on hand) dan yang akan datang/dalam pesanan
(inventory on order) serta waktu ancang-ancang (lead time)
Solusi : Input dan Output MRP
Jadwal Induk
Status Inventori Struktur Produk
Produksi (JIP) Input
Proses PKM:
• Netting
• Lotting Proses Perencanaan Kebutuhan Material Proses
• Offsetting
• Exploding
2. Struktur Produk
3. Status Inventori
Jadwal Induk Produksi
Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu rencana produksi yang menggambarkan
hubungan antara jenis dan kuantitas setiap jenis produk akhir dengan waktu
penyediaannya.
Periode t 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan - 50 40 75 90 75 50 60 50
Kotor (Dt)
Kebutuhan - 50 40 75 90 75 50 60 50
Kotor (Dt)
Penerimaan - - 100 - 100 - - - -
dari pesanan
Qt (IOO)
Persediaan 100 50 110 35 45 -30 -80 -140 -190
yang tersedia
It (IOH)
Kebutuhan 0 0 0 0 0 30 50 60 50
Bersih (Rt)
Langkah Dasar Proses MRP: LOTTING
Lotting adalah proses penentuan besarnya ukuran lot pesanan ekonomis untuk memenuhi
kebutuhan bersih (Rt) beberapa periode sekaligus.
Besarnya ukuran lot pesanan ditentukan berdasarkan jumlah pesanan yang tetap, periode
pemesanan, keseimbangan antara ongkos pengadaan dan ongkos simpan.
Beberapa teknik lot sizing, antara lain:
• Pendekatan Lot for Lot
• Pendekatan Least Unit Cost (LUC)
• Pendekatan Least Total Cost (LTC)
• Pendekatan Economic Part Period (EPP)
• Pendekatan Part Period Balancing (PPB)
• Pendekatan Period Order Quantity (POQ)
• Pendekatan Silver Meal
• Pendekatan EOQ
OFFSETTING dan EXPLODING
Offsetting adalah suatu proses penentuan saat dilakukannya pemesanan
(Planned order release) sehingga kebutuhan bersih (Rt) dapat dipenuhi
Tujuan dari offsetting yaitu untuk menentukan kapan saat pemesanan harus
dilakuan dengan mengurangkan saat kebutuhan bersih (Rt) harus tersedia
dengan waktu lead time nya
Exploding adalah proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya, yaitu
netting, lotting, dan offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang
berada pada level di bawahnya
Algoritma Proses MRP
Solusi: Matriks MRP
Nama Komponen: Level: PD 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan kotor (Dt)
Penerimaan dari pesanan (Qt atau IOO)
Inventori yang tersedia (It atau IOH)
Kebutuhan bersih (Rt)
Lot pemesanan (Qt)
Rencana pemesanan (POR)
Level >> level paling rendah suatu item ditemukan dalam struktur produk
Nama komponen >> nama atau nomor yang mengidentifikasi item terjadwal
LT (lead time) >> waktu sejak order dipsan sampai order diterima
PD (Past due) >> orders behind schedule
Kebutuhan kotor (Dt) >> permintaan item pada periode t
Penerimaan dari pesanan (Qt) >> jumlah dalam on order
Inventori yang tersedia (It) >> inventori pada akhir periode t
Kebutuhan bersih (Rt) >> jumlah bersih yang diperlukan
Lot pemesanan (Qt) >> ukuran lot pemesanan berdasarkan kebutuhan bersih
Rencana pemesanan (POR) >> planned order release yang disesuaikan dengan lead time
Contoh Permasalahan
Diketahui:
Jika diketahui lead time dari komponen bottom adalah 1 periode dan untuk plat polos
juga 1 periode. Buatlah perencanaan kebutuhan material dengan menggunakan teknik
Lot for Lot.
Contoh Permasalahan
Status Inventori Produk A
Periode t 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan - 50 40 75 90 75 50 60 50
Kotor (Dt)
Bottom Level: 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8
Kebutuhan kotor (Dt) 30 50 60 50 0
Penerimaan dari pesanan (Qt atau IOO) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Inventori yang tersedia (It atau IOH) 50 50 50 50 20 -30 -90 -140 0
>> Jika hasil
Inventori yang tersedia (It atau IOH) 50 50 50 50 20 0 0 0 0
minus, isikan 0
Kebutuhan bersih (Rt) 0 0 0 0 0 30 60 50 0
Lot pemesanan (Qt) 30 60 50 0
Rencana pemesanan (POR) 30 60 50
PERTEMUAN 9
PERTEMUAN 10
OT Ob O p Os Ok
OT Ob O p Os Ok
Ongkos Pembelian
Ob D p
Ongkos Pengadaan/Pemesanan
AD
Op
qo
qo
Os h r DL
2
Ongkos Kekurangan
cuD
Ok N
q0
N S L f ( z ) z z
Formulasi Model Back Order
PERTEMUAN 10
OT = Ob + O p + Os + Ok
Ob = D p
▪Ongkos Pengadaan/Pemesanan
AD
Op =
qo
qo
Os = h + r − DL
2
▪ Ongkos Kekurangan
cuD
Ok = N
q0
N = S L f ( z ) − z (z )
▪ Formulasi Model Back Order
AD qo D
OT = Dp + + h + r − DL + Cu N
qo 2 qo
2. Tingkat Pelayanan
𝑁
ɳ = 1 − x 100%
𝐷 ×𝐿
88
ɳ = 1 − = 99,648%
1
4 × 100.000
OT = Rp 2.665.051.458 / tahun
PERTEMUAN 11
Ob = D p
▪Ongkos Pengadaan/Pemesanan
AD
Op =
qo
▪ Upload hasil pengerjaan Anda dalam bentuk 1 file pdf dengan format Lat11_Nama_Nim
▪ Maksimal upload file untuk Kelas 4C tanggal 21 April 2020 max 10.00 WIB dan untuk Kelas 4D
tanggal 21 April 2020 max 15.30 WIB
PERTEMUAN 12
OT = Ob + O p + Os + Ok
Ob = D p
▪Ongkos Pengadaan/Pemesanan
A
Op =
T
TD
Os = R − D L − h
2
▪ Ongkos Kekurangan
cu N
Ok =
T
N = S T + L f ( z ) − z ( z )
▪ Formulasi Model Back Order
A TD cu
OT = Dp + + h R − DL − + N
T 2 T
SS
PERTEMUAN 13
Ob = D p
▪Ongkos Pengadaan/Pemesanan
A
Op =
T
Ok =
cu N N = S T + L f ( z ) − z ( z )
T
▪ Formulasi Model P Lost Sales
A TD cu
OT = Dp + + h R − DL − + N+ N
T 2 T
atau
A TD cu
OT = Dp + + h R − DL − +
+ h N
T 2 T
MANAJEMEN LOGISTIK INDUSTRI ELEKTRONIKA-POLITEKNIK APP JAKARTA 28
Solusi Model P – Lost Sales
PERTEMUAN 14
Analisis ABC adalah metode pemilihan barang berdasarkan tingkat penyerapan model dengan
menggunakan prinsip diagram pareto.
Pada prinsipnya analisis ABC ini adalah mengklasifikasikan jenis barang yang didasarkan atas
tingkat investasi tahunan yang terserap di dalam penyediaan inventori untuk setiap jenis barang.